Anda di halaman 1dari 23

MATERI DEBAT

KELAS X.11
Tujuh tahun silam, tepatnya 6 Januari 2016, nyawa Wayan Mirna Salihin tak
tertolong setelah menyeruput es kopi vietnam di Kafe Olivier, Grand Indonesia,
Jakarta. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Mirna sempat mengalami
kejang-kejang, lalu tak sadarkan diri. Mulutnya juga mengeluarkan buih. 

Sahabatnya, Jessica Kumala Wongso, ikut mengantar Mirna ke  Rumah Sakit


Abdi Waluyo. Dari hasil penyelidikan, polisi mengungkap, ada zat sianida dalam
kopi Mirna. Racun mematikan tersebut juga ditemukan di lambung Mirna. Setelah
diperiksa, ternyata ada sekitar 3,75 miligram sianida dalam tubuh Mirna. 

Dikutip dari Kompas.com, kasus ini mulanya menimbulkan teka-teki. Bagaimana


bisa zat mematikan masuk ke dalam es kopi hingga menghilangkan nyawa seorang
perempuan?

Tetapi, hasil penyelidikan kepolisian mengungkapkan bahwa Jessica dinyatakan


sebagai tersangka pada akhir Januari 2016. Penetapan tersangka ini mengagetkan
banyak pihak. Sebab, Mirna dan Jessica adalah sahabat yang terbilang akrab.
Selain itu, tidak ada bukti konkret yang memperlihatkan Jessica menabur sianida
dalam gelas kopi Mirna, kecuali dia datang lebih dulu dan memesankan es kopi

Namun di Pengadilan Jakarta Pusat, Juli 2016,  banyak kesaksian yang


memberatkan Jessica.

Para saksi memberikan keterangan bahwa Jessica  yang berinisiatif memesan es


kopi vietnam untuk diberikan kepada Mirna, serta dua cocktail. Tiga pegawai
Olivier, yakni Prilia Cindy Cornelia sebagai resepsionis, Marlon Alex Napitupulu
sebagai pelayan, dan Agus Triyono yang juga pelayan, memberi kesaksian bahwa
Jessica disebut tidak memiliki pilihan duduk di meja nomor 54 karena hanya meja
itu yang kosong dan sesuai pesanannya. 

Jessica juga langsung membayar pesanannya yang disebut tidak biasa dilakukan
pembeli lain. Pegawai Olivier juga bersaksi, es kopi vietnam Mirna yang Jessica
pesan berwarna kekuningan dan berbau.

Sementara ayah Mirna, Edi Dermawan Salihin, membeberkan tingkah laku Jessica
selama berada di rumah sakit. Menurut dia, gerak-gerik Jessica ketika itu tampak
mencurigakan. Jessica, kata Dermawan, sempat mengaku asma, tetapi masih lancar
beraktivitas. "Tiba-tiba dia lompat. Terus dia kesandung. Kan pintu ada rel. Nah, di
situ," ujar Darmawan. 

Keanehan lain, yakni ketika Jessica keliling mendengarkan orang berbicara di


rumah sakit. Jessica pun menghilang setelah berkeliling. Selain itu, menurut
Darmawan, Jessica tampak berbicara dengan tenang selama ia dan Mirna berada di
rumah sakit. 

Sementara itu, saudara kembar Mirna, Sandy Salihin, mengungkapkan bahwa


Jessica sempat mengirimkan artikel berita soal es kopi vietnam beracun ke Sandy
via pesan singkat usai Mirna meninggal. 

Setelah 32 kali persidangan dan puluhan saksi dihadapkan ke pengadilan, hakim


akhirnya menyatakan Jessica bersalah atas pembunuhan berencana kepada Mirna
dan menjatuhkan vonis 20 tahun penjara.

Dalam persidangan juga terungkap, kasus ini dilatarbelakangi dendam dari Jessica
kepada Mirna. Arief Soemarko, suami Mirna, bersaksi di pengadilan bahwa Jessica
pernah marah besar kepada istrinya itu pada bulan Oktober 2014 ketika mereka di
Australia. 

Musababnya, terang Arief, Jessica marah saat Mirna menasihatinya mengenai


hubungan Jessica dengan pacarnya. Kala itu, Jessica marah dan meninggalkan
Mirna sendirian dalam pertemuan mereka di Australia. 

Semenjak itu, kata  Arief, Mirna ketakutan menghadapi Jessica. Mirna ketakutan
karena menganggap Jessica marah kepadanya saat terakhir bertemu pada Oktober
2014 di Sydney, Australia. "Mirna tak mau bertemu Jessica seorang diri. Dalam
pikiran Mirna, Jessica marah sama dia," kata Arief.

Setelah lama tak bersua, Jessica mengajak janjian bertemu Mirna di Jakarta.
Pertemuan itulah yang kemudian berakhir dengan kematian Mirna. 

Di pengadilan juga terungkap, saat di Australia, Jessica beberapa kali melakukan


percobaan bunuh diri. Hal itu diperkuat saksi bernama John J Torres, polisi dari
New South Wales, Australia pada 26 September 2016. John memaparkan catatan-
catatan kepolisian atas nama Jessica yang diketahui beberapa kali mencoba
melakukan bunuh diri. 

Sementara, Jessica bersikukuh dia bukan pelaku pembunuhan Mirna. Dalam nota
pembelaan (pleidoi) yang dibacakan pada sidang kasusnya yang ke-28 di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, 13 September 2016, dia mengatakan tak ada
alasan untuk memperlakukan dirinya seperti sampah.

"Bagaimanapun juga, saya tidak membunuh Mirna, jadi seharusnya tidak ada
alasan untuk memperlakukan saya seperti sampah," ujar Jessica dalam nota
pembelaannya, seperti dilansir Tribunnews.com.
"Saya ada di sini karena saya dituduh meracuni teman saya, Mirna. Saya tidak
menyangka kalau pertemuan di tanggal 6 Januari tersebut adalah saat terakhir saya
bertemu Mirna, apalagi saya dituduh membunuhnya. Namun saya sadar kalau tidak
ada yang luput dari kehendak Tuhan yang Maha Esa. Dan selama ini saya
diberikan kekuatan yang sangat luar biasa untuk menghadapi cobaan ini," tutur
Jessica.

"Mirna adalah teman yang baik, karena Mirna memiliki sifat yang ramah, baik hati
dan jujur dengan teman-temannya. Selain itu dia juga sangat humoris, kreatif, dan
pandai. Walau kita jarang bertemu karena tinggal di negara yang berbeda tetapi
sangat mudah untuk menghabiskan waktu berjam-jam bercanda dan mengobrol
pada saat bertemu."

"Tidak pernah terlintas di pikiran saya bahwa Mirna datang dari keluarga yang siap
menekan dan mengintimidasi siapa pun yang mereka percaya telah berbuat hal
yang buruk walau tanpa penjelasan yang pasti. Itu membuat saya berpikir apakah
mereka menjadi jahat karena kehilangan Mirna," ujar Jessica.

Suami Mirna, Arief Soemarko, bersaksi pada 12 Juli 2016 bahwa istrinya takut
untuk bertemu dengan Jessica. Sebelum peristiwa 6 Januari 2016, Arief
mengungkapkan ia mengikuti pertemuan dengan Mirna dan Jessica pada 8
Desember 2015 di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dalam pertemuan itu, tak ada
pembicaraan spesifik perihal kemarahan Jessica terhadap Mirna. Namun, Arief
mengaku diberitahu Mirna bahwa Jessica pernah marah besar kepada istrinya itu
pada bulan Oktober 2014. Menurut Mirna, terang Arief, Jessica marah saat Mirna
menasihatinya mengenai hubungan Jessica dengan pacarnya. Kala itu, Jessica
marah dan meninggalkan Mirna sendirian dalam pertemuan mereka di Australia
beberapa tahun silam.
Jessica juga sakit hati dikerenakan mirna tak mengundang Jessica di penikahan,
trusss Jessica sakit hati kerna ucapan mirna

