Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

SERAT TEKSTIL
IDENTIFIKASI SERAT CARA PEMBAKARAN dan BERAT JENIS

Nama : Maulidna Oprachessa S.


NPM : 16020087
Group : K3
Dosen : Khairul U.,S.Teks.,M.Si
Asisten : 1. Luciana S. Teks, Mpd
2. Witri A.S.,S.ST

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mengidentifikasi serat terdapat tiga cara pengujian yaitu pengujian dengan
pelarutan, mikroskopis, pembakaran dan berat jenis. Pada pengujian pembakaran dan
berat jenis ini dapat diketahui karakteristik yang khas perbedaan antara serat alam dan
sintetik. Identifikasi serat cara pembakaran dimaksudkan untuk membedakan jenis serat
baik yang alam maupun sintetik pada tahap awal menganalisa serat tertentu secara
kualitatif. Sedangkan identifikasi serat dengan uji berat jenis akan dipergunakan untuk
mengetahui kuantitatif serat cara mikroskopis.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Mengidentifikasi serat berdasarkan sumbernya yaitu alam atau sintetik.
1.2.2 Mengetahui sifat pembakaran, asap yang ditimbulkan, bau pembakaran serat,
serta residu pembakaran serat.
1.2.3 Mengetahui berat jenis setiap jenis serat secara umum.
1.2.4 Memahami perhitungan pengukuran berat jenis serat.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Serat Tekstil
Serat adalah material yang berbentuk halus dan memiliki perbandingan panjang
dengan diameter yang sangat besar.
2.1.1 Serat Alam
Serat alam adalah serat yang berasal dari alam dan sudah tersedia dalam
bentuk serat.
2.1.1.1 Serat Selulosa (Tumbuhan)
1. Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang
termasuk dalam jenis gossypium, yaitu 1) Gossypium arboreum, 2)
Gossypium herbareum, 3) Gossypium barbadense, dan 4)
Gossypium hirsutum. Tiap jenis tanaman kapas tersebut
menghasilkan kapas yang mutunya sangat khas.
Gossypium barbadense disebut juga kapas sea island,
merupakan jenis yang menghasilkan kapas yang bermutu sangat
tinggi karena panjang serat 38 - 55 mm, halus dan berkilau.
Gossypium arboreum dan gossypium herbareum menghasilkan
serat yang pendek yaitu 7 - 25 mm. Gossypium hirsutum disebut
juga kapas upland, menghasilkan serat panjang 25 - 35 mm.
Serat kapas diperoleh dari buah kapas. Buah kapas yang
sudah matang dipetik, bulu-bulunya dipisahkan dari bijinya,
dibersihkan dan dipintal. Bulu-bulu pendek yang masih melekat
pada biji-biji kapas tersebut disebut linter.
Kapas terutama tersusun atas selulose. Selulose dalam
kapas mencapai 94 % dan sisanya terdiri atas protein, pektat, lilin,
abu dan zat lain. Proses pemasakan dan pemutihan serat akan
mengurangi jumlah zat bukan selulose dan meningkatkan
persentase selulose. Struktur serat kapas:

Selulosa (terdiri dari monomer glukosa)


