Jessica Kumala Wongso telah menjalani 31 kali persidangan dalam kasus kematian Wayan Mirna Salihin,
mulai dari dakwaan hingga pembacaan duplik dirinya dan tim kuasa hukum.
Berikut adalah perjalanan kasus kematian Mirna dari waktu ke waktu:
Rabu, 6 Januari 2016
Mirna, Jessica, dan Hani Juwita Boon bertemu di kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta. Jessica datang
lebih dahulu dan memesankan es kopi vietnam untuk Mirna dan dua cocktail. Mirna dan Hani datang
bersama. Tak lama setelah kedatangan mereka, Mirna langsung meminum es kopinya.Mirna sempat
menyebut rasa kopinya seperti jamu. Tak disangka, tubuh Mirna kemudian kejang-kejang dan mulutnya
keluar busa serta muntah. Orang-orang di kafe panik, termasuk Hani dan pegawai kafe Olivier. Mereka
mulai membantu Mirna yang sedang kejang-kejang.Akhirnya, Mirna dibawa ke sebuah klinik di Grand
Indonesia. Namun, dokter di klinik tak bisa menangani dan langsung dirujuk ke Rumah Sakit Abdi
Waluyo. Sesampainya di rumah sakit, nyawa Mirna tak tertolong dan dinyatakan meninggal
dunia.Malam itu juga, ayah Mirna, Edi Dermawan Salihin, melaporkan kematian anaknya ke Polsek
Metro Tanah Abang.
Sabtu, 9 Januari 2016
Polisi meminta persetujuan keluarga untuk mengotopsi tubuh Mirna. Tujuannya untuk mengetahui
penyebab kematian Mirna yang dianggap tak wajar. Namun, persetujuan tak langsung
diberikan.Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya saat itu, Kombes Krishna Murti,
mendatangi langsung Dermawan untuk meminta izin dan memberikan pengertian. Setelah menilai
otopsi perlu dilakukan untuk kebaikan Mirna, keluarga akhirnya memberikan izin.Namun, yang
dilakukan hanyalah pengambilan sampel tubuh Mirna di Rumah Sakit Sukanto, Kramatjati, Jakarta
Timur, bukan otopsi keseluruhan.
Minggu, 10 Januari 2016
Jenazah Mirna dibawa ke TPU Gunung Gadung di Bogor untuk dikebumikan.Hasil awal pemeriksaan
sampel tubuh Mirna keluar. Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Kombes
Musyafak menduga Mirna tewas karena keracunan. Sebab, dalam tubuh Mirna ditemukan kandungan
zat asam yang menyebabkan Mirna keracunan.Selain itu, sifat zat tersebut korosif sehingga Mirna tewas
dengan cepat usai meminum es kopi.
Senin, 11 Januari 2016
Pada pagi hari, polisi melakukan pra-rekonstruksi di kafe Olivier, Grand Indonesia. Pra-rekontsruksi
dilakukan untuk menerka apa yang terjadi sejak Jessica datang hingga Mirna dibawa ke klinik di Grand
Indonesia. Pra-rekonstruksi tersebut dihadiri Hani dan Jessica.Di sana, beberapa kali Jessica dan Hani
memeragakan adegan yang terjadi ketika melihat kondisi Mirna kejang-kejang.
Penyidik Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya melimpahkan berkas
perkara berikut Jessica dan 37 barang bukti kasus tersebut ke Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat.
Pelimpahan tahap kedua itu tindak lanjut dari berkas perkara yang telah dinyatakan lengkap oleh Kejati
DKI Jakarta sehari sebelumnya.Pada hari itu juga, Jessica resmi berpindah dari Rumah Tahanan Polda
Metro Jaya ke Rumah Tahanan Khusus Wanita Pondok Bambu, Jakarta Timur hingga kasusnya selesai
dipersidangkan.
Rabu, 8 Juni 2016
Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat melimpahkan berkas perkara tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dan menyertakan surat dakwaan untuk Jessica. Dalam surat dakwaan tersebut, Jessica dituntut
Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.
Rabu, 15 Juni 2016
Sidang perdana kasus kematian Mirna dengan terdakwa Jessica digelar di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Jessica didakwa dengan dakwaan tunggal Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana
dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati.
Tim kuasa hukum Jessica langsung menyampaikan nota keberatan atau eksepsi atas dakwaan tersebut.
Dalam eksepsi, dakwaan jaksa disebut terlalu dangkal dan unsur pembunuhan berencana seperti di
mana sianida dibeli, ditaruh, dan dimasukkan ke dalam es kopi vietnam, tidak terpenuhi.
Selasa, 21 Juni 2016
Jaksa memberikan tanggapan atas eksepsi Jessica. Jaksa menyanggah argumen tim kuasa hukum Jessica
yang menitikberatkan alat atau obyek pembunuhan, tetapi mengabaikan peran subyek. Menurut jaksa,
peran subyek penting dalam memberikan gambaran tentang adanya ketersediaan waktu yang cukup
sejak timbulnya perencanaan pembunuhan hingga pelaksanaan.Jaksa juga menyebutkan bahwa
pembunuhan dengan racun sudah dianggap sebagai pembunuhan berencana.
Selasa, 28 Juni 2016
Majelis hakim menolak semua eksepsi Jessica dan memutuskan untuk melanjutkan persidangan ke
pokok perkara.
Selasa, 12 Juli 2016
Ayah Mirna, Edi Dermawan Salihin; suami Mirna yaitu Arief Soemarko, dan kembaran Mirna, Sendy
Salihin; memberikan kesaksian dalam persidangan. Dalam kesaksiannya, Darmawan menyebut dirinya
meminta dokter untuk mengambil cairan dari perut Mirna.Darmawan juga menceritakan tingkah laku
Jessica yang dianggap mencurigakan selama di Rumah Sakit Abdi Waluyo. Sementara itu, Arief
menceritakan Jessica yang pernah marah besar kepada Mirna pada Oktober 2014 karena Mirna
memberikan nasihat mengenai hubungan Jessica dengan pacarnya. Arief juga mengatakan, Mirna takut
kepada Jessica atas kemarahan tersebut dan tidak ingin menemui Jessica sendirian.Kemudian, Sendy
mengungkapkan bahwa Jessica sempat mengirimkan artikel berita tentang es kopi vietnam beracun
kepadanya seusai Mirna meninggal. Sendy merasa Jessica mengarahkannya untuk beranggapan bahwa
es kopi vietnam menjadi penyebab kematian Mirna.
Rabu, 13 Juli 2016
Hani Juwita Boon yang bersama Mirna dan Jessica di kafe Olivier pada 6 Januari 2016 memberikan
kesaksian dalam persidangan. Hani menceritakan kondisi Mirna seusai meminum es kopi vietnam. Hani
menyebut Mirna mengatakan minuman tersebut tidak enak dan meminta Hani mencicipinya.
Hani juga menyatakan Jessica sempat sesak napas dan mengucapkan “I’m sorry” saat mengetahui Mirna
meninggal.
Rabu, 20 Juli 2016
Persidangan mendengarkan kesaksian tiga pegawai Olivier, yakni Aprilia Cindy Cornelia sebagai
resepsionis, Marlon Alex Napitupulu sebagai pelayan, dan Agus Triyono yang juga pelayan. Dalam
kesaksian mereka, Jessica disebut tidak memiliki pilihan duduk di meja nomor 54 karena hanya meja itu
yang kosong dan sesuai pesanannya.Jessica juga langsung membayar pesanannya yang disebut tidak
biasa dilakukan pembeli lain.
Kamis, 21 Juli 2016
Jaksa masih menghadirkan saksi pegawai Olivier. Dari sejumlah pegawai Olivier yang bersaksi dalam
persidangan, belum ada satu pun yang melihat Jessica memasukkan sianida ke dalam es kopi vietnam.
Rabu, 27 Juli 2016
Pemeriksaan saksi manajer kafe Olivier bernama Devi dan pegawai Olivier lainnya. Mereka menyebut
Jessica tidak menolong Mirna saat kejang-kejang seusai meminum es kopi vietnam.
Kamis, 28 Juli 2016
Pegawai Olivier masih bersaksi dalam persidangan. Mereka menyebut warna es kopi vietnam Mirna
kekuningan dan berbau.
Rabu, 3 Agustus 2016
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, dokter forensik Slamet Purnomo menegaskan Mirna
meninggal karena keracunan sianida. Sebabnya, terdapat 0,2 miligram per liter sianida dalam sampel
lambung Mirna. Slamet menyebut Mirna yang mengibas-ngibas mulut dan kejang-kejang merupakan ciri
terpapar sianida.
Kemudian, ahli toksikologi forensik Kombes Pol Nursamran Subandi menuturkan, es kopi vietnam yang
diminum Mirna mengandung sianida. Dia menduga sianida tersebut berbentuk padat seperti bongkahan
Kristal.
Rabu, 10 Agustus 2016
Dari rekaman CCTV Olivier, ahli digital forensik AKBP Muhammad Nuh Al Azhar dan Christopher Hariman
Rianto melihat Jessica menggaruk tangannya beberapa kali dan tampak celingak-celinguk. Nursamran
menyebutkan Jessica kemungkinan menggaruk tangannya karena terpapar sianida.
Senin, 15 Agustus 2016
Psikolog klinis, Antonia Ratih Andjayani, menyebut Jessica sebagai orang yang cerdas, tenang, dan
percaya diri. Dia juga mengatakan Jessica memiliki kepribadian amorous narcissist yang seringkali
menggunakan kebohongan untuk berdalih.
Kamis, 18 Agustus 2016
Psikiater forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang memeriksa Jessica, Natalia Widiasih
Raharjanti, mengatakan Jessica memiliki risiko melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain apabila dalam kondisi tertekan. Dia menjelaskan Jessica beberapa kali melakukan percobaan
bunuh diri di Australia.
Kamis, 25 Agustus 2016
Ahli toksikologi forensik I Made Agus Gelgel Wirasuta menjelaskan sianida merupakan penyebab
kematian Mirna. Gelgel juga merekonstruksi pembuatan es kopi vietnam sianida dengan panelis
karyawan Olivier. Hasilnya, Gelgel menyebut es kopi vietnam yang diminum Mirna berwarna coklat susu
seperti hasil rekonstruksi.Pada sidang hari itu, jaksa juga menghadirkan ahli hukum pidana, Edward
Omar Sharif Hiariej, yang menjelaskan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana tidak
memerlukan motif dan pembuktian hukumnya tidak memerlukan bukti langsung.
Senin, 29 Agustus 2016
Saksi dokter Rumah Sakit Abdi Waluyo yang menangani Mirna pertama kali, yakni dokter Prima Yudho
dan Ardianto, menyatakan Mirna sudah meninggal sebelum tiba di RS Abdi Waluyo sekitar pukul 18.00
WIB. Namun, secara medis, waktu kematian Mirna ditetapkan pada pukul 18.30 WIB, setelah dokter
melakukan upaya pertolongan.
Rabu, 31 Agustus 2016
Ahli kedokteran forensik Budi Sampurna mengatakan, berdasarkan rekaman CCTV, tanda-tanda yang
ditunjukkan Mirna sesuai dengan gejala orang yang keracunan sianida.
Kamis, 1 September 2016
Kriminolog TB Ronny Rahman Nitibaskara menjelaskan, Jessica sangat tenang saat diperiksa di Mapolda
Metro Jaya. Di menyebut Jessica memiliki kepribadian emotional unstable personality dan berpotensi
menyakiti orang lain. Ronny menyatakan Jessica bukan psikopat.Ronny juga menjelaskan Mirna tampak
tidak nyaman terhadap Jessica jika dilihat dari rekaman CCTV.Pada persidangan itu, jaksa juga
menghadirkan Guru Besar psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan yang menjelaskan perilaku
Jessica tidak lazim selama berada di Olivier. Salah satunya ketika Jessica menaruh paper bag di atas
meja. Sarlito menyebut ada dugaan Jessica memiliki orientasi seksual penyuka sesame jenis. Namun,
Jessica membantahnya.
Senin, 5 September 2016
Ahli patologi forensik dari Australia yang dihadirkan Jessica, Profesor Beng Beng Ong, menjelaskan
kematian Mirna kemungkinan bukan karena sianida. Sebabnya, dalam cairan lambung Mirna yang
diambil 70 menit setelah dia meninggal tidak ditemukan sianida. Sementara 0,2 sianida dalam lambung
Mirna yang diambil beberapa hari setelah meninggal kemungkinan dihasilkan pasca-kematian.
Rabu, 7 September 2016
Tim kuasa hukum Jessica menghadirkan saksi Hartanto Sukmono, Direktur Pemasaran PT KIA Indonesia,
yang berada di Olivier saat Mirna meninggal. Dalam kesaksiannya, Hartanto sempat melihat Jessica
menelepon seseorang saat berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk.Kuasa hukum juga menghadirkan
ahli patologi forensik Djaja Surya Atmadja yang memberikan keterangan serupa dengan Ong. Dia juga
menjelaskan penyebab kematian hanya bisa diketahui dengan melakukan otopsi. Sementara Mirna
hanya diambil sampel tubuhnya.
Rabu, 14 September 2016
Ahli toksikologi forensik Budiawan memberikan keterangan serupa dengan Ong dan Djaja. Dia menyebut
bukti 0,2 miligram per liter sianida dalam sampel lambung Mirna tidak ada artinya. Budiawan
meragukan kematian Mirna disebabkan oleh sianida.
Kamis, 15 September 2016
Ahli digital forensik Rismon Hasiholan Sianipar yang dihadirkan tim kuasa hukum Jessica mengatakan
bukti rekam CCTV Olivier telah dimodifikasi sehingga hasil analisis dari rekaman CCTV tersebut dinilai
tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pada hari yang sama, kuasa hukum Jessica juga menghadirkan
psikiater bernama Firmansyah menyatakan terlalu gegabah jika menyebut kematian Mirna sudah
terprediksi oleh Jessica.
Senin, 19 September 2016
Psikolog Dewi Taviana Walida Haroen mengatakan hasil pemeriksaan psikologis Jessica kontradiktif. Di
satu sisi, Jessica disebut sebagai pribadi yang cerdas dan waras. Sementara di sisi lain, Jessica disebut
memiliki mental disorder. Dewi menyebut hasil pemeriksaan yang kontradiktif sulit
dipertanggungjawabkan.
Kriminolog Eva Achjani Zulva juga dihadirkan dan menjelaskan tentang ilmu kriminologi.
Rabu, 21 September 2016
Kuasa hukum Jessica menghadirkan ahli farmakologi dan toksikologi forensik asal Australia Michael
Robertson. Penjelasan Michael hampir sama dengan penjelasan ahli yang dihadirkan kuasa hukum
Jessica sebelumnya.
Senin, 26 September 2016
Ahli hukum pidana Mudzakkir, yang dihadirkan kuasa hukum Jessica, menjelaskan motif perlu dicari dan
dibuktikan dalam pembunuhan berencana untuk mengetahui hal yang melatarbelakangi maupun tujuan
lebih lanjut setelah pelaku melakukan pembunuhan. Sehingga, penegakkan hukum dilakukan dengan
adil.
Pada hari yang sama, jaksa menghadirkan polisi dari New South Wales, Australia, John J Torres, yang
menjelaskan catatan-catatan kepolisian atas nama Jessica. Dia menjelaskan Jessica beberapa kali
melakukan percobaan bunuh diri di Australia.
Rabu, 28 September 2016
Jessica diperiksa dalam persidangan. Dia menyatakan tidak menyentuh dan memasukkan apa pun ke
dalam gelas es kopi vietnam Mirna. Jessica tercatat beberapa mengatakan lupa saat jaksa dan majelis
hakim bertanya.
Rabu, 5 Oktober 2016
Jaksa menuntut Jessica dengan 20 tahun hukuman penjara. Hal-hal yang memberatkan yakni perbuatan
Jessica dinilai meninggalkan kepedihan mendalam bagi keluarga Mirna, perencanaan untuk
menghilangkan nyawa korban dinilai dilakukan secara matang dan dengan keteguhan niat.
Jaksa juga menyebut perbuatan Jessica sangat keji karena Mirna adalah temannya sendiri. Jessica dinilai
sadis karena meracuni Mirna menggunakan sianida, sehingga Mirna tersiksa terlebih dahulu sebelum dia
meninggal.
Jaksa menyebut Jessica tidak mengakui perbuatannya dan tidak menyesal sedikit pun. Jaksa juga menilai
keterangan Jessica dalam persidangan berbelit-belit dan membangun alibi untuk mengaburkan fakta
dengan menyebarkan informasi yang menyesatkan.
Rabu, 12 Oktober 2016
Jessica dan tim kuasa hukumnya membuat pleidoi atau nota pembelaan. Dalam pleidoinya, Jessica
menyatakan tidak meracuni dan membunuh Mirna. Dia juga menjelaskan kondisi tahanan di Mapolda
Metro Jaya yang kotor dan banyak tikus. Bagi Jessica, Mirna adalah sosok teman yang baik. Kematian
Mirna merupakan mimpi buruk Jessica dan keluarganya.
Sementara tim kuasa hukum Jessica menilai motif sakit hati tidak masuk akal. Mereka juga menyebut
kematian Mirna bukan karena sianida. Kemudian, mereka meminta majelis hakim menolak bukti
rekaman CCTV karena bukti tersebut dinilai tidak sah.
Kamis, 13 Oktober 2016
Pembacaan pleidoi dari tim kuasa hukum Jessica dilanjutkan. Tim kuasa hukum menyebut Jessica tidak
terbukti meracuni Mirna.
Senin, 17 Oktober 2016
Jaksa menanggapi pleidoi Jessica dan tim kuasa hukumnya dalam replik mereka. Dalam repliknya, jaksa
menyindir Jessica yang menangis saat membacakan pleidoinya. Jaksa juga menyindir tim kuasa hukum
Jessica soal pembayaran dalam menangani kasus kliennya serta pembacaan pleidoi yang memakan dua
kali persidangan.
Kemudian, jaksa menunjukkan foto-foto ruangan yang mereka sebut sebagai ruang tahanan Jessica.
Jaksa menyebut ruang tahanan Jessica cukup mewah.
Kamis, 20 Oktober 2016
Jessica dan tim kuasa hukumnya menanggapi replik dengan membacakan duplik mereka. Jessica
menuturkan, foto-foto yang ditunjukkan jaksa bukanlah ruang tahanannya, melainkan ruang serba guna
yang biasa dipakai oleh semua tahanan untuk kegiatan kerohanian dan konseling.Sementara ruang
tahanannya adalah ruang isolasi yang biasa digunakan untuk tahanan yang melakukan pelanggaran atau
ruangan tempat tersangka kasus pembunuhan sebelum dipindahkan ke ruang tahanan biasa.Kemudian,
Jessica menyampaikan ketakutannya tentang adanya intervensi dalam persidangan, melihat kedekatan
keluarga Mirna dengan jaksa. Dia meminta majelis hakim memutuskan perkaranya dengan adil.
Pasal pembunuhan berencana berisi pasal-pasal yang menjelaskan hukum terkait pelaku pembunuhan
berencana. Biasanya, tindakan berencana didasarkan pada pemutusan kehendak untuk melakukan
suatu perbuatan pada waktu tertentu.
Isi Pasal Pembunuhan Berencana
Hukum terkait pembunuhan berencana diatur dalam Pasal 340 KUHP. Adapun bunyi pasal tersebut
adalah:
"Barangsiapa sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun."