Anda di halaman 1dari 3

KASUS HERRY WIRAWAN PEMERKOSA 13 SANTRIWATI

DIVONIS SEUMUR HIDUP

Disusun Oleh :

Kelompok 6 (XI IPS 3)

Ravania Ismayanti

Siti Rohmah

Yunda Aulia Apriliani

Indah Fitrianisa

Endin Sahidin

Dida Hamdani
A. KRONOLOGI
Kasus ini bermulai pada tahun 2016-2021 yang dimana pelaku dengan inisial HW
(Herry Wirawan) nekat melakukan hal yang tidak senonoh kepada 13 santriwati di
pesantrennya yang 8 diantaranya hamil. Dari ke-13 santriwati tersebut diketahui bahwa
mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu yang dimana mereka ini menjalankan
pendidikan di pesantrennya melalui beasiswa.
Kasus ini terungkap sekitar bulan Mei (2021) ketika salah satu santriwati (korban)
pulang kampung menjelang momen Idul Fitri. Orang tua korban merasa menemukan
kejanggalan kepada putrinya yang baru pulang tersebut. Setelah diperiksa, korban
diketahui dalam kondisi hamil.
Kemudian orang tua dari satu santriwati (korban) tersebut langsung melaporkan
tindakan kasus yang terjadi kepada putrinya, dan pada saat itu DP3AKB Jabar dan Polda
Jabar langsung turun tangan untuk menangani kasus kejahatan seksual tersebut. Polda
Jabar juga langsung menjemput para korban dari pesantren mereka di Cibiru, Kota
Bandung.
Pelaku dengan inisial HW ini melakukan tindakan tersebut dengan sengaja kepada
anak dibawah umur karena dirinya merasa mempunyai kekuasaan di pesantren tersebut,
seperti yang telah kita ketahui bahwa HW merupakan pemilik dari pondok pesantren
tersebut. Korban diiming-imingi dengan kata “harus nurut kepada guru” sehingga mereka
pasrah menerima segala risiko yang terjadi.
Diketahui juga saat itu korban ada terdiri dari 4 orang yang baru melahirkan, dan
korban yang lainnya dalam kondisi sedang hamil. Tindakan ini banyak memicu
kemarahan masyarakat bahkan seorang pejabat senior pemerintah mengatakan bahwa
Presiden Joko Widodo telah memberikan perhatian khusus pada kasus ini yang
dibuktikan dengan Presiden mengintruksikan agar negara hadir dan memberikan tindakan
tegas.

B. PASAL-PASAL
 Pasal 28i ayat (1)
 Pasal 81 ayat (1), dan (2)
 Pasal 76D UU RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU
Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
1. Tindakan kasus Herry Wirawan ini dikaitkan dengan pasal 28i ayat (1) yang
berbunyi “Hak untuk hidup, Hak untuk tidak disiksa, Hak beragama, Hak
untuk tidak diperbudak, Hak untuk diakui dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. Kasus Herry ini mengacu pada pasal 28i ayat (1) yang
menyatakan bahwa hak hidup tidak bisa dikurangi dan dibatasi.
Mengapa bisa dikaitkan dengan pasal tersebut? Karena kita semua tahu bahwa
setiap manusia mempunyai hak yang sama di depan hukum, tanpa mengurangi rasa
hormat tersebut, kita sebagai sesama manusia harus bertindak adil sebagaimana mestinya,
karena walaupun kita seorang manusia yang mempunyai riwayat pendidikan tinggi itu
tidak akan berpengaruh dihadapan hukum, jika kita salah pasti salah. Dengan demikian,
Indonesia sebagai negara hukum sudah sepatutnya menjalankan apa yang sudah
ditetapkan oleh dasar hukum kita.
2. Dikaitkan dengan pasal 81 ayat (1), dan (2) karena sesuai isinya bahwa ayat
(1) berbunyi “sanksi berupa pidana penjara paling singkat 5 tahun dan
paling lama 15 tahun dan denda paling banyak senilai 50 milyar rupiah,
kemudian ayat (3) berbunyi “persetubuhan yang dilakukan dengan tipe
muslihat dan rangkaian kebohongan membujuk anak untuk melakukam
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, juga diancam dengan
pidana yang sama.”

Sudah jelas bahwa pelaku HW ini melakukan tindakan tersebut dengan sengaja dan
memaksa, kemudian HW diberikan hukuman pidana dan denda.

3. Dikaitkan dengan pasal 76D UU RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang


Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
karena sesuai dengan isinya yang berbunyi “setiap orang dilarang
melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.”

Pasal ini dikaitkan karena pelaku HW melakukan pelanggaran terhadap pasal 76D
UU RI tahun 2016 yang dimana pelaku melakukan ancaman kekerasan kepada anak
dibawah umur.

Anda mungkin juga menyukai