Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

SERAT TEKSTIL
IDENTIFIKASI SERAT CARA PEMBAKARAN DAN BERAT JENIS

Nama : Alvidita Kusumawardani


NPM : 17020009
Group : 1K1
Dosen : Khairul U., S.ST., MT.
Asisten : 1. Mia E., S.ST
2. Sri Lestari

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2018
MAKSUD DAN TUJUAN

1. Mengidentifikasi serat berdasarkan sumbernya yaitu serat alam atau serat


sintetik.
2. Memahami sifat pembakaran, asap yang ditimbulkan, bau hasil
pembakaran, serta residu pembakaran dari suatu serat.
3. Dapat menentukan berat jenis setiap jenis serat secara umum.
4. Memahami perhitungan pengukuran berat jenis serat.
TEORI DASAR

Serat adalah material yang berbentuk halus dan memiliki perbandingan


panjang dengan diameter yang sangat besar. Serat dapat dibagi menjadi 2
berdasarkan jenisnya, yaitu serat alam dan serat buatan/sintetis.

1. Serat Alam
Serat alam adalah serat yang berasal dari alam dan sudah tersedia dalam
bentuk serat. Serat alam ada yang berasal dari tumbuhan (selulosa) dan
binatang (protein).

a. Serat Selulosa
1. Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk
dalam jenis gossypium, yaitu 1) Gossypium arboreum, 2) Gossypium herbareum,
3) Gossypium barbadense dan 4) Gossypium hirsutum. Tiap jenis tanaman
kapas tersebut menghasilkan kapas yang mutunya sangat khas.
Gossypium barbadense disebut juga kapas sea island, merupakan
jenis yang menghasilkan kapas yang bermutu sangat tinggi karena panjang serat
38 - 55 mm, halus dan berkilau. Gossypium arboreum dan gossypium herbareum
menghasilkan serat yang pendek yaitu 7 - 25 mm. Gossypium hirsutum disebut
juga kapas upland, menghasilkan serat panjang 25 - 35 mm.
Serat kapas diperoleh dari buah kapas. Buah kapas yang sudah
matang dipetik, bulu-bulunya dipisahkan dari bijinya, dibersihkan dan dipintal.
Bulu-bulu pendek yang masih melekat pada biji-biji kapas tersebut disebut linter.
Kapas terutama tersusun atas selulosa. Selulosa dalam kapas
mencapai 94 % dan sisanya terdiri atas protein, pektat, lilin, abu dan zat lain.
Proses pemasakan dan pemutihan serat akan mengurangi jumlah zat bukan
selulose dan meningkatkan persentase selulosa.
Struktur serat kapas:

Selulosa (terdiri dari monomer glukosa)

2. Rami
Rami adalah serat yang diperoleh dari batang tanaman boehmeria
nivea. Tanaman rami merupakan tanaman berumur panjang dengan batang
yang tinggi, kecil dan lurus. Rami mulai dapat dituai dengan hasil optimum
apabila batang bagian bawah berwarna kekuning-kuningan atau coklat muda,
daun bagian bawah mulai menjadi kuning, dan ujung tanaman baru mulai
tumbuh. Kulit batang dipecah dengan cara dipukul-pukul batangnya, kemudian
serat dipisahkan dengan cara dikerok. Untuk menghilangkan getah, lilin dan
pektin serat rami direndam dalam larutan soda kaustik panas.
Serat rami mentah kering tersusun kira-kira oleh 75% selulosa,
16% hemiselulosa, dan selebihnya terdiri dari pektin, lignin, zat-zat yang larut
dalam air, dan lemak. Dengan proses pemisahan kadar selulose menjadi 96-
98%. Struktur serat sami sama seperti serat kapas.

b. Serat Protein
1. Wool
Wool merupakan serat yang berasal dari bulu biri-biri atau
binatang berbulu lainnya. Serat wool dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
wool halus, wool sedang, dan wool kasar. Wool halus bersifat lembut, kuat
elastik, dan keriting sehingga dapat dibuat benang halus. Wool sedang umumnya
dihasilkan dari bulu biri-biri yang berasal dari Inggris. Serat lebih kasar, lebih
panjang, dan lebih berkilau dari wool halus. Wool kasar kebanyakan dihasilkan
oleh biri-biri yang hidup dalam kondisi primitif. Warna serat wool lebih bervariasi
dari putih hingga hitam.
Struktur Fisika Serat Wool
Serat wool terdiri dari dua-tiga lapisan yaitu:
1. Kutikula, yang merupakan lapisan terluar, terdiri dari sisik-sisik tanduk
pipih yang saling bertumpuan seperti susunan genting. Ujung sisik
menunjuk ke ujung serat.
2. Corter, yang merupakan bagian yang lebih dalam, terbentuk dari bercah-
bercah berbentuk jarum kecil yang disebut sel-sel kortikel. Bagian ini
merupakan 90% dari serat.
3. Beberapa wool yang sangat kasar memiliki medulla yang berupa saluran
kosong atau terisi dengan susunan sel seperti rumah lebah.

Serat wool memiliki sifat keriting alam yang berdimensi tiga. Keriting
tersebut akibat perkembangan sel-sel kortikel yang tidak sama dan bervariasi
dengan kehalusan serat. Serat yang halus mempunyai pengeritingan sebanyak
75 tiap cm, sedangkan wool kasar lebih sedikit.
Wool adalah serat bi-komponen yang terjadi dari dua komponen yang
berdampingan. Kedua komponen tersebut memiliki daya gelembung yang
berbeda apabila basah. Pada waktu basah pengeritingan lebih sedikit dari pada
waktu kering. Keriting tersebut memberikan daya kohesi yang baik dengan
lenting dan pegangan yang enak.
Serat wool memiliki sifat bergelombang seperti pegas oleh karena itu
apabila serat diregangkan maka akan lurus, namun apabila dilepaskan akan
kembali bergelombang.

Struktur Kimia Serat Wool


Wool merupakan jenis protein yang disebut keratin. Keratin terjadi dari
beberapa asam amino yang digabungkan membentuk rantai polipeptida yang
diikat silang dengan ikatan sistina dan ikatan garam. Ikatan ikatan silang inilah
yang menyebabkan wool bersifat lenting dan mudah kembali kebentuk semula.
Analisa kimia menunjukkan bahwa wool terdiri dari:
1. Karbon 50%
2. Hidrogen 8%
3. Nitrogen 16,5%
4. Sulfur 3,5%
5. Oksigen 22%.
Angka diatas adalah kira-kira saja karena wool tidak homogen. Kadar
hidrogen dan sulfur berbeda antara satu serat dengan yang lain karena
disebabkan oleh pengaruh sinar matahari atau perbedaan jenis makanan yang
dikonsumsinya.

Struktur molekul dari serat wool.

2. Sutera
Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang
disebut lepidoptera. Serat sutera adalah satu-satunya serat alam yang berbentuk
filament dihasilkan dari kepompong ulat sutera. Jenis serat sutera yang terbaik
ialah yang berasal dari kepompong ulat sutera jenis bombyx mori. Jenis serat
sutera lain diperoleh dari ulat sutera liar yaitu jenis ulat sutera tusah, serat sutera
yang dihasilkan lebih kasar dan sulit diwarnai.
Ulat sutera mengeluarkan zat sutera (fibroin) dari mulutnya
membentuk filament. Filament tersebut dibalut oleh zat perekat (serisin). Bila
terkena udara fibroin dan serisin akan mengeras. Keadaan tersebut terjadi dari
dalam dan menambah lapisan demi lapisan sehingga membentuk lapisan
pelindung yaitu kepompong. Pembentukan kepompong berlangsung selama 2
hari.
Proses pengolahan kepompong dilakukan dengan cara yaitu
sejumlah kepompong direndam dalam air panas supaya serisinnya melunak
untuk memudahkan melepaskan filament dari kepompong. Kepompong disikat
untuk menemukan ujung filament, kemudian diperoleh sutera mentah. Sutera
mentah selanjutnya dimasak dengan air sabun untuk menghilangkan serisinnya,
sehingga sutera menjadi lunak, berwarna putih, berkilau, dan mudah menyerap
pewarna.
Sutera mentah tersusun oleh 76% protein fibroin (serat), 22%
protein serisin (perekat), 1,5% lilin dan 0,5% garam-garam mineral. Serisin
adalah protein yang melindungi serat dari kerusakan, namun pada proses
penyempurnaan serat sutera, protein ini dihilangkan dengan pemasakan. Fibroin
merupakan protein yang menjadi bagian utama dari serat. Filament sutera
mentah terdiri atas dua serat fibroin yang terbungkus di dalam serisin.

2. Serat Buatan/Sintetis
Serat buatan adalah serat yang harus dibuat dulu karena belum tersedia
di alam dalam bentuk serat. Bahan baku dari serat buatan berasal dari alam dan
senyawa yang disintesis. Serat buatan: selulosa yang diregenerasi seperti rayon
viskosa, rayon asetat, rayon kuproamonium, poliester, poliamida (nylon) dan
poliakrilat.

a. Selulosa Serat Alam yang Diregenerasi


1. Rayon Viskosa
Rayon viskosa adalah serat selulosa alam yang disusun kembali
molekulnya sehingga struktur molekulnya sama dengan serat selulosa yang lain,
perbedaannya terletak pada tingkat pemanjangan rantai molekul serat. Panjang
rantai molekulnya lebih rendah dari bahan alam pembentuknya karena terjadinya
pemutusan rantai bahan pembentuknya selama pembuatan serat.
Sebagai bahan dasar adalah kayu sebangsa cemara. Bahan ini
akan mengalami proses pembuatan serat melalui perlakuan secara fisika
maupun dengan bantuan zat kimia hingga diperoleh serat. Misalnya, bahan
dasar dari kayu pinus. Kayu pinus dimurnikan dengan pendidihan dalam larutan
natrium bisulfit untuk melarutkan zat-zat selain selulosa.

2. Rayon Asetat
Rayon acetat adalah serat yang dibuat dari linter atau selulosa
kayu, anhidrida dan aceton. Selulosa kayu dilarutkan dalam natrium karbonat
dan natrium hidroksida kemudian dicuci, diputihkan, dan dikeringkan. Larutan ini
kemudian dilarutkan lagi dalam asam sulfat dan asam acetat sehingga terjadi
acetil selulose. Acetil selulose dilarutkan dalam aceton, disemprotkan melalui alat
pemintal ke arah suhu panas, aceton kemudian mengalami penguapan dan
terbentuk filament acetil selulose. Karena penyusunannya banyak terdapat dari
zat kimia buatan, rayon acetat dimasukkan kelompok thermoplastics.

3. Rayon Cuproammonium
Serat rayon kupramonium adalah serat yang dibuat dari selulosa
kapas yang disusun kembali dengan cara mencampur ke dalam larutan amonia
yang mengandung kuprooksida. Sebagai bahan baku dipergunakan kapas linter
atau kadang-kadang pulp kayu yang telah dimurnikan sehingga mempunyai
kadar selulosa yang tinggi.

4. Poliester
Serat poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Poliester pertama yang dibuat adalah terylene, kemudian menyusul dacron.
Asam tereftalat dan etilena glikol diolah dalam tempat hampa udara dan dengan
suhu yang tinggi, maka terjadilah larutan. Larutan kemudian disemprotkan
melalui alat pemintalan leleh menghasilkan filament poliester. Reaksi pembuatan
poliester:
5. Poliakrilat
Serat poliakrilat merupakan kopolimer yang terdiri dari campuran
poliakrilonitril dengan polimer yang lain. Serat poliakrilat mempunyai ketahanan
panas yang lebih baik dibandingkan serat lainnya. Mudah melepaskan kotoran
sehingga mudah dicuci.

6. Poliamida
Terdapat bermacam nylon, di antaranya yang paling utama
digunakan sebagai serat buatan adalah nylon 66 dan nylon 6. Nylon 66
dihasilkan dari hexamethylendiamin dengan asam adipat. Nylon 6 dihasilkan dari
kaprolaktam. Poliamyda ini juga disebut “Perlon”. Serat nylon diperoleh dengan
mengolah bahan sehingga menghasilkan garam nylon. Garam nylon dilelehkan
dalam atmosfir nitrogen denga ditambah sedikit asam acetat, kemudian larutan
disemprotkan melalui alat pemintalan leleh untuk membentuk filament nylon.
Reaksi hexamethylendiamin dengan asam adipat:
ANALISA SERAT TEKSTIL
Analisa serat tekstil dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisa Serat Secara Kualitatif
Analisa serat secara kualitatif biasa disebut sebagai identifikasi serat yaitu
penentuan sifat-sifat khusus dari serat untuk menentukan jenis serat yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan. Sifat-sifat khusus yang dimaksud adalah
morfologi serat, sifat kimia dan sifat fisika serat. Cara identifikasi dapat dilakukan
dengan:
1. Pembakaran, dengan mengamati bau, abu, dan warna sisa
pembakaran.
2. Mikroskopik, dengan mengamati bentuk penampang membujur dan
penampang melintang serat.
3. Pelarutan, dengan mengamati kelarutan serat dalam pereaksi kimia.
4. Pewarnaan, dengan mengamati warna yang timbul dalam pereaksi
kimia atau zat warna.
5. Titik leleh.
6. Berat jenis.

2. Analisa Serat Secara Kuantitatif


Analisa serat secara kuantitatif dilakukan untuk menentukan komposisi
serat dalam benang atau kain yang berasal dari serat campuran dan dapat
dilakukan secara mekanik, kimia, atau mikroskopik bergantung pada campuran
seratnya.

UJI PEMBAKARAN DAN BERAT JENIS


Pada serat alam, morfologi serat menunjukkan suatu bentuk dengan
perbedaan yang besar antara serat satu dengan yang lainnya. Ini disebabkan
karena serat tersebut ditentukan oleh jenis tanaman dan jenis hewannya. Karena
itu morfologi serat dari serat alam sangat menentukan dalam identifikasi
seratnya. Sebaliknya sifat kimia serat alam perbedaannya sangat kecil, misalnya
selulosa atau protein. Pada serat buatan, yang memegang peranan adalah sifat
kimia dan sifat fisikanya. Ini disebabkan karena serat buatan sangat ditentukan
oleh polimer kimia pada saat proses pembuatannya. Proses identifikasi yang
umum dilakukan ialah pengujian dengan:
1. Uji Pembakaran
Uji pembakaran dilakukan secara makro, sedangkan uji pelarutan dan uji
pewarnaan dapat dilakukan secara makro maupun mikro. Uji pembakaran serat
adalah cara yang paling umum untuk identifikasi serat.
Golongan serat dapat diperkirakan secara umum dengan cara ini dan
tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk campuran serat.
Alat yang dipakai untuk pemeriksaan cara pembakaran ini hanyalah nyala
api. Nyala api yang baik adalah nyala api yang diperoleh dari pembakar bunsen
yang menggunakan bahan bakar gas. Sedangkan korek api tidak digunakan,
sebab korek api mengeluarkan bau yang keras, yang akan mengganggu bau
yang dihasilkan dari yang diuji.
Uji pembakaran tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi pada jenis
seratnya secara detil dan akurat, tetapi hanya bisa mengidentifikasi serat dengan
menentukan jenis serat berdasarkan sumbernya, yaitu apakah serat tersebut
termasuk jenis selulosa, protein atau sintetik. Uji pembakaran ini biasanya
meliputi: sifat pembakaran, pengamatan bau, warna dari asap yang terbentuk
dan pegamatan residu/sisa pembakarannya.
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira panjangnya 4-5 cm dan diberi
puntiran. Pada saat serat menyala, diperhatikan dimana terjadi nya nyala api Bila
nyala api sudah padam maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh
serat yang terbakar itu. Perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak.
Akhirnya perlu dicatat pula banyaknya, bentuknya, warnanya dan kekerasan dari
abu sisa pembakaran.
Apabila serat terbakar cepat, meninggalkan abu berbentuk serat dan
berbau seperti kertas terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat selulosa.
Bila serat tidak terbakar sama sekali maka keadaan ini menujukkan serat gelas
atau asbes. Apabila serat terbakar tanpa ada abu, berbau rambut terbakar,
meninggalkan bulatan kecil hitam diujungnya, maka keadaan ini menunjukkan
serat protein. Apabila bau yang ditimbulkan sama seperti diatas tetapi tidak
meninggalkan abu, maka hal ini menunjukkan serat sutera. Apabila serat
meleleh dan membentuk bulatan kecil diujungnya, dengan bau plastik terbakar,
maka keadaan ini menunjukkan serat sintetik.
Tabel Identifikasi Serat Cara Pembakaran

Contoh serat hasil uji pembakaran:

2. Uji Berat Jenis


Berat jenis suatu serat dapat diketahui dengan bantuan suatu zat cair
yang diketahui berat jenisnya dimana serat dapat terapung, tenggelam, atau
melayang. Serat akan tenggelam jika massa jenis serat > dari massa jenis
pelarut. Sedangkan serat akan melayang jika massa jenis serat = massa jenis
pelarut dan akan terapung jika massa jenis serat < dari massa jenis pelarut.
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat
dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³.
Berat jenis tidak mempunyai satuan atau dimensi. Berat jenis mempunyai
rumusn m.g/v atau w/v dengan satuan n/m3 dengan m = massa, g = gravitasi, v =
volume dan w = weight (berat).
Untuk penentuan berat jenis digunakan 2 macam cairan yang dapat
tercampur sempurna di dalam berbagai perbandingan sehingga menghasilkan
larutan dengan berat jenis antara 1,0 sampai 1,5 larutan yang dapat digunakan
antara lain campuran karbon-tetraklorida (CCl4) dengan berat jenis 1,6 dan
xylena dengan berat jenis 0,8.

1. Tabel Berat Jenis

2. Tabel Berat Jenis Serat


ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

ALAT
1) Pembakar bunsen
2) Pinset
3) Korek api
4) Alat pelindung diri
5) Selotipe
6) Tabung reaksi.
7) Rak tabung reaksi.
8) Pengait tembaga.

BAHAN
1) Serat Kapas
2) Serat Rayon Viskosa
3) Serat Rami
4) Serat Sutera
5) Serat Wool
6) Serat Poliester
7) Serat Poliakrilat
8) Serat Poliamida (Nylon)
9) Serat campuran Poliester-Kapas
10) Serat campuran Poliester-Rayon
11) Serat campuran Poliester-Wool
12) Serat Rayon Asetat
13) Serat Rayon Kupro Amonium

ZAT KIMIA
1) Xilena
2) Karbontetraklorida (CCl4)
CARA KERJA

A. Identifikasi Serat Cara Pembakaran


1. Beberapa helai serat yang akan diamati, dipuntir kira-kira sebesar
batang korek api dengan panjang ± 5 cm.
2. Contoh serat didekatkan pada nyala api dari samping dengan
perlahanlahan. Saat serat dekat nyala api diamati apakah serat
meleleh, menggulung atau terbakar cepat.
3. Pada saat serat menyala, diperhatikan dimana nyala terjadinya api,
bila api segera padam segera identifikasi bau yang dikeluarkan serat
tersebut.
4. Jika api terus menyala, api dimatikan dengan cara ditiup kemudian
diamati bau yang dikeluarkan serat tersebut.
5. Setelah nyala api padam, perhatikan apakah serat mengeluarkan
asap atau tidak, kemudian dilihat sisa pembakaran yang ditinggalkan
serat tersebut.
6. Hasil permeriksaan dibuat di lebar jurnal praktikum.
7. Lakukan evaluasi uji pembakaran.

B. Identifikasi Serat Uji Berat Jenis


1. Mengisi masing-masing tabung reaksi yang telah bersih dengan
larutan campuran xylena dan CCl4 yang telah diketahui berat
jenisnya, diurutkan dari yang terbesar sampaiberat jenis yang terkecil.
2. Mengambil serat yang akan diuji berat jenisnya diambil 2-3
helaikemudian dibentuk bulatan kecil.
3. Memasukkan bulatan serat satu persatu kedalam tabung reaksi yang
berisi larutan yang telah diketahui berat jenisnya berurutan dari berat
jenis terbesar ke larutan dengan berat jenis yang makin kecil.
4. Kemudian mengamati apakah serat mengapung, melayang atau
tenggelam.
5. Serat yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari larutan larutan yang
telah diketahui berat jenisnya akan terapung pada larutan tersebut.
6. Serat yang mempunyai berat jenis lebih besar dari larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan tenggelam pada larutan tersebut.
7. Serat yang mempunyai berat jenis sama dengan larutan yang telah
diketahui berat jenisnya akan melayang-layang ditengah berat jenis
tersebut.
8. Berat jenis serat ditentukan dengan mengamati larutan pada posisi
serat melayang, hal ini menunjukkan bj serat tersebut.
9. Apabila posisi serat tenggalam pada larutan dengan berat jenis lebih
kecil dari berat jenis serat dan terapung pada larutan dengan berat
jenis lebih besar dari berat jenis serat, maka berat jenis serat ada
diantara berat jenis keduanya (rata – rata antara berat jenis larutan
yang seratnya tenggelam dan seratnya terapung).
10. Catat dan gambarkan hasil pemeriksaan pada lembar uji berat jenis
serat.
PEMBAHASAN

A. UJI PEMBAKARAN

Berdasarkan hasil praktikum identifikasi serat cara pembakaran, dengan


mengamati asap yang ditimbulkan, bau serat setelah terbakar serta sifat dan
residu/sisa pembakaran didapatkan penjelasan dari pengamatan hasil uji serat.

1. Kapas
Pada serat kapas yang dibakar, asap yang ditimbulkan berwarna putih
dan bau seratnya seperti kertas terbakar. Serat begitu cepat terbakar dan
meneruskan nyala api. Sisa pembakaran dari serat kapas berwarna hitam dan
jika digosokkan dengan tangan, serat terasa halus. Jika dibandingkan dengan
literature, data pengamatan menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Dimana
pada literature, apabila serat kapas diuji dengan pembakaran, asap yang timbul
akan berwarna putih dan seratnya dapat meneruskan nyala api, baunya seperti
kertas terbakar serta sisa pembakaran yaitu serat berwarna abu-abu gelap dan
lunak. Abu-abu gelap hampir menyerupai warna hitam.

2. Rayon Viskosa
Berdasarkan hasil pengamatan, serat rayon viskosa saat terbakar
menimbulkan asap berwarna putih dan bau seperti kertas terbakar. Serat rayon
viskosa cepat terbakar namun tidak meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya berwarna hitam dan halus saat digosokkan dengan tangan.
Pada literature ditunjukkan bahwa serat rayon viskosa akan terbakar dengan
cepat, baunya seperti daun/kertas terbakar, serta sisa pembakaran yaitu abu
berbentuk serat berwarna gelap dan lunak. Data pengamatan dengan literature
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.

3. Rami
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serat rami memiliki sifat yang
sama dengan serat kapas. Saat serat rami dibakar, asapnya akan berwarna
putih, baunya seperti kertas terbakar, cepat terbakar dan meneruskan nyala api.
Sisa pembakarannya berwarna hitam dan halus saat digosokkan dengan tangan.
Data pengamatan dengan literature menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
4. Sutera
Berdasarkan literature, sifat pembakaran serat sutera akan terbakar
dengan perlahan-lahan/padam dengan sendirinya dan tidak meneruskan nyala
api, baunya seperti rambut terbakar dan sisa pembakaran serat berbentuk
bulatan tak beraturan, rapuh, berwarna kehitaman serta tidak meninggalkan abu.
Berdasarkan pengamatan, sifat pembakarannya serat sutera akan
terbakar dengan cepat dan tidak meneruskan nyala api, baunya seperti rambut
terbakar, sisa pembakarannya serat berwarna abu dan jika digosokkan dengan
tangan akan remuk. Asap yang ditimbulkan berwarna putih. Hal ini menunjukkan
beberapa data pengamatan memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan
literature.

5. Wool
Setelah melakukan pengamatan, didapatkan data bahwa serat wool saat
terbakar akan menimbulkan asap berwarna putih dan baunya seperti rambut
terbakar. Sifat pembakarannya cepat namun tidak meneruskan nyala api
(pembakaran). Sisa pembakarannya, serat berwarna hitam dan saat digosokkan
dengan tangan, serat akan remuk. Pada literature, sifat pembakaran serat wool
akan terbakar dan padam dengan sendirinya, tidak meneruskan nyala api,
baunya seperti rambut terbakar dan sisa pembakaran serat menggumpal tak
beraturan, lunak dan berwarna kehitaman serta meninggalkan abu. Data
pengamatan menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan literature.

6. Poliester
Berdasarkan pengamatan, serat poliester saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna hitam dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya, serat berwarna hitam dan saat digosokkan dengan tangan,
serat tidak hancur karena serat mengeras setelah dibakar.
Pada literature, sifat pembakaran serat poliester akan terbakar dan
melelehkan serat (tetesan), asap berwarna hitam, baunya seperti bahan kimia,
serta sisa pembakaran serat menggumpal keras berwarna hitam. Data
pengamatan dengan literature menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
7. Poliakrilat
Berdasarkan pengamatan, serat poliakrilat saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna hitam dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya, serat berwarna hitam dan saat digosokkan dengan tangan,
serat tidak hancur karena serat mengeras setelah dibakar.
Pada literature, sifat pembakaran serat poliester akan terbakar dan
melelehkan serat (tetesan), asap berwarna hitam, baunya seperti bahan kimia,
serta sisa pembakaran serat menggumpal keras berwarna hitam. Data
pengamatan dengan literature menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.

8. Poliamida (Nylon)
Berdasarkan pengamatan, serat poliamida saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna putih dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat namun tidak meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya setelah diamati lagi, terlihat warna coklat, tidak hancur saat
digosokkan dengan tangan karena serat mengeras setelah pembakaran dan
terlihat bekas lelehan.
Pada literature, sifat pembakaran serat poliamida akan terbakar dan
melelehkan serat (tetesan), berbau seledri, serta sisa pembakaran serat
menggumpal keras berwarna hitam. Data pengamatan dengan literature
menunjukkan beberapa kesamaan.

9. Poliester-Kapas
Berdasarkan pengamatan, serat poliester-kapas saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna hitam dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya berwarna hitam dan tidak hancur saat digosokkan dengan
tangan, karena serat mengeras setelah dibakar.
Pada pengujian serat campuran, dinilai kurang efektif karena hanya serat
yang lebih dominan saja yang akan teridentifikasi. Berdasarkan pengamatan,
serat yang lebih teridentifikasi adalah serat poliester.
10. Poliester-Rayon
Berdasarkan pengamatan, serat poliester-rayon saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna hitam dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya serat berwarna hitam dan tidak hancur saat digosokkan dengan
tangan, karena serat mengeras setelah dibakar.
Pada pengujian serat campuran, dinilai kurang efektif karena hanya serat
yang lebih dominan saja yang akan teridentifikasi. Berdasarkan pengamatan,
serat yang lebih teridentifikasi adalah serat poliester.

11. Poliester-Wool
Berdasarkan pengamatan, serat poliester-wool saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna putih dan baunya seperti rambut terbakar. Sifat
pembakarannya cepat namun tidak meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya serat berwarna hitam dan saat digosokkan dengan tangan, serat
akan remuk.
Pada pengujian serat campuran, dinilai kurang efektif karena hanya serat
yang lebih dominan saja yang akan teridentifikasi. Berdasarkan pengamatan,
serat yang lebih teridentifikasi adalah serat wool.

12. Rayon Asetat


Berdasarkan pengamatan, serat rayon asetat saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna putih dan baunya seperti kertas terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya serat berwarna abu kehitaman dan saat digosokkan dengan
tangan, serat terasa halus.
Pada literature, sifat pembakaran serat rayon asetat akan terbakar dan
meleleh, meneruskan nyala api, berbau cuka, serta sisa pembakaran serat
menggumpal rapuh berwarna hitam. Data pengamatan dengan literature
menunjukkan beberapa kesamaan.

13. Rayon Cuproammonium


Berdasarkan pengamatan, serat rayon cuproammonium saat terbakar
akan menimbulkan asap berwarna putih dan baunya seperti kertas terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya serat berwarna abu kehitaman dan saat digosokkan dengan
tangan, serat terasa halus. Pada literature, identifikasi dengan uji pembakaran
pada serat rayon cuproammonium memiliki sifat yang sama seperti serat rayon
viskosa. Data pengamatan dengan literature menunjukkan hasil yang tidak jauh
berbeda.

B. UJI BERAT JENIS


Pada praktikum uji berat jenis, serat dapat diidentifikasikan melalui berat
jenis seratnya dengan memasukkannya kedalam campuran larutan CCl4 dan
xylena.
1. Kapas
Serat kapas mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan xilena pada nomor 1 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi 2 dan 3.
Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 1+ BJ campuran 2 1,60 + 1,527
= = 1,563
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur, (BJ serat kapas sebesar 1,50-1,56), hasil
yang didapatkan masih dalam jangkauan literatur.

2. Rayon Viskosa
Serat rayon viskosa mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi nomor 3. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 2+ BJ campuran 3 1,527 + 1,454
= = 1,490
2 2

Bila dibandingkan dengan literatur, (BJ serat rayon viskosa sebesar 1,51-1,52),
hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.

3. Rami
Serat rami mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor
3. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 2+ BJ campuran 3 1,527 + 1,454
= = 1,490
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat rami sebesar 1,55), hasil yang
didapatkan tidak jauh berbeda.

4. Sutera
Serat sutera mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan xilena pada nomor 4 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor 5 dan
6. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 4+ BJ campuran 5 1,381 + 1,308
= = 1,344
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat sutera bombyx mori sebesar 1,33
dan tussah sebesar 1,32), hasil yang didapatkan lebih mendekati serat sutera
bombyx mori.

5. Wool
Serat wool mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan xilena pada nomor 4 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor 5 dan
6. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 4+ BJ campuran 5 1,381 + 1,308
= = 1,344
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat wool yang tidak mengandung
medula sebesar 1,31), hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.

6. Poliester
Serat poliester mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran
CCl4 dan xilena pada nomor 3 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor
4 dan 5. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 3+ BJ campuran 4 1,454 + 1,381
= = 1,417
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat poliester terylene/vycron sebesar
1,38), hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
7. Poliakrilat
Serat poliakrilat mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran
CCl4 dan xilena pada nomor 5 dan 6 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi
nomor 7. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 6+ BJ campuran 7 1,235 + 1,163
= = 1,199
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur, hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.

8. Poliamida (Nylon)
Serat poliamida mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran
CCl4 dan xilena pada nomor 6 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor
7 dan 8. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 6+ BJ campuran 7 1,235 + 1,163
= = 1,199
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat nylon 6 sebesar 1,13), hasil yang
didapatkan tidak jauh berbeda.

9. Poliester-Kapas
Serat poliester-kapas mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan xilena pada nomor 2 kemudian tenggelam dalam tabung
reaksi nomor 3 dan 4. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 2+ BJ campuran 3 1,527 + 1,454
= = 1,490
2 2
Pada serat campuran seperti poliester-kapas, bila dilakukan pengujian
berat jenis maka berat jenis yang didapatkan merupakan berat jenis dari serat
yang lebih dominan dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini yang lebih
dominan adalah serat kapas. Karena, serat kapas mempunyai berat jenis
sebesar 1,50-1,56.

10. Poliester-Rayon
Serat poliester-rayon mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan xilena pada nomor 2 dan 3 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi nomor 4. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 3+ BJ campuran 4 1,454 + 1,381
= = 1,417
2 2
Pada serat campuran seperti poliester-rayon bila dilakukan pengujian
berat jenis maka berat jenis yang didapatkan merupakan berat jenis dari serat
yang lebih dominan dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini yang lebih
dominan adalah serat poliester. Karena, serat poliester mempunyai berat jenis
sebesar 1,38 dan dalam pengujian serat poliester sebelumnya didapatkan BJ
yang sama, yaitu 1,417.

11. Poliester-Wool
Serat poliester-wool mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan xilena pada nomor 3 dan 4 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi nomor 5. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 4+ BJ campuran 5 1,381 + 1,308
= = 1,344
2 2
Pada serat campuran seperti poliester-wool bila dilakukan pengujian berat
jenis maka berat jenis yang didapatkan merupakan berat jenis dari serat yang
lebih dominan dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini yang lebih
dominan adalah serat wool. Karena, serat wool yang tidak mengandung medula
memiliki BJ sebesar 1,31.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uji pembakaran yang telah dilakukan, serat selulosa


akan terbakar dengan cepat, menimbulkan bau seperti kertas terbakar, sisa
pembakarannya berbentuk serbuk halus dan asapnya berwarna putih. Pada data
pengamatan yang merupakan serat selulosa adalah kapas, rayon viskosa dan
rami.
Sedangkan serat protein akan terbakar dengan cepat namun tidak
meneruskan nyala api, menimbulkan bau seperti rambut terbakar, sisa
pembakarannya berbentuk bulatan kecil dan remuk saat digosokkan dengan
tangan, serta asapnya berwarna putih. Pada data pengamatan yang merupakan
serat protein adalah sutera dan wool.
Pada serat buatan/sintetis, serat yang terbakar akan menimbulkan asap
berwarna hitam (kecuali pada poliamida yaitu asap berwarna putih), baunya
seperti plastik terbakar dan sisa pembakarannya membentuk gumpalan yang
mengeras pada ujung seratnya. Pada data pengamatan yang merupakan serat
buatan/sintetis adalah poliester, poliakrilat, poliamida (nylon), rayon asetat dan
rayon kuproammonium. Pada serat rayon asetat dan rayon kuproammonium sifat
seratnya sama seperti sifat serat selulosa.
Pada serat campuran, hanya serat yang dominan saja yang dapat
teridentifikasi. Pada poliester-kapas, serat poliester lebih dominan. Pada serat
poliester-rayon, serat poliester lebih dominan. Pada serat poliester-wool, serat
wool lebih dominan. Serat yang dominan menandakan serat tersebut
teridentifikasi.

Berdasarkan hasil uji berat jenis yang telah dilakukan, dapat


disimpulkan bahwa:
1. Berat jenis serat kapas sebesar 1,563.
2. Berat jenis serat rayon viskosa sebesar 1,490.
3. Berat jenis serat rami sebesar 1,490.
4. Berat jenis serat sutera sebesar 1,344.
5. Berat jenis serat wool sebesar 1,344.
6. Berat jenis serat poliester sebesar 1,417.
7. Berat jenis serat poliakrilat sebesar 1,199.
8. Berat jenis serat poliamida (nylon) sebesar 1,199.
9. Berat jenis serat poliester-kapas sebesar 1,490.
10. Berat jenis serat poliester-rayon sebesar 1,417.
11. Berat jenis serat poliester-wool sebesar 1,344.
DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, M., & Khairul, U. (2013). BAHAN AJAR PRAKTIKUM SERAT


TEKSTIL. Bandung: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL.

Soeprijono P., d. (1973). SERAT-SERAT TEKSTIL. Bandung: INSTITUT


TEKNOLOGI TEKSTIL.

Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. (2004). Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai