Anda di halaman 1dari 32

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

PENDIDIKAN TATA BUSANA

BAB I
TEKSTIL

Dra. Armaini Rambe,M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2016

1
BAB I
TEKSTIL

A. Kompetensi Inti
Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
Tekstil

B. Kelompok Kompetensi Dasar


1.1. Memahami Penggolongan Serat Dari Bahan Alam
1.2. Proses Pengolahan Serat Bahan Tekstil
1.3. Pengelompokan Benang (Benang Dasar, Benang Hias, Benang Bertekstur)
1.4. Konstruksi Bahan Tekstil ( Tenunan Silang Polos, Silang Satin, dan Silang Kepar)
1.5. Sifat/Karakterisitik Bahan Tektil dan Fungsinya
1.6. Menganalisis Penyempurnaan Bahan Tekstil
1.7. Memilih Bahan Utama
1.8. Memilih Bahan Tambahan
1.9. Memilih Bahan Pelengkap
1.10. Melakukan Pemeliharaan Bahan Tekstil Dan Busana
1.11. Mengkarakteristikkan Konstruksi Rajutan Dan Kaitan

C. Uraian Materi
1.1. Penggolongan Serat Tekstil
Bahan tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang meliputi benang, tenunan,
maupun bukan tenunan. Bahan dasar busana disebut juga dengan kain. Kain terbentuk dari
serat tekstil yang diolah sedemikian rupa . Serat tekstil adalah serat –serat yang digunakan untuk
aplikasi tekstil. Serat pada umumnya dapat dibedakan atau diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu serat alam dan serat buatan (secara kimiawi).
Serat alam adalah serat yang molekulnya terbentuk secara alami. Serat alam
dikelompokkan ke dalam serat yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan yang berasal dari
hewan. Serat tumbuhan dapat diperoleh dari bagian biji (kapas, kapuk), batang (lenan, rami,

2
goni dan henep ), daun (abaca, rosela, sisal) atau buahnya ( kapuk , sabut kelapa). Serat hewan
dapat diperoleh dari bagian bulu atau rambut binatang. Sementara serat asbes adalah contoh
serat yang berasal dari mineral. masing masing serat memliki karakteristik yang berbeda beda
seperti panjangnya, kekuatannya, warnanya sehingga berpengaruh terhadap bahan tekstil yang
dihasilkan.

Gambar.1.Tanaman kapas, sisal dan serat sisal

Gambar.2. Kepompong Ulat Sutera dan serat Sutera

Gambar.3. Bulu dan Serat Domba


Serat alam dapat dikelompokkan menjadi Wol
beberapa bagian seperti terlihat pada skema
berikut:
Serat Alam

Serat Tumbuh - Serat Hewan Serat Barang Galian


Tumbuhan ( Protein) (Mineral)

 Serat Biji  Wol  Asbes


 Serat Batang  Bulu-Bulu
 Serat Daun  Sutera
 Serat Buah

Gambar .4. Skema Kelompok Serat Alam

3
Serat buatan merupakan serat yang dibuat dengan teknologi pembuatan serat, bahan
baku serat buatan selain dapat berasal dari alam misalnya selulosa atau protein juga dapat
berasal dari bahan baku yang harus disintesis terlebih dahulu. Serat buatan dikelompokkan ke
dalam serat alam yang diolah kembali, serat setengah buatan (bahan dari serat alam dan bahan
kimia buatan), serat buatan (murni dari bahan kimia buatan). Serat ini pada umumnya dipakai
untuk membuat bahan-bahan pemadam kebakaran, kasa nyamuk, jala dan dapat juga dipakai
untuk bahan busana.

Gambar.5. Serat Asbes

Berikut ini pengelompokkan dari serat buatan :

Serat Buatan

Serat Yang Diolah Serat Setengah Serat Sintetis


Kembali Sintetis

 Polyamide..Nylon
 Rayon  Asetat
 Polyacrylo- nitrile..Acrylic
 Polynosic
 Polyester
 Polyvinyl-alkohol
 Polyvinylidenechloride
 Ppolyvinylchloride
 Polethylene
 Polypropylene
 Polyurethane

Gambar.6. Skema Kelompok Serat Buatan

4
1.2. Pengolahan Serat Bahan Tekstil

Industri tekstil mempergunakan bermacam-macam serat, baik serat-serat yang langsung


diperoleh dari alam maupun serat-serat buatan untuk bahan bakunya. Sebagai bahan baku,
serat tekstil memegang peranan yang sangat penting, karena sifat serat menentukan sifat
bahan tekstil jadinya. Disamping itu proses pengolahan yang dilakukan pada serat tekstil harus
didasarkan pula pada sifat-sifat seratnya. Pengolahan serat menjadi benang, dilakukan melalui
serangkaian proses, diantaranya, penyikatan (carding), penyisiran (combing), pemintalan
(spinning) dan pengkanjian (sizing). Adapun proses pengolahan serat bahan tekstil harus
melalui serangkaian proses diantaranya adalah:
1. Penyikatan (Carding) Serat Tekstil
Pada tahap awal serat alami diperoleh masih dalam kotor karena tercampur aduk
dengan helaian dan tangkai daun atau benda asing lainnya. Maka serat sebaiknya dibersihan
terlebih dahulu yaitu melalui penyikatan (carding) guna menyingkirkan benda asing yang
mungkin masih melekat, dan memisahkannya. Penyikatan juga berfungsi untuk memisahkan
serat yang pendek dan serat yang panjang sehingga ketika dibentangkan secara paralel satu
sama lain serat tersebut akan lebih rata. Tujuan proses carding adalah memisahkan serat
menjadi elemen tunggal dan menjajarkan serat sejajar mungkin satu sama lain. Proses carding
sangat penting dalam tahap pemintalan karena akan mempengaruhi mutu hasil akhir.
2. Penyisiran (Combing) Serat Tekstil
Proses penyisiran melanjutkan langkah pembersihan dan penyortiran yang sudah
dimulai dalam tahap penyikatan. Serat-serat tersebut diluruskan sehingga terbentang secara
parallel (sejajar). Penyisiran sangat tergantung pada jenis kain yang akan dibuat dengan serat
tersebut. Biasanya serat bermutu baik adalah yang berukuran lebih panjang dan bila disisir akan
menghasilkan benang yang lebih halus dan rata. Untuk memperoleh hasil yang lebih halus dan
rata, serat berserabut panjang tadi dapat disisir lebih dari sekali. Serat berserabut pendek yang
dipisahkan pada tahap penyikatan biasanya tidak dibuang. Serat itu masih diolah menjadi
benang, tetapi hasilnya tidak sehalus berserabut panjang.
Istilah disikat dan disisir dalam produk tekstil biasanya ditujukan untuk benang yang
terbuat dari kapas. Benang hasil penyisiran serat berukuran panjang lebih kuat dan

5
menghasilkan kain lebih baik dan permukaanya lebih halus tetapi kuat, semuanya disisir. Jika
akan digunakan untuk membuat kain wol, serat tersebut hanya disikat. Tetapi jika
dipergunakan untuk membuat benang wol serat harus disikat dan disisir. Benang wol biasanya
lebih pendek dan lebih halus dari pada benang wool yang tidak diluruskan dalam penyisiran.
Jika benang tersebut telah menjadi kain wol, permukaannya umumnya lunak, seperti
permukaan halus kain flannel dan tweed. Sedangkan kain wol seperti kain gabardin, kain kepar
atau kain krep tampak halus permukaannya namun terasa kaku.
3. Pemintalan (Spinning) Serat Tekstil

Selama proses pemintalan, serabut-serabut kapas dijalin untuk membentuk benang


yang akan saling melekat, sehingga cukup kuat untuk memasuki tahapan selanjutnya, sebagai
rangkaian proses pembuatan kain. Benang tersebut dapat dipilin ke kiri (simpul s) atau ke kanan
(simpul z) atau arah pilinannya dapat berganti sesuai dengan jenis benang yang ingin dihasilkan.
Jumlah pilinan biasanya diukur dengan jumlah putaran pada panjang yang ditentukan, biasanya
satu inci.
Jika benang wol yang akan dirajut menjadi sebuah sweater halus, maka hanya
diperlukan sedikit pilinan dibandingkan dengan benang wol worsted yang dirancang untuk
menenun kain ketat dan kuat seperti gabardine atau kain kepar. Kain krep yang memiliki
permukaan tidak teratur, dibuat dari benang yang dipilin dengan ketat. Permukaan kasar yang
dihasilkan oleh kain krep tersebut disebabkan oleh pilinan yang ketat. Benang yang telah dipilin
akan terlihat dari jumlah helaian yang telah dikombinasikan selama proses pemintalan. Sehelai
benang terdiri dari beberapa serat yang telah terpilin dengan sendirinya. Sedangkan helaian
benang terdiri dari dua helai benang atau lebih yang telah dipilin secara bersamaan. Benang
biasa juga dibuat dari serat buatan, biasanya diklasifikasikan sebagai benang monofilament dan
multifilament (terbuat dari sejumlah filamen yang dipilih bersamaan). Pilihan benang bisanya
lebih kokoh dan lebih kuat dibanding benang satuan. Pemintalan serat alam, khususnya serat
kapas terdiri dari proses cara tradisional dan mekanisasi/mesin.
Cara tradisional, meliputi proses penarikan serat kapas sedikit demi sedikit sambil
diputar untuk memberikan ikatan antara serat hingga menjadi panjang tertentu sesuai

6
kebutuhan, kemudian digulung pada tempatnya. Cara mekanisasi/mesin, meliputi proses yang
menggunakan mesin sebagai berikut :
 Blowing, adalah proses pembukaan biji kapas, kemudian dibersihkan, lalu dicampur dan
hasilnya berupa lap.
 Carding, adalah proses pembersihan penguraian serat, pemisahan serat yang panjang
dengan serat yang pendek serta merubah bentuk lap menjadi sliver.
 Drawing, adalah proses perangkapan, penarikan dan peregangan serat-serat dan
membuat sliver yang lebih rata.
 Roving, adalah proses penarikan, pemberian putaran/twist, penggulungan dan hasilnya
berupa roving.
 Ring Spinning, adalah proses penarikan, pemberian putaran/twist, penggulungan dan
hasilnya berupa benang.
 Winding, proses penggulungan benang menjadi bentuk gulungan yang lebih besar
sambil menghilangkan bagian yang lemah dan tidak rata.
Pemintalan serat buatan, yang terbentuk dari polimer-polimer, baik yang berasal dari
alam maupun buatan hasil proses kimia yang sederhana. Semua proses pembuatan serat
buatan/sintetis dilakukan dengan menyemprotkan polimer yang terbentuk cairan melalui
lubang-lubang kecil (spineret).
4. Penganjian (Sizing) Serat Tekstil

Menganji berbagai jenis benang merupakan pekerjaan yang sangat rumit, karena tidak
semua serat mengggunakan sistem pengukuran yang sama. Pada benang pintal, jumlah ukuran,
atau perhitungannya didasarkan pada berat dan panjang benang tersebut. Penganjian sutra
juga berdasarkan pada yard gulungan benang. Benang wol (wool) menggunakan 300 yard
sedangkan pengajian benang worsted berdasarkan pada gulungan 560 yard. Penganjian benang
kapas dihitung berdasarkan jumlah gulungan yang panjangnya 840 yard. Pada benang filamen,
ukurannya ditentukan oleh ukuran lubang-lubang pada spinneret dan juga jumlah larutan, yang
dimasukkan melalui spinneret tersebut.

Penganjian benang lusi adalah proses paling penting dalam pertenunan karena hasilnya
akan mempengaruhi effisiensi tenunan dan mutu hasilnya. Pemilinan bahan kanji yang sesuai

7
juga penting. Pengajian lusi bertujuan untuk memperbaiki sifat tenunan, rupa, dan rabaan
(handling), dan menimbang kain. Benang yang telah dikanji akan terikat bulu-bulu benangnya,
mempertinggi kekuatan dan kekenyalan serta kelicinan permukaan benang yang akan
mengalami gesekan pada waktu menenun serat tekstil.

1.3. Pengelompokkan Benang

Benang merupakan hasil akhir dari proses pemintalan baik berupa benang alam seperti
benang kapas/katun, ataupun benang buatan seperti benang nilon, dan polyester sesuai
dengan asal seratnya. Benang dapat digolongkan ke dalam empat kategori yaitu:

1. Benang dasar ( simple yarns)

Benang dasar atau disebut juga benang biasa merupakan jenis benang yang paling
sederhana, meskipun terbuat dari satu serat yang sama atau serat campuran, tetapi jumlah
pilinan pada keseluruhan panjangnya sama dan jenis benang ini terlihat lembut dan rata. Bahan
tekstil yang terbuat dari benang dasar satu ukuran dengan kandungan serat yang sama akan
menghasilkan tenunan yang lembut permukaannya tetapi kurang bervariasi. Sedangkan untuk
benang dasar yang dipilin dengan cara berlainan dengan kandungan serat yang berbeda bisa
dikombinasikan melalui proses menenun untuk menghasilkan bahan tekstil dengan tekstur
yang beragam. Dengan benang ini, bisa dilakukan berbagai kombinasi sehingga menghasilkan
jenis bahan yang bervariasi. Golongan benang dasar antara lain benang lawe, benang sering,
benang tenun.

2. Benang hias (novelty yarns)

Benang hias dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut.

a. Mencampur serat-serat yang berbeda warna, kemudian dipintal.


b. Memintal campuran serat – serat dari jenis serat - serat yang berbeda.
c. Men - cap sliver atau benang dengan pola tertentu.
d. Menggintir benang - benang yang berbeda dalam hal jenis seratnya, warnanya,
kehalusannya, kelembutannya, panjangnya, jumlah dan arah antihannya.

8
Contoh benang hias adalah sebagai berikut.
a. Benang berbintik teratur (mauline atau grandrelle).
b. Benang berbintik tak teratur (marl atau mock – grand - relle).
c. Benang spiral (benang gimp atau gimp yarn).
d. Benang berjerat (benang keriting atau curl – yarn ).
e. Benang knop.
f. Benang awan (cloud yarn ).
g. Benang slab (slub yarn).
h. Benang chenille.
3. Benang spiral

Benang spiral dapat diperoleh dengan memilin dua benang yang memiliki ketebalan
berbeda. Biasanya, benang bermutu memiliki pilinan lebih tinggi dan lebih baik daripada yang
kasar dan benang yang lebih kasar melilit benang yang lebih baik. Berbagai variasi dapat
dilakukan tergantung pada efek yang dikehendaki pada kain yang akan dibuat.

