Anda di halaman 1dari 4

Abu Ma’sar al-Falaky (788 - 885 M)

Abu Masyar Ja’far Ibnu Muhammad Ibnu Umar juga dikenal


sebagai al-Falaki atau Ibn Balkhi, Latin sebagai Albumasar,
Albusar, atau Albuxar adalah astronom dan filsuf Islam asal
Persia. Ia dianggap sebagai Astronom terbesar dari
Abbasiyah di Baghdad. Ia menulis sejumlah buku pedoman
praktis tentang astrologi. Karya-karyanya ditulis dalam
bahasa Arab dan Persia.

Abu Ma'shar al-Balkhi lahir 10 Agustus 787 (abad IX) di Balkh,


Khurasan Balkh, sebuah kota di sebelah timur Khurasan. Abu
Ma’shar ahli astronomi dan astrologi. Astrologi yang
dimaksudkan di sini adalah yang berhubungan dengan rasi
bintang, bukan ilmu nujum. Setelah menyelesaikan studi
Tradisi Islam Klasik di Baghdad, Abu Ma’shar mencurahkan
seluruh perhatiannya untuk memelajari astronomi dan
astrologi.

Sejak remaja, Abu Ma’shar sudah memelajari tradisi kuno


Arab. Ia terus memperdalam pengetahuannya di bidang itu
sambil memelajari bidang lain, seperti astronomi. Pada masa
itu, ilmu astrologi belum dihubungkan dengan ilmu nujum.
Abu Ma’shar menguasai astrologi yang bermuatan sains. Ia

gambar: http://islamicobituary.com
menghasilkan sejumlah karya astrologi yang banyak
dipengaruhi prinsip dasar dan hukum-hukum astronomi. Karyanya itu berisi sejumlah pengamatan yang telah
dilakukannya, salah satunya adalah mengamati komet. Sehubungan dengan hal itu, Tycho Brahe berpendapat
bahwa Abu Ma’shar adalah ilmuwan pertama yang menyanggah pendapat Aristoteles bahwa dia telah
mengamati komet-komet di sfera Planet Venus. Tycho Brahe menulis pendapat tersebut dalam bukunya yang
berjudul Progymnastica.

Abu Ma’shar juga pernah menghasilkan sebuah himpunan Tabel Astronomi (Zij) dan sebuah risalah yang terdiri
dari delapan buku. Risalah yang berjudul al-Madkhali al-Kabir il Ilm al-Nujum (Pengantar Besar ke Ilmu
Astrologi) ini telah dua kali diterjemahkan dalam bahasa Latin. Pertama, oleh Johanes Hispalensis pada tahun
1130. Kedua, oleh Hermanus Secundus pada tahun 1150.

Keberadaan karya-karya Abu Ma’shar sangat memengaruhi para ilmuwan Timur dan Barat. Pada abad
pertengahan, para ilmuwan Eropa memelajari Hukum Pasang Surut Air Laut dari buku Abu Ma’shar. Dalam
penjelasan itu terdapat beberapa uraian yang sangat mengagumkan karena sesuai dengan hasil pengamatan
yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan modern. Misalnya, teori tentang pengaruh bulan terhadap angin dan
curah hujan. Hingga kini, karya tersebut masih sering dijadikan bahan rujukan oleh para ahli matematika dan
geografi. Selain menguasai ilmu perbintangan, Abu Ma’shar al-Balkhi dikenal pula sebagai seorang filosof.

Abu Masyar Ja’far Ibnu Muhammad Ibnu Umar wafat pada pada 9 Maret 886 Wasit, Irak.
Jabir al-Battani (858 - 931 M)
Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah
dikenal sebagai bapak trigonometri. Ia adalah tokoh bangsa
Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan astronom Muslim
terbesar dan ahli matematika ternama. Al-Battani melahirkan
trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama yang
menyusun tabel cotangen. Salah satu pencapaiannya yang
terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai
365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.

Al Battani (Arab: ‫أبو عبد هللا محمد بن جابر بن سنان الحراني الصابي البتاني‬
; nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān
ar-Raqqī al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī), Sedangkan dalam Latin
dikenal sebagai Albategnius, Albategni atau Albatenius, lahir
sekitar 858 di Harran dekat Urfa, di Upper Mesopotamia, yang
sekarang di Turki. Ayahnya adalah seorang pembuat  instrumen
ilmiah terkenal. Beberapa sejarawan Barat menyatakan bahwa
dia berasal dari kalangan miskin, seperti budak Arab, namun
penulis biografi tradisional Arab tidak menyebutkan ini. Dia
tinggal dan bekerja di Ar-Raqqah, sebuah kota di utara pusat
gambar: http://www.astronomyland.com Suriah dan di
Damaskus, yang juga merupakan tempat wafatnya.

Salah satu prestasi Al-Battani yang paling terkenal di astronomi adalah penyempurnaan dari nilai-nilai yang ada
untuk panjang tahun. Ptolemy menghitung panjang tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 55 menit dan 12
detik. Al-Battani menghitung kembali nilai-nilai tahun matahari untuk panjang tahun sebagai 365 hari, 5 jam, 46
menit dan 24 detik. Para peneliti telah menganggap perbedaan fenomena karena Al-Battani berada di lokasi
geografis yang lebih dekat dengan lintang selatan, yang mungkin lebih menguntungkan bagi pengamatan
tersebut. Ia mampu memperbaiki beberapa hasil Ptolemy dan menyusun tabel baru dari matahari dan Bulan.
Al-Battani menemukan kembali bahwa arah Matahari berubah.

Dia juga menguraikan ke tingkat tertentu sejumlah hubungan trigonometri, penggunaan sinus dalam
perhitungan, dan sebagian dari garis singgung. Ia menjelaskan ke tingkat tertentu karya seorang astronom
India, Aryabhata (476-550 M) dan astronom Yunani Pythagoras (570 SM -. c 495 SM). Dia juga menghitung
kembali nilai-nilai untuk presesi ekuinoks (54,5 "per tahun, atau 1 ° dalam 66 tahun) dan arah miring dari
ekliptika (23 ° 35 '), yang merupakan penjabaran dari Hipparchus. Dia menggunakan tingkat yang seragam
untuk presesi dalam tabel nya.

Karya utama Al-Battani yang terkenal adalah Kitāb az-Zij, atau buku tabel astronomi, juga dikenal sebagai az-Zij
as-Sabi '. Hal ini sebagian besar didasarkan pada teori Ptolemy, dan sumber-sumber Yunani-Siria lainnya, sambil
menunjukkan sedikit pengaruh India atau Persia.

Buku ini dicetak diterjemahan ke dalam bahasa Latin dan Spanyol, termasuk terjemahan Latin sebagai De Motu
Stellarum oleh Plato dari Tivoli di 1116, yang kemudian dicetak ulang dengan penjelasan oleh Regiomontanus.
Sebuah cetak ulang muncul di Bologna pada 1645. MS asli. diawetkan di Vatikan; dan perpustakaan Escorial
memiliki di MS. sebuah risalah dari beberapa nilai olehnya pada kronologi astronomi.

Al-Battani meninggal pada tahun 929 di Qasr al-Jiss (dekat Samarra), Damaskus.
Abu Raihan al-Biruni (388 - 440 H / 973 - 1048 M)
Abu Raihan al-Biruni (388-440 H / 973-1048 M.) berasal
dari Paris, ia sangat termashur namanya dalam sejarah
pertumbuhan ilmu Falak, sehingga beliau diberi gelar al-
Ustadz fi al-‘Ulum (maha guru), karena selain ahli
perbintangan, juga menjadi bintang cendekiawan dalam
zaman keemasan Islam (Golden Era of Islam) karena
juga menguasai berbagai bidang ilmu seperti filsafat,
matematika, geografi, dan fisika. Beliau telah
menemukan teori tentang rotasi bumi dan mampu
menentukan garis bujur dan garis lintang untuk setiap
daerah (kota) di permukaan bumi dengan akurasi yang
sangat teliti. Karyanya antara lain “Al-Atsar Baqiyyat
min Al-Qurun al-Khaliyat” yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan judul The Cronology of Ancient
Nations dan kitab Al-Qanun al-Mas’udy fi al-Haiat wa
al-Nujumi (sebuah ensiklopedi astronomi yang
dipersembahkan kepada Sultan Mas’ud Mahmud) yang
ditulis pada tahun421 H/1030 M. Menurut Prof. Ahmad
Baiquni, al-Biruni adalah orang yang pertama menolak
teori Ptolomeus, dan menganggap teori Geosentris
tidak masuk akal, karena langit yang begitu besar dan
luas dengan bintang-bintangnya dinyatakan
mengelilingi bumi sebagai pusat tata surya. Oleh karena
itu, al-Biruni dipandang sebagai peletak dasar teori
heliosentris.

Anda mungkin juga menyukai