2. Rami
Rami adalah serat yang diperoleh dari batang tanaman
boehmeria nivea. Tanaman rami merupakan tanaman berumur
panjang dengan batang yang tinggi, kecil dan lurus. Rami mulai
dapat dituai dengan hasil optimum apabila batang bagian bawah
berwarna kekuning-kuningan atau coklat muda, daun bagian
bawah mulai menjadi kuning, dan ujung tanaman baru mulai
tumbuh. Kulit batang dipecah dengan cara dipukul-pukul
batangnya, kemudian serat dipisahkan dengan cara dikerok. Untuk
menghilangkan getah, lilin dan pektin serat rami direndam dalam
larutan soda kaustik panas.
Serat rami mentah kering tersusun kira-kira oleh 75 %
selulose, 16 % hemi selulose, dan selebihnya terdiri dari pektin,
lignin, zat-zat yang larut dalam air, dan lemak. Dengan proses
pemisahan kadar selulose menjadi 96 - 98 %. Struktur serat sami
sama seperti serat kapas.
2.1.1.2 Serat Protein (Binatang)
1. Wool
Wool merupakan serat yang berasal dari bulu biri-biri atau
binatang berbulu lainnya. Serat wool dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu wool halus, wool sedang, dan wool kasar. Wool
halus bersifat lembut, kuat elastik, dan keriting sehingga dapat
dibuat benang halus. Wool sedang umumnya dihasilkan dari bulu
biri-biri yang berasal dari Inggris. Serat lebih kasar, lebih panjang,
dan lebih berkilau dari wool halus. Wool kasar kebanyakan
dihasilkan oleh biri-biri yang hidup dalam kondisi primitif. Warna
serat wool lebih bervariasi dari putih hingga hitam.
Struktur Fisika serat Wool
Serat wool terdiri dari dua-tiga lapisan yaitu:
1. Kutikula, yang merupakan lapisan terluar, terdiri dari sisik-
sisik tanduk pipih yang saling bertumpuan seperti susunan
genting. Ujung sisik menunjuk ke ujung serat.
2. Corter, yang merupakan bagian yang lebih dalam, terbentuk
dari bercah-bercah berbentuk jarum kecil yang disebut sel-sel
kortikel. Bagian ini merupakan 90% dari serat.
3. Beberapa wool yang sangat kasar memiliki medulla yang
berupa saluran kosong atau terisi dengan susunan sel seperti
rumah lebah.
Serat wool memiliki sifat keriting alam yang berdimensi tiga.
Keriting tersebut akibat perkembangan sel-sel kortikel yang tidak
sama dan bervariasi dengan kehalusan serat. Serat yang halus
mempunyai pengeritingan sebanyak 75 tiap cm, sedangkan wool
kasar lebih sedikit.
Wool adalah serat bi-komponen yang terjadi dari dua
komponen yang berdampingan. Kedua komponen tersebut
memiliki daya gelembung yang berbeda apabila basah. Pada waktu
basah pengeritingan lebih sedikit dari pada waktu kering. Keriting
tersebut memberikan daya kohesi yang baik dengan lenting dan
pegangan yang enak.
Serat wool memiliki sifat bergelombang seperti pegas oleh
karena itu apabila serat diregangkan maka akan lurus, namun
apabila dilepaskan akan kembali bergelombang.
Struktur Kimia serat Wool
Wool merupakan jenis protein yang disebut keratin. Keratin
terjadi dari beberapa asam amino yang digabungkan membentuk
rantai polipeptida yang diikat silang dengan ikatan sistina dan
ikatan garam. Ikatan ikatan silang inilah yang menyebabkan wool
bersifat lenting dan mudah kembali kebentuk semula.
Analisa kimia menunjukkan bahwa wool terdiri dari: Karbon: 50
%, Hidrogen: 8%, Nitrogen: 16,5%, Sulfur:3,5%, Oksigen:22%.
Angka diatas adalah kira-kira saja karena wool tidak
homogen. Kadar hidrogen dan sulfur berbeda antara satu serat
dengan yang lain karena disebabkan oleh pengaruh sinar matahari
atau perbedaan jenis makanan yang dikonsumsinya.
Struktur molekul dari serat wool atau komposisi serat wool.

2. Sutera
Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang
disebut lepidoptera. Serat sutera adalah satu-satunya serat alam
yang berbentuk filament dihasilkan dari kepompong ulat sutera.
Jenis serat sutera yang terbaik ialah yang berasal dari kepompong