4. Benang bertekstur

Benang bertekstur umumnya dihasilkan dari serat termoplastik yaitu serat yang
bentuknya dapat diatur oleh panas, yang diterapkan pada proses pembuatannya. Karena serat
buatan mampu menyesuaikan dengan panas. Benang bertekstur serat seratnya sengaja diacak
sehingga pada sat dibentangkan maka benang menjadi tidak sama. Benang bertekstur dapat
diikalkan pada satu sisi atau kedua duanya, digulung, dilipat, dikerut atau diolah menjadi bulu
bulu halus agar benang mengembang.
Panas yang diterapkan pada titik tertentu saat proses pembuatan sedang berlangsung
akan menghasilkan tekstur yang dikehendaki pada benang, bahkan benang dapat dirajut
menjadi bahan tekstil, dipanaskan lalu ditutup, sehingga benang yang dihasilkan akan memiliki
bentuk dan akan mempengaruhi permukaan bahan tekstil yang dibuat dengan benang
bertekstur.

9
Jenis Benang Menurut Kontruksinya
Menurut kontruksinya benang dapat dibagi menjadi :
1. Benang Tunggal
Benang tunggal ialah benang yang terdiri dari satu helai benang saja. Benang ini terdiri
dari susunan serat-serat yang diberi antihan yang sama.
2. Benang Rangkap
Benang rangkap ialah benang yang terdiri dari dua benang tunggal atau lebih yang
dirangkap menjadi satu.
3. Benang gintir
Benang gintir ialah benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang atau lebih
bersama-sama. Biasanya arah gintiran benang gintir berlawanan dengan arah antihan benang
tunggalnya.Benang yang digintir lebih kuat daripada benang tunggalnya.
4. Benang Tali
Benang tali ialah benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang gintir atau
lebih bersama-sama.

Jenis Benang Menurut Pemakaiannya

Menurut pemakaiannya benang di bagi menjadi :

1. Benang Lusi
Benang lusi ialah benang untuk lusi, yang pada kain tenun terletak memanjang kearah
panjang kain. Dalam proses pembuatan kain, benang ini banyak mengalami tegangan dan
gesekan. Oleh karena itu, benang lusi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mampu untuk
menahan tegangan dan gesekan tersebut. Untuk memperkuat benang lusi, maka jumlah
antihannya harus lebih banyak atau benangnya dirangkap dan digintir. Apabila berupa benang
tunggal, maka sebelum dipakai harus diperkuat terlebih dahulu melalui proses penganjian.
2. Benang Pakan
Benang pakan ialah benang untuk pakan, yang pada kain tenun terletak melintang
kearah lebar kain. Benang ini mempunyai kekuatan yang relatif lebih rendah daripada benang
lusi.

10
3. Benang Rajut
Benang rajut ialah benang untuk bahan kain rajut. Benang ini mempunyai antihan /
gintiran yang relatif lebih rendah daripada benang lusi atau benang pakan.
4. Benang Sisir
Benang sisir ialah benang yang dalam proses pembuatannya, melalui mesin sisir
(Combing machine). Nomor benang ini umumnya berukuran sedang atau tinggi (Ne1 40 keatas)
dan mempunyai kekuatan dan kerataan yang relatif lebih baik daripada benang biasa.
5. Benang Hias
Benang hias ialah benangbenang yang mempunyai corak-corak atau konstruksi tertentu
yang dimaksudkan sebagai hiasan. Benang ini dibuat pada mesin pemintalan dengan suatu
peralatan khusus.
6. Benang Jahit
Benang jahit ialah benang yang dimaksudkan untuk menjahit pakaian. Untuk pakaian
tekstil benang jahit ini terdiri dari benang-benang yang digintir dan telah diputihkan atau
dicelup dan disempurnakan secara khusus.
7. Benang Sulam
Benang sulam ialah benang - benang yang dimaksudkan untuk hiasan pada kain dengan
cara penyulaman. Benangbenang ini umumnya telah diberi warna, sifatnya lemas dan
mempunyai efek-efek yang menarik.

1.4. Konstruksi Bahan Tekstil

Konstruksi bahan tekstil terjadi karena susunan benang lungsin dan benang pakan.
Benang lungsin adalah benang yang membujur menurut panjang bahan, benang pakan
adalahbenang yang melintang menurut lebar bahan. Pembuatan bahan tekstil sudah dikenal
sejak zaman sebelum masehi, proses pembuatannya dapat dilakukan dengan tangan maupun
dengan mesin. Sesuai perkembangan industri tekstil proses pembuatan bahan teksil dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan di tenun. Tenunan adalah proses
pembuatan bahan tekstil yang dilakukan melalui persilangan antara benang lungsin dan benang
pakan pada sudut yang tepat satu sama lain (900). Silang tenun terdiri dari bermacam macam

11
silang dasar dan variasinya. Silang dasar dikelompokkan menjadi tiga yaitu, silang polos, silang
satin dan silang kepar.

Jenis-jenis tenunan
1. Tenunan polos
Tenunan polos merupakan corak tenun yang paling sederhana, yaitu masing-masing
dengan sebuah benang lusi dan benang pakan naik turun bergantian dan saling menyilang.
ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun polos dapat menggunakan semua mesin
berapapun jumlah gun atau kamrannya.
2. Tenunan satin

Pada tenunan satin , titik temu antara benang lusi dan pakan dibuat sedikit mungkin dan
lagi pula titik temu harus dihamburkan dan dibuka terus menerus sehingga seolah-olah hanya
benang lusi saja atau benang pakan saja yang mengapung di atas permukaan kain. Tenunan
pada benang lusi dinamakan satin pakan. ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun satin
adalah yang memiliki minimal 5 (lima) gun/kamran.
Pada dasarnya proses pembuatan tenun polos, kepar, dan satin hampir sama, yaitu dari
pemilihan bahan, penghanian, penyucukan, penyetelan (pemasangan benang lusi pada boom,
penggulungan, pengikatan) dan penenunan. Perbedaan terjadi dalam proses penyucukan, yaitu
disesuaikan dengan bentuk anyaman atau konstruksi dari tenunannya. Perbedaan dalam
pembuatannya juga disesuaikan dengan jumlah gun/kamran yang tersedia pada mesin. Untuk
tenun polos dapat menggunakan berapapun jumlah gun, tenun kepar minimal 3 (tiga)
gun/kamran, dan tenun satin minimal 5 (lima) gun/kamran. Demikian juga dengan
injakan/tarikan pedalnya. Untuk tenun polos, tarik/injak 1(satu) tinggal 1(satu).
Untuk tenun kepar, tarik/injak 1 (satu) tinggal 2 (dua) atau 3 (tiga), dan tenun satin,
tarik/injak 1 (satu) tinggal 4 (empat) atau 5 (lima).
3. Tenunan kepar

Benang pakan menyilang di bawah benang lusi, silih berganti. Pada tenun kepar titik
pertemuan antara lusi dan pakan berjalan miring pada tenunannya. ATBM atau mesin yang
digunakan untuk tenun kepar adalah yang memiliki minimal 3 (tiga) gun/kamran

12
Mengklasifikasi macam-macam alat tenun
Alat tenun adalah alat atau mesin untuk menenun benang menjadi tekstil (kain). Alat
tenun terdiri dari:
1. Alat tenun Gedog, alat yang digunakan untuk membuat bahan tekstil yang ukurannya
pendek antara lain bahan tekstil untuk acara acara adat, keagamaan, atau hiasan
kerajaan seperti, ulos, songket palembang, tapis lampung, batik tuban dan sejenisnya
2. ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) alat tenun yang dapat memproduksi bahan tekstil
yang lebih panjang dengan waktu produksi lebih cepat. Kecepatan produksi terjadi
karena ATBM tidak saja digerakkan dengan tangan, tetapi digerakan juga dengan
batuan kaki.
3. Alat Tenun Mesin yang dilengkapi motor penggerak secara mekanis.
Menurut ukurannya, alat tenun tradisional dan alat tenun bukan mesin yang berukuran
kecil dipakai untuk menenun sambil duduk, sementara alat tenun berukuran besar digunakan
untuk menenun sambil berdiri. Orang Mesir kuno dan orang Cina kuno sudah mengenal alat
tenun bukan mesin sejak 4000 SM. Fungsi dasar alat tenun sebagai tempat memasang benang-
benang lungsin agar benang pakan dapat diselipkan di sela-sela benang lungsin untuk dijadikan
kain. Bentuk dan mekanisme alat tenun dapat berbeda-beda, namun fungsi dasarnya tetap
sama.

Gambar.7.Alat Tenun Gedog, ATBM dan


Menenun ATM

Menenun adalah proses pembuatan barang-barang tenun (kain) dari persilangan dua
set benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara melintang pada benang-
benang lungsin (benang lusi). Benang pakan dan lungsin dipersilangkan tegak lurus. Benang-
benang lungsin ditarik memanjang keatas pada alat tenun dan benang-benang pakan disisipkan

13
selang seling diatas dan dibawah benang-benang lungsin dengan gerakan maju mundur.
Kekencangan dari suatu tenunan tergantung pada jumlah benang-benang lungsing dan benang-
benang pakannya dalam setiap centimeter (cm). Semakin banyak jumlah benang per 1 cm kain
tenun semakin awet. Sebelum menenun dilakukan penghanian, yakni pemasangan benang-
benang lungsin secara sejajar satu sama lainnya di alat tenun sesuai lebar kain yang diingini.

Ada 3 (tiga) macam silang dasar diantaranya:


1. Silang Polos
Tiap benang lusi dan benang pakan saling menyilang sehingga membentuk garis kotak-
kotak. Silang polos juga merupakan silang yang paling sederhana dengan permukaan
timbal balik yang sama. Silang polos merupakan merupakan silang paling tua dan
paling banyak digunakan.. Jenis-jenis kain yang ditenun dengan silang polos
diantaranya adalah kain mori, kain blacu, poplin, berkolin, kain organdi dll.

Gambar. 8. Struktur Tenunan Silang Polos


2. Silang Kepar
Pada bagian baik dari tenunan silang kepar terlihat alur yang arahnya serong ke kiri
atau ke kanan. Timbal balik silang kepar tidak sama, kecuali pada kepar timbal balik.
Pada bagian baik tenunan terlihat lebih berkilau sedikit dari bagian buruk. Pada salah
satu bagian lebih banyak terlihat benang lungsin dari pada benang pakan, pada bagian
yang lain sebaliknya. Apabila pada bagian baik tenunan terlihat banyak lungsin, disebut
kepar lungsin. Apabila terlihat banyak benang pakan, disebut kepar pakan. Silang kepar
lebih kuat daripada silang polos, karena lebih banyak benang yang dipergunakan untuk

14
silang kepar juga lebih berat daripada silang polos. Bahan tekstil yang dihasilkan
ditenun silang kepar ialah: drill, gabardine, bahan kasur, dan veterban.

Gambar. 9. Struktur Tenunan Silang Kepar


3. Silang Satin
Membuat tenunan dengan silang satin paling sedikit memerlukan lima gun, oleh
karena itu disebut satin silang lima. Gambaran yang sekecil-kecilnya dari silang satin
ialah lima lungsin dan lima pakan. Satin itu disebut satin lungsin apabila yang terlihat di
atas bahan banyak benang lungsin. Disebut satin pakan apabila yang terlihat di atas
bahan banyak benang pakan. Biasanya tenunan satin lima gun ditulis 4:1, artinya
empat benang lungsin di atas dan satu benang pakan di bawah. Kemungkinan yang lain
1: 4 artinya satu benang lungsin di atas dan empat benang pakan di bawah.
Karakter yang paling menonjol pada kain satin adalah kilaunya. Jenis serat dan benang
yang digunakan dan panjang efek akan mempengaruhi kilau satin. Karena sedikitnya
jumlah silangan pada satin menyebabkan benang-benang berimpit satu sama lain dan
menghasilkan sifat-sifat kain yang lebih halus, berkilau dan lembut. Kain yang ditenun
dengan konstruksi satin ialah damas, kain pique

15
Gambar.10. Konstruksi Tenunan Silang Satin
Pada dasarnya proses pembuatan tenun polos, kepar, dan satin hampir sama, yaitu dari
pemilihan bahan, penghanian, penyucukan, penyetelan (pemasangan benang lusi pada boom,
penggulungan, pengikatan) dan penenunan. Perbedaan terjadi dalam proses penyucukan, yaitu
disesuaikan dengan bentuk anyaman atau konstruksi dari tenunannya. Perbedaan dalam
pembuatannya juga disesuaikan dengan jumlah gun/kamran yang tersedia pada mesin. Untuk
tenun polos dapat menggunakan berapapun jumlah gun, tenun kepar minimal 3 (tiga)
gun/kamran, dan tenun satin minimal 5 (lima) gun/kamran. Demikian juga dengan
injakan/tarikan pedalnya. Untuk tenun polos, tarik/injak 1(satu) tinggal 1(satu). Untuk tenun
kepar, tarik/injak 1 (satu) tinggal 2 (dua) atau 3 (tiga), dan tenun satin, tarik/injak 1 (satu)
tinggal 4 (empat) atau 5 (lima).
Tabel .1. Perbedaan Jenis Tenunan
Jumlah
No. Tenunan Pedal
Gun/kamran
1. Polos Minimal 2 gun Tarik/injak 1 (satu)
2. Kepar Minimal 3 gun Tarik/injak 1 (satu) tinggal 2 (dua)
3. Satin Minimal 5 gun Tarik/injak 1 (satu) tinggal 4 (empat)

16
1.5. Sifat Bahan Tekstil
Jenis tekstil dapat diketahui dari perbedaan serat dan permukaan teksturnya. Ada yang
berasal dari serat alam (tumbuhan dan hewan), serat buatan (sintetis), dan serat dari bahan
galian (asbes dan logam). Serat bahan alam misalnya: katun, wol, sutera. Serat buatan misalnya:
dakron, polyester, dan nilon. Serat dari bahan galian misalnya: brokat, lame, dan songket. Jenis-
jenis bahan tekstil ini memiliki sifat yang berbeda-beda, sebagai berikut:
Katun
Sifat-sifat bahan katun adalah bersifat hidroskopis atau menyerap air, mudah kusut,
kenyal, dalam keadaan basah kekutannya bertambah lebih kurang 25%, dapat disetrika dalam
temperatur panas yang tinggi, katun lenan tersebut mengandung lilin, oleh sebab itu tidak perlu
dikanji. Katun lenan ini tidak tahan chloor.
Wol
Bahan wol memiliki sifat sangat kenyal hingga tidak mudah kusut, bila wol dipanaskan ia
akan menjadi lunak karena kenyalnya berkurang. Wol mengikat, panas, karena serabut wol
keriting. Udara dalam pori-pori wol bertahan, bila dipakai dapat mengantarkan panas, wol tidak
tahan akan nyengat. Salah satu sifat fisika wol adalah kekuatan serat dalam keadaan basah
berkisar antara 1,2 – 1,7 gram/denier dengan mulur 30 – 40 %, sementara sifar kimia antara
lain dapat mengelembung kira-kira 3% dalam asam khlorida pada PH=0,6.
Sutera
Kain sutera yang terbuat dari protein di alam memiliki daya serap yang baik. Daya serap
dari kain sutera membuat pakaian menjadi nyaman bahkan untuk suasana yang lebih hangat.
Kain yang terbuat dari sutera akan nyaman dipakai di musim panas atau hangat dan njuga di
musim dingin. Serat sutera umumnya dapat menyerap sekitar 11 persen dari berat dalam
cairan, tetapi rentang cukup bervariasi dari 10 persen sampai 30 persen. Sifat ini juga
merupakan faktor utama dalam kemampuan sutera untuk di-printing dan dicelup secara
mudah. Bahan sutera memiliki sifat lembut, licin dan berkilap, kenyal dan kuat. Dalam keadaan
basah sutera berkurang kekuatannya 15%. Bahan sutera tahan ngengat, banyak menghisap air
dan bila dipergunakan memberi rasa sejuk.

17
Serat Asbes
Serat asbes umumnya mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, daya mulurnya sangat
rendah, hanya sedikit menyerap air, sangat tahan panas dan api, dan tahan cuaca. Serat asbes
merupakan penghantar listrik dan panas yang jelek, sehingga mineral asbes banyak
dimanfaatkan untuk pelapis kabel listrik, sarung tangan, dan tirai.
Serat Nylon
Serat nylon mempunyai ciri sangat kuat, ringan dan berkilau, elastisitas sangat kuat,
tidak mudah kusut, tahan terhadap serangan jamur dan bakteri. Nylon tidak tahan panas,
mudah terbakar, meleleh bila dibakar, berbau khas, serta meninggalkan bentuk pinggiran keras
yang berwarna cokelat.
Polyester
Serat polyester mempunyai ciri elastisitasnya tinggi sehingga tidak mudah kusut, tahan
terhadap sinar matahari, tahan suhu tinggi, daya serap air yang rendah, tahan terhadap jamur,
bakteri, dan serangga. Apabila dibakar polyester mudah terbakar, tetapi apinya cepat padam,
meninggalkan tepi yang keras dan berwarna cokelat muda.
Brokat, Lame dan Songket
Bahan tekstil yang berasal dari brokat, lame dan songket ini mudah berubah warna,
tidak mudah kusut, kurang menyerap air, tidak tahan temperatur setrika yang tinggi.
Rayon viskosa
Kekuatan serat rayon viskosa kira-kira 2,6 gram per denier dalam keadaan kering dan
kekuatan basahnya kira-kira 15% dalam keadaan kering dan kira-kira 25% dalam keadaan
basah. Kurang elastis. apabila benangnya mendapat suatu tarikan mendadak, kemungkinan
benangnya tetap mulur dan tidak mudah kembali lagi, jadi jika dicelup akan menghasilkan
celupan yang tidak rata dan kelihatan seperti garis-garis yang berkilau.

1.6. Penyempurnaan Bahan Tekstil


Penggunaan bahan tekstil baik sebagai bahan sandang maupun bahan industri
berkembang seiring dengan berkembangnya jaman. Dahulu, penggunaan bahan tekstil terbatas
dalam bentuk mentah (grey). Namun semakin lama kita membutuhkan bahan tekstil dengan

18
spesifikasi tertentu. Agar spesifikasi tersebut dapat dipenuhi, perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut terhadap bahan grey.
Salah satu pengolahan yang dilakukan terhadap bahan tekstil adalah penyempurnaan.
Proses Penyempurnaan (finishing) dapat didefinisikan sebagai pengerjaan pada serat, benang
atau kain yang ditujukan untuk mengubah / menyempurnakan kenampakan, pegangan atau
daya guna (fungsi) dari bahan-bahan tersebut. Proses penyempurnaan tekstil dibagi 2 (Dua)
yaitu :
1. Proses Penyempurnaan Awal, meliputi :
 Proses Pembakaran Bulu
 Penghilangan Kanji
 Pemasakan
 Pengelantangan
 Merserisasi dan
 Heat-setting
2. Proses penyempurnaan akhir bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan kualitas dan
daya pakai bahan, sehingga penggunaan bahan lebih luas. Proses ini meliputi :
 Perbaikan Kenampakan
 Stabilitas Dimensi
 Pegangan (Handfeel) dan
 Perbaikan Sifat Khusus/Daya Guna.
Proses penyempurnaan akhir ini dibagi kembali kedalam 2 (Dua) pengerjaan prosesnya
yaitu :
a. Proses Penyempurnaan Basah (Kimia) : Menggunakan zat kimia dan hasilnya bersifat
permanen
b. Proses Penyempurnaan Kering (Fisika) : Tanpa menggunakan zat kimia dan hasilnya
tidak bersifat permanen.

1.7. Memilih Bahan Utama

Bahan utama busana yang dimaksud disini adalah bahan tekstil berupa kain yang
menjadi bahan pokok pembuatan busana. Bahan atau kain yang diperdagangkan beragam jenis

19
dan kualitasnya, ada yang tipis, sedang dan ada yang tebal. Busana yang baik ditentukan oleh
pemilihan dan pemakaian bahan tekstil yang tepat. Agar dapat memilih dan membeli bahan
yang tepat sesuai dengan yang diharapkan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
diantaranya yaitu :

1). Memilih bahan yang sesuai dengan desain.

Untuk menentukan bahan yang cocok digunakan untuk model yang sesuai dengan desain
yang diharapkan dapat dilakukan dengan menganalisa model secara cermat. Analisa ini meliputi
jenis pakaian yang akan dibuat, kesempatan pemakaiannya, siapa yang akan memakai, bagaimana
bentuk tubuh pemakai, bagaimana jatuh pakaian pada tubuh, dan lain-lain. Hal-hal di atas
merupakan pedoman dalam menentukan bahan yang cocok dipilih dan dibeli. Letak jatuh bahan
yang melangsai pada tubuh atau mengikuti bentuk tubuh dapat diketahui kalau bahan yang
digunakan bertekstur lembut atau melangsai.

2). Memilih bahan yang sesuai dengan pemakai

Pakaian yang dikenakan oleh seseorang bisa saja terlihat aneh jika memakai pakaian
tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena bahan yang digunakan kurang cocok dengan pemakai.
Agar tidak keliru dalam memilih bahan sebaiknya bahan yang dipilih di sesuaikan dengan
pemakai, seperti jenis bahan, warna bahan, tekstur bahan, corak bahan, dan lain-lain. Bahan
yang tebal dan kaku membuat pemakainya terlihat lebih gemuk karena jatuh bahan pada badan
juga kaku. Bahan yang lembut dan melangsai membuat pemakainya kelihatan lebih langsing
karena jatuh pakaian pada badan mengikuti bentuk tubuh. Bahan yang mengkilap atau berkilau
juga dapat memberi efek pemakai terlihat lebih gemuk, maka bahan ini cocok dipakai oleh
orang yang bertubuh sedang atau kurus. Untuk menutupi kekurangan bentuk tubuh seseorang,
juga dapat dilakukan dengan pemilihan bahan yang tepat.

