Anda di halaman 1dari 5

“KONSEP DASAR ILMU TAFSIR”

A. Pengertian Ilmu Tafsir


1. Secara etimologi: Tafsir berarti menjelaskan, mengungkapkan, dan memberikan pemahaman
2. Terminologi :
a. Tafsir ialah penjelasan, pemahaman, dan pengungkapan makna-makna yang terkandung
dalam al-Qur`an sesuai kemampuan yang dimiliki.
b. Tafsir adalah upaya memahami makna firman Allah sesuai kemampuan
c. Tafsir merupakan penjelasan yang bertujuan memberikan pemahaman tentang al-Qur`an,
menjelaskan makna-makna nya, dan menguak hukum-hukum berikut argumentasinya.
d. Tafsir bermakna menerangkan makna terks dan konteks al-Qur`an seja lan dengan
kemampuan manusia.
e. Tafsir berarti usaha membuka tabir makna lahir dan batin ayat-ayat al-Qur`an sesuai kadar
kemampuan manusia.
f. Tafsir sebagai usaha memaknai al-Qur`an dengan menggunakan linguistik dalam
pengertiannya yang tradisional, yaitu merujuk pada riwayat. Pengertian ini menjadikan
mufassir menafsirkan sebatas menge nal signal-signal lahiriah ayat-ayat al-Qur`an.

B. Ruang Lingkup Ilmu Tafsir


1. Pengenalan al-Qur`an
a. Wahyu, pembuktian, dan macam-macamnya.
b. Al-Qur`an, Kandungan, dan kedudukannya.
c. Bukti otentisitas al-Qur`an dan kaitannya dengan Nabi saw.
d. Sistematika (Urutan) surat dan ayat

2. Pengenalan seluk beluk penafsiran al-Qur`an


a. Qawa’iduttafsir, Muhkam – Mutasyabbih, Sabab Nuzul, Munasabah, dll
b. Bentuk Tafsir (Bil Ma`tsur, Bil Ra`yi, Bil Isyari, dan Bil Izdiwaji).
c. Metode dan Corak Tafsir.
d. Kitab-Kitab Tafsir dan Mufassirnya,dll.

C. Kedudukan Ilmu Tafsir


1. Segi Objeknya, Mulia dan tinggi karena objeknya adalah Qur`an.
2. Segi Tujuannya.
Mulia dan tinggi, karena tujuannya untuk mengerti pesan ayat-ayat Qur`an (maksud-maksud Allah) sebagai
petunjuk hidup agar manusia memperoleh kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat
3. Segi Kebutuhannya
Mulia dan tinggi karena dibutuhkan bagi kesem purnaan pemahaman dan pengamalan agama Islam yang
bersumber dari al- Qur`an

D. Kaitan Ilmu Tafsir dan Ulumul Qur’an


Kaitan keduanya erat sekali mengingat dalam menafsirkan al-Qru`an membutuhkan materi yang dijadikan
pembahasan ulum al-Qur`an, seperti I’jaz al-Qur`an, Aqsam al-Qur`an, Qashash al-Qur`an, Amtsal al-Qur`an,
Rasm al-Qur`an, Qira`at al-Qur`an, Muhkam dan Mutasyabbih, Qath’i dan Zhanni, dan lain-lain.

E. Kegunaan Tafsir
Media mengenal dan mengetahui maksud Allah swt dalam firman-Nya Upaya memahami keberadaan al-Qur`an
sebagai petunjuk Allah swt berkaitan dengan iman, islam, dan ihsan (akidah, syareat, dan akhlak) Usaha untuk
mengerti aspek-aspek kemukjizatan al-Qur`an, seperti aspek bahasa, isi, dan keindahan (balaghiyah) al-Qur`an
Sarana mengantarkan manusia ke tingkat derajat ibadah tertinggi Motivasi dan inspirasi bagi pengamalan
kalam Allah.
“SEJARAH TAFSIR”

A. Pengertian Sejarah Tafsir


1. Secara etimologi, Sejarah berarti peristiwa masa lalu. Sejarah tafsir ialah peristiwa penafsiran yang terjadi di
masa lalu.
2. Terminologi
a. Sejarah ialah peristiwa yang telah terjadi di masa lalu berikut perkembangannya yang terjadi dari masa ke
masa didasarkan kepada bukti-bukti yang membekas dan peninggalan yang akurat dan dapat dipercaya.
b. Sejarah tafsir adalah kejadian di masa lalu yang dilakukan oleh para mufassir dalam menafsirkan al-Qur`an
yang berlangsung perkembangannya dengan karya-karyanya sebagai bukti dan peninggalan yang walid.

B. Priode Tafsir
1. Dilihat dari Kodifikasi
a) Periode Pertama belum tertulis (budaya lisan).
- Di Masa Nabi saw
- Di Masa Sahabat
- Di Masa Tabi’in
Pada masa Tabi’in yang berakhir tahun 150 H lebih kuat menggunakan bentuk tafsir bi al-Ma`tsur
b) Periode Kedua pada masa Bani Umayyah (Umar bin Abdul aziz th 99-101 H ) sampai 207 H (Budaya Tulis).
- Ditulis bergabung dengan bab khusus pada kitab-kitab hadis
- Pada uumumnya di periode ini bentuknya tafsir bi al-ma`tsur
c) periode ke tiga pada 207 H
- Ditulis dalam kitab tafsir khusus (berdiri sendiri)
- Mufassir pertama adalah al-farra` dengan Ma’ani al-Qur`an

2. Dilihat dari segi corak tafsir


Muncul upaya penafsiran yang dilatar belakangi oleh kompetensi dan latar belakang keahlian para penafsirnya.
Periode ini dimulai di masa bani Abbasiyah sekitar abad ke 4 H hingga sekarang

3. Dilihat dari segi Metode Tafsir


Dimulai dari abad 4 H dengan metode Tahlili hingga sekarang dan penafsiran dengan metode Maudhu’i.

4. Dilihat dari segi Generasi Mufassir


a) Generasi Nabi saw
b) Generasi Tafsir Mutaqaddimin (Masa Sahabat sampai Abad 3 H)
c) Masa Tafsir Muta`akhkhirin (Abada 4 H s/d 13 H)
d) Masa Tafsir Kontemporer (Abad 14 H s/d Sekarang)

5. Dilihat dari segi Tradisi


a) Budaya Lisan (Masa Nabi saw sampai Tabi’in)
b) Budaya Tulisan (Masa Umar bin Abndul Aziz s/d Sekarng)

C. Perbedaan Tafsir Qadim dan Hadist


1. Tafsir Mutaqaddimin (Abad Permulaan s/d Abad Tiga Hijriyah) Mengacu kepada inti dan kandungan al-
Qur`an serta penjelasan makna yang dikehendaki ayat, tidak ada perhatian terhadap kajian kebahasaan
(Simantik) kecuali dalam maknanya yang tradisional, dan belum melakukan studi keilmuan . Artinya pada masa
ini lebih cenderung bil Ma`tsur.
2. Tafsir Muta`akhkhirin (Abad tiga hingga sekarang) Penafsirannya memperhatikan aspek ra`yi yang
mengedepankan kajian keilmuan dan disiplin ilmu, di antaranya kebahasaan (simantik) dengan maknanya yang
kompleks.

D. Hikmah Sejarah Tafsir


1. Keagungan Hazanah Intelektual Muslim
2. Kesinambungan Hazanah Intelektual Muslim
3. Hazanah Intelektual Muslim dalam sejarahnya berjalan di atas prinsip responsibiliti
4. Keluhuran Kajian para pakar tafsir senantiasa berbasis pada keahlian dan kepakarannya yang menonjol
5. Keragaman keahlian para pakar tafsir meletakkan sikap saling menghargai dan menghormati secara
akademis
“MACAM - MACAM TAFSIR AL-QUR’AN”
 Macam-Macam Tafsir
1. Dari Segi Sumber
a) Tafsir bi Al-Ma`tsur (Riwayat)
- Al-Qur`ān bi al-Qur`ān
- Al-Qur`ān bi al-Hadīts
- Al-Qur`ān bi Qawl al-Shahābah
- Al-Qur`ān bi Qawl al-Tābi`īn.
b) Tafsir bi Al-Ra`yi (Dirayat/Pemikiran)
Tafsir macam ini bersumber pada logika/Pikiran:
- Al-Mamdūh (Terpuji)
- Al-Madzmūm (Tercela)
c) Tafsir bi Al-Isyari (Intuisi/Hati)
Tafsir macam ini merupakan upaya menafsirkan al-Qur`an dengan menggunakan Intuisi/Hati. Tafsir model ini
kebanyakan dilakukan oleh Kaum Sūfiy

2. Dari Segi Metode


Sisi ini lebih mengedepankan aspek cara menafsirkan al-Qur`an:
a) Tafsir Tashlili (Analisis)
b) Tafsir Ijmali (Gelobal)
c) Tafsir Muqain (Komparasi)
d) Tafsir Maudhu’i (tematik)

3. Dari Segi Corak


Corak tafsir merupakan model penafsiran yang lebih dipengaruhi oleh keahlian dan kompetensi mufassir, serta
kondisi dan setting sosial yang melingkupi dan mempengaruhnya.
a) Tafsir Fiqhi
b) Tafsir Lughawi
c) Tafsir Sufi
d) Tafsir Ilmi
e) Tafsir Falsasfi
f) Tafsir Adab Ijtima’i, dan lain-lain

“TAFSÎR IJMÂLIY”
A. Pengertian Tafsîr Ijmâliy

a. Etimologi
1. Tafsîr berarti penjelasan, interpretasi, penerangan, atau pemaknaan
2. Ijmâl bermakna global, ringkasan, sederhana, ikhtisar, atau singkat
b. Terminologi
1. Cara menafsirkan al-Qur`an secara umum (global)
2. Cara menjelaskan makna al-Qur`an secara sistematis baik dari segi hukum dan hikmahnya dengan global
dan sederhana
3. Cara menerangkan arti al-Qur`an secara berurutan sesuai dengan mushaf Usmnani dengan bahasa yang
sederhana dan mencakup

B. Asal mula Tafsîr Ijmâliy


Tafsîr Ijmâli telah terlihat sejak masa Nabi saw, kemudian Sahabat, dan Tabi’in. Cara menafsirkan seperti ini
berkembang terus hingga sekarang sehubungan keragaman kemampuan dan kebutuhan umat Islam terhadap
tafsir Qur`an

C. Ciri Tafsir Ijmâliy


a. Berurutan sesuai dengan mushaf Usmani
b. Bahasanya sederhana dan umum
c. Tidak bertele-tele
d. Akrab dengan bahasa al-Qur`an

D. Keutaman dan kelemahan Tafsir Ijmâliy


a. Keutamaan
1. Bebas dari Isra`iliyyat
2. Jelas dan mudah dipahami
3. Singkat dalam uraian dan penjelasannya
b. Kelemahan (Tidak berarti negatif)
1. Penafsiran dangkal dan tidak mendalam
2. Penafsiran tidak utuh

E. Tokoh dan Karya Tafsîr Ijmâliy


a. Jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli dengan Tafsir Jalalen
b. Baydhawi dengan tafsir Anwar al-Tanzil
c. Syekh Nawawi al-Bantani dengan Tafsir Marah Labid
d. Mahmud Yunus dengan Tafsir al-Qur`an Mahmud Yunus

“TAFSÎR MUQÂRIN (MUQÂRAN)”


A. Pengertian Tafsir Muqârin
a. Etimologi
1. Tafsir berarti penjelasan, interpretasi, penerangan, atau pemaknaan.
2. Muqârin/Muqâran bermakna membandingkan atau mengkomparasikan
b. Terminologi
Cara menfasirkan makna dan kandungan ayat dengan membandingkan antara ayat dengan ayat, antara ayat
dengan hadis, atau antar mufassir

B. Asal mula Tafsir Muqârin (Muqâran)


Metode ini merupakan alternatif cara menafsir yang menjadi bagian dari cara menafsir sebelumnya seperti
Ijmali dan Tahlili mengingat dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang secara redaksional terkesan mirip atau
kontradiktif dan perbedaan para mufassir dalam menafsirkan suatu ayat, serta adanya kontradiktif antara ayat
dengan hadis Nabi saw. Upaya ini muncul pada abad ke 3 H, seperti yang telah dilakukan oleh al-Khathib al-
Iskafi (w. 240 H) dengan kitab tafsir Dzurratut al-Tanzîl wa Qurrat al-Ta`wîl.

C. Macam-macam Tafsîr Muqârin (Muqâran)


a. Penafsiran dengan mengkomparasikan ayat dengan ayat
1. Kesamaan/kemiripan redaksi dengan kasus atau topik yang berbeda. (QS. Yasin/36 : 20[1] dengan QS. Al-
Qashash/28 : 20[2])
2. Perbedaan redaksi dengan kasus atau topik yang sama. (QS. Al-An’am/6 : 151[3] dengan QS. Al-Isra`/17 :
31[4])
b. Penafsiran membandingkan ayat dengan hadis Nabi saw. (QS. Al-Nahl/16 : 32,[5] QS. Al-Nisa`/4 : 79,[6] dan
HR. Al-Turmudzi).
Ayat menjelaskan ahli surga itu ditentukan oleh amal perbuatan, sedangkan hadis menjelaskan bahwa
seseorang memesuki atau menjadi ahli surga karena ampunan dan rahmat Allah swt.
c. Penafsiran dengan membandingkan antar mufassir.

D. Ciri Tafsir Muqârin


Ciri utama cara menafsir dengan muqarin adalah pada mengkomparasikan dan membandingkan, serta
mengakomodasi pendapat para mufassir.

E. Tujuan
a. Membuktikan ketelitian al-Qur`an
b. Mengukuhkan bahwa tidak terdapat kontradiksi dalam al-Qur`an
c. Memperjelas makna dan kandungan ayat
d. Tidak ada kontradiksi antara ayat dengan hadis
e. Mengkompromikan pendapat para mufassir yang berbeda

F. Keutaman dan kelemahan Tafsir Muqârin


a. Keutamaan
1. Objektif, kritis dan berwawasan luas
2. Toleransi antar mufassir
3. Memperkaya hazanah intelektual muslim
4. Akomodatif terhadap perbedaan penafsiran
5. Bisa ditemukan penafsiran yang asli dan tidak orsinil
6. Dapat dijumpai kekeliruan dalam penafsiran
7. Bisa diketahui penafsiran yang bersifat subjektif dipengaruhi oleh madzhab tertentu dan yang bersifat
objektif tidak dipengaruhi oleh madzhab tertentu.

b. Kelemahan (Tidak berarti Negatif)


1. Belum bisa menjawab persoalan umat yang selalu berkembang
2. Kurang aspiratif mengingat kajiannya lebih cenderung akademis yang menyulitkan bagi kaum awam
3. Terkesan adanya dominasi kajian penafsiran para mufassir, terutama ulama klasik
4. Metode ini secara fungsional terbatas kegunaannya

G. Tokoh dan Karya Tafsir Muqârin


a. Al-Khâthib al-Iskafi (w. 420 H/1029 M) dengan kitab tafsirDzurratut al-Tanzîl wa Qurrat al-Ta`wîl.
b. Tâj al-Qurâ` al-Kirmâni (w. 505 H/1111 M) dengan buah pena tafsir al-Burhân fî Taujîh Mutasyâbih al-
Qur`ân.
c. Abû ‘Abd Allah Muhammad ibn Ahmad ibn Abî Bakr ibn Farh al-Anshâriy al-Qurṭubiy al-Khazraziy al-
Andalusiy (w. 671 H) dengan karya tafsir Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân (Tafsîr al-Qurthubiy)

Anda mungkin juga menyukai