Anda di halaman 1dari 4

Soal Ujian Tengah Semester

Pendidikan Kewarganegaraan
MPK – Universitas Sanata Dharma

MATA KULIAH : Kewarganegaraan (PKn)


HARI / TANGGAL : Kamis /30 Maret 2023
JAM : 16.00 – 17.50 WIB
SMT / KELAS : IV / Q
BEBAN KREDIT : 2 SKS
DOSEN PENGAMPU: Chandra Halim, M.A.
PROGRAM STUDI : Sastra Indonesia

Jumlah Butir Soal : 4 Soal Essay (2 Soal Teori dan 2 Soal Praktik)
Sifat Ujian : Take Home Exam
Pengumpulan berkas : Senin, 3 April 2023, maksimal jam 23.00. dalam format PDF.

Petunjuk pengerjaan soal :


Jawablah soal pada lembar jawab yang telah disediakan, dan sesuai dengan petunjuk soal
masing-masing nomer. Jawaban harus sesuai urutan nomer soal yang ada. Berdoalah sebelum
mengerjakan, dan jangan tergesa gesa.

Materi Soal Teori :

1. Negara merupakan sebuah institusi yang memiliki beberapa perangkat yang harus
diisi. Ada 4 perangkat yang harus diisi oleh negara berdasarkan pembagian 2 unsur de
Facto dan de Jure. Sebutkan dan jelaskan ke 4 perangkat tersebut? (Point 10)
Jawaban :
De facto terdiri dua unsur, yakni wilayah dan penduduk.
Wilayah sendiri berarti daerah yang dikuasai oleh negara dan dipimpin oleh
pemerintah. Wilayah meliputi, daratan, perairan, dan udara yang menjadi batas-batas
suatu daerah. Sedang tugas pemerintah tersebut memastikan supaya daerahnya
terlindung dari bahaya dan ancaman dari luar negeri.
Penduduk adalah warga negara atau orang asing yang tinggal di wilayah suatu negara.
Mereka berhak mendapatkan hak-hak selama hidupnya yang di berikan oleh
pemerintah, misalnya hak Pendidikan, Kesehatan, dan kesejahteraan.

De jure terdiri dua unsur pula, yakni pemerintahan dan kedaulatan.


Pemerintahan: Suatu lembaga atau badan yang menjalankan tugas-tugas negara.
Pemerintahan bertanggung sepenuhnya atas kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk
menjalankan kehidupan bernegara, dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya
demi kepentingan masyarakat.
Kedaulatan: Hak negara untuk mengendalikan seluruh penduduknya. Suatu negara
haruk memiliki kedaulatan yang kuat, yang mampu menjaga keutuhan negara dengan
seluruh aspeknya.

2. Indonesia merupakan sebuah negara hukum, dimana segala sendi kehidupan diatur
dalam perundang-undangan. Apa Perbedaan negara Hukum (Rechtstaat) dengan
negara kekuasaan (Machtstaat). Jelaskan dan berikan contoh negaranya (Kecuali
Indonesia) !!! (Point 10)
Jawaban: Ada empat aspek yang mebedakan antara negara hukum (rechtstaat) dengan
negara kekuasaan (Machstaat) yaitu:
- Prinsip hukum
Di negara hukum prinsip hukum inilah yang menjadi landasan untuk mengambil
keputusan dan penegakan hukum. Sedangkan di negara kekuasan, tidak memiliki
dasar untuk mengambil keputusan, sehingga di negara ini cenderung mengambil
keputusan tanpa pertimbangan hukum yang berlaku.
- Pengawasan
Negara hukum memiliki mekanisme pengawasan yang kuat agar tidak terjadi
penyalahgunaan pengawasan. Sedangkan negara kekuasaan tidak memiliki
pengawasan yang kuat sehingga rentan penyalahgunaan pengawasan.
- Perlindungan hak asasi manusia
Negara hukum memastikan hak asasi manusia di hormati dan dilindungi oleh negara.
Sementara pada negara kekuasaan sering mengabaikan hak asasi manusia dalam
pengambilan keputusan.
- Penegakan hukum
Negara hukum menegakan hukum secara adil dan merata bagi semua warga negara
tak terkecuali. Sedang negara kekuasaan cenderung menegakan hukum dengan tidak
adil dan tidak merata.
Contoh negara hukum adalah jerman dan negara kekuasaan adalah korea utara.

3. Negara menjadi faktor utama dalam pendewasaan masyarakat. Salah satu hal yang
menarik di Indonesia adalah kasus HAM yang demikian sulit di tegakkan di Indonesia
dengan alasan stabilitas nasional. Termasuk yang paling baru adalah kasus intoleransi
kehidupan beragama di Indonesia, terdapat kasus penolakan pendirian Gereja, kasus
perijinan dipersulit bagi umat Hindu di daerah tertentu, dan lain sebagainya. Banyak
masukan telah diberikan kepada pemerintah tetapi tidak berpengaruh besar. Sebagai
salah satu warga negara yang baik, bagaimana analisa dan masukan anda terkait
penanganan kasus2 HAM di Indonesia yang tak kunjung selesai? Jelaskan!!! (Point
30)
Jawaban:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat.
Pemerintah perlu bertindak lebih keras lagi dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat dan saling menghormati perbedaan. Melalui Pendidikan dan
kampanye social, masyarakat perlu di berikan pemahaman dan keterbukaan
seputar perbedan dan toleransi
2. Penegakan hukum
Pemerintah harus menegakan hukum dengan tegas kepada siapa saja yang
melanggar HAM dan intoleransi. Tentu saja hal ini dilakukan tanpa pandang bulu,
tanpa alas an apapun, apalagi alasan stabilitas nasional.
3. Peraturan yang jelas
Peraturan yang dibuat haruslah jelas untuk ditaati dan dipahami seluruh kalangan
masyarakat tak terkecuali. Peraturan tersebut juga harus mengakomodasi
keberagaman dan kepercayaan di Indonesia
4. Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, banyak ragam budaya, adat istiadat, dan
agama yang dimiliki oleh bangsa ini dan itu menjadikan kehidupan di Indonesia
penuh dengan nilai-nilai toleransi. Tugas kalian, buatlah narasi deskripsi tentang
Indahnya toleransi beragama yang ada di lingkungan tempat tinggal ku, Judul bebas,
Margin 2x2x2x2, Spasi 1.15cm, Time New Romans 12, sebanyak 200words!!! (Point
50)
Jawaban:

Namaku Esti, aku lahir di Padukuhan Duwet, Sendangadi, Mlati Sleman. Di desa ini, 20
tahun lalu Ibu membawa ku pulang dari rumah sakit kota. Letak wilayah desaku bisa dibilang
strategis karena dekat dengan pusat kantor pemerintahan daerah Kabupaten Sleman. Akses
untuk kemana pun sangatlah mudah.
Kadang orang sering salah menilai ketika berada di Desaku ini. Dikatakan sebagai desa,
memang betul, karena memang desaku terletak bukan di Kota Yogyakarta, tapi di
Kabupatennya. Sedangkan jika dilihat dari kebiasaan warga disini, mungkin orang akan
melihat bahwa rata-rata orang di desaku ini sudah modern. Kepadatan penduduk yang setiap
tahun melesat, yang ditandai dengan berkurangnya tanah kosong, kemudian pembangunan
rumah ataupun kos-kosan. Serta, tradisi atau kebiasaan yang warga desa sering lakukan,
perlahan hendak menghilang. Bahkan organisasi pemuda, Karang Taruna, yang mencakup
seluruh pemuda yang beragama islam, Kristen, dan Katolik, sudah lama mati. Artinya,
generasi milenial yang berada diatasku, jiwa semangat berkumpul dan bermusyawarah
menurun, Sehingga ketika kebersamaan itu sudah tidak ada, bagi kami di bawah nya jadi
terbiasa. Kalau dikatakan sudah kota, tapi hubungan antar warga masih erat, perasaan
pekewuh masih ada, kepedulian satu sama lain juga masih kuat. Terutama, perihal toleransi.
Di desa ku ada delapan RT (Rukun Tetatngga). Aku berada di wilayah rt 07 rw 34 dan Mas
Budi sebagai ketua rt kami. Menurut pengamatanku beberapa tahun ini setelah aku tergabung
dalam organisasi remaja Masjid (satu-satunya kegiatan pemuda yang aktif di desaku), ikut
serta membantu warga yang punya gawe di rt lain dan mengamati warga nya, ternyata di
wilayah rt ku yang kuat perihal toleransi.
Sebagian warga rt 07 beragama Islam dan Sebagian lagi beragama Kristen dan Katolik.
Sehingga banyak acara syukuran ketika menjelang hari raya. Menariknya, bukan hanya pada
saat lebaran saja, tapi juga saat Paskah dan Natal. Menjelang Hari Raya Idhul Fitri, warga
umat islam membuat besekan (isinya beberapa bahan pokok yang dimasukan ke dalam besek)
yang dikumpulkan di rumah salah satu warga dan kemudian diadakan acara Sedekahan, yang
dihadiri oleh semua warga rt 07 tak terkecuali. Saat malam natal dan paskah, warga kristiani
mengadakan acara syukuran di salah satu rumah warga dan turut mengundang seluruh warga.
Tak lupa juga mereka memberikan bingkisan, kadang berupa roti, souvenir, atau sembako,
tidak tentu. Begitu pun saat menjelang paskah.
Dirumah, Bapak dan Ibuk juga sering mengajarkan Tindakan toleransi. Tidak hanya
menyuruh dan memberikan teori, mereka lebih sering mencontohkan. Dari situ aku sering
melihat, kemudian mempraktikan. Ketika idhul adha, kami umat muslim Bersama-sama
menyembelih hewan kurban. Beberapa tahun yang lalu, hanya warga yang beragama islam
saja yang mendapatkan jatah daging kurban. Ada berbagai alasan yang di pertimbangkan,
salah satunya karena hewan yang di sembelih tidaklah banyak. Sehingga hanya cukup untuk
dibagi rata kepada warga yang beragama Islam saja. Karena bapak selalu menjadi panitia
pada kegiatan penyembelihan hewan kurban, beliau sering mendapatkan jatah double. Kedua
kakakku yang saat itu masih tergabung dalam remaja masjid juga turut membantu, juga
mendapatkan jatah daging, meskipun tidak banyak. Sedang aku masih menjadi tim pengamat
sambil makan ondol-ondol. Dirumah, ibu akan membersihkan dan memilah daging-daging
yang sudah didapat. Disiapkan pula plastik-plastik untuk memasukan daging yang sudah di
pisahkan. Rupanya daging itu akan diberikan kepada Pakde Parge, salah satu tetanggaku yang
beragama Katolik. Hal itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, ketika anaknya Pakde
Parge dititipkan kepada Simbahku. Setelah dimasak, Ibuk akan memberikan masakan itu
kepada salah seorang tetanggaku yang rumahnya tidak jauh dari rumahku, Budhe Bambang,
beliau beragama Kristen. Karena beliau pernah mengatakan bahwa tidak pintar memasak
daging. Ibuk mengingatnya dan memberikan berupa makanan siap santap.
Ternyata Tindakan itu tidak hanya di lakukan oleh keluargaku. Warga yang lain juga begitu,
memberikan sebagian jatahnya untuk diberikan kepada tetangga yang tidak mendapatkan
daging. Tujuannya sederhana, biar semua ikut mencicipi. Salutku, aku mendengar nya dari
mereka yang diberi. Biasanya mereka lewat depan rumahku, dan menceritakan tengah
memasak daging, pertemuan itu layaknya orang desa biasanya. Bertemu kemudian bercerita.
Begini “Masak opo bulik?" tanya tetanggaku kepada Ibuku. “Rendang Budhe, kulo
pendhetke, kerso budhe?” biasanya begitu, menjawab juga menawarkan. “Uwis bulik, aku yo
wis dinei karo Dhe Sri”. Dengan demikian aku menyimpulkan bahwa sifat dan rasa toleransi
selalu ada di diri setiap manusia.

Anda mungkin juga menyukai