3). Memilih bahan yang sesuai dengan kesempatan

Pakaian yang sering digunakan seperti pakaian kerja, pakaian rumah, pakaian santai,
akaian sekolah dan pakaian olah raga sebaiknya menggunakan bahan yang menghisap keringat
dan umumnya dibuat dari serat alam atau campuran serat alam. pakaian sekolah, pakaian kerja
dan pakaian santai bahan dari kapas atau campuran kapas dan poliester seperti katun, tetoron,

20
batik cocok digunakan. Bahan ini dapat mengisap keringat, kuat dan mudah dalam
pemeliharaannya. pakaian pesta, seperti pesta siang, pesta malam, dapat dipilih bahan seperti
sutera, brokat, saten, chiffon, beledru dan lain-lain.

Jenis-Jenis Bahan Utama pada Pembuatan Busana

Secara Umum bahan utama dapat dipergunakan dalam dalam pembuatan produk
busana dan karya tekstil yang bahan nya di utamakan / bahan pokok. Yang temasuk bahan
bahan utama adalah:

1. COTTON
Bahan ini ada 2 jenis besaran yaitu Cotton Combed serta Cotton Carded. Untuk Cotton
Combed bahannya lebih halus daripada Cotton Carded yang agak kasar. Memang secara
sepintas ketika kita memegang bahan Cotton Carded terasa lebih tebal, tapi Cotton Combed
ketika di pakai lebih nyaman dan enteng. Sifat kedua jenis bahan tersebut bisa menyerap
keringat dan tidak panas, karena bahan baku dasarnya adalah serat kapas. Selain itu, untuk
membedakan tebal tipisnya kaos dengan bahan ini adalah jenis benang yang dipergunakan.
Biasanya kita sering melihat jenis kaos yang 20’s, 30’s atau lainnya. Bahan dengan benang 20’s
lebih tebal ketimbang 30’s. Ada lagi bahan yang lebih tebal dari Cotton Combed 20’s yaitu
Double Cotton atau biasanya juga di sebut dengan Double Nett. Tentunya bahan lebih nyaman
dan jatuh (berat ke bawah) ketika di pakai. Tapi, kekurangan dari bahan Double Cotton ini
adalah melar ketika sering dicuci dan dipakai, apalagi jika sering ditarik
2. POLYESTER dan PE
Jenis bahan ini terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi untuk
dibuat bahan berupa serat fiber poly dan yang untuk produk plastik berupa biji plastik. Karena
sifat bahan dasarnya, maka jenis bahan ini tidak bisa menyerap keringat dan panas dipakainya.
Terbuat dari butiran plastik sehingga terasa panas di badan dan tidak menyerap keringat.
3. VISCOSE
Bahan Viscose merupakan bahan yang sering dipergunakan dalam pakaian-pakaian
model busana pesta, casual wear, lingerie, underwear, sampai jaket sebab halus dan licin serta
lentur. Bahan ini terbuat dari serat kayu (Eucalyptus-sejenis pohon pinus

21
4. WOOL
Bahan ini sangat menyerap air akan tetapi berbahan tebal sehingga jika kena noda akan
lebih sulit dibersihkan dan akan menyusut jika cara mencuci dan mengeringkannya tidak benar.
Ada juga jenis Lightweight Wool. Untuk Lightweight Wool, sesuai dengan namanya, kain wol ini
tergolong ringan dan bisa dipadukan dengan apa saja. Jatuhnya di badan pun enak dilihat.
Kelebihannya, kain ini agak ‘bandel’ alias tahan banting (awet).
5. LINEN
Seperti katun, namun memiliki serat yang lebih kuat, sangat cocok untuk casual wear
dan dresses. Kain cantik ini berkerut tapi jangan sampai kerutannya malahan menganggu
penampilan.
6. SUTERA/SILK
Bahan ini menyerap air dan mudah sobek. Pencucian dengan menggunakan enzym dan
pemutih dapat menyebabkan kerusakan pada jenis pakaian ini sehingga cara pencucian yang
baik dilakukan adalah dengan sistem dry clean.
7. CASHMERE
Bahan ini tergolong mewah, dengan kualitas prima. Jangan heran bila embel-embel
price tagnya pun tergolong menguras kantung. Dipadukan dengan rok yang elegan ataupun
dengan jeans saja, cashmere tetap terlihat mewah dan mahal. Semakin sering dicuci, bahan ini
akan semakin halus. Tapi perhatikan dulu, tidak sembarang cuci, karena mencucinya pun
dilakukan dengan shampoo.
8. SHEER
Biasa digunakan untuk tampilan elegan dan anggun. Pilih yang transparan dilengkapi
dengan dalaman maka akan terlihat simple yet sexy.
9. DENIM
Tidak ada yang tidak mengenal dan sayang pada jenis bahan satu ini. Denim alias bahan
jeans, dicintai semua kalangan. Semakin gelap warnanya, semakin mudah mencari padanannya.
Selain itu juga denim yang berwarna gelap akan terlihat lebih rapi dan formal daripada yang
terang dan belel.

22
10. JERSEY
Bahan jersey merupakan bahan kain yang dibuat dari jenis tekstil rajutan, yang terdiri
dari serat katun seluruhnya atau sebagian dicampur dengan serat sintetis. Ciri-ciri dari bahan
kain jersey ini adalah merupakan kain katun strech, halus, lebih tebal dibandingkan dengan kain
spandex rayon, serta tidak berbulu.

11. LYCRA

Lycra atau disebut juga bahan spandex biasanya dipadukan dengan bahan pakaian
lainya, karena kandungannya hanya beberapa persen saja. Tapi bahan pakaian yang terbuat
dari unsure lycra akan lebih tahan lama kerapiannya. Sifatnya yang mengikuti bentuk tubuh
(elastis) dan nyaman tidak terlalu tebal sering dipakai pula untuk pakaian senam.

12. LEATHER (BAHAN KULIT)

Bahan kulit ini biasanya dibedakan berdasarkan bagian tubuh dari hewan tersebut, yaitu
bagian pungung, leher, bahu, perut bawah dan paha. Bagian tubuh yang paling mahal adalah
bagian punggung karena memiliki kualitas kulit tebal dan halus yang baik dibandingkan bagian
tubuh lainnya yang tipis dan melar.

13. DRILL

Bahan jenis drill diantaranya kain drill merk taipan drill dan taipan tropical untuk produk
jepang yang kualitasnya baik dan tebal. Adapula merk American Drill seperti Verlando dan
Venosa yang harga nya lebih murah ketimbang Japan Drill. Bahan ini nyaman sekali dipakai
untuk seragam, koleksi warna pun terbilang paling lengkap dibanding bahan merk lain. Bentuk
tekstrur dari bahan ini adalah terlihat garis benang bahan ini yang jelas.
1.8. Memilih Bahan Tambahan

Bahan pelapis yang digunakan pada industri garmen dapat disejajarkan dengan alat,
yang mana berpengaruh terhadap pembentukan pakaian/busana yang bermutu. Bahan Pelapis
(underlying) adalah bahan tambahan yang terletak di bawah bahan utama yang fungsinya

23
antara lain untuk membentuk, menopang kain, menjaga tetap kuat dari gesekan, lipatan,
tekanan dan tahan rendaman. Juga untuk memberi rasa nyaman saat pemakaian seperti
memberi rasa sejuk, hangat dan menghindari rasa gatal.
Dalam pembuatan busana bahan pelapis digolongkan menjadi 4 jenis yaitu
 Lapisan bawah (Underlining),
 Lapisan dalam (Interfacing),
 Lapisan antara (Interlining) dan
 Bahan pelapis (lining) yang biasa disebut furing (Lining).
Penggolongan Bahan Pelapis
a. Lapisan Bawah (Underlining)
Adalah bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian buruk) bahan utama
pakaian (Garment fabric) biasa disebut lapisan bawah atau lapisan pertama. Pada umumnya
lapisan bawah dimaksudkan untuk menguatkan bahan utama pakaian serta keseluruhan desain.
b. Lapisan Dalam (Interfacing)
Adalah bahan pelapis yang lebih kokoh dari lapisan bawah yang dipergunakan untuk
menguatkan dan memelihara bentuk pakaian. Bahan lapisan ini dapat dipergunakan pada
seluruh bagian dari pakaian, tetapi pada umumnya hanya dipergunakan pada bagian-bagian
tertentu saja seperti pada kerah, manset, saku dan lainnya.
c. Lapisan Antara (Interlining)
Adalah bahan pelapis lembut dan ringan yang diletakkan diantara interfacing dan lining
pada suatu pakaian untuk memberikan rasa hangat selama dikenakan. Biasanya untuk lengan
baju dan bagian badan dari jaket atau mantel.
d. Bahan Pelapis (Lining) atau biasa disebut furing
Adalah bahan pelapis yang memberikan penyelesaian yang rapi, rasa nyaman,
kehangatan, kehalusan terhadap kulit, biasanya disebut bahan pelapis terakhir (furing) karena
merupakan penyelesaian terakhir pada pembuatan busana untuk menutupi bagian dalamnya.

24
Gambar.11. Penempatan Bahan Pelapis Pada Pakaian

1.9. Memilih Bahan Pelengkap


Pelengkap (aksesori) busana adalah detail-detail yang dipasang pada permukaan
busana. Bisa dipasangkan pada permukaan busana sebelum bahan digunting, pada bagian-
bagian busana sebelum dijahit, atau setelah busana selesai dijahit. Pelengkap busana bisa
sebagai unsur dekoratif (hiasan) atau unsur fungsional (kegunaan), ataupun keduanya. Segala
yang dapat dipindahkan tanpa menganggu struktur dasar busana, seperti memasang monte,
aplikasi dan bordir, adalah unsur dekoratif dan menambah nilai penampilan diri desainnya.
Sedangkan kancing-kancing dan tutup tarik adalah unsur fungsional, sebab mereka penting
untuk memudahkan mengenakan dan melepas busana, serta juga bisa menambah perhatian
pada desainnya. Macam dan Fungsi Bahan Pelengkap Busana adalah sebagai berikut:
a. Aplikasi, adalah bentuk-bentuk dekorasi yang dijahitkan atau dilem pada busana.
b. Benang sangatlah penting dalam menjahit. Benang yang digunakan dalam menjahit juga
berpengaruh pada produk busana yang dibuat. Benang yang digunakan harus sesuai
dengan asal serat bahan yang digunakan. Ukuran dan pemakaian label benang berbeda-
beda untuk setiap benang.
c. Badge, bisa berupa bordiran, atau terbuat dari metal yang biasanya dijahitkan pada
busana, tetapi beberapa mempunyai segelan/lem dibelakangnya yang disetrikakan di
atas busana supaya melekat.
d. Bunga korsase (corsage), dapat dibuat dari bahan dasar busananya, atau dibeli terpisah
dan dipasangkan.

25
e. Bulu burung dan bulu imitasi (fake fur), terutama dengan bulu imitasi bisa diperoleh
macam-macam pola bulu kulit binatang.
f. Bisban, potongan serong bahan tetoron, satin yang dilipat yang dipergunakan untuk
pinggiran, untuk menggantikan kebutuhan lapisan singkap (facings).
g. Pita tersedia dalam beberapa ukuran dan warna. Ada yang lebarnya ¼ cm, ½ cm, 1 cm, 2
cm dan 3 cm. Pita ini juga terbuat dari bahan yang berbeda dengan warna yang
beraneka, mulai dari warna perak, emas, dan warna-warna pada umumnya. Pita
digunakan sebagai bahan untuk menghias busana, baik busana anak maupun busana
orang dewasa. Pada busana anak, pita umumnya dibuatkan bunga atau bahan untuk
ikat pinggang, sedangkan pada busana wanita dewasa atau busana remaja pita bisa
dibuatkan sulaman dengan teknik sulaman pita. Jenis pita antara lain: pita satin, pita
bordir, pita strip dua atau tiga warna, pita golt/silver (emas/perak).
h. Renda tersedia dalam aneka bahan dan model. Renda dari bahan katun digunakan
untuk menghias busana dari bahan katun pula dan sebaliknya. Renda yang terbuat dari
bahan sintetis seperti renda organdi lebih cocok digunakan untuk busana yang berbahan
sama dengan renda sehingga terlihat kesatuannya dengan bahan pakaian.
Renda yang sering digunakan terbuat dari bahan katun, sutera, nylon, polyester, dan
sebagainya. Renda dapat dibuat dengan tangan atau mesin. Beberapa macam renda
sepe. rti bordir dan renda air, privolite, renda rajutan, renda elastik.
i. Kancing mempunyai model dan ukuran yang bervariasi. Selain berfungsi sebagai
penutup belahan, kancing juga bisa dipakai sebagai hiasan atau asessoris. Dalam
memilih kancing hendaknya disesuaikan dengan pakaian atau busana yang kita buat.

Gambar.12. Aneka Bentuk Kancing Hias


Sumber. http://kelasbusana.blogspot.co.id

26
j. Zipper (ritsluiting)
Tutup tarik atau sehelai kain/plastik/polyester yang dilegkapi gigi dan tarikan sehingga
dapat dibuka dan ditutup. Fungsinya adalah sebagai penutup belahan dan sebagai
hiasan.

Gambar.13. Tutup Tarik (Zipper)


1.10. Pemeliharaan Bahan Tekstil Dan Busana
Bahan tekstil dan busana perlu dipelihara agar selalu bersih, awet/tahan lama dan
selalu terlihat indah. Pada umumnya busana yang dipelihara dengan tepat, dicuci, diseterika
dan disimpan dengan rapi akan awet dan tahan lama, baik dari segi serat bahan itu
sendiri maupun dari warnanya. Sementara itu tidak semua busana yang kotor dapat dicuci.
Apabila busana kena noda, perlu dipisahkan karena memerlukan pemeliharaan atau teknik
mencuci yang khusus.
Prosedur pemeliharaan bahan tekstil dan busana meliputi:
a. Mencuci secara manual
Sebelum melakukan pencucian, pisahkan dahulu busana yang berwarna dan yang putih.
Setelah itu rendam hanya dengan air biasa, tujuannya adalah untuk melepaskan kotoran
dan debu yang melekat pada pakaian tersebut, selama 10 menit, kemudian rendam
dengan menggunakan detergen/sabun selama kurang lebih 20 menit. Lalu digosok pada
bagian yang kotor dan bilas sampai bersih. Setelah itu dijemur dengan memperhatikan
sifat/asal serat.

27
b. Mencuci dengan mesin cuci
Asal serat wol dan sutera sebaiknya tidak menggunakan mesin cuci dalam
pemeliharaannya. Kapasitas mesin cuci berbeda sesuai dengan spesifikasi mesin tersebut.
Untuk rumah tangga kapasitas 4–10 kg. Untuk industri lebih besar seperti 25–35 kg.

Label Pada Busana


Label merupakan keterangan yang terdapat pada suatu hasil produksi. Keterangan tersebut
memberi kejelasan pada konsumen tentang segala sesuatu yang menyangkut antara lain sifat
dan kualitas bahan. Label tekstil meliputi label kain, busana jadi dan benang.
Fungsi Label diantaranya adalah:

a. Merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada konsumen


b. Dengan melekatkan label sesuai dengan peraturan berarti produsen memberikan
keterangan yang diperlakukan oleh para konsumen agar dapat memilih membeli
serta meneliti secara bijaksana.
c. Merupakan jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidak berbahaya bila
digunakan ,untuk megatasi hal ini maka para konsumen membiasakan diri untuk
membaca label terlebih dahulu sebelum membelinya.
d. Dengan membaca label konsumen dapat mengetahui spesifikasi produk tekstil
seperti jenis serat, ukuran, komposisi kain, ketahanan luntur warnannya, cara
perawatan dsb.

Khusus mengenai cara pemeliharaan busana, biasanya dinyatakan dalam bentuk symbol
atau gambar. Ada 5 (lima) symbol dasar yang merupakan symbol internasional :

28
Tabel. 2. Simbol Dasar Pemeliharaan Bahan Tekstil Dan Busana

Wash

Dry Cleaning

Bleach

Iron

Dry

1.11. Konstruksi Rajutan Dan Kaitan


Merajut (knitting) salah satu proses untuk mendapatkan lembaran kain yang dihasilkan
dari jeratan-jeratan benang yang bersambung satu sama lainnya, dimana letak jeratan-jeratan
ini teratur merupakan suatu deretan. Merajut berbeda dengan menenun yaitu menyilangkan
dua jajaran benang yang saling tegak lurus. Merajut hanya menggunakan sehelai benang yang
dibentuk sedemikian rupa. Pada proses pembuatan rajutan, sebaris tusukan yang telah selesai
dipegang pada salah satu jarum rajut, dilanjutkan hingga menghasilkan tusukan baru.
Merajut dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dalam merajut,
terdapat berbagai jenis gaya dan teknik yang dilakukan. Teknik dasar dalam merajut adalah
tusuk atas dan tusuk bawah. Tusuk atas dilakukan dengan mengaitkan benang dari arah depan.
Sementara tusuk bawah dilakukan dengan mengaitkan benang dari arah belakang. Struktur kain
rajut bisa dikatakan dibentuk oleh sekelompok rangkaian jeratan-jeratan benang yang saling
mengait satu dengan yang lainnya.
Konstruksi Rajutan
Konstruksi rajutan ditinjau dari alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

29
1. Konstruksi Rajutan Pakan
Konstruksi rajutan pakaian ialah apabila kain itu tersusun benang benang yang
membentuk jeratan-jeratan sedemikian rupa hingga sehelai benang membentuk satu jeratan,
dan benang-benang tersebut memanjang kearah lebar kain. Alur-alur tersebut terbentuk oleh
rangkaian jeratan yang disebut deret jeratan (course ). Konstruksi rajutan pakan terdiri dari tiga
macam yaitu; (a.) Rajutan polos, (b) Rajutan purl, (c) Rajutan rib.

Gambar.14. Deret Jeratan


2. Konstruksi kain rajut lungsi
Kain rajut lungsi ialah apabila kain itu tersusun dari benang-benang yang membentuk
jeratan-jeratan kearah panjang kain, Alur-alur tersebut terbentuk oleh rangkaian jeratan yang
disebut baris jeratan (wale). Baris jeratan ini merupakan satu deretan jeratan rajut kearah
panjang kain yang dalam pembuatannya dibentuk oleh satu jarum. Kain rajutan lungsi terdiri
dari tiga jeratan dasar sebagai berikut; (a) Kain rajut tricot, (b) Kain Raschel, (c) Milanesse.

Gambar.15. Merajut menggunakan Gambar.16. Merajut menggunakan


tangan mesin

30
Teknik pembuatan bahan baru lainnya adalah kaitan, kaitan ini terbuat dari benang kait
seperti benang sayet, benang DMC no.8, benang cap jagung atau tali raffia. Untuk mengait
dipergunakan jarum kait dari ukuran kecil sampai besar, disesuaikan dengan benang yang
digunakan. Untuk jarum kait yang kecil (dengan jarum yang bernomor besar) dipakai benang
yang kecil (halus). Untuk benang yang besar digunakan jarum kait yang besar (dengan jarum
yang bernomor kecil).
Kaitan
Teknik membuat kain yang lain adalah mengait dan hasilnya dinamakan crochet
(kaitan). Kaitan dibuat dari benang kait, misalnya benang wol, benang akrilik, benang katun,
benang nilon maupun jerami (raffia) dan lainnya. Mengait menggunakan jarum kait (haak-
pen/Belanda, Crochet needle/Inggris) dari ukuran kecil sampai besar, disesuaikan dengan
benang yang dipergunakan. Jarum kait yang kecil (jarum bernomor kecil) dipakai benang yang
kecil (halus). Benang yang besar menggunakan jarum kait yang besar (jarum bernomor besar).
Nomor jarum kait ukuran standar internasional adalah dari 0.60 sampai dengan 7.00. Contoh
hasil kaitan ialah blus, vest (rompi), selendang, taplak meja, seprei, tas, topi, dan lainnya.
Ada bermacam-macam kaitan antara lain:
a. Kaitan Biasa
b. Kaitan Tunisia
c. Kaitan Irish
d. Kaitan Amerika
e. Kaitan Renda
Konstruksi kaitan dasar adalah:
1. Kaitan tunggal,
2. Kaitan rangkap,
3. Kaitan stok atau rangkap tiga,
4. Kaitan setengah stok,
5. Kaitan double stok,

31
Refrensi
Budiyono. 2008. KRIYA TEKSTIL Untuk SMK JILID 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional

Budiyono. 2008. KRIYA TEKSTIL Untuk SMK JILID 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional
Budiyono. 2008. KRIYA TEKSTIL Untuk SMK JILID 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional
Ernawati. 2008.Buku Tata Busana Jilid lI .Jakarta.Departemen Pendidikan Nasional.
Puspo, Goet. 2005. Pemilihan Bahan Tekstil. Kanisius Yogyakarta

Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya, 2001. Mengidentifikasi Benang Tekstil.
Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem Dan Standar
Pengelolaan Smk Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta
http://teknologitekstil.com/klasifikasi-serat-tekstil diakses 2 Juli 2016
http://mode.ok-rek.com/2014/11/klasifikasi-serat-tekstil-alam-buatan.html akses 7 Juli 2016

http://www.slideshare.net/085753889956/asbes-presentation akses 7 juli 2016

http://kelasbusana.blogspot.co.id/2016/01/jenis-jenis-kancing-pada-busana. akses 7 juli 2016

32

Anda mungkin juga menyukai