Anda di halaman 1dari 3

Tokoh-tokoh Atronomi pada masa kejayaan islam

Abu Ma’sar al-Falaky (788-885 M)


Abu Ma’sar adalah seorang ahli astrologi ( ilmu pendukung ilmu astronomi ) yang berasal dari
Balkh di Khurasan dan tinggal di Bagdad. Dia merupakan seorang tokoh otoritatif yang sering
dikutip pada abad pertengahan dengan sebutan al-Bumasar. Selain keyakinan fanatisnya akan
pengaruh benda langit terhadap kelahiran, kejadian dalam hidup dan kematian, Abu Ma’sar juga
memperkenalkan ke Eropa hukum pasang surut air laut yang ia jelaskan dalam kaitannya dengan
timbul tenggelamnya bulan.

Al-Battani (858-929).
Yang dikenal di dunia Barat dengan nama Albetinius. Dia melakukan penelitian di observatorium
Al-Raqqah, di hulu sungai al-Furat di Bagdad. Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari
buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Dan di antara karya
al-Battani adalah membuat perbaikan-perbaikan serta tambahan terhadap buku syintasis karya
ptolomeus. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama
beberapa abad, selepas Al-Battani meninggal dunia. Ia berhasil menentukan perkiraan awal
bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit
bulan dan planet-planet tertentu. Al-Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung
gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama dalam merenovasi astronomi
modern Yang berkembang kemudian di Eropa
.
Al-Sufi (903-986 M)
Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi
merupakan sarjana Islam yang mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar
dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari.
Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang,
memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai
astrolabe (perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada
bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.

Al-Biruni (973-1050 M)
Abu Raihan Al-Biruni bin Ahmad Biruni lahir pada tanggal 4 Oktober 973, di pinggir kota kiyat,
ibu kota pemerintahan foedal khorezmi dan meninggal pada tanggal 13 Desember 1048. Dari
cerita Biruni yang serba sedikit (dalam kronologi, Kanon Mas’ud dan lainnya) bias diketahui pada
masa kanak-kanak dan remajanya tinggal di kota kyat, ibu kota dinasti Khorezmiyah. Dapat
dilihat selanjutnybahwa situasi pada saat itu telah berperan penting dalam pembentukan
pandangan sosio-politik dan pandangan dunia ilmiah biruni.
. Karya-karya Biruni member bukti, disatu pihak, tentang cendikiawan yang mandiri, di lain
pihak, penguasaan literature dalam bahasa Arab, Persia secara mahir. Selanjutnya selama priode
tahun 1029 – 1034 Biruni menulis buku kitab at-tafhim al-awal at-tajim (buku penjelasan dasar
awal astronomi). Penting diketahui bahwa buku biruni ini untuk beberapa lama menjadi buku
pelajaran astronomi di maktab dan madrasah Timur dekat. Kitab at-tafhim selain berisi tentang
astronomi juga berisi bagian geometri, geografi dan aritmatika. Buku ini terbagi-bagi menjadi
berikut : Astronomi (140 paragraf), Astrolabe (22), geometri (71), dan aritmatika (47), buku ini
sebagian besar berisi bahan tentang astronomi.
Dan selanjutnya Biruni menciptakan satu diantara karyanya yang penting, yaitu Kanon Mas’ud.
Buku tersebut sungguh merupakan monument ilmu pengetahuan astronomi abad pertengahan.
Seorang ilmuan Arab terkemuka Ibnu al-Kifti dan Ibnu al-Khatam mereka menulis: “Karya Biruni
benar-benar telah mengungguli berbagai karya (oleh orang lain) dalam Astronomi dan
matematika”
Biruni selama hidupnya di abdikan pada ilmu pengetahuan dan menhasilkan karya ilmiah berupa
buku-buku tentang astronomi, daftar karya Biruni sekitar 38 judul buku mengenai astronomi.

Ibnu Yunus (1009 M)


Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada
sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di permukaan bulan ada yang dinamakan
Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk
memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga
berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai
kedudukan matahari sepanjang tahun.

Al-Farghani
Nama lengkapnya Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia merupakan
salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah
merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma'mun. Dia menulis mengenai
astrolabe dan menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan
astronomi itu.
Kitabnya yang paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang
kosmologi. Semuanya telah diterjemahkan ke dalam bahsa latin oleh Yohannes Hipalamsis dari
Saville dan Gerard dari Cremona pada tahun 899 H/1493 M . dengan nama “compendium” yang
dipakai pegangan dalam mempelajari perbintangan oleh astronom-astronom Barat, seperti
Regimonatanus.

Maslamah Abul Qosim al-Majriti (950-1007 M)


Di Andalusia telah merubah tahun persi dengan tahun hijriyah dengan meletakkan bintang-
bintang sesuai dengan awal tahun Hijriyah

Abu Ali al-Hasan bin al-Haytam (965-1039)


Seorang pakar falak dari Basrah, yang dikenal dengan bukunya “kitab al-Manadhir” dan tahun
1572 diterjemahkan dengan nama “Optics” yang merupakan baru tentang refraksi ( sinar bias ).

Al-Zarqali (1029-1087 M)
Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem
di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe
yang lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang
menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.

Jabir Ibn Aflah (1145 M)


Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau Geber adalah seorang ahli matematik Islam berbangsa Spanyol.
Namun, Jabir pun ikut memberi warna da kontribusi dalam pengembangan ilmu astronomi.
Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah ilmuwan pertama yang menciptakan sfera
cakrawala mudah dipindahkan untuk mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek
langit. Salah satu karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay'ah.

Muhammad Turghay Ulughbeik (1394-1449)


Lahir di Salatin, Iskandaria, dan pada tahun 1420 M berhasil membangun observatorium di
Samarkad. Karya dan temuannya yang monumental berupa jadwal Ulughbeik (zij Sulthani), yaitu
tabel astronomi tentang matahari dan bulan. Tabel yang berupa data astronomi ini banyak
dijadikan rujukan pada perkembangan ilmu hisab selanjutnya, termasuk kitab yang berkembang
di Indonesia Sullam al-Naiyirain juga menggunakan dari Ulughbeik . Pada tahun 1650 M, jadwal
Ulughbeik ditejemahkan ke dalam bahasa inggris oleh J.Greaves dan Thyde, dan oeh Saddilet
disalin dalam bahasa Prascis.

Anda mungkin juga menyukai