Anda di halaman 1dari 13

OMELIN SUAMI MABUK, IBU DI KARAWANG DI ADILI

Valencya, seorang ibu di Karawang, Jawa Barat, ditetapkan sebagai


tersangka pada awal 2021 karena dilaporkan suaminya ke polisi.

Valencya diduga telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga


(KDRT) berupa kekerasan psikis kepada laki-laki yang kemudian
bercerai dengannya itu.

Kekerasan psikis itu dilakukan Valencya saat memarahi suaminya


yang sering mabuk dan tidak pulang ke rumah selama enam bulan.
Rekaman omelan tersebut kemudian digunakan sang suami untuk
melaporkannya.

Di persidangan, jaksa penuntut umum menuntut Valencya agar


dijatuhi hukuman satu tahun penjara. Perkara ini pun semakin
menarik perhatian publik.

Jaksa kemudian menarik tuntutan tersebut atas dasar hati nurani dan
rasa keadilan. Hakim lalu memvonis bebas Valencya karena tidak
terbukti bersalah.

JADI TERSANGKA USAI BELA DIRI DARI BEGAL


Mohamad Irfan Bahri, remaja asal Madura ditetapkan sebagai
tersangka usai membela diri dari serangan pelaku begal pada 2018
lalu.

Irfan yang sedang berlibur ke Bekasi menjadi korban begal saat


sedang berada di jalan bersama seorang temannya. Tak hanya ponsel
yang dirampas, pelaku begal yang berjumlah dua orang tersebut juga
menyerang Irfan dan temannya dengan celurit.

Irfan pun membela diri dan menyerang balik dengan celurit yang
berhasil direbut. Salah satu dari pelaku begal tersebut kemudian
meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit.

Publik kemudian dikagetkan dengan penetapan status tersangka


terhadap Irfan oleh Polres Bekasi Kota. Irfan ditetapkan sebagai
tersangka dalam kasus pembunuhan pelaku begalnya.

Namun, Menko Polhukam Mahfud MD turun tangan dan menghadap


Presiden Joko Widodo. Irfan lalu dibebaskan dan diberi penghargaan
oleh polisi.

KASUS MBAH MINTO DEMAK: CERMIN KETIDAKADILAN DI NEGARA


HUKUM
Selasa, 7 September 2021, Marjani menuju ke Desa Pasir, Kecamatan
Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Usai magrib itu ia hendak
mencari ikan. Tiba di lokasi, dia menyiapkan alat setrum ikan dan
memasuki area kolam yang terdapat di area kebun jambu.

Sekira pukul 19, Marjani beraksi. Sontak Kasmito alias Mbah Minto,
penjaga kolam dan pekarangan yang telah mengamati gerak-gerik
Marjani, mendekatinya karena ia menganggap Marjani ingin mencuri.
Kemudian Mbah Minto menyabetkan celurit bergagang kayunya ke
bahu kanan Marjani. Marjani kaget, ia membalikkan badan sambil
berkata “kulo melu urip, Mbah.” Tapi Mbah Minto mengabaikannya.

Lantas kakek berusia 74 tahun itu kembali mengayunkan celurit dan


mengenai leher kiri Marjani. Si pencari ikan angkat kaki, darah
menetes menemani dia lari ke motornya yang diparkir di dekat gubuk.
Lalu Marjani meminta pertolongan kepada warga yang berada di
warung pinggir jalan, mereka kemudian membawanya ke RSUD Sunan
Kalijaga Demak.

Keesokan harinya, polisi mengusut perkara. Lantas memeriksa


Marjani dan warga yang membantu Marjani ke rumah sakit; serta
meminta keterangan Mbah Minto. “Kasmito diduga adalah orang
yang melakukan pembacokan,” kata Kabag Penum Divisi Humas Polri
Kombes Pol Ahmad Ramadhan, 14 Oktober lalu.
Kemudian polisi membawa lansia itu ke Polres Demak. Sebulan usai
dugaan pembacokan, muncul laporan dugaan pencurian ikan. Pada 11
Oktober, Suhada, si pemilik kolam, mengadukan peristiwa yang
menimpanya.

Penyidik melakukan pendalaman perkara usai menerima pengaduan


itu. “Fakta dikumpulkan oleh penyidik, kemudian warga inisial M
(Marjani) ditetapkan sebagai tersangka,” jelas Ramadhan.

Marjani pun tak tinggal diam, dia meminta advokat untuk membantu
kasusnya. Herry Darman, kuasa hukum Marjani, berujar bahwa
kliennya dituding mencuri ikan, maka ia telah menyiapkan tujuh
pengacara untuk menuntaskan perkara. “Klien kami tidak mengambil
di kolam (milik) Suhada,” kata Herry, Sabtu (18/12/2021).

Berdasarkan penelusuran tim kuasa hukum, Marjani menyambangi


kolam lain yang jaraknya 100 meter dari milik Suhada dan kliennya
tidak membalas perbuatan Mbah Minto. Akibat pembacokan dari
belakang, Marjani harus menjalani 12 jahitan dan dipasangi pen di
bahu kanannya. Herry mengingatkan publik bahwa jangan hanya
menyorot usia lansia Mbah Minto, tapi Mbah Minto masih punya
tenaga untuk membacok kliennya.
Sementara, Marjani mengaku ia baru berjalan 10 meter dari gubuk
tempat ia menaruh ikan Jepet, lalu Mbah Minto membacok dari
belakang. Dia juga mengklaim tak mengetahui lahan yang ia masuki
milik siapa.

“Masalah pekarangan itu milik siapa, saya tidak tahu,” aku dia. Giliran
Pengadilan Negeri Demak menuntaskan kasus Mbah Minto. Perkara
itu terdaftar dengan nomor 183/Pid.B/2021/PN Dmk. Tuntutannya
yakni:

Menyatakan terdakwa Kasmito bin Jasmani telah terbukti bersalah


melakukan tindak pidana penganiayaan terhadap orang lain
menimbulkan luka berat sebagaimana diatur dalam Pasal 351 ayat (2)
KUHP.

Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Kasmito bin Jasmani dengan


pidana penjara selama 2 tahun dikurangkan selama terdakwa ditahan
dan memerintahkan agar terdakwa tetap dalam tahanan.

Menetapkan barang bukti berupa satu buah celurit gagang kayu


panjang + 43 cm, dirampas untuk dimusnahkan.

Menetapkan supaya Terdakwa membayar biaya perkara sebesar


Rp5.000.

Pada 15 Desember, Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Demak


Muhammad Deny Firdaus memutuskan Mbah Minto bersalah.
“Menjatuhkan pidana kepada terdakwa, oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 1 tahun dan 2 bulan,” begitu isi putusan
perkara.

Publik menilai vonis terhadap Mbah Minto tak adil, kasus ini viral dan
menjadi perbincangan. Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur berkata dalam konteks
pidana, seharusnya perkara yang diproses pertama kali perihal
dugaan pencurian yang dilakukan Marjani.

“Kenapa jadi lebih cepat (memproses kasus) orang yang membela diri
dibandingkan yang mencuri. Itu sangat aneh dalam proses
pengungkapan hukum,” ucap dia kepada reporter Tirto, Senin (20/12).

Yang dilakukan Mbah Minto bisa disebut pembelaan diri, kata dia.
Pasal 49 KUHP menyebutkan “Tidak dipidana, barangsiapa melakukan
tindakan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang
lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat
dan yang melawan hukum pada saat itu.”

Diperkuat dengan “Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang


langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena
serangan atau ancaman serangan itu, tidak boleh dipidana.”
“Apalagi dalam konteks dia (Mbah Minto) mengalami panik luar
biasa, sehingga ia membela diri berlebihan. Apakah pengacara dan
hakim tidak menggali bahwa yang dilakukan Mbah Minto ini untuk
membela diri? Kalau dia membela diri, seharusnya dia tidak
dipidana,” terang Isnur.

Sedari awal, Isnur berpendapat, aparat penegak hukum harus jeli


menganalisis kasus ini. Mestinya ranah pembelaan diri tak perlu
dipidana. “Kalau tidak jelas permasalahan ini, menimbulkan
ketidakadilan di tengah masyarakat.”

KASUS HENDARMAN SUPANDJI

Hukum Tata Negara seakan mendapat gempa hebat ketika MK


permohonan judicial review UU Kejaksaan No 16/2004 yang diajukan
mantan Menteri Hukum dan HAM Yuzril Ihza Mahendra pada 22
September 2009 lalu. Sebab, baru kali ini seorang Jaksa Agung,
sepanjang sejarah ketatanegaraan Indonesia, bisa terjungkal lewat
kepiawaian seorang warga negara, Yusril.
Lewat berbagai argumennya, Yusril bisa meyakinkan MK bahwa
pengangkatan Hendarman illegal karena belum dilantik untuk masa
periode kedua. MK memutuskan bahwa masa bhakti Jaksa Agung
berakhir seiring habisnya masa jabatan Presiden.

KASUS PRITA MULYASARI

Drama hukum Prita menjadi magnet semua pihak. Bahkan, seluruh


calon presiden 2009 harus menyambangi Prita guna pencitraan
kampanye. Pada 29 Desember 2009 silam, Majelis hakim PN
Tangerang memutus bebas Prita Mulyasari dari tuntutan jaksa 6 bulan
penjara. Alasan utama membebaskan Prita karena unsur dakwaan
pencemaran nama baik tidak terbukti.

Namun, MA membalikan semuanya. MA mengabulkan kasasi jaksa


dan menyatakan Prita Mulyasari bersalah dalam kasus pencemaran
nama baik RS Omni Alam Sutera, Tangerang. Prita divonis 6 bulan,
tapi dengan masa percobaan selama 1 tahun. Kasus ini lalu
dimintakan upaya hukum luar biasa Peninjauan Kembali (PK).

KASUS REKLAMASI PANTAI JAKARTA

MA mengabulkan permohonan kasasi yang diajukan oleh


Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Dalam putusan kasasi tersebut,
Kepmen No 14/200, KLH menilai reklamasi dan revitalisasi Pantai
Utara (Pantura) tidak sah secara hukum. Artinya, seluruh aktivitas
reklamasi pantai utara Jakarta illegal.
Mendapati putusan kasasi MA inim Pemprov DKI Jakarta bersama 6
perusahaan swasta yang melakukan reklamasi di Teluk Jakarta yaitu
PT BME, PT THI, PT MKY, PT PJA, PT JP dan PT Pel II mengajukan
perlawanan dengan mengajukan upaya hukum luar biasa PK.
Anehnya, MA mengabulkan permohonan PK tersebut, bertolak
belakang dengan putusan MA dalam kasasi.

KASUS KRIMINALISASI PEMULUNG

PN Jakpus pada 3 Mei 2010 memvonis bebas Chairul Saleh seorang


pemulung yang dituduh memiliki ganja seberat 1,6 gram. Pria 38
tahun ini dipaksa mengakui memiliki ganja oleh sejumlah oknum
polisi ini.

Orang nomor 1 di tubuh Polri waktu itu, Jenderal Polisi Bambang


Hendarso Danuri pun turun tangan untuk menindaklanjuti kasus
dugaan rekayasa ini. Dia langsung menelpon Kapolda Metro Jaya Irjen
Wahyono untuk meminta kepastian adanya rekayasa tersebut.

Dalam sidang disiplin Propam Polres Jakpus menjatuhkan hukuman


kepada 4 polisi yang terlibat dalam rekayasa kasus kepemilikan ganja
terhadap pemulung Chairul Saleh ini. Kanit Narkoba Polsek
Kemayoran Aiptu Suyanto didemosi sedangkan penyidik Brigadir Rusli
ditunda kenaikan pangkatnya selama 1 tahun.

Kemudian Aiptu Ahmad Riyanto ditunda kenaikan pangkat selama


satu tahun, serta dimutasi secara demosi. Dan untuk Brigadir Dicky
ditempatkan ke tempat khusus selama 7 hari.

KASUS IPAD

Dua terdakwa kasus penjualan iPad Randy Lester Samusamu dan Dian
Yudha Negara, divonis bebas PN Jakpus, 25 Oktober lalu. Keduanya
didakwa jaksa menjual iPad tidak berbuku manual bahasa Indonesia
dan tidak bersertifikat. Namun dakwaan jaksa ini ditolak majelis
hakim. Namun, jaksa ngotot dan mengajukan kasasi ke MA.

Kasus serupa masih bergulir di PN Jaksel dengan terdakwa Charlie


Sianipar.

KASUS CITIZEN LAWSUIT

Gugatan warga negara (citizen lawsuit/CLS) melawan pemerintah


menjadi alternative politik ketika seluruh instrument tersumbat.
Dengan CLS ini, maka warga negara dapat mengadu ke hakim untuk
memerintahkan negara berbuat sesuatu

Seperti yang dibuat PN Jakpus dengan menghukum para tergugat


untuk segera membuat UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Hakim menilai para tergugat,yaitu Presiden RI, Ketua DPR,
Wapres RI, Menko Kesra, Menko Perekonomian, Menkeu, Menkum
HAM, Menkes, Mensos, Menakertrans dan Menhan telah melakukan
perbuatan melawan hukum karena lalai tidak membuat UU BPJS.

Sebelumnya, untuk pertama kali, putusan fenomenal gugatan CLS di


buat PN Jakpus pada 2003 pada kasus penelantaran TKI Malaysia di
Nunukan. Namun terobosan hukum ini sempat vakum beberapa lama
hingga muncul putusan CLS dalam kasus Ujian Nasional (UN) 2009
yang dimenangkan warga.

KASUS KENDARAAN PARKIR HILANG

Kini, masyarakat tidak perlu takut kehilangan kendarannya


diparkiran. Kalau hilang, gugat pengelola parkir ke pengadilan. Sebab,
salah satu hakim agung Andi Samsan Nganro memenangkan perkara
mobil hilang di tempat parkir, saat dia menjadi hakim di PN Jakpus.
"Klausul-klausul baku dalam karcis parkir adalah perjanjian yang berat
sebelah alias sepihak. Perjanjian semacam itu adalah batal demi
hukum," kata Andi dalam amar putusannya.

Anda mungkin juga menyukai