Disusun Oleh :
Bunga Permatasari 1932311001
Eneng Azizaturrahmy 1932311007
Eriza 1932311021
Anita Novitriawati 1932311037
M.Taufik Iskandar 1932311014
Yuswandi Efendi 1932311029
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
2020
Jl. R. Syamsudin, SH, No.50 Tlp (0266) 218345 Fax : (0266) 218342
Sukabumi-43113
KASUS PEMBUNUHAN WAYAN MIRNA SALIHIN
Pada kasus kopi sianida dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso dalam hal ini Jessica adalah
pihak yang mengundang teman lamanya yaitu Mirna dan Hani untuk bertemu di cafe olivier
yang berada di salah satu tempat perbelanjaan di Jakarta.Sebagai seorang tamu Mirna dan Hani
menghadiri undangan dari Jessica di cafe olivier.Selaku tuan rumah mengundang orang lain
sebagai tamunya dengan maksud untuk mencelakai tamu tersebut merupakan perbuatan yang
salah dan jelas menyalahi etika kesopanan dalam pergaulan.Hal ini berarti Jessica sudah
menyalahi norma atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat yaitu tidak memuliakan
tamunya.Perbuatannya tersebut Jessica dijatuhi hukum penjara selama 20 tahun.
A. Kronologi
Tanggal 6 Januari 2016 telah terjadi sebuah kasus yang diduga merupakan kasus
pembunuhan berencana yaitu meninggalnya Wayan Mirna Salihin yang berumur 27 tahun
setelah meminum es kopi vietnam. Peristiwa ini terjadi pada saat Mirna ,Hani dan Jessica
bertemu pada pukul 17.00 WIB di cafe Olivier yang berada di daerah Grand Indonesia.
Mirna bersama temannya yaitu Hani datang untuk menemui Jessica Kumala Wongso di cafe
Olivier yang berada di daerah Grand Indonesia sekitar pukul 16.40 WIB, Mirna dan Hani
datang dengan Jessica yang sudah duduk siap di meja nomor 54 dengan minuman yang sudah
siap juga yaitu kopi es vietnam pesanan Mirna, fashioned sazerac pesanan Hani dan cocktail
pesanan Jessica. Dengan posisi duduk Mirna yang berada ditengah, Jessica berada disebelah
kiri, dan Hani berada disebelah kanan.
Setelah datang Mirna langsung meminum es kopi vietnam, namun mirna merasa ada
sesuatu yang aneh pada minumanya kemudian meminta Hani dan Jessica untuk mencium
bau pada minumannya. Setelah mencium minuman tersebut Jessica berkata bahwa baunya
aneh, es kopi vietnam yang biasanya berwarna coklat namun itu berwarna seperti kunyit.
Mirna meminta untuk dipesankan air putih tetapi Jessica malah hanya pergi untuk
memanggil pelayan untuk datang ke meja mereka. Belum sempat pelayan datang untuk
membawakan air putih tersebut tubuh Mirna sudah kaku, mulutnya mengeluarkan busa,
kejang-kejang, dengan mata setengah tertutup.Melihat hal tersebut Hani menjadi panik
kemudian mengoyangkan tubuh Mirna karena semakin menjadi kaku kemudian berteriak
memanggil pelayan cafe Olivier.
Mirna dibawa ke Dokter klinik Damayanti Grand Indonesia, Mirna dibawa menggunakan
kursi roda ke klinik, Dokter Joshua mengatakan, saat dibawa ke klinik oleh petugas restoran,
tidak ada tanda-tanda yang aneh dari tubuh Mirna. Wanita itu hanya pingsan dan belum
meninggal. "Sadar si enggak, pingsan kayak biasanya, kondisi fisik juga masih ada (hidup),
badan masih hangat, pandangan mata kosong, dan pasien masih bisa interaksi," ucap Joshua
di Klinik Damayanti. "Dan kami pun memberikan penanganan pada umumnya, memberikan
oksigen, mengecek denyut nadi dan pernapasan, penanganan dasar saja. Denyut nadi 80 kali
per menit dan itu normal, pernapasannya juga 16 kali per menit normal," imbuh dia .
Kemudian atas kemauan suaminya Mirna dirujuk ke Rumah Sakit Abdi Waluyo sekitar pukul
18.00 WIB tiba disana, dua dokter yang menangani Mirna saat itu bernama Prima Yudo dan
Ardianto, "Pupil tidak ada tanda cahaya, tidak ada respon. Bibirsudah pucat. Dia meninggal
dalam perjalanan. Saat diperiksa denyut jantung dan nafas sudah tidak ada," ujar Prima .
Pada awalnya perkembangan kasus kematian Mirna, kepolisian sempat menemui jalan
buntu karena pihak keluarga Mirna yang tidak mengizinkan untuk dilakukannya otopsi
terhadap jenazah Mirna. Namun, setelah dilakukan musyawarah dan dijelaskan oleh pihak
kepolisian, akhirnya pihak keluarga mengizinkan polisi untuk melakukan otopsi. Dari hasil
otopsi tersebut diketahui bahwa terdapat pendarahan di lambung Mirna yang disebabkan oleh
zat korosif. Berdasarkan penemuan tersebut, polisi berkeyakinan bahwa kematian Mirna
tidak wajar. Polisi kemudian melakukan prarekonstruksi di cafe Olivier pada tanggal 11
Januari 2016 dengan menghadirkan dua orang teman Mirna yakni Hani dan Jessica. Polisi
juga meminta keterangan dari pegawai cafe Olivier . Polisi pun mengembangkan
penyelidikan dengan memanggil beberapa saksi termasuk pihak keluarga Mirna yang
diwakili oleh ayahnya, juga dua orang teman Mirna yakni Hani dan Jessica. Jessica sendiri
diperiksa oleh pihak kepolisian sebanyak 5 kali. Jessica tidak hanya dimintai keterangan,
namun polisi juga menggeledah rumahnya pada tanggal 10 Januari 2016.
Polisi diketahui mencari celana yang dipakai oleh Jessica pada saat kejadian. Namun
hingga kini, celana tersebut belum ditemukan. Tidak hanya memeriksa para saksi, polisi pun
meminta keterangan dari para ahli diantaranya ahli IT, hipnoterapi, psikolog, dan psikiater
untuk menguatkan bukti dugaan terhadap pelaku. Kepolisian RI juga meminta bantuan
kepada Kepolisian Federal Australia untuk mendalami latar belakang Jessica selama berada
di Australia.
Setelah hampir satu bulan sejak kematian Wayan Mirna Salihin, polisi akhirnya
mengumumkan pelaku pembunuhan berencana ini. Jessica Kumala Wongso ditetapkan
sebagai tersangka pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 23:00 WIB. Jessica yang diketahui
sebagai teman Mirna yang juga memesankan minuman, ditangkap keesokan harinya di Hotel
Neo Mangga Dua Square, Jakarta Utara, pada tanggal 30 Januari 2016 pukul 07:45 WIB.
Setelah menjalani pemeriksaan selama 13 jam sebagai tersangka, Jessica pun ditahan oleh
pihak kepolisian. Setelah melewati beberapa kali persidangan, Jessica Kumala Wongso pada
akhirnya dituntut 20 tahun penjara atas tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam Pasal
340 KUHP. Dalam tuntutannya, jaksa menyebutkan bahwas Jessica diyakini terbukti
bersalah meracuni Mirna dengan menaruh racun sianida dengan kadar 5 gram. Jessica
disebut menutupi aksinya dengan cara meletakkan 3 kantong kertas di meja nomor 54. Pada
27 Oktober 2016, Jessica Kumala Wongso dijatuhi vonis pidana penjara selama 20 tahun.