ulat sutera jenis bombyx mori. Jenis serat sutera lain diperoleh dari
ulat sutera liar yaitu jenis ulat sutera tusah, serat sutera yang
dihasilkan lebih kasar dan sulit diwarnai.
Ulat sutera mengeluarkan zat sutera (fibroin) dari mulutnya
membentuk filament. Filament tersebut dibalut oleh zat perekat
(serisin). Bila terkena udara fibroin dan serisin akan mengeras.
Keadaan tersebut terjadi dari dalam dan menambah lapisan demi
lapisan sehingga membentuk lapisan pelindung yaitu kepompong.
Pembentukan kepompong berlangsung selama 2 hari.
Proses pengolahan kepompong dilakukan dengan cara yaitu
sejumlah kepompong direndam dalam air panas supaya serisinnya
melunak untuk memudahkan melepaskan filament dari kepompong.
Kepompong disikat untuk menemukan ujung filament, kemudian
diperoleh sutera mentah. Sutera mentah selanjutnya dimasak
dengan air sabun untuk menghilangkan serisinnya, sehingga sutera
menjadi lunak, berwarna putih, berkilau, dan mudah menyerap
pewarna.
Sutera mentah tersusun oleh 76 % protein fibroin (serat), 22 %
protein serisin (perekat), 1,5 % lilin dan 0,5 % garam-garam
mineral. Serisin adalah protein yang melindungi serat dari
kerusakan, namun pada proses penyempurnaan serat sutera, protein
ini dihilangkan dengan pemasakan. Fibroin merupakan protein
yang menjadi bagian utama dari serat. Filament sutera mentah
terdiri atas dua serat fibroin yang terbungkus di dalam serisin.
2.1.2 Serat Buatan/Sintetis
Serat buatan adalah serat yang harus dibuat dulu karena belum tersedia di
alam dalam bentuk serat. Bahan baku dari serat buatan berasal dari alam dan
senyawa yang disintesis. Serat buatan: Selulosa yang diregenerasi seperti Rayon
Viskosa, Rayon Asetat, Rayon Kuproamonium; Poliester; Poliamida(Nylon);
Poliakrilat.
2.1.2.1 Selulosa serat alam yang diregenerasi
1. Rayon Viskosa
Rayon viskosa adalah serat selulose alam yang disusun
kembali molekulnya sehingga struktur molekulnya sama dengan
serat selulosa yang lain, perbedaannya terletak pada tingkat
pemanjangan rantai molekul serat. Panjang rantai molekulnya
lebih rendah dari bahan alam pembentuknya karena terjadinya
pemutusan rantai bahan pembentuknya selama pembuatan serat.
Sebagai bahan dasar adalah kayu sebangsa cemara. Bahan ini
akan mengalami proses pembuatan serat melalui perlakuan secara
fisika maupun dengan bantuan zat kimia hingga diperoleh serat.
Misalnya, bahan dasar dari kayu pinus. Kayu pinus dimurnikan
dengan pendidihan dalam larutan natrium bisulfit untuk
melarutkan zat-zat selain selulosa.
2. Rayon Asetat
Rayon acetat adalah serat yang dibuat dari linter atau selulose
kayu, anhidrida dan aceton. Selulose kayu dilarutkan dalam
natrium karbonat dan natrium hidroksida kemudian dicuci,
diputihkan, dan dikeringkan. Larutan ini kemudian dilarutkan lagi
dalam asam sulfat dan asam acetat sehingga terjadi acetil selulose.
Acetil selulose dilarutkan dalam aceton, disemprotkan melalui alat
pemintal ke arah suhu panas, aceton kemudian mengalami
penguapan dan terbentuk filament acetil selulose. Karena
penyusunannya banyak zat kimia buatan, dimasukkan kelompok
thermoplastics.
3. Rayon kupramonium
Serat rayon kupramonium adalah serat yang dibuat dari
selulose kapas yang disusun kembali dengan cara mencampur ke
dalam larutan amonia yang mengandung kuprooksida. Sebagai
bahan baku dipergunakan kapas linter atau kadang-kadang pulp
kayu yang telah dimurnikan sehingga mempunyai kadar selulose
yang tinggi.
2.1.2.2 Poliester
Serat poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Poliester pertama yang dibuat adalah terylene, kemudian menyusul
dacron. Asam tereftalat dan etilena glikol diolah dalam tempat hampa
udara dan dengan suhu yang tinggi, maka terjadilah larutan. Larutan
kemudian disemprotkan melalui alat pemintalan leleh menghasilkan
filament poliester. Reaksi pembuatan poliester:

2.1.2.3 Poliakrilat
Serat poliakrilat merupakan kopolimer yang terdiri dari campuran
poliakrilonitril dengan polimer yang lain. Serat poliakrilat mempunyai
ketahanan panas yang lebih baik dibandingkan serat lainnya. Mudah
melepaskan kotoran sehingga mudah dicuci.

2.1.2.4 Poliamida
Terdapat bermacam nylon, di antaranya yang paling utama
digunakan sebagai serat buatan adalah nylon 66 dan nylon 6. Nylon 66
dihasilkan dari hexamethylendiamin dengan asam adipat. Nylon 6
dihasilkan dari kaprolaktam. Poliamyda ini juga disebut “Perlon”. Serat
nylon diperoleh dengan mengolah bahan sehingga menghasilkan garam
nylon. Garam nylon dilelehkan dalam atmosfir nitrogen denga
ditambah sedikit asam acetat, kemudian larutan disemprotkan melalui
alat pemintalan leleh untuk membentuk filament nylon. Reaksi
hexamethylendiamin dengan asam adipat:

2.2 Analisa Serat Tekstil


Analisa serat tekstil dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
2.2.1 Analisa Serat Secara Kualitatif
Analisa serat secara kualitatif biasa disebut sebagai identifikasi serat yaitu
penentuan sifat-sifat khusus dari serat untuk menentukan jenis serat yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan. Sifat-sifat khusus yang dimaksud adalah
morfologi serat, sifat kimia dan sifat fisika serat. Cara identifikasi dapat
dilakukan dengan :
1. Pembakaran, dengan mengamati bau, abu, dan warna sisa pembakaran.
2. Mikroskopik, dengan mengamati bentuk penampang membujur dan
penampang melintang serat.
3. Pelarutan, dengan mengamati kelarutan serat dalam pereaksi kimia.
4. Pewarnaan, dengan mengamati warna yang timbul dalam pereaksi kimia
atau zat warna
5. Titik leleh
6. Berat Jenis
2.2.2 Analisa Serat Secara Kuantitatif
Analisa serat secara kuantitatif dilakukan untuk menentukan komposissi
serat dalam benang atau kain yang berasal dari serat campuran dan dapat
dilakukan secara mekanik, kimia, atau mikroskopik bergantung pada campuran
seratnya.
2.3 Uji Pembakaran dan Berat Jenis
Pada serat alam, morfologi serat menunjukkan suatu bentuk dengan perbedaan
yang besar antara serat satu dengan yang lainnya. Ini disebabkan karena serat tersebut
ditentukan oleh jenis tanaman dan jenis hewannya. Karena itu morfologi serat dari serat
alam sangat menentukan dalam identifikasi seratnya. Sebaliknya sifat kimia serat alam
perbedaannya sangat kecil, misalnya selulosa atau protein. Pada serat buatan, yang
memegang peranan adalah sifat kimia dan sifat fisikanya. Ini disebabkan karena serat
buatan sangat ditentukan oleh polimer kimia pada saat proses pembuatannya. Urutan
proses identifikasi yang umum dilakukan ialah pengujian dengan:
1. Cara Pembakaran
2. Cara Mikroskopik
3. Cara Pelarutan
2.3.1 Uji Pembakaran
Uji pembakaran dilakukan secara makro, sedangkan uji pelarutan dan uji
pewarnaan dapat dilakukan secara makro maupun mikro.Uji pembakaran serat
adalah cara yang paling umum untuk identifikasi serat. Golongan serat dapat
diperkirakan secara umum dengan cara ini dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan untuk campuran serat.
Alat yang dipakai untuk pemeriksaan cara pembakaran ini hanyalah nyala
api. Nyala api yang baik adalah nyala api yang diperoleh dari pembakar bunsen
yang menggunakan bahan bakar gas. Sedangkan korek api tidak digunakan,
sebab korek api mengeluarkan bau yang keras, yang akan mengganggu bau
yang dihasilkan dari yang diuji.
Uji Pembakaran tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi pada jenis
seratnya secara detil dan akurat, tetapi hanya bisa mengidentifikasi serat dengan
menentukan jenis serat berdasarkan sumbernya, yaitu apakah serat tersebut
termasuk jenis selulosa, protein atau sintetik.
Uji pembakaran ini biasanya meliputi: Sifat pembakaran, pengamatan bau,
warna dari asap yang terbentuk, dan pegamatan residu/sisa pembakarannya.
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira panjangnya 4-5 cm dan diberi
puntiran. Pada saat serat menyala, diperhatikan dimana terjadi nya nyala api
Bila nyala api sudah padam maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan
oleh serat yang terbakar itu. Perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau
tidak. Akhirnya perlu dicatat pula banyaknya, bentuknya, warnanya, dan
kekerasan dari abu sisa pembakaran. Apabila serat terbakar cepat, meninggalkan
abu berbentuk serat dan berbau seperti kertas terbakar, maka keadaan ini
menunjukkan serat selulosa. Bila serat tidak terbakar sama sekali maka keadaan
ini menujukkan serat gelas atau asbes. Apabila serat terbakar tanpa ada abu,
berbau rambut terbakar, meninggalkan bulatan kecil hitam diujungnya, maka
keadaan ini menunjukkan serat protein. Apabila bau yang ditimbulkan sama
seperti diatas tetapi tidak meninggalkan abu, maka hal ini menunjukkan serat
sutera. Apabila serat meleleh dan membentuk bulatan kecil diujungnya, dengan
bau plastik terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat sintetik.

Tabel 2.1 Identifikasi Serat Cara Pembakaran


Contoh serat hasil uji pembakaran:

Nilon Sutera Kapas


2.3.2 Uji Berat Jenis
Berat jenis suatu serat dapat diketahui dengan bantuan suatu zat cair yang
diketahui berat jenisnya dimana serat dapat terapung, tenggelam, atau melayang.
Serat akan tenggelam jika massa jenis serat > dari massa jenis pelarut.
Sedangkan serat akan melayang jika massa jenis serat = massa jenis pelarut dan
akan terapung jika massa jenis serat < dari massa jenis pelarut.
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat
dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000
kg/m³. Berat jenis tidak mempunyai satuan atau dimensi. Berat
jenis mempunyai rumusn m.g/v atau w/v dengan satuan n/m^3 dengan m =
massa, g = gravitasi, v = volume dan w = weight (berat).
Untuk penentuan berat jenis digunakan 2 macam cairan yang dapat
tercampur sempurna di dalam berbagai perbandingan sehingga menghasilkan
larutan dengan berat jenis antara 1,0 sampai 1,5 larutan yang dapat digunakan
antara lain campuran karbon-tetraklorida (CCl4) dengan berat jenis 1,6 dan
xilena dengan berat jenis 0,8.
Campuran CCl4 Xilena BJ
1 10 0 1,600
2 9 1 1,527
3 8 2 1,454
4 7 3 1,381
5 6 4 1,308
6 5 5 1,235
7 4 6 1,162
8 3 7 1,089
9 2 8 1,016
10 1 9 0,943
11 0 10 0,870
Tabel 2.2 Berat Jenis
Tabel 2.3 Berat Jenis Serat
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1) Pembakar bunsen.
2) Pinset.
3) Korek Api.
4) Alat Pelindung Diri
5) Selotipe.
6) Tabung reaksi.
7) Rak tabung reaksi.
8) Pengait tembaga.
3.1.2 Bahan dan Zat Kimia
1) Bermacam-macam serat:
1. Serat Kapas
2. Serat Rayon Viskosa
3. Serat Rami
4. Serat Sutera
5. Serat Wool
6. Serat poliester
7. Serat Poliakrilat
8. Serat Poliamida (Nylon)
9. Serat campuran Poliester : Kapas
10. Serat campuran Poliester : Rayon
11. Serat campuran Poliester : Wool
12. Serat Rayon Asetat
13. Serat Rayon Kupro Amonium
2) Zat Kimia (l)
1. Xilena
2. Karbontetraklorida (CCl4)
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Identifikasi Serat Cara Pembakaran
1. Beberapa helai serat yang akan diamati, dipuntir kira-kira sebesar batang
korek api dengan panjang ± 5 cm.
2. Contoh serat didekatkan pada nyala api dari samping dengan perlahan-
lahan. Saat serat dekat nyala api diamati apakah serat meleleh, menggulung
atau terbakar cepat.
3. Pada saat serat menyala, diperhatikan dimana nyala terjadinya api, bila api
segera padam segera identifikasi bau yang dikeluarkan serat tersebut.
4. Jika api terus menyala, api dimatikan dengan cara ditiup kemudian diamati
bau yang dikeluarkan serat tersebut.
5. Setelah nyala api padam, perhatikan apakah serat mengeluarkan asap atau
tidak, kemudian dilihat sisa pembakaran yang ditinggalkan serat tersebut.
6. Hasil permeriksaan dibuat di lebar jurnal praktikum.
7. Lakukan Evaluasi Uji pembakaran.
3.2.2 Identifikasi Serat Uji Berat Jenis
1. Mengisi masing-masing tabung reaksi yang telah bersih dengan larutan
campuran xylena dan CCl4 yang telah diketahui berat jenisnya, diurutkan
dari yang terbesar sampaiberat jenis yang terkecil.
2. Mengambil serat yang akan diuji berat jenisnya diambil 2-3 helaikemudian
dibentuk bulatan kecil.
3. Memasukkan bulatan serat satu persatu kedalam tabung reaksi yang berisi
larutan yang telah diketahui berat jenisnya berurutan dari berat jenis terbesar
ke larutan dengan berat jenis yang makin kecil
4. Kemudian mengamati apakah serat mengapung, melayang atau tenggelam.
5. Serat yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari larutan larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan terapung pada larutan tersebut.
6. Serat yang mempunyai berat jenis lebih besar dari larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan tenggelam pada larutan tersebut.
7. Serat yang mempunyai berat jenis sama dengan larutan yang telah diketahui
berat jenisnya akan melayang-layang ditengah berat jenis tersebut.
8. Berat jenis serat ditentukan dengan mengamati larutan pada posisi serat
melayang, hal ini menunjukkan bj serat tersebut.
9. Apabila posisi serat tenggalam pada larutan dengan berat jenis lebih kecil
dari berat jenis serat, dan terapung pada larutan dengan berat jenis lebih
besar dari berat jenis serat, maka berat jenis serat ada diantara berat jenis
keduanya ( rata – rata antara berat jenis larutan yang seratnya tenggelam dan
seratnya terapung).
10. Catat dan gambarkan hasil pemeriksaan pada lembar uji berat jenis serat.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Terlampir.
.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Uji Pembakaran
Pada praktikum uji pembakaran, serat dapat diidentifikasikan melalui asap yang
ditimbulkan, bau serat yang terbakar serta sifat dan residu/sisa pembakaran. Berikut ini
penjelasan dari pengamatan hasil uji serat (terlampir):
1. Serat Kapas
Sifat pembakaran serat kapas berdasarkan tabel 2.1 akan meneruskan nyala
api, baunya seperti kertas terbakar, serta sisa pembakaran yaitu abu berbentuk serat
berwarna gelap dan lunak. Pada pengamatan yang dilakukan hasil yang didapat
tidak jauh berbeda dengan literatur yaitu saat serat dibakar asap yang timbul
berwarna putih, meneruskan nyala api, bau seperti kertas terbakar serta sisa
pembakaran yaitu abu berbentuk serat berwarna abu-abu gelap dan lunak.
2. Serat Rayon Viskosa
Sifat pembakaran serat rayon berdasarkan tabel 2.1 akan terbakar dengan
cepat, baunya seperti daun/kertas terbakar, serta sisa pembakaran yaitu abu
berbentuk serat berwarna gelap dan lunak. Pada pengamatan yang dilakukan rayon
viskosa saat dibakar asapnya berwarna putih dan meneruskan nyala api, bau seperti
kertas terbakar, serta sisa pembakaran yaitu abu berbentuk serat berwarna abu-abu
gelap dan lunak. Hal ini menunjukan pengamatan dan literatur tidak jauh berbeda.
