SERAT TEKSTIL
IDENTIFIKASI SERAT CARA PEMBAKARAN dan BERAT JENIS
2. Sutera
Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang
disebut lepidoptera. Serat sutera adalah satu-satunya serat alam
yang berbentuk filament dihasilkan dari kepompong ulat sutera.
Jenis serat sutera yang terbaik ialah yang berasal dari kepompong
ulat sutera jenis bombyx mori. Jenis serat sutera lain diperoleh dari
ulat sutera liar yaitu jenis ulat sutera tusah, serat sutera yang
dihasilkan lebih kasar dan sulit diwarnai.
Ulat sutera mengeluarkan zat sutera (fibroin) dari mulutnya
membentuk filament. Filament tersebut dibalut oleh zat perekat
(serisin). Bila terkena udara fibroin dan serisin akan mengeras.
Keadaan tersebut terjadi dari dalam dan menambah lapisan demi
lapisan sehingga membentuk lapisan pelindung yaitu kepompong.
Pembentukan kepompong berlangsung selama 2 hari.
Proses pengolahan kepompong dilakukan dengan cara yaitu
sejumlah kepompong direndam dalam air panas supaya serisinnya
melunak untuk memudahkan melepaskan filament dari kepompong.
Kepompong disikat untuk menemukan ujung filament, kemudian
diperoleh sutera mentah. Sutera mentah selanjutnya dimasak
dengan air sabun untuk menghilangkan serisinnya, sehingga sutera
menjadi lunak, berwarna putih, berkilau, dan mudah menyerap
pewarna.
Sutera mentah tersusun oleh 76 % protein fibroin (serat), 22 %
protein serisin (perekat), 1,5 % lilin dan 0,5 % garam-garam
mineral. Serisin adalah protein yang melindungi serat dari
kerusakan, namun pada proses penyempurnaan serat sutera, protein
ini dihilangkan dengan pemasakan. Fibroin merupakan protein
yang menjadi bagian utama dari serat. Filament sutera mentah
terdiri atas dua serat fibroin yang terbungkus di dalam serisin.
2.1.2 Serat Buatan/Sintetis
Serat buatan adalah serat yang harus dibuat dulu karena belum tersedia di
alam dalam bentuk serat. Bahan baku dari serat buatan berasal dari alam dan
senyawa yang disintesis. Serat buatan: Selulosa yang diregenerasi seperti Rayon
Viskosa, Rayon Asetat, Rayon Kuproamonium; Poliester; Poliamida(Nylon);
Poliakrilat.
2.1.2.1 Selulosa serat alam yang diregenerasi
1. Rayon Viskosa
Rayon viskosa adalah serat selulose alam yang disusun
kembali molekulnya sehingga struktur molekulnya sama dengan
serat selulosa yang lain, perbedaannya terletak pada tingkat
pemanjangan rantai molekul serat. Panjang rantai molekulnya
lebih rendah dari bahan alam pembentuknya karena terjadinya
pemutusan rantai bahan pembentuknya selama pembuatan serat.
Sebagai bahan dasar adalah kayu sebangsa cemara. Bahan ini
akan mengalami proses pembuatan serat melalui perlakuan secara
fisika maupun dengan bantuan zat kimia hingga diperoleh serat.
Misalnya, bahan dasar dari kayu pinus. Kayu pinus dimurnikan
dengan pendidihan dalam larutan natrium bisulfit untuk
melarutkan zat-zat selain selulosa.
2. Rayon Asetat
Rayon acetat adalah serat yang dibuat dari linter atau selulose
kayu, anhidrida dan aceton. Selulose kayu dilarutkan dalam
natrium karbonat dan natrium hidroksida kemudian dicuci,
diputihkan, dan dikeringkan. Larutan ini kemudian dilarutkan lagi
dalam asam sulfat dan asam acetat sehingga terjadi acetil selulose.
Acetil selulose dilarutkan dalam aceton, disemprotkan melalui alat
pemintal ke arah suhu panas, aceton kemudian mengalami
penguapan dan terbentuk filament acetil selulose. Karena
penyusunannya banyak zat kimia buatan, dimasukkan kelompok
thermoplastics.
3. Rayon kupramonium
Serat rayon kupramonium adalah serat yang dibuat dari
selulose kapas yang disusun kembali dengan cara mencampur ke
dalam larutan amonia yang mengandung kuprooksida. Sebagai
bahan baku dipergunakan kapas linter atau kadang-kadang pulp
kayu yang telah dimurnikan sehingga mempunyai kadar selulose
yang tinggi.
2.1.2.2 Poliester
Serat poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Poliester pertama yang dibuat adalah terylene, kemudian menyusul
dacron. Asam tereftalat dan etilena glikol diolah dalam tempat hampa
udara dan dengan suhu yang tinggi, maka terjadilah larutan. Larutan
kemudian disemprotkan melalui alat pemintalan leleh menghasilkan
filament poliester. Reaksi pembuatan poliester:
2.1.2.3 Poliakrilat
Serat poliakrilat merupakan kopolimer yang terdiri dari campuran
poliakrilonitril dengan polimer yang lain. Serat poliakrilat mempunyai
ketahanan panas yang lebih baik dibandingkan serat lainnya. Mudah
melepaskan kotoran sehingga mudah dicuci.
2.1.2.4 Poliamida
Terdapat bermacam nylon, di antaranya yang paling utama
digunakan sebagai serat buatan adalah nylon 66 dan nylon 6. Nylon 66
dihasilkan dari hexamethylendiamin dengan asam adipat. Nylon 6
dihasilkan dari kaprolaktam. Poliamyda ini juga disebut “Perlon”. Serat
nylon diperoleh dengan mengolah bahan sehingga menghasilkan garam
nylon. Garam nylon dilelehkan dalam atmosfir nitrogen denga
ditambah sedikit asam acetat, kemudian larutan disemprotkan melalui
alat pemintalan leleh untuk membentuk filament nylon. Reaksi
hexamethylendiamin dengan asam adipat:
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat kapas sebesar 1,50-1,56),
hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
2. Serat Rayon Viskosa
Serat rayon viskosa mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran
CCl4 dan Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 3
dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 = 1,454 = 1,4905
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat rayon viskosa sebesar 1,51-
1,52), hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
3. Serat Rami
Serat rami mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4 dan
Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 3 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 = 1,454 = 1,4905
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat rami 1,55), hasil yang
didapatkan tidak jauh berbeda.
4. Serat Sutera
Serat sutera mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4 dan
Xilena pada nomor 1 sampai 4 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 5 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 1,381
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 5 = 1,308 = 1,3445
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat sutera b.mori sebesar 1,33
dan tussah sebesar 1,32), hasil yang didapat lebih mendekati serat sutera b. mori.
Namun perlu dilakukan pengujian lanjut secara mikroskopis agar lebih pasti.
5. Serat Wool
Serat wool mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4 dan
Xilena pada nomor 1 sampai 4 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 5 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 1,381
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 5 = 1,308 = 1,3445
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat wool yang tidak
mengandung medula sebesar 1,31), hasil yang didapat tidak jauh berbeda.
6. Serat Poliester
Serat Poliester mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl 4
dan Xilena pada nomor 1 sampai 3 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 4 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 1,454
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 = 1,381 = 1,4175
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat poliester terylene/vycron
sebesar 1,38), hasil yang didapat tidak jauh berbeda.
7. Serat Poliakrilat
Serat Poliakrilat mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan Xilena pada nomor 1 sampai 6 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 7 dst.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 6 1,235
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 7 = 1,162 = 1,1985
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3, hasil yang didapat tidak jauh
berbeda.
8. Serat Poliamida (Nylon)
Serat Poliamida (nylon) mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 sampai 7 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi 8 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 7 1,162
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 8 = 1,089 = 1,1255
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat Nylon 6 sebesar 1,13), hasil
yang didapat tidak jauh berbeda.
9. Serat Rayon Asetat
Serat Poliamida (nylon) mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 sampai 4 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi 5 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 1,381
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 5 = 1,308 = 1,3445
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat Rayon diasetat sebesar
1,33), hasil yang didapat tidak jauh berbeda.
10. Serat Rayon Kuproamonium
Serat Rayon Kuproamonium mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung
reaksi 3 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= = = 1,4905
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 1,454
Bila dibandingkan dengan literatur; tabel 2.3 (BJ serat Rayon kuproamonium
sebesar 1,52), hasil yang didapat tidak jauh berbeda.
11. Serat Poliester-Kapas
Serat campuran poliester-kapas mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung
reaksi 3 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 2 1,527
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 = 1,454 = 1,4905
Pada serat campuran seperti poliester-kapas bila dilakukan pengujian berat jenis
maka berat jenis yang didapat merupakan berat jenis dari serat yang lebih dominan
dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini serat kapas yang lebih dominan
dibandingkan serat poliester. Karena, serat kapas mempunyai berat jenis sebesar
1,50-1,56. Namun dalam mengidentifikasi serat campuran perlu dilakukan
pengujian lanjut secara mikroskopis agar lebih pasti.
12. Serat Poliester-Rayon
Serat campuran poliester-rayon mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 sampai 3 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi 4 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 1,454
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 = 1,381 = 1,4175
Pada serat campuran seperti poliester-rayon bila dilakukan pengujian berat jenis
maka berat jenis yang didapat merupakan berat jenis dari serat yang lebih dominan
dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini serat poliester yang lebih
dominan dibandingkan serat rayon. Karena, serat poliester mempunyai berat jenis
sebesar 1,38. Namun dalam mengidentifikasi serat campuran perlu dilakukan
pengujian lanjut secara mikroskopis agar lebih pasti.
13. Serat Poliester-Wool
Serat campuran poliester-wool mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan Xilena pada nomor 1 sampai 3 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi 4 dst. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 3 1,454
= 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 4 = 1,381 = 1,4175
Pada serat campuran seperti poliester-wool bila dilakukan pengujian berat jenis
maka berat jenis yang didapat merupakan berat jenis dari serat yang lebih dominan
dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini serat poliester yang lebih
dominan dibandingkan serat wool. Karena, serat poliester mempunyai berat jenis
sebesar 1,38. Namun dalam mengidentifikasi serat campuran perlu dilakukan
pengujian lanjut secara mikroskopis agar lebih pasti.
Pada beberapa serat terdapat perbedaan yang signifikan hal tersebut dikarenakan
oleh beberapa faktor, diantaranya: Seratnya terlalu banyak, atau sulit menjadi bulat jadi
menyangkut pada tabung reaksi sehingga gaya berat serat dan gaya apung tertahan oleh
gaya tarik serat dengan tabung reaksi. Adapun kemungkinan ada kotoran yang tidak
sengaja terbawa pada serat. Kotoran ini pula yang kemungkinan membuat berat jenis
serat yang hasilnya berbeda dengan literatur semakin meningkat.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Uji Pembakaran
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
6.1.1 Serat Alam
1. Serat alam yang berasal dari tumbuhan seperti serat kapas/selulosa,rami, dan
selulosa regenerasi (Rayon Viskosa) memiliki ciri-ciri:
1) Asap berwarna putih.
2) Berbau seperti kertas terbakar.
3) Sifat pembakarannya meneruskan pembakaran/nyala api, jika dibiarkan
apinya maka akan terbakar habis.
4) Sisa pembakaran yaitu serat berbentuk abu yang halus dan berwarna abu
– abu gelap.
2. Serat alam yang berasal dari binatang/ serat protein seperti serat sutera dan
wool memiliki ciri-ciri:
1) Asap berwarna putih.
2) Berbau seperti rambut terbakar
3) Sifat pembakarannya tidak meneruskan pembakaran/nyala api.
4) Sisa pembakarannya membentuk gumpalan yang rapuh pada ujung serat.
Pada serat sutera tidak meninggalkan abu.
6.1.2 Serat Sintetis
Pada serat poliester, poliakrilat, dan poliamida memiliki ciri-ciri :
1) Asap berwarna hitam, kecuali poliamida; berwarna putih.
2) Serat meleleh; poliamida.
3) Berbau seperti plastik terbakar
4) Sisa pembakaran berupa gumpalan serat diujungnya, berwarna hitam;
poliester&poliakrilat,putih; poliamida dan keras.
Serat Rayon kumproamonium dan serat Rayon Asetat sama sifatnya seperti serat
selulosa hanya saja pada serat rayon asetat berbau zat kimia asam yang
menyengat dan sisa pembakaran gumpalan yang rapuh berwarna hitam.
6.1.3 Serat Campuran; Pada serat campuran serat yang dominan yang akan
teridentifikasi, serat poliester-kapas yang lebih dominan adalah serat kapas, serat
poliester-rayon dan poliester-wool yang lebih dominan adalah serat poliester
Uji pembakaran serat ini hanya dapat menggolongkan serat secara umum saja dan
belum dapat memastikan serat secara khusus, apalagi untuk menguji serat campuran.
6.2 Uji Berat Jenis
Berdasarkan pengamatan serta perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1) Berat jenis serat kapas sebesar 1,4905.
2) Berat jenis serat rayon viskosa sebesar 1,4905.
3) Berat jenis serat rami sebesar 1,4905.
4) Berat jenis serat sutera sebesar 1,3445.
5) Berat jenis serat wool sebesar 1,3445.
6) Berat jenis serat poliester sebesar 1,4175.
7) Berat jenis serat poliakrilat sebesar 1,1985.
8) Berat jenis serat poliamida (Nylon) sebesar 1,255.
9) Berat jenis serat rayon asetat sebesar 1,4905.
10) Berat jenis serat rayon kuproamonium sebesar 1,3445.
11) Berat jenis serat poliester-kapas sebesar 1,4905 (Dominan serat kapas).
12) Berat jenis serat poliester-rayon sebesar 1,4175 (Dominan serat poliester).
13) Berat jenis serat poliester-wool sebesar 1,4175 (Dominan serat poliester).
Daftar Pustaka
Komalasari, M., & Khairul, U. (2013). BAHAN AJAR PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL.
Bandung: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL.