Masih ingat kisah Misran? Dialah mantri desa yang menolong warga Kuala
Samboja, Kalimantan Timur. Tidak hanya mengobati, tapi juga mengubah
pola kesehatan warga menjadi lebih baik. Namun bukannya air susu yang di
dapat, tapi air tuba yang dia peroleh.
Air tuba tersebut berupa penjara karena dinilai hakim PN Tenggarong tidak
punya kewenangan memberikan pertolongan layaknya dokter. Dia dituduh
melanggar UU 36/ 2009 tentang Kesehatan pasal 82 (1) huruf D jo Pasal 63
(1) UU No 32/1992 tentang Kesehatan yaitu Misran.
Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen kedelai di
lahan garapannya di Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan
Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, pada 2 Agustus lalu. Lahan garapan
Minah ini juga dikelola oleh PT RSA untuk menanam kakao.
Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah
kakao yang sudah ranum. Dari sekadar memandang, Minah kemudian
memetiknya untuk disemai sebagai bibit di tanah garapannya. Setelah
dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan digeletakkan begitu
saja di bawah pohon kakao.
Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA.
Mandor itu pun bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos,
Minah mengaku hal itu perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa tindakan
itu tidak boleh dilakukan karena sama saja mencuri.
Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan
berjanji tidak akan melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun dia
serahkan kepada mandor tersebut. Minah berpikir semua beres dan dia
kembali bekerja.
Dan hari ini, Kamis (19/11/2009), majelis hakim yang dipimpin Muslih
Bambang Luqmono SH memvonisnya 1 bulan 15 hari dengan masa
percobaan selama 3 bulan. Minah dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar pasal 362 KUHP tentang pencurian.
Selama persidangan yang dimulai pukul 10.00 WIB, Nenek Minah terlihat
tegar. Sejumlah kerabat, tetangga, serta aktivis LSM juga menghadiri sidang
itu untuk memberikan dukungan moril.
Hakim Menangis
"Kasus ini kecil, namun sudah melukai banyak orang," ujar Muslih.
Pada bulan November 2015, Mirna menikah dengan Arief Soemarko di Bali,
Indonesia, setelah sebelumnya berpacaran selama 10 tahun. Mirna dan Arief
diketahui mulai berpacaran sejak berada di Australia. Saat itu, Mirna tinggal
di Sydney, sedangkan Arief di Melbourne.
Mirna juga diketahui memiliki saudara kembar yang bernama Sendy Salihin.
Terdapat beberapa kronologi berbeda dari kasus pembunuhan ini,
dikarenakan keterangan saksi yang sering berubah-ubah. Kronologi pertama
adalah keterangan dari teman berkumpul Mirna pada saat kejadian, Jessica,
dan kronologi kedua diungkapkan oleh teman Mirna lainnya yang juga
berada di TKP, yaitu Hani, kepada pihak kepolisian
Setelah hampir satu bulan sejak kematian Wayan Mirna Salihin, polisi
akhirnya mengumumkan pelaku pembunuhan berencana ini. Jessica Kumala
Wongso ditetapkan sebagai tersangka pada tanggal 29 Januari 2016 pukul
23:00 WIB.[5] Jessica yang diketahui sebagai teman Mirna yang juga
memesankan minuman, ditangkap keesokan harinya di Hotel Neo Mangga
Dua Square, Jakarta Utara, pada tanggal 30 Januari 2016 pukul 07:45 WIB.
Setelah menjalani pemeriksaan selama 13 jam sebagai tersangka, Jessica
pun ditahan oleh pihak kepolisian.
Setelah kasasi yang cukup lama, pertama kali ditolak di Pengadilan Tinggi
Jakarta dan kemudian di Mahkamah Agung yang dipimpin oleh Hakim Artidjo
Alkostar, Salman Luthan dan Sumardiyatmo yang dengan suara bulat
menolak kasasi Jessica. PASAL 340 KUHP.
Antasari Azhar jadi Tersangka Pembunuhan 12
Tahun Lalu saat Hendak Bongkar Kasus Korupsi
Besar
Penangkapan Tersangka
Keterangan Tersangka