PENDAHULUAN
penelitian.
yang melatar belakanginya. Lebih dari pada itu, lingkungan dimana manusia
itu berada menjadi salah satu faktor penting dalam keberlangsungan hidup.
1
Apapun pergerakan yang terjadi di lingkungan tersebut, langsung atau
nilai tertentu yang harus dicapai ketika nilai tersebut berubah menjadi
bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasinya.” (Stott, 1994: 80)
baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun gerak tubuh. Seperti pada
beriteraksi, dan mengidentifikasi diri. Untuk itu tidak akan ada budaya bila
2
Leksikal dalam bahasa sangat penting dalam memaknai leksem secara
manusia. Semantik kognitif hadir sebagai salah satu cabang dari linguistik
kognitif yang memiliki fokus utama terhadap struktur konseptual dan proses
konseptualisasi.
sebagai sebuah kearifan budaya lokal daerah yang merupakan titik poros yang
3
1.3 Tujuan Penelitian
peribahasa Cirebon.
Cirebon.
Jawa dan jauh berbeda pada masyarakat Jawa Barat, serta penerapan
4
current status of the study of the object. The descriptive study determines and
reports the way thing share”. Metode deskriptif ini akan menjawab semua
menentukan dan melaporkan berbagai ruang atau jalan tentang suatu hal.
majalah, koran, dan seluruh hal selain bentuk verbal ataupun bentuk
cetak.
5
1.5.2 Teknik Analisis Data
data yang berjalan, seperti reduksi data (data reduction), display data
a. Reduksi Data
mengidentifikasi.
b. Display Data
c. Pembuktian Data
tersebut.
data penelitian. Buku pendamping dan pelatihan ini berjudul Basa Ian Sastra
6
BAB II
KERANGKA TEORI
Bab ini akan memaparkan kerangka teori penelitian. Terdapat teori dasar dan
dengan ruang lingkup bahasa dan budaya. Tidak ada bahasa sudah pasti tidak
akan ada pula budaya. Bahasa dan budaya telah muncul beratus-ratus abad
pada abad ke-15 sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka pada
tahun 1945. Kebudayaan ini dilatarbelakangi pula oleh sejarah yang dimiliki
Cirebon sendiri sebagai salah satu daerah yang melepaskan diri dari kerajaan
pada saat itu. Ini menjadi faktor mengapa bahasa Cirebon berbeda dengan
bahasa Jawa pada umumnya dan sangat berbeda dengan bahasa Jawa Barat.
7
Masyarakat Cirebon bukan merupakan satu kesatuan, akan tetapi lebih
pribasa sebagai sastra lisan atau sastra guneman dalam bahasa Cirebon.
memlalui tutur dari mulut ke mulut atau dengan contoh yang disertai dengan
Jawa khususnya Jawa Barat seperti gugon tuwon, kidung, jawokan dan
8
2.2 Bentuk dan Ciri Peribahasa
makna kias serta tidak mengandung makna simile. Peribahasa dapat berupa:
negatif.
manusia ini yang terwujud dalam bahasa. Menurut Gardenfors (2013: 21)
(2) Makna bergantung pada persepsi. Oleh karena itu, makna ditentukan
9
persepsi manusia di dalam pikirannya mempunyai bentuk yang sama
(3) Dasar dari skema konseptual adalah ruang dan benda-benda yang
10
BAB III
ANALISIS DATA
3.1 Analisis
11
12. Turu v: tidur
13. Aja v: jangan
14. dumeh adj: sombong/belagu
15. ndodok v: duduk
16. ning prep: di
17. lawang n: pintu
18. kone ket: nanti
19. wong n: orang
20. nari v: joget
21. balik ket: kembali
22. maning ket: lagi
23. amba n: lebar
24. Lega n: luas
25. tapihe n: kain
26. sarunge n: sarung
27. Ana ket: ada
28. rega n: harga
29. rupa n: penampilan
30. bening adj: bening/bersih
31. banyune n: air
32. kena adj: kena
33. iwake n: ikan
34. canting n: gayung
35. Jail adj: sendiri
36. kebo n: kerbau
37. Nyusu v: menyusui
38. Gudhel n: anak
39. rumasa v: merasa
40. Bias adj: bisa
41. nanging prep: tetapi
12
3.1.2 Nilai-nilai yang terkandung dalam peribahasa Cirebon
3. Keikhlasan
“Canting jali.”
4. Kepantasan
“Kebo nyusu gudhel.”
5. Kejujuran
“Ana rega ana rupa.”
9. Kerendahan diri
“Aja dumeh.”
13
3.1.3 Penerapan makna peribahasa Cirebon
pada dasarnya hidup di air, akan tetapi air yang bening tersebut
belum tentu bersih dari dasar lumpur ataupun pasir air tersebut.
Bila dikaitkan kembali pada istilah air ikan yang jernih bahwa pada
maning.”
Peribahasa Aja ndodok ning lawang, kone ana wong nari balik
di pintu, nanti ada orang menari balik lagi’. Pintu merupakan salah
14
sesorang yang duduk di pintu secara otomatis akan menghalangi
rumah.
c. “Canting jali.”
ukuran biji yang kecil pada faktanya tidak lebih kecil ukurannya
berbicara.
15
harfiah baik ke dalam bahasa Indonesia maupun ke dalam bahasa
16
f. “Gusti ora turu.”
apa yang kita lakukan di dunia ini akan terlihat oleh Tuhan baik
terlihat jelas seperti pada contoh barang. Harga yang mahal akan
terlihat pula kualitas atau mutu barangnya, akan tetapi harga yang
17
handphone bermerek Cross. Ini dikarenakan Sony merupakan
Negara China.
siapa yang benar dan siapa yang salah. Ini merupakan salah satu
bertindak.
i. “Aja dumeh.”
18
Hanya terdapat perbedaan pada huruf vokal (a) dan (o).
yang telah Tuhan berikan pada kita. Tidak ada perbadaan ras,
nanging bisa rumasa. Orang yang merasa mampu dalam segala hal
19
BAB IV
PENUTUP
Bab ini akan menghadirkan kesimpulan dan saran hasil penelitian. Penulis
hasil data.
4.1 Simpulan
nari, sarunge, banyune, iwake, canting, jali, kebo, gusti, dan sebagainya. Ini
20
4.2 Saran
masing-masing daerah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Cassirer, Ernst. 1987. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia.
Lakoff, George dan Mark Johnson. 1980. Metaphors We Live By. Chicago: the
Miles, Matthew B & A.M. Huberman. 1994. Qualitative data Analysis. Second
22
Rahardjo, Untung. 2005. Kesusastraan Cirebon: Dalam Periodisasi Kuna,
Saupah, dkk. 2013. Basa Ian Sastra Cerbon Dermayu. Cirebon: Barisan Rakyat
Cirebon.
23
DAFTAR KAMUS
Gramedia Pustaka.
24