Kronologi versi Jessica

 Tiba di Grand Indonesia (pukul 14.00 WIB). Jessica janjian bertemu


dengan tiga temannya, Mirna, Hani, dan Vera, di Kafe Olivier pada
pukul 17.00.
 Pesan tempat. Begitu tiba, Jessica langsung memesan meja nomor 54.
Kafe Olivier merupakan pilihan Mirna.
 Jalan-jalan. Jessica berkeliling mal dan membeli tiga bingkisan berisi
sabun untuk oleh-oleh bagi ketiga temannya.
 Kembali ke kafe (Sekitar pukul 16.00 WIB). Jessica memesan minuman
setelah bertanya dulu di grup perbicangan media sosial mereka.
 Minuman datang. Minuman yang datang pertama adalah kopi es
Vietnam pesanan Mirna. Dua minuman
lainnya, fashioned sazerac (Hani) dan cocktail (Jessica) datang
belakangan.
 Sang teman tiba (pukul 16.40). Mirna dan Hani datang. Vera tak terlihat.
Posisi duduk: Mirna (tengah), Jessica (kiri), dan Hani (kanan)
 Mirna meminum kopi Mirna merasa bau kopinya aneh dan meminta
kedua temannya ikut mencium. “Baunya aneh,” kata Jessica. Belakangan
diketahui bahwa kopi yang diminum oleh Mirna memiliki warna seperti
kunyit.
 Mirna meminta air putih. Jessica meminta air kepada pelayan. Ia ditanya
balik pilihan minumannya.
 Mirna sekarat. Ketika ia kembali, tubuh Mirna sudah kaku, mulutnya
mengeluarkan busa, kejang-kejang, dengan mata setengah tertutup.
 Panik. Jessica dan Hani panik sembari mengoyangkan tubuh Mirna.
Mereka berteriak memanggil pelayan kafe.
 Dibawa ke klinik dan rumah sakit Mirna dibawa menggunakan kursi
roda ke klinik, kemudian dibawa dengan mobil suaminya, Arief
Soemarko, ke Rumah Sakit Abdi Waluyo. Dokter klinik mal Grand
Indonesia, Joshua, mengatakan denyut nadi Wayan Mirna Salihin
sebelum wafat adalah 80 kali per menit. Sementara pernapasannya 16
kali per menit. Pada saat dibawa ke klinik, Mirna diketahui pingsan.
Selama lima menit Joshua mengaku hanya melakukan pemeriksaan dan
tidak menemukan masalah pada pernapasan dan denyut nadi. Dirinya
hanya memberi alat bantu pernapasan. Kemudian atas kemauan suami,
Mirna kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Kronologi versi Hani kepada Polisi

 Tiba di kafe (pukul 16.00 WIB) Jessica tiba di kafe.


 Hani dan Mirna datang (pukul 16.40 WIB). Minuman sudah tersedia.
Menurut Hani, setelah meminum es kopi, Mirna mengatakan “It's awful,
it's bad”. “Minumannya ada apa-apanya kali,” kata Hani.
 Mirna sekarat Mirna merasa kepanasan dan mulutnya berbusa sehingga
dibawa ke klinik. Mirna meninggal di Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Kronologi versi Edi Darmawan Salihin (Ayah Mirna)

Wawancara yang dilakukan oleh Karni Ilyas dalam acara Indonesia Lawyers


Club di tvOne, Edi Darmawan Salihin[3] mengungkapkan beberapa fakta terkait
kematian anaknya. Fakta tersebut ia peroleh salah satunya setelah melihat rekaman
CCTV yang berada di Olivier Café. Ia menjelaskan, bahwa apa yang di ucapkan
oleh Jessica Kumala Wongso di media-media itu bohong. Kebohongan tersebut
antara lain mengenai air mineral yang diakui Jessica dipesan olehnya, nyatanya
tidak tercantum dalam tagihan pesanan. Lalu penempatan goody bag yang diakui
Jessica ditaruh di atas meja setelah minuman datang, menurut Edi, nyatanya
goodybag ditaruh sebelum minuman pesanan diantarkan oleh pelayan. Edi pun
mengatakan, hanya Jessica yang tidak menangis saat keluarga dan teman-teman
Mirna berada di Rumah Sakit Abdi Waluyo.

Setelah melewati beberapa kali persidangan, Jessica Kumala Wongso pada


akhirnya dituntut 20 tahun penjara atas tindak pidana pembunuhan yang diatur
dalam Pasal 340 KUHP.[6] Dalam tuntutannya, jaksa menyebutkan bahwas Jessica
diyakini terbukti bersalah meracuni Mirna dengan menaruh racun sianida dengan
kadar 5 gram.[6] Jessica disebut menutupi aksinya dengan cara meletakkan 3
kantong kertas di meja nomor 54.[6]

Pada 27 Oktober 2016, Jessica Kumala Wongso dijatuhi vonis pidana penjara
selama 20 tahun.[7]

The Jakarta Post mengatakan bahwa "Sejalan dengan dakwaan, hakim


menyimpulkan bahwa Jessica membunuh Mirna sebagai pembalasan dendam
karena berulang kali menyuruh Jessica putus dengan Patrick O'Connor, mantan
pacar Australianya."

  Kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, mengatakan, motif


kliennya membunuh Wayan Mirna Salihin karena sakit hati tidak masuk akal.
Motif sakit hati tersebut ditulis jaksa penuntut umum dalam surat tuntutan mereka
terhadap Jessica
Suami mirna mengatakan bawah istrinya (mirna) tidak memeiliki penyakit
bawahan saat meminum es kopi Vietnam yng berisi sianida tersebut. Dan es kopi
vietman tersebaut sudah menjadi menu favorit mirna di café tersebut.

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan Jessica terbukti


membunuh Mirna. Dalam sidang putusan pada 27 Oktober 2016, Jessica divonis
hukuman 20 tahun penjara karena dinilai terbukti melanggar Pasal 340 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Pembunuhan Berencana.

Kategori tindakan terjerat hukuman mati pada Pasal 340 KUHP

Dalam pasal tersebut, ditentukan bahwa setiap orang yang dengan sengaja dan


dengan paksaan melakukan tindakan yang menimbulkan kerugian besar bagi
negara dan/atau masyarakat dan/atau menyebabkan kepanikan di dalam
masyarakat, akan dihukum mati.

.
KEBOHONGAN JESSICA

Pertama, Jessica pernah mengikuti pelatihan pertolongan pertama kepada korban


saat bekerja di New South Wales Ambulance, Australia. Tapi Jessica justru tak
menolong Mirna saat mengalami kejang-kejang usai meminum es kopi Vietnam di
Cafe Olivier Grand Indonesia Shopping Mall, Jakarta Pusat, 6 Januari 2016. Baca
Juga: Mau Tahu Rencana Ruhut Jika Tak di DPR Lagi? Simak di Sini... Padahal
JPU meyakini Jessica punya pengetahuan tentang cara memberi pertolongan
pertama. "Namun tidak digunakan saat menolong Mirna," kata anggota tim JPU,
Melani saat sidang tuntutan Jessica di PN Jakpus, Rabu (5/10)

Kedua, Jessica tidak mengakui bahwa ia pernah menceritakan ihwal pacarnya,


Patrick kepada Mirna. Padahal, lanjut jaksa, berdasarkan keterangan suami Mirna,
Arief Sumarko, istrinya tahu soal Patrick. Mirna tahu nama Patrick juga dari
Jessica. "Arief mengaku tahu nama Patrick," katanya.

Ketiga, Jessica tidak mengakui keterangan tertulis mantan bosnya di NSW


Ambulance, Kristie Louise Carter yang juga pernah bersaksi. Menurut JPU, Kristie
menyatakan bahwa Jessica memiliki kepribadian berbeda. Jessica bisa bersikap
baik. Namun, tiba-tiba berubah marah jika kemauannya tidak dituruti.

Keempat,  Jessica juga tidak mengaku pernah menceritakan ada kawan


perempuannya yang akan menikah di Indonesia dengan mantan kekasihnya.
Namun, Jessica tidak pernah menyebut nama mantan pacarnya  itu.
Kelima, Jessica pada 2014 terobsesi dengan Patrick. Namun, pada 2015
hubungannya dengan Patrick retak.  Lalu 28 Oktober 2015, Jessica pernah dirawat
di rumah sakit karena ingin bunuh diri. Hanya saja Jessica juga tidak mengakuinya.
Ia malah menyodorkan dalih dengan mengatakan; "Seandainya saya ingin
membunuh orang saya pasti tahu caranya, saya bisa mendapatkan pistol dan
dapatkan dosis yang tepat."

