SERAT TEKSTIL
IDENTIFIKASI SERAT CARA PEMBAKARAN DAN BERAT JENIS
1. Serat Alam
Serat alam adalah serat yang berasal dari alam dan sudah tersedia dalam
bentuk serat. Serat alam ada yang berasal dari tumbuhan (selulosa) dan
binatang (protein).
a. Serat Selulosa
1. Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk
dalam jenis gossypium, yaitu 1) Gossypium arboreum, 2) Gossypium herbareum,
3) Gossypium barbadense dan 4) Gossypium hirsutum. Tiap jenis tanaman
kapas tersebut menghasilkan kapas yang mutunya sangat khas.
Gossypium barbadense disebut juga kapas sea island, merupakan
jenis yang menghasilkan kapas yang bermutu sangat tinggi karena panjang serat
38 - 55 mm, halus dan berkilau. Gossypium arboreum dan gossypium herbareum
menghasilkan serat yang pendek yaitu 7 - 25 mm. Gossypium hirsutum disebut
juga kapas upland, menghasilkan serat panjang 25 - 35 mm.
Serat kapas diperoleh dari buah kapas. Buah kapas yang sudah
matang dipetik, bulu-bulunya dipisahkan dari bijinya, dibersihkan dan dipintal.
Bulu-bulu pendek yang masih melekat pada biji-biji kapas tersebut disebut linter.
Kapas terutama tersusun atas selulosa. Selulosa dalam kapas
mencapai 94 % dan sisanya terdiri atas protein, pektat, lilin, abu dan zat lain.
Proses pemasakan dan pemutihan serat akan mengurangi jumlah zat bukan
selulose dan meningkatkan persentase selulosa.
Struktur serat kapas:
2. Rami
Rami adalah serat yang diperoleh dari batang tanaman boehmeria
nivea. Tanaman rami merupakan tanaman berumur panjang dengan batang
yang tinggi, kecil dan lurus. Rami mulai dapat dituai dengan hasil optimum
apabila batang bagian bawah berwarna kekuning-kuningan atau coklat muda,
daun bagian bawah mulai menjadi kuning, dan ujung tanaman baru mulai
tumbuh. Kulit batang dipecah dengan cara dipukul-pukul batangnya, kemudian
serat dipisahkan dengan cara dikerok. Untuk menghilangkan getah, lilin dan
pektin serat rami direndam dalam larutan soda kaustik panas.
Serat rami mentah kering tersusun kira-kira oleh 75% selulosa,
16% hemiselulosa, dan selebihnya terdiri dari pektin, lignin, zat-zat yang larut
dalam air, dan lemak. Dengan proses pemisahan kadar selulose menjadi 96-
98%. Struktur serat sami sama seperti serat kapas.
b. Serat Protein
1. Wool
Wool merupakan serat yang berasal dari bulu biri-biri atau
binatang berbulu lainnya. Serat wool dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
wool halus, wool sedang, dan wool kasar. Wool halus bersifat lembut, kuat
elastik, dan keriting sehingga dapat dibuat benang halus. Wool sedang umumnya
dihasilkan dari bulu biri-biri yang berasal dari Inggris. Serat lebih kasar, lebih
panjang, dan lebih berkilau dari wool halus. Wool kasar kebanyakan dihasilkan
oleh biri-biri yang hidup dalam kondisi primitif. Warna serat wool lebih bervariasi
dari putih hingga hitam.
Struktur Fisika Serat Wool
Serat wool terdiri dari dua-tiga lapisan yaitu:
1. Kutikula, yang merupakan lapisan terluar, terdiri dari sisik-sisik tanduk
pipih yang saling bertumpuan seperti susunan genting. Ujung sisik
menunjuk ke ujung serat.
2. Corter, yang merupakan bagian yang lebih dalam, terbentuk dari bercah-
bercah berbentuk jarum kecil yang disebut sel-sel kortikel. Bagian ini
merupakan 90% dari serat.
3. Beberapa wool yang sangat kasar memiliki medulla yang berupa saluran
kosong atau terisi dengan susunan sel seperti rumah lebah.
Serat wool memiliki sifat keriting alam yang berdimensi tiga. Keriting
tersebut akibat perkembangan sel-sel kortikel yang tidak sama dan bervariasi
dengan kehalusan serat. Serat yang halus mempunyai pengeritingan sebanyak
75 tiap cm, sedangkan wool kasar lebih sedikit.
Wool adalah serat bi-komponen yang terjadi dari dua komponen yang
berdampingan. Kedua komponen tersebut memiliki daya gelembung yang
berbeda apabila basah. Pada waktu basah pengeritingan lebih sedikit dari pada
waktu kering. Keriting tersebut memberikan daya kohesi yang baik dengan
lenting dan pegangan yang enak.
Serat wool memiliki sifat bergelombang seperti pegas oleh karena itu
apabila serat diregangkan maka akan lurus, namun apabila dilepaskan akan
kembali bergelombang.
2. Sutera
Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang
disebut lepidoptera. Serat sutera adalah satu-satunya serat alam yang berbentuk
filament dihasilkan dari kepompong ulat sutera. Jenis serat sutera yang terbaik
ialah yang berasal dari kepompong ulat sutera jenis bombyx mori. Jenis serat
sutera lain diperoleh dari ulat sutera liar yaitu jenis ulat sutera tusah, serat sutera
yang dihasilkan lebih kasar dan sulit diwarnai.
Ulat sutera mengeluarkan zat sutera (fibroin) dari mulutnya
membentuk filament. Filament tersebut dibalut oleh zat perekat (serisin). Bila
terkena udara fibroin dan serisin akan mengeras. Keadaan tersebut terjadi dari
dalam dan menambah lapisan demi lapisan sehingga membentuk lapisan
pelindung yaitu kepompong. Pembentukan kepompong berlangsung selama 2
hari.
Proses pengolahan kepompong dilakukan dengan cara yaitu
sejumlah kepompong direndam dalam air panas supaya serisinnya melunak
untuk memudahkan melepaskan filament dari kepompong. Kepompong disikat
untuk menemukan ujung filament, kemudian diperoleh sutera mentah. Sutera
mentah selanjutnya dimasak dengan air sabun untuk menghilangkan serisinnya,
sehingga sutera menjadi lunak, berwarna putih, berkilau, dan mudah menyerap
pewarna.
Sutera mentah tersusun oleh 76% protein fibroin (serat), 22%
protein serisin (perekat), 1,5% lilin dan 0,5% garam-garam mineral. Serisin
adalah protein yang melindungi serat dari kerusakan, namun pada proses
penyempurnaan serat sutera, protein ini dihilangkan dengan pemasakan. Fibroin
merupakan protein yang menjadi bagian utama dari serat. Filament sutera
mentah terdiri atas dua serat fibroin yang terbungkus di dalam serisin.
2. Serat Buatan/Sintetis
Serat buatan adalah serat yang harus dibuat dulu karena belum tersedia
di alam dalam bentuk serat. Bahan baku dari serat buatan berasal dari alam dan
senyawa yang disintesis. Serat buatan: selulosa yang diregenerasi seperti rayon
viskosa, rayon asetat, rayon kuproamonium, poliester, poliamida (nylon) dan
poliakrilat.
2. Rayon Asetat
Rayon acetat adalah serat yang dibuat dari linter atau selulosa
kayu, anhidrida dan aceton. Selulosa kayu dilarutkan dalam natrium karbonat
dan natrium hidroksida kemudian dicuci, diputihkan, dan dikeringkan. Larutan ini
kemudian dilarutkan lagi dalam asam sulfat dan asam acetat sehingga terjadi
acetil selulose. Acetil selulose dilarutkan dalam aceton, disemprotkan melalui alat
pemintal ke arah suhu panas, aceton kemudian mengalami penguapan dan
terbentuk filament acetil selulose. Karena penyusunannya banyak terdapat dari
zat kimia buatan, rayon acetat dimasukkan kelompok thermoplastics.
3. Rayon Cuproammonium
Serat rayon kupramonium adalah serat yang dibuat dari selulosa
kapas yang disusun kembali dengan cara mencampur ke dalam larutan amonia
yang mengandung kuprooksida. Sebagai bahan baku dipergunakan kapas linter
atau kadang-kadang pulp kayu yang telah dimurnikan sehingga mempunyai
kadar selulosa yang tinggi.
4. Poliester
Serat poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Poliester pertama yang dibuat adalah terylene, kemudian menyusul dacron.
Asam tereftalat dan etilena glikol diolah dalam tempat hampa udara dan dengan
suhu yang tinggi, maka terjadilah larutan. Larutan kemudian disemprotkan
melalui alat pemintalan leleh menghasilkan filament poliester. Reaksi pembuatan
poliester:
5. Poliakrilat
Serat poliakrilat merupakan kopolimer yang terdiri dari campuran
poliakrilonitril dengan polimer yang lain. Serat poliakrilat mempunyai ketahanan
panas yang lebih baik dibandingkan serat lainnya. Mudah melepaskan kotoran
sehingga mudah dicuci.
6. Poliamida
Terdapat bermacam nylon, di antaranya yang paling utama
digunakan sebagai serat buatan adalah nylon 66 dan nylon 6. Nylon 66
dihasilkan dari hexamethylendiamin dengan asam adipat. Nylon 6 dihasilkan dari
kaprolaktam. Poliamyda ini juga disebut “Perlon”. Serat nylon diperoleh dengan
mengolah bahan sehingga menghasilkan garam nylon. Garam nylon dilelehkan
dalam atmosfir nitrogen denga ditambah sedikit asam acetat, kemudian larutan
disemprotkan melalui alat pemintalan leleh untuk membentuk filament nylon.
Reaksi hexamethylendiamin dengan asam adipat:
ANALISA SERAT TEKSTIL
Analisa serat tekstil dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisa Serat Secara Kualitatif
Analisa serat secara kualitatif biasa disebut sebagai identifikasi serat yaitu
penentuan sifat-sifat khusus dari serat untuk menentukan jenis serat yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan. Sifat-sifat khusus yang dimaksud adalah
morfologi serat, sifat kimia dan sifat fisika serat. Cara identifikasi dapat dilakukan
dengan:
1. Pembakaran, dengan mengamati bau, abu, dan warna sisa
pembakaran.
2. Mikroskopik, dengan mengamati bentuk penampang membujur dan
penampang melintang serat.
3. Pelarutan, dengan mengamati kelarutan serat dalam pereaksi kimia.
4. Pewarnaan, dengan mengamati warna yang timbul dalam pereaksi
kimia atau zat warna.
5. Titik leleh.
6. Berat jenis.
ALAT
1) Pembakar bunsen
2) Pinset
3) Korek api
4) Alat pelindung diri
5) Selotipe
6) Tabung reaksi.
7) Rak tabung reaksi.
8) Pengait tembaga.
BAHAN
1) Serat Kapas
2) Serat Rayon Viskosa
3) Serat Rami
4) Serat Sutera
5) Serat Wool
6) Serat Poliester
7) Serat Poliakrilat
8) Serat Poliamida (Nylon)
9) Serat campuran Poliester-Kapas
10) Serat campuran Poliester-Rayon
11) Serat campuran Poliester-Wool
12) Serat Rayon Asetat
13) Serat Rayon Kupro Amonium
ZAT KIMIA
1) Xilena
2) Karbontetraklorida (CCl4)
CARA KERJA
A. UJI PEMBAKARAN
1. Kapas
Pada serat kapas yang dibakar, asap yang ditimbulkan berwarna putih
dan bau seratnya seperti kertas terbakar. Serat begitu cepat terbakar dan
meneruskan nyala api. Sisa pembakaran dari serat kapas berwarna hitam dan
jika digosokkan dengan tangan, serat terasa halus. Jika dibandingkan dengan
literature, data pengamatan menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Dimana
pada literature, apabila serat kapas diuji dengan pembakaran, asap yang timbul
akan berwarna putih dan seratnya dapat meneruskan nyala api, baunya seperti
kertas terbakar serta sisa pembakaran yaitu serat berwarna abu-abu gelap dan
lunak. Abu-abu gelap hampir menyerupai warna hitam.
2. Rayon Viskosa
Berdasarkan hasil pengamatan, serat rayon viskosa saat terbakar
menimbulkan asap berwarna putih dan bau seperti kertas terbakar. Serat rayon
viskosa cepat terbakar namun tidak meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya berwarna hitam dan halus saat digosokkan dengan tangan.
Pada literature ditunjukkan bahwa serat rayon viskosa akan terbakar dengan
cepat, baunya seperti daun/kertas terbakar, serta sisa pembakaran yaitu abu
berbentuk serat berwarna gelap dan lunak. Data pengamatan dengan literature
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
3. Rami
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serat rami memiliki sifat yang
sama dengan serat kapas. Saat serat rami dibakar, asapnya akan berwarna
putih, baunya seperti kertas terbakar, cepat terbakar dan meneruskan nyala api.
Sisa pembakarannya berwarna hitam dan halus saat digosokkan dengan tangan.
Data pengamatan dengan literature menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
4. Sutera
Berdasarkan literature, sifat pembakaran serat sutera akan terbakar
dengan perlahan-lahan/padam dengan sendirinya dan tidak meneruskan nyala
api, baunya seperti rambut terbakar dan sisa pembakaran serat berbentuk
bulatan tak beraturan, rapuh, berwarna kehitaman serta tidak meninggalkan abu.
Berdasarkan pengamatan, sifat pembakarannya serat sutera akan
terbakar dengan cepat dan tidak meneruskan nyala api, baunya seperti rambut
terbakar, sisa pembakarannya serat berwarna abu dan jika digosokkan dengan
tangan akan remuk. Asap yang ditimbulkan berwarna putih. Hal ini menunjukkan
beberapa data pengamatan memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan
literature.
5. Wool
Setelah melakukan pengamatan, didapatkan data bahwa serat wool saat
terbakar akan menimbulkan asap berwarna putih dan baunya seperti rambut
terbakar. Sifat pembakarannya cepat namun tidak meneruskan nyala api
(pembakaran). Sisa pembakarannya, serat berwarna hitam dan saat digosokkan
dengan tangan, serat akan remuk. Pada literature, sifat pembakaran serat wool
akan terbakar dan padam dengan sendirinya, tidak meneruskan nyala api,
baunya seperti rambut terbakar dan sisa pembakaran serat menggumpal tak
beraturan, lunak dan berwarna kehitaman serta meninggalkan abu. Data
pengamatan menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan literature.
6. Poliester
Berdasarkan pengamatan, serat poliester saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna hitam dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya, serat berwarna hitam dan saat digosokkan dengan tangan,
serat tidak hancur karena serat mengeras setelah dibakar.
Pada literature, sifat pembakaran serat poliester akan terbakar dan
melelehkan serat (tetesan), asap berwarna hitam, baunya seperti bahan kimia,
serta sisa pembakaran serat menggumpal keras berwarna hitam. Data
pengamatan dengan literature menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
7. Poliakrilat
Berdasarkan pengamatan, serat poliakrilat saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna hitam dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya, serat berwarna hitam dan saat digosokkan dengan tangan,
serat tidak hancur karena serat mengeras setelah dibakar.
Pada literature, sifat pembakaran serat poliester akan terbakar dan
melelehkan serat (tetesan), asap berwarna hitam, baunya seperti bahan kimia,
serta sisa pembakaran serat menggumpal keras berwarna hitam. Data
pengamatan dengan literature menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
8. Poliamida (Nylon)
Berdasarkan pengamatan, serat poliamida saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna putih dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat namun tidak meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya setelah diamati lagi, terlihat warna coklat, tidak hancur saat
digosokkan dengan tangan karena serat mengeras setelah pembakaran dan
terlihat bekas lelehan.
Pada literature, sifat pembakaran serat poliamida akan terbakar dan
melelehkan serat (tetesan), berbau seledri, serta sisa pembakaran serat
menggumpal keras berwarna hitam. Data pengamatan dengan literature
menunjukkan beberapa kesamaan.
9. Poliester-Kapas
Berdasarkan pengamatan, serat poliester-kapas saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna hitam dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya berwarna hitam dan tidak hancur saat digosokkan dengan
tangan, karena serat mengeras setelah dibakar.
Pada pengujian serat campuran, dinilai kurang efektif karena hanya serat
yang lebih dominan saja yang akan teridentifikasi. Berdasarkan pengamatan,
serat yang lebih teridentifikasi adalah serat poliester.
10. Poliester-Rayon
Berdasarkan pengamatan, serat poliester-rayon saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna hitam dan baunya seperti plastik terbakar. Sifat
pembakarannya cepat dan meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya serat berwarna hitam dan tidak hancur saat digosokkan dengan
tangan, karena serat mengeras setelah dibakar.
Pada pengujian serat campuran, dinilai kurang efektif karena hanya serat
yang lebih dominan saja yang akan teridentifikasi. Berdasarkan pengamatan,
serat yang lebih teridentifikasi adalah serat poliester.
11. Poliester-Wool
Berdasarkan pengamatan, serat poliester-wool saat terbakar akan
menimbulkan asap berwarna putih dan baunya seperti rambut terbakar. Sifat
pembakarannya cepat namun tidak meneruskan nyala api (pembakaran). Sisa
pembakarannya serat berwarna hitam dan saat digosokkan dengan tangan, serat
akan remuk.
Pada pengujian serat campuran, dinilai kurang efektif karena hanya serat
yang lebih dominan saja yang akan teridentifikasi. Berdasarkan pengamatan,
serat yang lebih teridentifikasi adalah serat wool.
2. Rayon Viskosa
Serat rayon viskosa mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi nomor 3. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 2+ BJ campuran 3 1,527 + 1,454
= = 1,490
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur, (BJ serat rayon viskosa sebesar 1,51-1,52),
hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
3. Rami
Serat rami mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan xilena pada nomor 1 dan 2 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor
3. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 2+ BJ campuran 3 1,527 + 1,454
= = 1,490
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat rami sebesar 1,55), hasil yang
didapatkan tidak jauh berbeda.
4. Sutera
Serat sutera mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan xilena pada nomor 4 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor 5 dan
6. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 4+ BJ campuran 5 1,381 + 1,308
= = 1,344
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat sutera bombyx mori sebesar 1,33
dan tussah sebesar 1,32), hasil yang didapatkan lebih mendekati serat sutera
bombyx mori.
5. Wool
Serat wool mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran CCl4
dan xilena pada nomor 4 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor 5 dan
6. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 4+ BJ campuran 5 1,381 + 1,308
= = 1,344
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat wool yang tidak mengandung
medula sebesar 1,31), hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
6. Poliester
Serat poliester mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran
CCl4 dan xilena pada nomor 3 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor
4 dan 5. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 3+ BJ campuran 4 1,454 + 1,381
= = 1,417
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat poliester terylene/vycron sebesar
1,38), hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
7. Poliakrilat
Serat poliakrilat mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran
CCl4 dan xilena pada nomor 5 dan 6 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi
nomor 7. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 6+ BJ campuran 7 1,235 + 1,163
= = 1,199
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur, hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
8. Poliamida (Nylon)
Serat poliamida mengapung dalam tabung reaksi yang berisi campuran
CCl4 dan xilena pada nomor 6 kemudian tenggelam dalam tabung reaksi nomor
7 dan 8. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 6+ BJ campuran 7 1,235 + 1,163
= = 1,199
2 2
Bila dibandingkan dengan literatur (BJ serat nylon 6 sebesar 1,13), hasil yang
didapatkan tidak jauh berbeda.
9. Poliester-Kapas
Serat poliester-kapas mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan xilena pada nomor 2 kemudian tenggelam dalam tabung
reaksi nomor 3 dan 4. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 2+ BJ campuran 3 1,527 + 1,454
= = 1,490
2 2
Pada serat campuran seperti poliester-kapas, bila dilakukan pengujian
berat jenis maka berat jenis yang didapatkan merupakan berat jenis dari serat
yang lebih dominan dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini yang lebih
dominan adalah serat kapas. Karena, serat kapas mempunyai berat jenis
sebesar 1,50-1,56.
10. Poliester-Rayon
Serat poliester-rayon mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan xilena pada nomor 2 dan 3 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi nomor 4. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 3+ BJ campuran 4 1,454 + 1,381
= = 1,417
2 2
Pada serat campuran seperti poliester-rayon bila dilakukan pengujian
berat jenis maka berat jenis yang didapatkan merupakan berat jenis dari serat
yang lebih dominan dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini yang lebih
dominan adalah serat poliester. Karena, serat poliester mempunyai berat jenis
sebesar 1,38 dan dalam pengujian serat poliester sebelumnya didapatkan BJ
yang sama, yaitu 1,417.
11. Poliester-Wool
Serat poliester-wool mengapung dalam tabung reaksi yang berisi
campuran CCl4 dan xilena pada nomor 3 dan 4 kemudian tenggelam dalam
tabung reaksi nomor 5. Sehingga dapat dihitung berat jenisnya:
BJ campuran 4+ BJ campuran 5 1,381 + 1,308
= = 1,344
2 2
Pada serat campuran seperti poliester-wool bila dilakukan pengujian berat
jenis maka berat jenis yang didapatkan merupakan berat jenis dari serat yang
lebih dominan dari campuran serat tersebut. Dalam pengujian ini yang lebih
dominan adalah serat wool. Karena, serat wool yang tidak mengandung medula
memiliki BJ sebesar 1,31.
KESIMPULAN