Kelompok 3
1. Hilmi Harosilia
2. Intan Wulandari
3. Irham Fadhila
4. Makhrus Lu'ay C.
5. Niken Januari P
6. Purnama Nur R
7. Rizaky Radityo
8. Nurul Fauziah
9. Qori Siti R
10. Safa'at
TUGAS 02/Nas.
A. Petunjuk :
1. Tugas ini dikerjakan secara Kelompok
2. Mekanisme kerja kelompok dapat dilakukan melalui WA grup/Zoom Metting
sesuai kesepakanan kelompok
3. Kerjakan pada kolom yang sudah disediakan, apabila masih kurang silahkan
dapat ditambah sesuai kebutuhan.
4. Tugas ini dikerjakan pada tanggal ….. bulan ….. tahun 2021 mulai pukul 00.00
s.d pukul 00.00 wib
5. Apabila sudah selesai silahkan upload di fitur tugas yang ada di LMS.
B. Soal :
1. Tonton Video singkat tentang ”
film pendek mbah Karsono KTP”
(https://www.youtube.com/watch?v=jz3zqx7K9ik)
2. Bagaimana tanggapan anda terhadap isi video tersebut dalam hubungannya
dengan implementasi Nilai-nilai Nasionalisme
3. Berikan solusi dari kasus tersebut
C. Jawaban
Video tentang “film pendek mbah Karsono KTP” ini menceritakan tentang dilema yang
dihadapi mbah Karsono. awalnya petugas kecamatan ingin mensosialisasikan kartu sehat
manula, tetapi dengan syarat orang yang ingin memiliki kartu harus memiliki KTP,
permasalahan dimulai ketika agama yang bersangkutan tidak ada dalam daftar agama di
formulir kecamatan. Petugas dari kecamatan dan para tetangganya ketika mbah Karsono didata
pembuatan KTP guna mendapatkan bantuan pemerintah. Pada saat terdapat pertanyaan tentang
agama, mbah Karsono menyatakan bahwa dia menganut “kejawen”. Hal tersebut menimbulkan
dilema diantaranya petugas kecamatan dan mbah Karsono, dikarenakan agama yang terdapat
dalam daftar hanya lima yakni, Islam, Kristen, Katholik, Buddha dan Hindu. Sedangkan mbah
Karsono tetap pada pendiriannya sebagai penganut kejawen.
Pada akhirnya petugas kecamatan dan mbah Karsono yang tidak menemui penyelesaian
meminta pendapat seorang tetangga yang kebetulan datang. Tak juga menemukan jawaban
akhirnya Pak RT dan warga lainnya dipanggil ke rumah mbah Karsono. Dengan
bermusyawarah akhirnya disepakati bahwa mbah Karsono akan menjadi tanggungan para
tetangganya apabila sakit sehingga tidak perlu bantuan dari pemerintah.
Tanggapan kami, kembali pada UUD 1945 dan amandemennya bahwa aturan agama
tercatat dalam Pasal 64 ayat 2 UU no 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan
menyebutkan, “…bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi….”
maka secara aturan boleh dikosongkan karena agama mbah Karsono mungkin belum diakui
negara atau belum terdaftar secara aturan. Atau jika ingin ditelusuri lebih jauh kejawen itu
sebenarnya adalah kebudayaan yang tumbuh di daerah Jawa yang menegaskan ke satu agama
tertentu, misalnya ada Islam Kejawen, kristen kejawen, dan sebagainya, karena sebenarnya
kejawen itu menitikberatkan kepada suatu budaya. Karena budaya Kejawen berasal dari
kebudayaan di Jawa (sama seperti budaya Dayak di Kalimantan, dan sunda wiwitan di Jawa
Barat, Suku Baduy di Banten dan sebagainya) yang diakui dan dilindungi negara meskipun
berada di bawah dirjen kebudayaan, kita juga harus tetap mencintai, melindungi, dan menjaga
keberagaman budaya lokal di Indonesia.
Nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam video tersebut antara lain toleransi, tidak
diskriminatif, menghargai orang lain dan tolong menolong. Nilai toleransi dapat dilihat ketika
para tetangga mbah Karsono menghargai perbedaan yang melekat diantara mereka. Perbedaan
agama dan kepercayaan yang dianut tidak membuat para tetangga mbah Karsono kemudian
menjadi diskriminatif. Para tetangga justru menunjukkan sikap tidak diskriminatif dan
menghargai serta menghormati perbedaan dalam diri mbah Karsono. Serta para tetangga
bersedia hadir membantu dan menolong mbah Karsono apabila dalam kesulitan. Hal ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai nasionalisme di tengah perbedaan
yang terjadi.
II. Kajian Teori
Nasionalisme merupakan indikator kecintaan setiap warga negara terhadap bangsanya.
Nasionalisme memiliki dua dimensi sudut pandang yakni internal dimana secara psikologis
diterapkan dalam kepribadian individu, dan dimensi secara eksternal berupa pengaplikasian
dalam kehidupan bernmasyarakat. Sampai saat ini, nasionalisme masih banyak diaplikasikan
dalam dimensi eksternal namun justru belum terinternalisasi. Banyak bagian dari masyarakat
yang melihat sebuah tindakan nasionalisme hanya sebagai tuntutan social.
III. Solusi
Solusi dari kasus yang terjadi pada mbah Karsono dapat dikaji sesuai dengan kebijakan
pemerintah dalam peraturan perundang-undangan. Jika melihat kasus mbah Karsono, maka
peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan sebelum Gusdur. Mengapa? Disebutkan agama
yang terdapat dalam daftar pembuatan KTP hanya 5 yaitu, Islam, Kristen, Katholik, Buddha
dan Hindu. Sedangkan setelah pemerintahan Gusdur berubah menjadi 6 ditambah agama
Konghucu. Solusi mengenai kasus tersebut dapat diselesaikan dengan mengkajinya sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Berbagai peraturan perundang-
undangan yang ada selama ini seperti mendiskreditkan dan mendiskriminasi penghayat
kepercayaan untuk mendapatkan hak-haknya, padahal sudah jelas-jelas dijamin oleh Pasal 29
ayat (2) UUD NRI 1945 yang menegaskan hak kebebasan beragama dan berkepercayaan.
Kebijakan pemerintah yang berlaku pada saat terjadinya kasus mbah Karsono sepertinya
kurang memihak kondisi mbah Karsono. Mbah Karsono yang jelas-jelas membutuhkan
kehadiran pemerintah justru disulitkan pada pengadministrasian yang di sisi lain banyak
merugikan mbah Karsono. Namun apabila berbicara di masa sekarang, kasus mbah Karsono ini
tidak akan lagi terjadi. Sebelumnya, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013, penganut penghayat kepercayaan hanya mendapat tanda strip
di kolom agama KTP. Namun, usai keluar putusan MK tahun 2017, para penganut kepercayaan
bisa mengisi kolom agama dengan kepercayaan. Menurut kami, solusi terbaik adalah mencatat
informasi yang diberikan oleh narasumber terlebih dahulu, perihal agama, juga laporkan kepada
atasan panitia pancatatan kecamatan, dan musyawarahkan, karena kebijakan khusus hanya
atasan yang memiliki wewenang bagaimana yang terbaik.