PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Dari sudut Bahasa saja,
Indonesia memiliki tidak kurang dari 665 bahasa daerah. Dari sisi geografis, bangsa
Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan keberagaman suku dan kebudayaan.
Indonesia sendiri berada di posisi silang dunia (the cross road), dimana semua pengaruh
baik itu pengaruh ekonomi, social-politik, budaya, peradaban besar serta agama dengan
mudah masuk ke Indonesia dan berpengaruh besar pada kehidupan Warga Negara
Indonesia.
Agama merupakan salah satu aspek yang memiliki pengaruh kuat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun mayoritas WNI memeluk agama Islam,
namun terdapat pula warga negara yang menganut agama Kristen, Protestan, Hindu,
Budha, Konghucu, bahkan ada pula warga negara yang menganut kepercayaan adat
tertentu yang tidak termasuk dalam kategori agama besar tersebut diatas.
Para pendiri bangsa (founding fathers) telah menyadari perlunya menjaga dan
melindungi kebhinekaan bangsa. Hal itu terlihat dari tujuan nasional yang dirumuskan
dalam pembukaan UUD 1945. Salah satu tujuan nasional adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia. Kata Segenap menunjukkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai suku, ras, agama dan perbedaan lain yang semuanya harus dilindungi.
Setiap orang berhak atas kebebasan beragama atau berkepercayaan, itu artinya
tidak ada seorang pun boleh dikenakan pemaksaan yang akan mengganggu kebebasannya
untuk menganut atau memeluk suatu agama atau kepercayaan pilihannya sendiri. Wacana
mengenai kebebasan beragama sesungguhnya sudah berkembang sejak bangsa ini akan
diproklamirkn kemerdekaanya pada tahun 1945 silam, bahkan jauh sebelum itu melalui
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), wacana
ini hangat diperdebatkan oleh para founding father, khususnya pada perumusan pasal 29
UUD 1945. Pada awalnya, rancangan awal pasal 29 dalam UUD 1945 BPUPKI
berbunyi : Negara berdasar atas ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Lalu, diubah melalui kepurusan rapat PPKI, 18
1
Agustus 1945 menjadi : Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan ini
menghilangkan tujuh kata (dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya). Rumusan inilah yang hingga sekarang dan tidak mengalami perubahan
meski telah mengalami empat kali amandemen dalam sejarah Bangsa Indonesia yaitu
pada tahun 1999, 2000,2001 dan 2002.
Negara akan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
dan kepercayaannya secara penuh, namun negara (pemerintah) wajib mengatur
kebebasan di dalam melaksanakan dan menjalankan agama atau kepercayaan agar
pemerintah dapat menghormati, melindungi, menegakan dan memajukan Hak Asasi
Manusia (HAM) dan demi terpeliharanya keamanan, ketertiban, kesehatan atau
kesusilaan umum. Seperti dalam Pasal 71 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM
dinyatakan bahwa pemerintah, sebagai pemegang mandat untuk mewakili negara,
mempunyai kewajiban dan bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi,
menegakkan dan memajukan hak asasi manusia. Kewajiban dan tanggung jawab itu hams
diimplementasikan secara efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial dan
budaya, pertahanan dan keamanan negara, serta bidang lain.
Pada kenyataannya, dalam laporan akhir tahun kebebasan beragama/berkeyakinan
Komnas HAM RI tahun 2014, Komnas HAM masih menemukan :
2. Dari kasus-kasus yang diadukan pada tahun 2014 ini, dapat disimpulkan tiga kategori
tema pengaduan kebebasan beragama/berkeyakinan: Pertama, tindakan penyegelan,
perusakan atau penghalangan pendirian rumah ibadah 30 berkas. Kedua, diskriminasi,
pengancaman, dan kekerasan terhadap pemeluk agama dan keyakinan tertentu 22
berkas. Ketiga, penghalangan terhadap ritual pelaksanaan ibadah 15 berkas.
2
merupakan isu yang perlu mendapat perhatian paling serius karena baik dari
pengaduan yang diterima Komnas HAM maupun dari pemantauan yang dilakukan
selama satu tahun terakhir, kasus-kasus terkait rumah ibadah cenderung meningkat.
Walaupun wacana atau isu mengenai kebebasan beragama telah sejak dahulu
dibicarakan dan diangkat menjadi isu nasional, namun masalah kebebasan beragama di
Indonesia memang tidak pernah tuntas untuk diperdebatkan hingga saat ini dan belum
terselesaikan dengan baik oleh pemerintah. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengangkat
masalah kebebasan beragama agar mendapatkan pemahaman yang jelas tentang
persoalan tersebut diatas. Untuk itu, penulis memilih judul makalah Kebebasan
Beragama Dalam Perspektif Pancasila dan UUD 1945.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah yang berjudul Kebebasan Beragama Dalam Perspektif Pancasila
dan UUD 1945 memiliki beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimanakah kebebasan beragama yang berjalan di Indonesia?
2. Apa saja dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia?
3. Apakah peranan Pancasila dan UUD 1945 dalam mewujudkan kebebasan
beragama?
4. Bagaimana kewenangan pemerintah dalam mengatur kebebasan beragama di
Indonesia?
5. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dalam proses mewujudkan kebebasan
beragama yang harmonis dalam masyarakat?
C. Tujuan
3
Berdasarkan rumusan masalah yang didapat, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran umum mengenai kebebasan beragama yang berjalan di
Indonesia.
2. Mengetahui dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia.
3. Mengetahui peranan Pancasila dan UUD 1945 dalam mewujudkan kebebasan
beragama.
4. Mengetahui kewenangan pemerintah dalam mengatur kebebasan beragama di
Indonesia.
5. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam proses mewujudkan
kebebasan beragama yang harmonis dalam masyarakat.
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut temuan dari Komnas HAM pada tahun 2015 di berbagai daerah di Indonesia
yang terbentang dari wilayah Timur hingga ke Barat, didapat temuan-temuan yaitu sebagai
berikut : Jumlah pengaduan pelanggaran hak atas kebebasan beragama yang diterima Komnas
HAM pada tahun 2015 periode Januari sampai November berjumlah 87 pengaduan (rata-rata 8
4
pengaduan per bulan). Jumlah ini meningkat dari tahun 2014 (Januari sampai Desember)
berjumlah 74 pengaduan (rata-rata 6 pengaduan per bulan. Meningkatnya jumlah pengaduan
pada tahun 2015 dapat dilihat sebagai indikator bahwa jumlah pelanggaran hak atas kebebasan
beragama pada tahun 2015 ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Fakta ini juga dapat menjadi
indikasi meningkatnya kesadaran masyrakat untuk melaporkan kasus-kasus pelanggaran hak atas
kebebasan beragama yang mereka alami kepada Komnas HAM.
Dari jumlah tersebut, beberapa pengaduan memunculkan lebih dari satu tindakan
pelanggaran, sehingga dari jumlah pengaduan tersebut, total tindakan pelanggaran yang terjadi,
sebagai berikut :
Tabel diatas menunjukkan bahwa bentuk tindakan yang paling banyak diadukan pada
tahun 2015 adalah tindakan melarang, merusak atau menghalangi pendirian rumah ibadah. Fakta
ini menunjukkan bahwa hak atas kebebasan mendirikan dan menggunakan rumah ibadah masih
menjadi masalah serius pada tahun ini. Tindakan pelanggaran lain yang juga paling banyak
diadukan adalah tindakan melarang, menghalangi dan mengganggu aktivitas keagamaan (24
tindakan). Fakta ini menunjukkan bahwa hak atas kebebasan menjalankan agama dan keyakinan
di Indonesia belum sepenuhnya terjamin, mesikipun konstitusi negara telah menyataka secara
tegas jaminan hak tersebut.
Adapun kasus-kasus terkait permasalahan pendirian rumah ibadah tersebut adalah :
1. Pelarangan pembangunan masjid Batuplat di Kupang NTT.
2. Pelarangan pembangunan Mushalla As Syafiiyah Kota Denpasar.
3. Penghentian aktivitas 19 gereja di Aceh Singkil.
5
4. Penyegelan 7 Gereja di Banda Aceh.
5. Penghentian pembangunan gereja di Kota Bandung.
6. Penyegelan 7 gereja di Cianjur.
7. Penghentian pembangunan masjid di Monokwari.
8. Penyegelan gereja GKI Yasmin Bogor.
9. Pelarangan 7 gereja di Kabupaten Bandung
10. Pembongkaran dan perusakan HKI Samarinda
11. Pelarangan pendirian masjid di Bitung
6
perkembangan agama-agama di Indonesia. Karena 6 macam agama ini adalah agama-
agama di Indonesia. Karena 6 macam Agama ini adalah agama-agama yang dipeluk
hampir seluruh penduduk Indonesia, maka kecuali mereka mendapat jaminan seperti yang
diberikan oleh pasal 29 ayat 2 UUD juga mereka mendapat bantuan-bantuan dan
perlindungan seperti yang diberikan oleh pasal ini. Namun perlu dicatat bahwa
penyebutan ke-6 agama tersebut tidaklah bersifat pembatasan yang membawa implikasi
pembedan status hukum tentang agama yang diakui dan tidak diakui melainkan bersifat
konstatasi tentang agama-agama yang banyak dianut di Indonesia. Hal ini diperjelas oleh
penjelasan UU itu sendri yang menyatakan bahwa, Ini tidak berarti bahwa agama-agama
lain seperti Yahudi, Zarasustrian, Shinto, Taoism di larang di Indonesia. Mereka mendapat
jaminan penuh seperti yang diberikan pasal 29 ayat(2) dan mereka dibiarkan adanya...
perkataan seperti dalam penjelasan ini perlu digarisbawahi sebab perkataan ini
menunjukkan bahwa agama-agama yang disebutkan hanyalah sekedar contoh tentang
agama-agama diluar ke-6 agama yang disebutkan dalam UU tsb.
C. Peran Pancasila & UUD 1945 dalam mewujudkan kebebasan beragama di Indonesia
Indonesia, dengan ideologi Pancasila-nya, meletakkan agama sebagai hal yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakatnya. Bahkan, kehidupan berketuhanan dan
beragama tertuang dalam sila yang paling awal. Selain itu, konsep hubungan antara negara
dan agama yang diterapkan di Indonesia adalah negara dan agama saling membantu.
Indonesia sebagai suatu negara mempunyai hubungan khusus dengan agama, yakni:
1. Negara berdasarkan Sila pertama: KETUHANAN YANG MAHA ESA.
2. Norma hukum untuk kehidupan bernegara, sedangkan norma moral untuk kehidupan
beragama.
3. Negara dan agama saling melengkapi, tidak disatukan dan juga tidak dipertentangkan.
4. Kebebasan berketuhanan, beragama, dan beribadah diatur dalam Pasal 29 ayat (1) dan (2)
Undang-undang Dasar 1945.
5. Indonesia bukan negara theokrasi, bukan sekuler dan bukan atheis. Indonesia merupakan
negara yang berketuhanan.
Dari Sila Pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat
dikatakan bahwa masyarakat Indonesia berhak memilih dan memeluk agama yang dipercayai
secara bebas. Tidak dapat diragukan bahwa agama memainkan peran yang amat penting di
Indonesia. Memiliki agama sebagai identitas individual menjadi sangat penting dalam proses
7
reproduksi politik identitas di Indonesia. Kepemilikan agama bahkan telah menjadi jati diri
bangsa (national identity).
8
Pembatasan yang diizinkan berkaitan dengan kesehatan publik dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada pemerintah untuk melakukan intervensi guna mencegah epidemi atau penyakit
lainnya.
4. Restriction For The Protection of Morals
Untuk justifikasi kebebasan memanifestasikan agama atau kepercayaan yang terkait dengan moral
dapat menimbulkan kontroversi. Konsep moral merupakan turunan dari berbagai trdisi keagamaan,
filsafat, dan sosial. Oleh karena itu, pembatasan yang terkait dengan prinsip-prinsip moral tidak dapat
diambil hanya dari satu trdisi atau agama saja. Pembatasan dapat dilakukan pemerintah bahkan untuk
binatang tertentu yang dilindungi oleh Undang-Undang untuk tidak disembelih guna kelengkapan ritual
aliran agama tertentu.
5. Restriction For The Protection of The (Fundamental) Rightsand Freedom of Others
5.1. Proselytism
Dengan adanya hukuman terhadap tindakan proselytism, pemerintah mencampuri kebebasan
seseorang didalam memanifestasikan agama mereka melalui aktivitas-aktivitas misionaris dalam
rangka melindungi agar kebebasan beragama orang lain untuk tidak dikonversikan.
5.2. Pemerintah berkewajiban membatasi manifestasi dari agama atau kepercayaan yang
membahayakan hak-hak fundamental dari orang lain, khususnya hak untukhidup, kebebasan,
integritas fisik dari kekerasan, pribadi, perkawinan, kepemilikan, kesehatan, pendidikan,
persamaan, melarang perbudakan, kekejaman dan juga hak-hak kaum minoritas.
Selain itu,agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara
serta dapat menjamin adanya kebebasan beragama, perlu memperhatikan upaya-upaya yang
mendorong terjadinya kerukunan secara mantap dalam bentuk. :
9
- Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat
beragama dengan pemerintah.
- Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional, dalam bentuk upaya mendorong dan
mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan
implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
- Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif, dalam rangka memantapkan
pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama, yang mendukung bagi
pembinaan kerukunan hidup intern umat beragama dan antar umat beragama.
- Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh
keyakinan plural umat manusia, yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama
dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya
dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
- Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang
mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan nila-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
- Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara
menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta
suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
- Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh
sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena
kehidupan beragama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebebasan beragama masyarakat telah terjamin dalam Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945, dan Undang-undang yang lain.
10
2. Meskipun telah dijamin, pelaksanaan kebebasan beragama masih jauh dari
memuaskan.
3. Masih banyak kasus pelanggaran hak kebebasan beragama serta konflik
antar umat beragama dan cenderung meningkat tiap tahunnya.
4. Kinerja pemerintah dan aparat dalam menegakkan hak kebebasan beragama
masih belum maksimal.
B. Saran
1. Pemerintah dan aparat harus meningkatkan kinerjanya dalam mencegah
dan menyelesaikan pelanggaran hak kebebasan beragama.
2. Pemerintah bersama dengan masyarakat harus dapat bekerja sama dalam
menciptakan dan menjaga kerukunan antar umat beragama.
3. Masyarakat harus dapat saling menghargai dan bertoleransi terhadap
masyarakat penganut agama lain.
11