Anda di halaman 1dari 4

ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI GRUP A

AMSAL MAESTRO / 71130105


ZEFANYA WIDYA PRADANA / 71130123

KASUS PELANGGARAN UU ITE

I.

PENGERTIAN UU ITE
Undang Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik ) merupakan undangundang yang di berlakukan untuk setiap orang (tanpa memandang suku, ras, dan sosial
ekonomi) yang bertujuan untuk menghormati hak-hak cipta milik orang lain, terutama bagi
para pelaku dunia maya yang menggunakan jasa internet dalam kehidupan sehari-hari dan
melindungi segala kegiatan dan usaha yang berkaitan dengan informasi dan transaksi
elektronik.
Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal sebagai berikut :
a) Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang samadengan tanda tangan
konvensional

(tinta

basah

danbermaterai).

Sesuai dengan

e-ASEAN

FrameworkGuidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas batas).


b) Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yangdiatur dalam KUHP.
c) UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatanhukum, baik yang
berada di wilayah Indonesia maupun di luarIndonesia yang memiliki akibat hukum
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)

di Indonesia.
Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual.
Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII(pasal 27-37):
Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan).
Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebenciandan Permusuhan).
Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti).
Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking).
Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi).
Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka InformasiRahasia).
Pasal 33 (Virus?, Membuat Sistem Tidak Bekerja (DOS?)).
Pasal 35 (Menjadikan Seolah Dokumen Otentik (phising?)).

II. CONTOH PELANGGARAN KASUS UU ITE


Pada tanggal 26 Februari 2014, Jhonny (22 tahun belum menikah) belanja barang
secara online melalui situs jual beli berniaga.com kepada Paul (20 tahun sudah menikah)
sebagai penjual di situs jual beli online tersebut yaitu sebuah laptop :
Sony Vaio Duo 13 SVD13-217PG

Harga : 23.900.000
Spesifikasi : Core i7 4500U 1.8Ghz, 8GB DDR3, 256GB SSD, No Optical Drive, Intel
HD, 13.3 WXGA Touch Screen, Wifi, 3G, Bluetooth, Camera, Win 8 Pro 64 Bit
Kedua belah pihak sepakat atas harga dan kondisi barang yang tertera di online shop
tersebut. Dengan sistem pembayaran secara transfer melalui Bank BCA dengan nomer
rekening : 002134224453 pada tanggal 26 Februari 2014 sesuai dengan harga yang telah
disepakati yang tertera pada online shop tersebut. Setelah barang diterima oleh Johnny dan
uang telah diterima pula oleh Paul sesuai dengan yang diperjanjikan, ternyata informasi
spesifikasi laptop yang tertera di online shop tersebut tidak sesuai dengan kondisi laptop
ketika hendak digunakan.Laptop yang diterima oleh Johnny memiliki spesifikasi :
Core i5 3317U 1.7Ghz, 4GB DDR3, 128GB SSD, No Optical Drive, Intel HD, 11.6
WXGA Touch Screen, Wifi, Bluetooth, Camera, Win 8 64 Bit
Dengan melihat spesifikasi tersebut Johnny telah membeli laptop Sony Vaio Duo 11
SVD11-215CV dengan harga sebenarnya adalah Rp. 13.100.000, Johnny selaku konsumen
merasa dirugikan atas transaksi jual beli tersebut.

III. ANALISA KASUS


Dalam kasus ini yang menjadi pelanggaran hak konsumen adalah ketidaksesuaian
informasi yang diberikan oleh Pelaku Usaha kepada Konsumen sehingga konsumen
merasa dirugikan atas pembelian barang tersebut.Oleh karena itu, UU perlindungan
konsumen dan UU ITE. UU Perlindungan konsumen memiliki asas sebagai berikut :
- Asas manfaat
- Asas keadilan
- Asas keseimbangan
- Asas keamanan dan keselamatan konsumen
- Asas kepastian hukum

Berdasarkan Pendekatan Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Jual


Beli/Belanja secara Online, penjual dapat disanksikan dengan Pasal 4 UU PK
menyebutkan bahwa salah satu hak konsumen adalah :

Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;


Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;

dan juga Pasal 28 ayat (1) UU ITE adalah sebagai berikut:


Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
Perbuatan sebagaimana dijelaskan di dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1
miliar (Pasal 45 ayat [2] UU ITE).

IV. PENYELESAIAN
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, prinsip utama transaksi secara online di
Indonesia masih lebih mengedepankan aspek kepercayaan atau trust terhadap penjual
maupun pembeli. Prinsip keamanan infrastruktur transaksi secara online seperti jaminan
atas kebenaran identitas penjual/pembeli, jaminan keamanan jalur pembayaran (payment
gateway), jaminan keamanan dan keandalan web site electronic commerce belum menjadi
perhatian utama bagi penjual maupun pembeli, terlebih pada transaksi berskala kecil
sampai medium dengan nilai nominal transaksi yang tidak terlalu besar (misalnya transaksi
jual beli melalui jejaring sosial, komunitas online, toko online, maupun blog). Salah satu
indikasinya adalah banyaknya laporan pengaduan tentang penipuan melalui media internet

maupun media telekomunikasi lainnya yang diterima oleh kepolisian maupun penyidik
Kementerian Kominfo.
Dengan kondisi demikian, UU ITE sudah dibuat namun masih belum efektif. Untuk
itu ada baiknya kita lebih selektif lagi dalam melakukan transaksi secara online dan
mengedepankan aspek keamanan transaksi dan kehati-hatian sebagai pertimbangan utama
dalam melakukan transaksi jual beli secara online.
V.

DAFTAR PUSTAKA
- https://www.academia.edu/7567798/Perlindungan_konsumen

Anda mungkin juga menyukai