3. Serat Rami
Identifikasi dengan uji pembakaran pada serat rami berdasarkan literatur
sama sifatnya seperti serat kapas yang dibakar. Pada pengamatan yang dilakukan
serat rami yang dibakar asapnya berwarna putih dan meneruskan nyala api, baunya
seperti kertas terbakar, sisa pembakarannya yaitu abu berbentuk serat berwarna abu-
abu dan lunak.
4. Serat Sutera
Sifat pembakaran serat sutera berdasarkan tabel 2.1 akan terbakar dengan
perlahan-lahan/padam dengan sendirinya dan tidak meneruskan nyala api, baunya
seperti rambut terbakar, dan sisa pembakaran serat bulatan tak beraturan rapuh
berwarna kehitaman serta tidak meninggalkan abu. Pada pengamatan yang
dilakukan serat sutera saat dibakar asapnya berwarna putih dan tidak meneruskan
nyala api, bau seperti rambut terbakar, sisa pembakaran yaitu serat menggumpal
berbentuk bulatan tak berarturan rapuh dan berwarna abu-abu gelap serta tidak ada
abu. Hal ini menunjukan pengamatan dan literatur tidak jauh berbeda.
5. Serat Wool
Sifat pembakaran serat wool berdasarkan tabel 2.1 akan terbakar dan padam
dengan sendirinya dan tidak meneruskan nyala api, baunya seperti rambut terbakar,
dan sisa pembakaran serat menggumpal tak beraturan tidak keras berwarna
kehitaman serta meninggalkan abu. Pada pengamatan yang dilakukan serat wool
saat dibakar asapnya berwarna putih dan tidak meneruskan nyala api, bau seperti
rambut terbakar, serta sisa pembakaran yaitu menggumpal rapuh dan berwarna abu-
abu gelap dan terdapat abu. Hal ini menunjukan pengamatan dan literatur tidak jauh
berbeda.
6. Serat Poliester
Sifat pembakaran serat poliakrilat berdasarkan tabel 2.1 akan terbakar dan
melelehkan serat(tetesan), asap berwarna hitam, baunya seperti bahan kimia, serta
sisa pembakaran serat menggumpal keras berwarna hitam. Pada pengamatan yang
dilakukan serat poliester saat dibakar asapnya berwarna hitam, tidak meneruskan
nyala api, bau seperti plastik terbakar, serta sisa pembakaran serat menggumpal
keras berwarna hitam. Hal ini menunjukan pengamatan dan literatur tidak jauh
berbeda.
7. Serat Poliakrilat
Sifat pembakaran serat poliester berdasarkan berdasarkan tabel 2.1 akan
terbakar perlahan dan melelehkan serat(tetesan), asap berwarna hitam, berbau
tajam, serta sisa pembakaran serat menggumpal keras berwarna hitam. Pada
pengamatan yang dilakukan serat poliakrilat saat dibakar asapnya berwarna hitam,
tidak meneruskan nyala api, bau seperti plastik terbakar, serta sisa pembakaran serat
menggumpal keras berwarna hitam. Hal ini menunjukan pengamatan dan literatur
tidak jauh berbeda.
8. Serat Poliamida (Nylon)
Sifat pembakaran serat poliamida berdasarkan tabel 2.1 akan terbakar dan
melelehkan serat(tetesan), berbau seledri, serta sisa pembakaran serat menggumpal
keras berwarna hitam. Pada pengamatan yang dilakukan serat poliamida saat
dibakar asapnya berwarna putih, tidak meneruskan nyala api, bau seperti plastik
terbakar, serta sisa pembakaran serat menggumpal keras berwarna putih. Hal ini
menunjukan pengamatan dan literatur tidak jauh berbeda.
9. Serat Rayon Asetat
Sifat pembakaran serat Rayon Asetat berdasarkan tabel 2.1 akan terbakar dan
meleleh, meneruskan nyala api, berbau cuka, serta sisa pembakaran serat
menggumpal rapuh berwarna hitam. Pada pengamatan yang dilakukan serat Rayon
Asetat saat dibakar asapnya berwarna putih, meneruskan nyala api, bau seperti zat
kimia asam yang menyengat, serta sisa pembakaran serat menggumpal rapuh
berwarna hitam. Hal ini menunjukan pengamatan dan literatur tidak jauh berbeda.
10. Serat Rayon Kuproamonium
Identifikasi dengan uji pembakaran pada serat rayon kuproamonium
berdasarkan literatur sama sifatnya seperti serat rayon(viskosa) yang dibakar. Pada
pengamatan yang dilakukan serat rayon kuproamonium saat dibakar asapnya
berwarna putih, meneruskan nyala api, bau seperti kertas terbakar, serta sisa
pembakaran serat lunak berwarna abu-abu gelap. Hal ini menunjukan pengamatan
dan literatur tidak jauh berbeda.
11. Serat Poliester-Kapas
Dalam pengujian cara pembakaran pada serat campuran dinilai kurang efektif
karena serat yang lebih dominan yang akan teridentifikasi. Pada pengamatan yang
dilakukan serat campuran poliester-kapas jika dibakar asapnya berwarna hitam
(sifat serat poliester), bau seperti kertas terbakar (sifat serat selulosa/kapas),
meneruskan nyala api, serta sisa pembakaran serat menggumpal rapuh berwarna
hitam.
12. Serat Poliester-Rayon
Dalam pengujian cara pembakaran pada serat campuran dinilai kurang efektif
karena serat yang lebih dominan yang akan teridentifikasi. Pada pengamatan yang
dilakukan serat campuran poliester-rayon jika dibakar asapnya berwarna hitam
(sifat serat poliester), bau seperti kertas terbakar (sifat selulosa dari serat rayon),
meneruskan nyala api, serta sisa pembakaran serat menggumpal rapuh berwarna
hitam.
13. Serat Poliester-Wool
Dalam pengujian cara pembakaran pada serat campuran dinilai kurang efektif
karena serat yang lebih dominan yang akan teridentifikasi. Pada pengamatan yang
dilakukan serat campuran poliester-wool jika dibakar asapnya berwarna hitam (sifat
serat poliester), bau seperti rambut terbakar (sifat serat wool), meneruskan nyala
api, serta sisa pembakaran serat menggumpal rapuh berwarna hitam.
5.2 Uji Berat Jenis
Pada praktikum uji berat jenis serat dapat diidentifikasikan melalui berat jenis
seratnya. Berikut ini penjelasan dari data pengamatan uji serat (terlampir):
1. Serat kapas
Serat kapas mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4 dan
Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 3 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 = 1,454 = 1,4905

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat kapas sebesar 1,50-1,56),
hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
2. Serat Rayon Viskosa
Serat rayon viskosa mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran
CCl4 dan Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 3
dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 = 1,454 = 1,4905

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat rayon viskosa sebesar 1,51-
1,52), hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
3. Serat Rami
Serat rami mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4 dan
Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 3 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 = 1,454 = 1,4905

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat rami 1,55), hasil yang
didapatkan tidak jauh berbeda.
4. Serat Sutera
Serat sutera mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4 dan
Xilena pada nomor 1 sampai 4 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 5 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 1,381
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 5 = 1,308 = 1,3445

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat sutera b.mori sebesar 1,33
dan tussah sebesar 1,32), hasil yang didapat lebih mendekati serat sutera b. mori.
Namun perlu dilakukan pengujian lanjut secara mikroskopis agar lebih pasti.
5. Serat Wool
Serat wool mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4 dan
Xilena pada nomor 1 sampai 4 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 5 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 1,381
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 5 = 1,308 = 1,3445

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat wool yang tidak
mengandung medula sebesar 1,31), hasil yang didapat tidak jauh berbeda.
6. Serat Poliester
Serat Poliester mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl 4
dan Xilena pada nomor 1 sampai 3 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 4 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 1,454
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 = 1,381 = 1,4175

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat poliester terylene/vycron
sebesar 1,38), hasil yang didapat tidak jauh berbeda.
7. Serat Poliakrilat
Serat Poliakrilat mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan Xilena pada nomor 1 sampai 6 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 7 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 6 1,235
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 7 = 1,162 = 1,1985

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3, hasil yang didapat tidak jauh
berbeda.
8. Serat Poliamida (Nylon)
Serat Poliamida (nylon) mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 sampai 7 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi 8 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 7 1,162
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 8 = 1,089 = 1,1255

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat Nylon 6 sebesar 1,13), hasil
yang didapat tidak jauh berbeda.
9. Serat Rayon Asetat
Serat Poliamida (nylon) mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 sampai 4 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi 5 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 1,381
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 5 = 1,308 = 1,3445

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat Rayon diasetat sebesar
1,33), hasil yang didapat tidak jauh berbeda.
10. Serat Rayon Kuproamonium
Serat Rayon Kuproamonium mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung
reaksi 3 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= = = 1,4905
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 1,454

Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat Rayon kuproamonium
sebesar 1,52), hasil yang didapat tidak jauh berbeda.
11. Serat Poliester-Kapas
Serat campuran poliester-kapas mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung
reaksi 3 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 = 1,454 = 1,4905

Pada serat campuran seperti poliester-kapas bila dilakukan pengujian berat jenis
maka berat jenis yang didapat merupakan berat jenis dari serat yang lebih dominan
dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini serat kapas yang lebih dominan
dibandingkan serat poliester. Karena, serat kapas mempunyai berat jenis sebesar
1,50-1,56. Namun dalam mengidentifikasi serat campuran perlu dilakukan
pengujian lanjut secara mikroskopis agar lebih pasti.
12. Serat Poliester-Rayon
Serat campuran poliester-rayon mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 sampai 3 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi 4 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 1,454
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 = 1,381 = 1,4175

Pada serat campuran seperti poliester-rayon bila dilakukan pengujian berat jenis
maka berat jenis yang didapat merupakan berat jenis dari serat yang lebih dominan
dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini serat poliester yang lebih
dominan dibandingkan serat rayon. Karena, serat poliester mempunyai berat jenis
sebesar 1,38. Namun dalam mengidentifikasi serat campuran perlu dilakukan
pengujian lanjut secara mikroskopis agar lebih pasti.
13. Serat Poliester-Wool
Serat campuran poliester-wool mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 sampai 3 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi 4 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 1,454
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 = 1,381 = 1,4175

Pada serat campuran seperti poliester-wool bila dilakukan pengujian berat jenis
maka berat jenis yang didapat merupakan berat jenis dari serat yang lebih dominan
dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini serat poliester yang lebih
dominan dibandingkan serat wool. Karena, serat poliester mempunyai berat jenis
sebesar 1,38. Namun dalam mengidentifikasi serat campuran perlu dilakukan
pengujian lanjut secara mikroskopis agar lebih pasti.

Pada beberapa serat terdapat perbedaan yang signifikan hal tersebut dikarenakan
oleh beberapa faktor, diantaranya: Seratnya terlalu banyak, atau sulit menjadi bulat jadi
menyangkut pada tabung reaksi sehingga gaya berat serat dan gaya apung tertahan oleh
gaya tarik serat dengan tabung reaksi. Adapun kemungkinan ada kotoran yang tidak
sengaja terbawa pada serat. Kotoran ini pula yang kemungkinan membuat berat jenis
serat yang hasilnya berbeda dengan literatur semakin meningkat.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Uji Pembakaran
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
6.1.1 Serat Alam
1. Serat alam yang berasal dari tumbuhan seperti serat kapas/selulosa,rami, dan
selulosa regenerasi (Rayon Viskosa) memiliki ciri-ciri:
1) Asap berwarna putih.
2) Berbau seperti kertas terbakar.
3) Sifat pembakarannya meneruskan pembakaran/nyala api, jika dibiarkan
apinya maka akan terbakar habis.
4) Sisa pembakaran yaitu serat berbentuk abu yang halus dan berwarna abu
– abu gelap.
2. Serat alam yang berasal dari binatang/ serat protein seperti serat sutera dan
wool memiliki ciri-ciri:
1) Asap berwarna putih.
2) Berbau seperti rambut terbakar
3) Sifat pembakarannya tidak meneruskan pembakaran/nyala api.
4) Sisa pembakarannya membentuk gumpalan yang rapuh pada ujung serat.
Pada serat sutera tidak meninggalkan abu.
6.1.2 Serat Sintetis
Pada serat poliester, poliakrilat, dan poliamida memiliki ciri-ciri :
1) Asap berwarna hitam, kecuali poliamida; berwarna putih.
2) Serat meleleh; poliamida.
3) Berbau seperti plastik terbakar
4) Sisa pembakaran berupa gumpalan serat diujungnya, berwarna hitam;
poliester&poliakrilat,putih; poliamida dan keras.
Serat Rayon kumproamonium dan serat Rayon Asetat sama sifatnya seperti serat
selulosa hanya saja pada serat rayon asetat berbau zat kimia asam yang
menyengat dan sisa pembakaran gumpalan yang rapuh berwarna hitam.
6.1.3 Serat Campuran; Pada serat campuran serat yang dominan yang akan
teridentifikasi, serat poliester-kapas yang lebih dominan adalah serat kapas, serat
poliester-rayon dan poliester-wool yang lebih dominan adalah serat poliester
Uji pembakaran serat ini hanya dapat menggolongkan serat secara umum saja dan
belum dapat memastikan serat secara khusus, apalagi untuk menguji serat campuran.
6.2 Uji Berat Jenis
Berdasarkan pengamatan serta perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1) Berat jenis serat kapas sebesar 1,4905.
2) Berat jenis serat rayon viskosa sebesar 1,4905.
3) Berat jenis serat rami sebesar 1,4905.
4) Berat jenis serat sutera sebesar 1,3445.
5) Berat jenis serat wool sebesar 1,3445.
6) Berat jenis serat poliester sebesar 1,4175.
7) Berat jenis serat poliakrilat sebesar 1,1985.
8) Berat jenis serat poliamida (Nylon) sebesar 1,255.
9) Berat jenis serat rayon asetat sebesar 1,4905.
10) Berat jenis serat rayon kuproamonium sebesar 1,3445.
11) Berat jenis serat poliester-kapas sebesar 1,4905 (Dominan serat kapas).
12) Berat jenis serat poliester-rayon sebesar 1,4175 (Dominan serat poliester).
13) Berat jenis serat poliester-wool sebesar 1,4175 (Dominan serat poliester).
Daftar Pustaka

Komalasari, M., & Khairul, U. (2013). BAHAN AJAR PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL.
Bandung: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL.

Soeprijono P., d. (1973). SERAT-SERAT TEKSTIL. Bandung: INSTITUT TEKNOLOGI


TEKSTIL.

Evaluasi Tekstil bagian Kimia. (2004). Bandung: Institut Teknologi Tekstil .

Anonim. (t.thn.). Dipetik April 21, 2017, dari http://www.ifc.net.au:


http://www.ifc.net.au/edit/library_fin_dye_finishing/4.1.04%20Table%20of%20Fibre%20De
nsities.pdf?14-09-2013%201:42:38%20AM

Anonim. (t.thn.). Dipetik April 21, 2017, dari www.sewing.org:


www.sewing.org/.../4_107_identifying_fibers_and_fabrics.pdf
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai