Anda di halaman 1dari 3

Dikumpulkan paling akhir Hari Senin, 09 Januari 2022 via emali :

budi.masruri@umg.ac.id

TUGAS CAPAIAN PEMBELAJARAN 1

MATA KULIAH : Pendidikan Pancasila


FAKULTAS : Teknik
SEMESTER :3

1. Tujuan Tugas:
Mampu menganalisis suatu kasus tentang TIDAK TOLERAN DALAM MENJALANKAN
PERINTAH AGAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI berdasarkan sila-sila Pancasila dan
prilaku yang tidak religius warga Negara Indonesia serta memberi alternatif solusi pemecahannya.

2. Uraian Tugas
a. Obyek garapan:
Sebuah kasus tentang TIDAK TOLERAN DALAM MENJALANKAN PERINTAH AGAMA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI berdasarkan sila-sila Pancasila dan prilaku yang tidak
religius warga Negara yang tengah terjadi di Indonesia.
b. Yang harus dikerjakan dan batasannya:
Menganalisis kasus tersebut dengan memberi jawab atas 5 W (Who, What, When,
Where, Why) 1 H (How) dari kasus lalu memberi alternatif solusi.
c. Metode/cara pengerjaannya :
1) Mencari, mengumpulkan dan mengidentifikasi dari berbagai sumber media kasus tentang
TIDAK TOLERAN DALAM MENJALANKAN PERINTAH AGAMA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI HARI berdasarkan sila-sila Pancasila dan prilaku yang tidak religius warga Negara
Indonesia.
2) Memilih satu kasus TIDAK TOLERAN DALAM MENJALANKAN PERINTAH AGAMA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI berdasarkan sila-sila Pancasila dan prilaku yang tidak
religius warga Negara Indonesia yang saudara anggap penting.
3) Mendeskripsikan kembali dengan kalimat sendiri mencakup pertanyaan 5 W (Who, What, When,
Where, Why) 1 H (How).
4) Memberi alternatif solusi atas kasus tersebut.
5) Melaporkan secara tertulis.
d. Luaran yang dihasilkan :
Gagasan tertulis tentang solusi penyelesaian suatu kasus tentang TIDAK TOLERAN DALAM
MENJALANKAN PERINTAH AGAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI berdasarkan
sila-sila Pancasila dan prilaku yang tidak religius warga Negara Indonesia.

Nama: Ahmad safiul muzaqi


Nim:210602023
Kelas : Asore
Kasus penistaan agama oleh Ahok

Kasus yang menyeret Ahok bermula ketika mantan politikus Golkar dan Gerindra ini melakukan
kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 27 September 2016 lalu. Di sana, dia menggelar dialog dengan
masyarakat setempat, sekaligus menebar 4.000 benih ikan. Dalam video resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
melalui Youtube, Ahok meminta warga tidak khawatir terhadap kebijakan yang diambil pemerintahannya jika dia
tak terpilih kembali. Namun, dia menyisipkan Surah Al Maidah ayat 51.  Ahok mengatakan, “Jadi jangan percaya
sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu, enggak bisa pilih saya, ya — dibohongin pake surat Al
Maidah surat 51 macam-macam gitu lho. Itu hak bapak ibu. Ya. Jadi kalo bapak ibu, perasaan, enggak bisa pilih
nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, enggak apa-apa. Karena ini kan panggilan pribadi bapak
ibu. Program ini jalan saja. Ya jadi bapak ibu enggak usah merasa enggak enak, dalam nuraninya enggak bisa pilih
Ahok. Enggak suka ama Ahok. Tapi programnya, gue kalo terima, gue enggak enak dong ama dia, gue utang budi.
Jangan. Kalo bapak ibu punya perasaan enggak enak, nanti mati pelan-pelan lho kena stroke".
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan video Ahok yang menyinggung surah Al-Maidah 51 saat berbicara di
Pulau Seribu adalah penistaan agama. Setelah melakukan kajian, MUI menyebut ucapan Ahok memiliki
konsekuensi hukum. Fatwa MUI itu membuat sejumlah umat Muslim juga melaporkan Ahok ke polisi. Mereka
menganggap Ahok telah melakukan penistaan agama melalui kata-katanya. Salah satunya Front Pembela Islam
(FPI).

Kehebohan kasus Ahok sampai ditetapkan menjadi tersangka, sejumlah eleman masyarakat yang
mengatasnamakan Gerakan Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) mendesak kasus Ahok segera
disidangkan. Sidang kasus Ahok berlangsung lebih dari 20 kali. Mengundang berbagai macam ahli, mulai ahli
komunikasi sampai ahli agama.

Pada sidang ke-21 yang digelar Pengadilan Negeri Jakarta Utara di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, ini
dipimpin Ketua Majelis Hakim Dwiarso Budi Santiarto. Ahok divonis lebih berat dari tuntutan. Dalam penuntutan,
Ahok dituntut jaksa satu tahun penjara dengan dua tahun percobaan.

"Terbukti secara sah melakukan tindak pidana penodaan agama, penjara 2 tahun," kata Dwiarso, Selasa (9/5).

Ahok sempat menyatakan akan banding, namun urung dilakukan. Ahok malah menyatakan mundur dari jabatan
Gubernur DKI. Permohonan pengunduran diri tersebut telah ditandatangani mantan Bupati Belitung Timur itu
tertanggal 23 Mei 2017. Kasus dugaan penistaan agama ini membuat perolehan suara Ahok- Djarot amblas. Pada
putaran kedua, Anies Baswedan- Sandiaga Uno berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta.

Analisis 5W 1H

Who : Ahok

What : Kasus penistaan agama yang terjadi saat melakukan kunjungan kerja

When : 27 September 2016

Where : Kepulauan seribu

Why : saat Ahok menggelar dialog dengan masyarakat setempat, lalu Ahok meminta warga tidak khawatir
terhadap kebijakan yang diambil pemerintahannya jika dia tak terpilih kembali. Namun, dia menyisipkan Surah Al
Maidah ayat 51.  

How : .  Ahok mengatakan, “Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu, enggak bisa
pilih saya, ya — dibohongin pake surat Al Maidah surat 51 macam-macam gitu lho. Itu hak bapak ibu. Ya. Jadi
kalo bapak ibu, perasaan, enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, enggak apa-
apa. Karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Ya jadi bapak ibu enggak usah merasa
enggak enak, dalam nuraninya enggak bisa pilih Ahok. Enggak suka ama Ahok. Tapi programnya, gue kalo terima,
gue enggak enak dong ama dia, gue utang budi. Jangan. Kalo bapak ibu punya perasaan enggak enak, nanti mati
pelan-pelan lho kena stroke". Lalu Ahok dilaporkan ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri atas tuduhan
penistaan agama. Tak hanya satu laporan, ada sejumlah orang yang melakukan pelaporan atas Ahok. Selain di
Bareskrim, Ahok dilaporkan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya

Solusi untuk kasus tsb:


 supaya kasus penistaan agama tidak terulang, maka yang harus dilakukan adalah menjaga lisan dan berbicara
sesuai dengan kapasitas. Terutama, dalam urusan agama, biarkan ilmuan atau ahli agama masing-masing yang
paling berhak atau paling otoritatif dan berkompeten dalam menafsirkan ajaran agamanya.

untuk menghentikan kasus penistaan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya, negara harus
mengembalikan posisi agama pada tempatnya. Yaitu memfungsikan syariat Islam sebagai sumber hukum dalam
mengatur urusan umat. Juga menjadikannya orientasi dalam membangun negara.

Dalam Islam negara harus dibangun di atas landasan aqidah Islam. Negara wajib melindungi kemuliaan
Islam, wajib membina keimanan dan melindungi ketakwaan individu rakyat. Karena dengan ketakwaan individu
akan melahirkan sikap mengagungkan Islam, penghinaan terhadap simbol Islam atau syiar-syiar Islam itu tidak
akan terjadi. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Siapa saja yang
mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (TQS al-Hajj (22):32).

Dalam hal ini negara dapat kembali menerapkan sistem yang benar-benar menjamin hukum yang adil dan
bersikap tegas terhadap pelanggar hokum, termasuk hukuman yang tegas bagi para penista agama, karena hal ini
berkaitan dengan akidah. Maka jika dibiarkan tanpa adanya kecaman dan sanksi yang menjerakan, hal itu akan
menjadi hal yang biasa. Dengan adanya penjagaan yang tegas dari negara, maka tidak akan muncul penista-penista
agama.

Anda mungkin juga menyukai