Keenam, Jessica juga tidak mengakui bahwa ia pernah dinasihati Mirna lantaran
berpacaran dengan pemakai narkoba. Padahal Jessica malah karena nasihat dari
Mirna hingga memutuskan untuk tidak berkomunikasi lagi.

Ketujuh, Jessica tidak mengakui sempat mengelilingi meja nomor 54 di Cafe


Olivier. Jessica juga tidak mengakui berjalan sambil menengok ke dalam Cafe
Olivier.   "Tidak mengakui menyentuh atau memindahkan sedotan dari samping ke
dalam gelas setelah kopi disajikan," kata Melani. Padahal, lanjut jaksa, Marwan,
pelayan kafe yang mengantarkan koktail pesanan Jessica mengaku melihat sedotan
sudah berada di dalam gelas. "Padahal tidak ada orang lain selain terdakwa
(Jessica, red),” paparnya.

Kedelapan,  Jessica tidak mengakui menyusun paper bag di meja. Jessica juga
tidak mengakui memasukkan racun sianida ataupun memindahkan  gelas ke tengah
meja 54. "Padahal gerakan terpantau CCTV," katanya.
Kesembilan, Jessica mengaku membantu Mirna, bahkan menggoyangkan tangan
korban saat kejang-kejang. Padahal, ujar jaksa, menurut kesaksian Hani Juwita
yang juga ikut dalam pertemuan di Cafe Olivier menyebut Jessica tidak melakukan
itu.  "Terdakwa diam saja dan tidak membantu Mirna," katanya.

Terakhir, Jessica menolak hasil BAP rekonstruksi. Padahal, kata jaksa,


rekonstruksi itu dilakukan dalam keadaan sadar.
BARANG BUKTI

"Ada 37 item barang bukti yang akan kita limpahkan untuh tahap dua ke Kejari Jakarta Pusat
pagi ini," ujar Wakil Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan kepada
wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (27/5/2016).

Dari 37 item barang bukti tersebut, salah satu barang bukti penting yang diserahkan ke Kejari
Jakarta Pusat yakni rekaman CCTV (Circuit Closed Television) di Kafe Olivier, Mal Grand
Indonesia, Jakarta Pusat

1. Gelas yang berisi sisa cairan minuman es kopi Vietnam


2. Satu botol yang berisi sisa cairan minuman es kopi Vietnam
3. Satu buah tas merk Charles and Keith,
4. Selembar pakaian atasan warna coklat
5. Beberapa potongan rambut
6. Satu botol cairan bioderma
7. Satu kotak obat sentraline sandoz 50 mg berisi 3 lembar
8. Satu buah botol 2 Tang yang berisi sisa obat cina
9. Dua tablet obar razole
10. Dua tablet obat maxpharm
11. Tiga tablet obat provelyn
12. Satu unit ponsel merk iPhone 5
13. Satu unit ponsel merk iPhone 6S warna rosegold
14. Satu buah sim card optus nomor Australia
15. Tiga botol berisi cairan dibungkus paper bag 'Bath & Bodywork' yang masing-masing berisi
sabun cair
16. Satu buah flash disk 32 GB merk Toshiba yang berisi rekaman CCTV Kafe Olivier
17. Satu buah mesin penggiling kopi
18. Satu unit jug stainless untuk air panas
19. Satu unit teko lock and lock
20. Satu. set meja dan kursi
21. Dua contoh kaleng susu manis
22. Satu sampel kopi robusta
23. Satu buah contoh gelas untuk menyajikan es vietnam
24. Satu buah contoh piring kecil
25. Dua sedotan hitam
27. Tiga lembar kertas penyaring kopi
28. Satu DVR merk Telview
28. Segulung kabel DVR warna hitam
29. Satu buah hardisk external 500 GB
30. Dua buah sampel celana panjang yang hilang
31. Dua buah print out transaksi IVC
32. Satu bundel whats app grup Bilyblue
33. Satu laporan lengkap tentang Jessica yang dibuat New South Wales Police Head Quater 1
Charles St. Paramatta NSW ada 15 laporan
34. Tujuh lembar surat dari dari Kantor NSW Ambulance Australia
35. Satu buah print out percakapan Jessica mengancam Kristie Louise Charter
36. Satu transkrip email dari Kristie Louise Charter kepada monica.semrad@afp.gov.au tentang
email Jessica
37. Saty bundel kronologis dan surat atau email yang berisi pemberhentian Jessica dari NSW
Australia
 ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH diartikan sebagai ketentuan yang
menganggap seseorang yang menjalani proses pemidanaan tetap
tidak bersalah sehingga harus dihormati hak-haknya sebagai warga negara sampai
ada putusan pe- ngadilan negeri yang menyatakan kesalahan- nya.

ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH yang diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU


Kekua- saan Kehakiman merupakan asas umum hukum acara artinya berlaku
dalam setiap proses per- adilan baik dalam perkara pidana, perkara per- data
maupun dalam perkara tata usaha negara
-Menurut keterangan saksi ahli bahwa ada kejanggalan dalam rekaman cctv
yang di mulai saat tersangka (Jessica) duduk dimeja 504 kemudian keruang koktail
Ketika diruang koktail tersangka beberapa kali menoleh sekitar area meja 504
sambil berjalan kemudian Kembali lagi kemeja 504 dan duduk di ujung sofa, saat
di ujung sofa taklama kemudian tersangka duduk ketengah sofa dengan posisi
segaris dengan pohon hias, pohon hias itu lah yang membuat cctv terhalang untuk
merekam tersangka, setelah tersangka terhalang oleh pohon hias taklama berselang
kopi yang dipesan datang, trus pelayan menaruh pesanan dan merapihkan tatakan
menu yang ada diatas meja saat pelayan selesai menata semua kemudian tersangka
mengambil tatakan menu tadi trus diletakan di ujung meja, 3 paper bag yang
awalnya sejajar tiga tiga-nya digeser satu agar sejajar jadilah 3 paper bag dan 1
tatakan menu, kemudian mengambil sesuatu dari dalam tas, setelah mengambil
sesuatu dari dalam tas kemudian gelas kopi yang ada didepan tersangka di geser ke
ujung meja, setelah itu paper bag di ambil trus di tarus di blakang sofa, setelah itu
semua kemudian tersangka duduk Kembali ke tempat semula dan terlihat lagi oleh
cctv

-menurut ahli saksi saat tersangka mebuka tas pada pukul 16:29 tangan
tersangka beberapa melakukan kegiatan tidak 1 detik tapi beberapa detik tangan
kanan keatas meja trus kedua tangan di atas meja trus tangan kanan meja trus
kedua tangan, hinnga slesainya kopi itu dibalikan di ujung meja pukul 16:33
kemungkinan Jessica menaruh sianida di dlam kopi yang diminum mirna
1. Bukan Psikopat atau Kepribadian Ganda

Ayahanda Mirna, Darmawan Salihin pernah mencurigai Jessica menderita kelainan


jiwa seperti psikopat dan berkepribadian ganda. Namun dari hasil penelitian Ratih
terhadap Jessica, kondisi kejiwaan terdakwa pembunuh Mirna itu sehat dan
normal. Tak ada indikasi seperti yang disebutkan Darmawan.

"Yang bersangkutan tidak menampilkan adanya indikasi berkepribadian ganda dan


tidak ditemukan adanya kemungkinan yang bersangkutan bisa dirujukan menjadi
psikopat," kata Ratih saat memberikan kesaksian untuk Jessica di persidangan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin 15 Agustus 2016.

Ratih menjelaskan, pengertian psikopat adalah seseorang yang daya empatinya


tidak berkembang secara sehat atau jika diukur dengan angka hasilnya nol. Dalam
hubungan dengan orang-orang sekitar, seorang psikopat tidak dapat merasakan
emosi orang lain.” Bisa juga bersikap dingin atau nuraninya tidak berkembang,”
ujar Ratih.

2. Tidak Memiliki Kelainan Seksual

Pada awal kasus kematian Mirna mencuat di media massa, terselenting isu motif


Jessica membunuh Mirna karena cemburu mengetahui Mirna sudah menikah
dengan Arief Soemarko. Disebut-sebut kedekatan Mirna dan Jessica lebih dari
sekedar relasi pertemanan.

Namun Jessica sedari awal membantah penyuka sesama jenis. Alibi terkuatnya
adalah dia memiliki pacar laki-laki selama tinggal di Sydney Australia.
Ratih berpendapat, secara kasat mata tak nampak indikasi Jessica seorang lesbian.
Hemat Ratih, orientasi seksual Jessica masih kepada laki-laki. Namun Ratih
menyarankan hakim untukenanyakan hal tersebut kepada ahli psikologi seksual,
jika ingin mengetahui keakuratan analisa orientasi seksual Jessica.

"Secara kasat mata tidak terlihat adanya kelainan seksual. Tapi harus digali lebih
dalam lagi dengan melibatkan psikolog seksual," ucap Ratih

3. Berkepribadian Amorous Narcissistic

Jessica Kumala Wongso memiliki tipe kepribadian yang dalam dunia psikologi
disebut Amorous Narcissistic. Ahli Psikologi dari Universitas Indonesia (UI)
Antonia Ratih Andjayani menjelaskan orang dengan tipe kepribadian tersebut
memiliki karakteristik haus perhatian dan pujian dari orang-orang di sekitarnya.

"Menyukai adanya admirasi, pemujaan, penerimaan, kekaguman menjadi


kebutuhan orang dengan kepribadian narsisistik. Narsisistik di sini berkaitan
dengan bagaimana dia butuh keberadaannya diakui dengan achievement dia,
prestasi, pencapaian-pencapaian yang dimiliki," kata Ratih saat bersaksi untuk
perkara pembunuhan Mirna di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016).

Sifat negatif dari Amorous Narcissistic adalah seringkali menggunakan


kebohongan yang rumit untuk berdalih, mengalihkan topik dari satu hubungan ke
hubungan yang lain. Dan hal tersebut, kata Ratih, terjadi saat ia memeriksa Jessica
selama 6 jam di Markas Polda Metro Jaya pasca Jessica menjadi tersangka.
"Ada hal-hal yang ditemukan tidak sinkron. Ketika dibilang dia orangnya pemaaf,
dalamm pertanyaan yang berikutnya itu bisa berbeda. Ketika masuk dalam pola
relasi, jawaban-jawaban Jessica itu sifatnya yang sangat common (umum). Jadi
nggak bisa masuk sampai detail ke dalam," jelas Ratih

4. Minum Cocktail Hanie

Fakta baru, Jessica mencicipi cocktail yang ia beli untuk Hanie lalu menyisakan.
Ratih mempersilakan masyarakat menilai seperti apa sifat Jessica dengan
perilakunya yang seperti itu.

"Setelah cocktailnya abis, dia (Jessica) minum cocktail Hanie. Sebenarnya cocktail
orang diminum, itu nggak sopan. Semestinya dia bisa memesankan ulang untuk
teman-temannya. Karena dia minum jatahnya Hanie, nggak dia habisin, terus dia
geser minumannya," kata Ratih saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
Senin (15/8/2016).

Ratih berpendapat semestinya Jessica tidak berbuat seperti itu jika tulus beritikad
baik kepada teman-temannya. Seharusnya Jessica memberikan yang terbaik jika
ingin menraktir teman-teman lamanya.

"Mestinya dia tidak mencemari dengan cara dicicipi. Kalaupun iya, bisa pesan
ulang. Pesan (minuman)sejam sebelumnya pun sebenarnya akan membuat rasa
minuman berkurang kualitasnya," jelas Ratih
5. Tak Suka Asmara Masa Lalu Diungkit

Ratih mengaku pernah mendapat perilaku ketus dari Jessica Kumala Wongso, saat
dirinya menyinggung masa lalu dan hubungan asmara Jessica. Semula, kata Ratih,
Jessica aktif dan responsif menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar dirinya
sendiri.

"Ekspresi Jessica berubah 180 derajat, yang tadinya ramah, tadinya cukup
kooperatif, langsung tampak berubah dingin dan ketus, dan bahasa tubuh yang
kakinya ke arah saya masih terbuka sekarang tertutup. Ini gestur yang
mengisyaratkan menolak," ujar Ratih saat bersaksi untuk sidang perkara Jessica
Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016).

Sebagai psikolog, naluri Ratih untuk mengetahui lebih jauh alasan Jessica menolak
menceritakan hubungan asmara dan masa lalunya muncul. Namun hasilnya nihil,
karena Jessica tetap pada pendiriannya untuk bersikap antipati. Akhirnya Ratih
menyudahi observasi dan menjadikan sikap antipati Jessica sebagai catatan untuk
timnya, agar memperdalam masalah masa lalu dan cerita hubungan pribadi Jessica
lebih jauh.

"Ada hal-hal yang tidak bisa kami gali, terutama tentang permasalahan hubungan,
masa lalu, emosi lebih dalam, itu tidak mampu tergali. "Ini jadi pertanyaan besar.
Dan ini kami share ke tim lanjutan yang memeriksa lebih lanjut," ucap Ratih.
6. Di Balik Senyum dan Ketenangan Jessica

Jessica yang kini terancam hukuman penjara seumur hidup bahkan bisa dikenakan
hukuman eksekusi mati karena didakwa membunuh temannya sendiri, Wayan
Mirna Salihin, nampak santai menjalani persidangan atas dirinya. Ekspresi Jessica
yang tidak seperti biasa itu diamati oleh Hakim Anggota Binsar Gultom.

"Banyak persidangan yang kami lewati dan kami melihat wajah-wajah terdakwa
biasanya sedih, murung, tidak berseri-seri lah. Sementara terdakwa Jessica ini
terlihat tenang. Apakah saudara bisa menilai sikap terdakwa ini?" tanya Binsar
kepada Psikolog Klinis Antonia Ratih Andjayani yang hadir sebagai ahli di sidang
perkara Jessica, Senin (15/8/2016).

"Berkilau-kilau ya Yang Mulia," timpal Ratih.

Ratih kemudian menyampaikan analisanya bahwa Jessica memiliki kepribadian


narsistik. Dimana ia sangat suka menjadi pusat perhatian. Terkait latar belakang
Jessica mampu bersikap santai saat persidangan, Ratih beranggapan Jessica
menikmati perhatian masyarakat atas dirinya.

"Merujuk pada hasil analisa saya, kita berbicara tentang personality profile.
Menjadi center of attention memberikan enerji kepada Jessica," ujar Ratih.

Ratih mengatakan lebih lanjut, kesenangan Jessica saat berhasil mencuri perhatian
publik adalah ciri khas dari karakter pribadi narsistik. "Semakin banyak atensi
yang diterima menjadi enerji," tutur Ratih.
PENAMBAHAN

Siapa sebenarnya yang meracuni Mirna?

Setelah diperiksa, ternyata ada sekitar 3,75 milligram sianida dalam tubuh Mirna.
Setelah melakukan penyelidikan secara lebih dalam terhadap para saksi serta bukti
dan melangsungkan gelar perkara, polisi akhirnya menetapkan seorang tersangka,
yaitu Jessica Kumala Wongso.
Jessica benar-benar dinyatakan sebagai tersangka pada akhir Januari 2016,
sebelum akhirnya divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 27
Oktober 2016, lalu. Jessica dijatuhi hukuman kurungan penjara selama 20 tahun
dalam dakwaan pembunuhan berencana. Sampai sekarang, Jessica masih dipenjara
di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Kenapa Jessica terbukti bersalah?


Dia merupakan terpidana kasus pembunuhan berencana terhadap temannya,
Wayan Mirna Salihin. Jessica divonis hukuman 20 tahun penjara karena dinilai
terbukti membunuh Mirna dengan memasukkan racun sianida ke dalam es
kopi yang dia beli.

Bagaimana akhir kasus Mirna?

Setelah 32 kali persidangan dan puluhan saksi dihadapkan ke pengadilan, hakim


akhirnya menyatakan Jessica bersalah atas pembunuhan berencana
kepada Mirna dan menjatuhkan vonis 20 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai