Anda di halaman 1dari 3

Pembunuhan Berencana terhadap Kakak Beradik (saudara)

Kasus posisi

Berawal dari kecemburuan sosial dalam keluarga antara 2 orang kakak beradik yaitu
sang kakak bernama Yayang Yusrial dan adiknya wahyu Adhyaksa. Kecemburuan sosial itu
bermula dari sikap dan tindakan orang tua mereka yang selalu membandingkan- bandingkan
dalam hal kasih sayang, pemberian fasilitas serta ucapan orang tua (Toxic Parenting) yang
membuat saudara Yayang merasa dibedakan dengan sang adik yakni Wahyu.

Pada saat itu, Yayang mendapat kiriman video dari temannya yang didalam video
tersebut menampakan sang adik yang sedang melakukan hubungan intim dengan kekasihnya
yang bernama Aza. Di duga video tersebut tidak sengaja dilihat oleh temannya Aza yang
bernama Tarisa. Pada waktu itu, Tarisa yang memiliki rasa terhadap Yayang ( sang kakak).
Karena Tarisa merasa perbuatan itu adalah hal yabg salah. Namun, yang terjadi adalah
Yayang (sang kakak) langsung emosi melihat video itu dan langsung menghubungi temannya
yang bernama M.Abidzar serta Tarisa untuk merencanakan pembunuhan terhadap adiknya
(Wahyu).

Pada pukul 22.00 malam, Yayang dan temannya mengajak adiknya dan sang pacar
serta Tarisa ke club malam Casablanca. Di tengah menikmatinya hiburan malam itu, Yayang
dan Abidzar terus menyodorkan minuman alkohol berdosis tinggi secara berkali- kali kepada
wahyu hingga ia tidak sadarkan diri dalam keadaan mabuk berat. Setelah itu mereka berlima
pulang dengan mengantar Aza terlebih dahulu menggunakan mobil Avanza berwarna hitam
milik Yudi. Setelah mengantar bunga pulang, mereka ber3 (tiga) melancarkan aksinya untuk
melakukan pembunuhan terhadap wahyu di sungai suci, setelah sampainya di sungai suci,
Yayang meminta Tarisa dan Abidzar untuk memapah Wahyu keluar dari mobil, dengan cara
Tarisa dan Abidzar memegang bahu wahyu dan Yayang melayangkan pukulan kepala wahyu
menggunakan balok kayu hingga berdarah akan tetapi si korban masih dalam keadaan hidup,
bahkan sempat melakukan pertahanan diri, dengan melawan balik, mengetahui hal tersebut
mereka panik karena wahyu melakukan perlawanan hingga Yayang berlari mengambil pisau
kedalam mobil dan segera menikam adiknya tepat dileher sebanyak 2 tusukan dan 2 tusukan
dibagian dada, Tarisa yang masih belum yakin bahwa Wahyu sudah tak bernyawa, kembali
menusukkan pisau di bagian dada Wahyu sebanyak 1 tusukan, karena ia takut Wahyu masih
melakukan perlawanan. Setelah memastikan bahwa Wahyu memang benar sudah tak
bernyawa, maka Wahyu mereka bungkus menggunakan plastik besar berwarna hitam lalu
menyeretnya ke pinggir pantai sungai suci, dirasa keadaan sudah aman terkendali mereka
segera pulang, dan sepakat

untuk melupakan kejadian ini, dan tidak membocorkannya ke pihak manapun . Ketika
sampai dirumah, saudara Yayang meletakkan baju yang masih berbercak darah korban yang
diletakkan dibawah kasurnya. Sedangkan saudara Abidzar setelah pulang langsung
membakar bajunya yang masih berbercak darah wahyu. Serta saudari Tarisa membungkus
bajunya kedalam plastik dan membuangnya ke dalam kotak sampah.

Pada dini harinya, seorang nelayan yang hendak ke laut menemukan jasad pemuda
yang dibungkus menggunakan plastik hitam dipinggir pantai sungai suci. Diduga mayat
tersebut merupakan korban pembunuhan. Mendengar laporan tersebut, Polisi segera
bergegas menuju TKP untuk mengidentifikasi jasad korban dan mengamankan lokasi.
Setelah diketahui identitas korban, polisi segera menghubungi pihak keluarga korban. Pada
saat itu orang tua korban yang sedang berada di luar kota bergegas pulang menuju kota
bengkulu untuk memastikan jasad tersebut merupakan anaknya. Dalam perjalanan, orang
tuanya terus menelpon sang kakak si Yayang, namun tidak dapat dihubungi.

Sesampainya orang tua di kantor polisi, ternyata benar adanya bahwa jasad tersebut
merupakan anaknya. Polisi segera melakukan penyidikan dengan menuju rumah korban
untuk menemukan barang bukti. Setelah digeledah seluruh ruangan, polisi menemukan baju
yang bebercak darah tepat dibawah kasur Yayang. Segera polisi memeriksa bukti tersebut
untuk diteliti dan hasilnya cocok dengan DNA darah korban (Wahyu). Polisi langsung
menetapkan sang kakak (Yayang) menjadi tersangka kasus pembunuhan terhadap korban
Wahyu. Di tengah penyelidikan polisi mendapat laporan dari saudari Aza bahwa pada malam
terakhir sebelumnya ditemukan jasad wahyu, Aza memberi keterangan kepada polisi bahwa
ia bersama dengan korban serta Yayang, Abidzar dan Tarisa di club malam. Ia memberikan
kesaksian bahwa wahyu dibawa oleh Yayang, Abidzar, dan Tarisa dalam keadaan mabuk
berat menggunakan mobil avanza hitam. Polisi segera memperluas dan memperketat
pencarian. Karena sadar dirinya sudah menjadi tersangka dan buron, Yayang dan Abidzar
yang di penuhi rasa panik dan ketakutan nekat melakukan bunuh diri bersama dengan minum
obat obatan sehingga menyebabkan mereka over dosis, lalu meninggal dunia.

Mengetahui hal tersebut, Saudari Tarisa ditemukan di tempat tinggalnya yang


berlokasi di Kandang Limun gang Juwita, polisi langsung menangkap Tarisa dan
membawanya kekantor polisi untuk di interogasi. Setelah lebih dari 3jam di interogasi,
akhirnya Tarisa mengakui perbuatan nya, bahwa ia turut membantu melakukan pembunuhan
terhadap wahyu. Dalam keterangannya Tarisa menyampaikan kronologi yang terjadi pada
malam itu di sertai bukti vidio dan bukti text pesan percakapan via whatsapp antara dirinya,
Yayang dan Abidzar, yang berisi rencana pembunuhan. Polisi bersedia mengabulkan
permintaan dari saudari Tarisa. Setelah mendengar pengakuan tersebut akhirnya polisi
menetapkan Tarisa sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana.

Anda mungkin juga menyukai