Pada tanggal 6 Januari 2016, Wayan Mirna Salihin, 27 tahun, meninggal dunia setelah meminum Kopi es vietnam di Olivier Café, Grand Indonesia . Saat kejadian, Mirna diketahui sedang berkumpul bersama kedua temannya, Hani dan Jessica Kumala Wongso. Menurut hasil otopsi pihak kepolisian, ditemukan pendarahan pada lambung Mirna dikarenakan adanya zat yang bersifat korosif masuk dan merusak mukosa lambung. Belakangan diketahui, zat korosif tersebut berasal dari asam sianida. Sianida juga ditemukan oleh Puslabfor Polri di sampel kopi yang diminum oleh Mirna. Berdasarkan hasil olah TKP dan pemeriksaan saksi, polisi menetapkan Jessica Kumala Wongso sebagai tersangka. Jessica dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Analisis : Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan psikologi hukum adalah studi hukum yang akan berusaha menyoroti hukum sebagai suatu perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan kejiwaan dari perilaku dan sikap tindak tersebut. Adapun pendekatan psikologi yang digunakan adalah Psikologi Forensik dimana informasi psikologi didapatkan secara langsung di pengadilan yang dilakukan oleh para ahli. Dalam kasus ini jaksa penuntut umum menghadirkan ahli psikologi yang bernama Ratih Ibrahim. Pemeriksaan yang dilakukan Ratih Ibrahim dengan mengajukan berbagai pertanyaan pertanyaan yang kritis kepada jessica, ternyata jessica bisa menjawabnya dengan lancar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jessica memiliki kecerdasan diatas rata rata. Ratih juga menilai bahwa jessica dengan tingkat kecerdasan yang tinggi tersebut dengan mudahnya mampu untuk membangun sikap dan perilakunya sendiri dengan sedemikian rupa untuk dapat membangun kondisi yang diinginnya. Ratih menyadari keanehan yang ada di dalam diri jessica. Bagaimana tidak? Orang biasa pada umumnya yang berada dalam kondisi dibawah tekanan (selebih lagi dia didakwakan melakukan pembunuhan berencara) seharusnya menunjukan sikap gelisah baik dari gerak gerik tubuh maupun dari cara ia berbicara, namun berbeda dengan jessica, ia mampu menjawab pertanyaan yang dilakukan oleh Ratih dengan mudah dan tenang. Pada hasil dari rekaman CCTV pada saat jessica menunggu mirna di sebuah cafe, jessica menunjukan gerak gerik yang mencurigakan dan tampak gelisah menunggu mirna, ia meengok kecawah dan seperti memindahkan sesuat keatas meja, namun saat mirna datang sikap gelisah tersebut tiba tiba hilang. Ini masih menjadi sebuah pertanyaan dan ada ketidakwajaran atas perilaku tersebut. Professor Budi Sampurna yaitu ahli kedokteran forensik pun dalam pemeriksaannya menyimpulkan bahwa mirna meninggal dikarenakan adanya kandungan sianida yang ada didalam kopi yang di minum oleh mirna. Kemudian analisis psikologi hukum ini juga bisa dilihat dari sudut pandang Hakim, dimana psikologi hakim mempengaruhi dan menentukan sebuah putusan dalam suatu perkara. Dalam kasus ini hakim dengan keyakinannya meskipun alat bukti seperti CCTV tidak menunjukan secara langsung bahwa jessica meletakkan sianida diatas kopi mirna. Tetapi hakim dengan yakin memutuskan bahwa Jessica terbukti bersalah. Keyakinan hakim ini didasarkan pada kerangka pemikiran yang terbentuk dari berbagai alat bukti dan fakta fakta yang terungkap di persidangan seperti Rekaman CCTV, Keterangan para ahli, keterangan saksi ,dsb sehingga hakim dapat menyimpulkan bahwa Jessica melakukan pembunuhan terhadap Mirna.