Anda di halaman 1dari 18

GEOMORFOLOGI DAN ANALISIS LANSEKAP

PROSES FLUVIAL DAN BENTUKLAHAN FLUVIAL


Pengajar:
Dr. Ir. W.A. Siahaya, M.Si

Disusun Oleh :
JOHAN SAMPE
NIM: 1369518002

UNIVERSITAS PATTIMURA
PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENGELOLAAN LAHAN
TAHUN 2019

0
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................ …………………………………… i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 2
I.1. Latar Belakang ................................................................................................. 2
I.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
I.3. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
II.1. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Fluvial ..................................................... 3
II.2. Sungai, Lembah dan Lembah Sungai .............................................................. 5
II.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Fluvial ............................. 8
II.4. Proses Terbentuknya Lahan Fluvial............................................................... 10
II.5. Jenis Bentukan Bentuklahan Asal Fluvial ..................................................... 11
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... 16
III.1. Kesimpulan .................................................................................................... 16
III.2. Saran .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

1
BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Bumi bersifat dinamis karena dari waktu ke waktu bumi selalu mengalami
perubahan baik struktur, formasinya maupun bentang lahan (landscape). Perubahan yang
dapat kita rasakan dan lihat secara langsung adalah perubahan bentang lahan (landscape).
Banyak faktor yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk lahan ini baik yang bersumber
dari tenaga endogen maupun tenaga eksogen.
Air merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan perubahan
bentuk lahan khususnya terbentuknya bentuklahan fluvial. Selain mempunyai manfaat yang
penting bagi kehidupan air juga mempunyai peranan penting bagi terbentuknya
bentang lahan. Meskipun membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah bentang lahan,
tetapi air bersifat konstan dalam mengubah bentang lahan. Bentuk-bentuk bentang lahan
dipermukaan bumi terjadi oleh erosi atau pengendapan. Air yang berasal dari aliran hujan
begerak turun melalui lereng-lereng, jika lereng tersebut terdiri dari lapisan yang tipis maka
berubah menjadi alur, alur yang makin besar menjadi sungai. Jika gerakan
alirannya cepat maka kekuatan pengikisnya akan besar. Sehingga untuk lebih
memperjelas bagaimana semua proses itu terjadi perlu dibahas bagaimana semua bentang
lahan itu terjadi khususnya yang disebabkan oleh faktor air atau bentuklahan fluvial.

I.2. Rumusan Masalah


Bertolak dari latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah di maksud dengan bentuklahan asal proses fluvial?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi lahan asal fluvial?
3. Bagaimana proses terbentuknya lahan fluvial?
4. Bagaimanakah contoh bentuk lahan fluvial?

I.3. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian bentuklahan asal proses fluvial
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya lahan fluvial.
3. Untuk mengetahui proses terbentuknya lahan fluvial.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis bentuk lahan fluvial

2
BAB II. PEMBAHASAN

II.1. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Fluvial


Bentuklahan fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun
kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh
aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun
air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang
alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam
yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang
dilakukan oleh air permukaan.
Bentuklahan ini terutama berhubungan erat dengan daerah-daerah
penimbunan (sedimentasi) seperti lembah-lembah, sungai besar dan daratan aluvial.
Pada dasarnya bentuklahan yang disebabkan oleh proses fluvial adalah bentuklahan yang
terjadi akibat proses air mengalir, baik yang memusat (sungai) maupun aliran permukaan
bebas (overland flow).

Gambar 1. Sistem Fluvial (Sumber:


http://geoenviron.blogspot.com/2013/02/bentuk-lahan-fluvial.html)

Ada 3 (tiga) Aktivitas Utama Sungai, yaitu erosi, transportasi dan


edimentasi/deposisi.

3
Gambar 2. Sistem Fluvial (Sumber:
http://geoenviron.blogspot.com/2013/02/bentuk-lahan-fluvial.html)

II.1.1. Erosi
Erosi oleh sungai adalah pelepasan secara progresif material dasar dan tebing
sungai.
Ada beberapa jenis erosi yang di akibatkan oleh kekuatan air, yaitu:
a) Quarrying, yang merupakan proses terjadinya pendongkelan batuan yang di lalui oleh
air.
b) Abrasi, yang merupakan terjadinya penggerusan terhadap batuan yang dilewati air.
c) Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada
daerah cut off slope pada Meander.
d) Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

II.1.2. Transportasi
Transportasi adalah proses pengangkutan material oleh air yang diakibatkan oleh
tenaga kinetis yang ditimbulkan oleh pergerakan aliran air sebagai pengaruh dari gaya
gravitasi, atau terangkutnya partikel batuan yang telah tererosi secara melompat
(traction), menggelinding (rolling), meluncur (slinding), suppensi (suspended matter)
maupun larutan (dissolve matter).

4
II.1.3. Sedimentasi/deposisi
Sedimentasi/deposisi adalah proses yang terjadi ketika sungai tidak
mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin
berkurang, maka material yang berukuran kasar akan di endapkan terlebih dahulu
baru kemudian diendapkan material yang lebih halus.

Gambar 3. Tiga Aktivitas Sungai (Sumber:


http://geoenviron.blogspot.com/2013/02/bentuk-lahan-fluvial.html)

II.2. Sungai, Lembah dan Lembah Sungai


Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang membawa air dari pegunungan
menuju lautan. Permukaan air pada sungai mengalir mengikuti bentuk salurannya. Sungai
biasanya dapat mengubah permukaan daratan dan berawal dari bagian tinggi di pegunungan.

Gambar 4. Sungai Air Berau, Kalimantan (Sumber: tempat.co.id)

5
Lembah adalah suatu cekungan yang ukurannya panjang di permukaan bumi.
Terbentuk dari air dan es yang mengikis pegunungan. Lembah juga sering disebut sebagai
bidang daratan yang terperosok. Terjadinya lembah-lembah disebabkan oleh proses erosi,
yaitu gaya melebar air yang mengalir di atas permukaan air tanah.

Gambar 5. Lembah Harau, Sumatera Barat (Sumber: panduanwisata.id)

II.2.1. Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas genetic (asal mula pembentukan):
a) Sungai Konsekuen adalah sungai yang berkembang dan mengalir searah lereng
topografi aslinya. Sungai konsekuen sering diasosiasikan dengan kemiringan asli
dan struktur lapisan batuan yang ada dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi
pedoman, bahwa asal dari pembentukan sungai konsekuen adalah didasarkan atas
lereng topografinya bukan pada kemiringan lapisan batuannya.
b) Sungai Subsekuen adalah sungai yang berkembang disepanjang suatu garis atau
zona yang resisten. sungai ini umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurus
perlapisan batuan yang resisten terhadap erosi, seperti lapisan batupasir. Mengenal
dan memahami genetika sungai subsekuen seringkali dapat membantu dalam
penafsiran geomorfologi. Sungai Resekuen. Lobeck (1939) mendefinisikan sungai
resekuen sebagai sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan
batuan sama seperti tipe sungai konsekuen. Perbedaanya adalah sungai resekuen
berkembang belakangan.
c) Sungai obsekuen adalah sungai yang mengalir berlawanan arah dengan kemirigan
dip batuan atau berlawanan dengan aliran sungai konsekuen. Sungai ini biasanya
merupakan cabang sungai subsekuen.

6
d) Sungai Resekuen adalah sungai yang alirannya searah dengan sungai konsekuen
tetapi terbentuknya kemudian setelah pengangkatan. Sungai resekuen biasanya
merupakan cabang sungai subsekuen.
e) Sungai Insekuen adalah sungai yang arah alirannya tidak teratur. sungai ini
mencari batuan yang lebih lunak untuk diterobos seperti daerah yang berstadia tua
dan mengalami erosi kuat.
f) Sungai Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang terbentuk diatas
permukaan bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi vertikal sungai
memotong ke bagian bawah hingga mencapai permukaan bidang struktur agar
supaya sungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain
sungai superposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan
pembentukan struktur batuannya.
g) Sungai Antecedent adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengan
keberadaan struktur batuanya dan dalam perkembangannya air sungai mengikis
hingga ke bagian struktur yang ada dibawahnya. Pengikisan ini dapat terjadi karena
erosi arah vertikal lebih intensif dibandingkan arah lateral.

II.2.2. Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas bentuk lembah:


a) Dendritik : pola pengaliran dengan bentuk seperti pohon, dengan anak-anak sungai
dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya
berkembang pada batuan yang resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau
hampir datar, daerah batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang
kompleks. Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran
ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin.
b) Radial, adalah pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau menyebar
dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya.
c) Rectanguler : pola pengaliran dimana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak
lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada daerah patahan yang bersistem
(teratur).
d) Trellis, adalah bentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai
utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya
terbentuk pada batuan sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi
rendah dan tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada
batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah.
7
II.2.3. Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas struktur pengontrol
a) Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya
walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena
kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
b) Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya
dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.

II.2.4. Klasifikasi lembah sungai berdasarkan atas sifat aliran


Sungai dapat dibedakan menjadi 3 macam tipe, yaitu :
1) Sungai Permanen/Perennial : yaitu sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun dengan
debit yang relatif tetap. Dengan demikian antara musim penghujan dan musim kemarau
tidak terdapat perbedaan aliran yang mencolok. Tipe sungai ini biasanya terdapat didaerah
yang beriklim basah, daerah kutub, dan subkutub. Di Indonesia tipe sungai ini berkembang
apabila kondisi lahannya dapat mendukung. Contoh : Sungai permanen di Indonesia.
2) Sungai Musiman/Periodik/Intermitten : yaitu sungai yang aliran airnya tergantung pada
musim. Pada musim penghujan ada alirannya dan musim kemarau sungai kering.
Berdasarkan sumber airnya sungai intermitten dibedakan:
a) Spring fed intermitten river yaitu sungai intermitten yang sumber airnya berasal dari air
tanah, dan
b) Surface fed intermitten river yaitu sungai intermitten yang sumber airnya berasal dari
curah hujan atau penciran es.
3) Sungai Tidak Permanen/Ephemeral : yaitu sungai tadah hujan yang mengalirkan airnya
sesaat setelah terjadi hujan. Karena sumber airnya berasal dari curah hujan maka pada
waktu tidak hujan sungai tersebut tidak mengalirkan air.

II.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Fluvial


II.3.1. Air tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, dapat berupa air lapisan, yang
mengisi ruang ruang pada agregat tanah,atau air celah yang mengisi retakan-retakan
tanah/batuan. Proses terjadinya air tanah adalah air yang ada dipermukaan (baik dari air
hujan, singai, maupun danau/cekungan) yang terinfiltrasi kedalam tanah, setelah
mencapai horizon tanah sebagian mengalir secara lateral menyusuri pelapisan horizon tanah
(interflow/subsurface flow), sebagian yang lain akan tinggal didalam masa tanah sebagai

8
moisture continent, dan sisanya mengalir kebawah secara vertikal (percolation), yang
selanjutnya air ini menjadi air tanah.
Air permukaan (aliran air sungai,air danau/waduk, dan genagan air
permukaan lainnya) dan air tanah pada prinsipnya mempunyai keterkaitan yang erat, serta
keduanya mengalami proses pertukaran yang berlangsung terus menurus, selama musim
kemarau kebanyakan air sungai masih mengalirkan air, air tersebur sebagian besar berasal
dari dalam tanah (baseflow) terutama dari daerah hulu sungai yang umumnya merupakan
daerah resapan yang didominasi oleh daerah bervegetasi(hutan).

II.3.2. Mata Air (Spring)


Mata Air adalah tempat keluarnya air tanah di permukaan tanah,terdapat 5 jenis
mata air adalah:
a) Mata Air Lapisan, terdapat pada lapisan batuan perangkap antara lapisan
impermiabel.
b) Mata Air Celah, terdapat pada batuan jenuh yang tersingkap.
c) Mata Air Sesar, terdapat pada lapisan tembus air yang menyesar sungkup terhadap
batuan inpermiabel.
d) Mata Air Bendung, terdapat pada lapisan tembus air yang terbendung oleh kisaran
tektonik atau vulkanik.
e) Mata Air Kompleks Batuan Jenuh Air, terjadi karena membanjirnya
kompleks batuan.

II.3.3. Sungai
Sungai adalah sistem aliran yang terdapat di permukaan bumi yang berasal dari
sumber air. Berdasarkan sifat khas yang dimilikinya sungai dibedakan menjadi:
a. Sungai Permanen, yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun, karena
pasokan airnya tetap.
b. Sungai Intermitten, yaitu sungai yang mengalir secara periodik. Sungai ini dibedakan
menjadi dua berdasarkan sumber airnya, yaitu:
1. Spring Fed Intermittent River
2. Surface Fed Intermittent River
c. Sungai Epherical (Ephermal), yaitu sungai yang mengalir apabila mendapat respon air
hujan dan tidak memperoleh dari sumber atau es yang mencair.

9
II.3.4. Topografi Hasil Deposisi Aliran atau Penimbunan
Topografi ini berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan, seperti
lembah-lembah sungai besar yang berstadia dewasa atau tua. Secara alami,
proses yang disebabkan oleh kerja sungai yang mempunyai aktivitas yang erat hubungannya
yaitu erosi, transportasi dan penimbunan.

II.4. Proses Terbentuknya Lahan Fluvial


Bentuk lahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang
berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-
bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan
struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus. Bentukan-bentukan ini
terutama berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan, seperti lembah-lembah sungai
besar dan dataran aluvial. Bentukan-bentukan kecil yang mungkin terjadi antara lain dataran
banjir (Fdb), tanggul alam (Fta), teras sungai (Fts), dataran berawa (Fbs), gosong sungai
(Fgs) dan kipas aluvial (Fka). Asosiasi antara proses fluvial dengan marin kadang
membentuk delta (Fdt) di muara sungai yang relatif tenang. Beberapa hal proses-
proses fluvial seperti pengikisan vertikal maupun lateral dan berbagai macam bentuk
sedimentasi sangat jelas dapat dilihat pada citra atau foto udara. Sungai-sungai
yang terdapat pada satuan ini umumnya dikelompokkan dalam stadia dewasa, yaitu
sungai yang telah mengalami gradasi dan berada dalam keadaan seimbang sehingga
energinya hanya cukup untuk membawa dan memindahkan bebannya saja. Erosi dan
pengendapan seimbang yang membentuk hamparan dataran yang luas ke arah pantai.
Sungai peringkat dewasa membentuk dataran banjir dengan pengendapan
sebagian bebannya. Pengendapan ini yang membentuk dataran banjir di kanan-kiri
sungai yang disebabkan karena air sungai semasa banjir melimpah tebing dan tidak lagi
tersalurkan karena terhambat dan dangkal. Jika pengendapan beban bertumpuk dan
terakumulasi di kanan kiri sungai akan terbentuk tanggul alam (natural levees) yang lebih
tinggi dari dataran banjir di sekitarnya. Ciri khusus dataran aluvial di bagian bawah adalah
adanya pola saluran yang berkelok-kelok (meanders). Pola ini terbentuk akibat proses
penimbunan pada bagian luar kelokan dan erosi secara bergantian, sementara
kecepatan aliran berkurang akibat menurunnya kemiringan lereng. Pengendapan cukup
besar, sehingga aliran kadang tidak mampu lagi mengangkut material endapan, yang akhirnya
arah aliran membelok begitu seterusnya membentuk kelokan-kelokan tertentu.

10
Pola aliran sungai pada daerah datar yang penuh beban endapan pasir, kerikil
dan bongkah-bongkah, dimana alirannya saling menyilang dan sering berpindah dan
dipisahkan oleh igir lembah (levee ridge) membentuk pola sungai teranyam (braided stream).
Sungai yang mengalami peremajaan akan membentuk undak-undakan di kanan-kiri sungai
yang mempunyai struktur sama membentuk teras sungai (rivers terraces). Pada suatu mulut
lembah di daerah pegunungan yang penyebarannya memasuki wilayah dataran, kadang
terbentuk suatu bentukan kipas akibat aliran sungai yang menuruni lereng yang disebut kipas
aluvial.
Dari mulut lembah kemudian menyebar dan meluas dengan sudut
kemiringan makin melandai. Fraksi kasar akan terakumulasi di mulut lembah dan fraksi
halus akan tersebar semakin menjauhi mulut lembah di wilayah dataran. Berkurangnya
kecepatan atau daya angkut material menyebabkan banyak material terakumulasi di bagian
hilir, dan akan muncul pada saat air sungai menurun yang disebut gosong sungai. Hal ini
umumnya dijumpai pada sungai-sungai besar dan meanders.Secara umum apabila dilihat dari
foto udara, kenampakan bentuklahan hasil proses fluvial mempunyai struktur horisontal,
menyebar dan meluas di kanan kiri sungai dengan tekstur halus dan seragam, rona agak gelap
sampai gelap, material berupa endapan pasir dan kerikil yang relatif halus, pola aliran
dendritik kompleks, ada ciri khas aliran meanders dan braided di bagian hilir, penggunaan
lahan untuk sawah irigasi dan permukiman padat.

II.5. Jenis Bentukan Bentuklahan Asal Fluvial


Bentuklahan asal proses fluvial berhubungan dengan penimbunan dan
sedimentasi, misalnya lembah sungai dan dataran aluvial dengan tenaga geomorfologis yaitu
air.

II.5.1. Dataran alluvial


Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses
geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan,
angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan
erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran
sungai.
Dataran aluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah
sungai. daerah aluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah
hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan
11
oleh jenis dan tekstur batuan. Mempunyai topografi datar sebagai hasil
pengendapan aluvium di kiri kanan sungai, yang terjadi akibat luapan air sungai yang
membawa sedimen pada saat banjir.

II.5.2. Dataran banjir


Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang
terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau,
dan lumpur.

II.5.3. Tanggul alam sungai (natural levee)


Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang
berperan menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali
lagi ke sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi
sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.

II.5.4. Rawa belakang (backswamps)


Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian daridataran banjir dimana simpanan
tanah liat menetap setelahbanjir. Backswamps biasanya terletak di belakang sungai alam
sebuah tanggul. Kemudian kembali rawa-rawa yang terletak agak jauh dari saluran sungai di
dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah ke dataran banjir, material terberat tetes keluar
pertama dan materi terbaik dilakukan jarak yang lebih besar.
- Relief : Cekung – datar
- Batuan/struktur : Berlapis, tidak kompak
- Proses : Sedimentasi
- Karakteristik : Relief cekung - datar, selalu tergenang, proses sedimentasi.

II.5.5. Kipas aluvial


Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari
bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi
perubahan gradient kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang
cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk
seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada
daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas

12
alluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air
yang baik.

II.5.6. Teras sungai


Teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses-proses yang telah
terjadi di masa lalu. teras sungai merupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada
sungai.
Proses deposisi, proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander dan aliran
overbank sangat berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor
yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan
base level of erosion dan perubahan iklim

II.5.7. Gosong sungai (point bar)


Gosong Sungai adalah adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau tengah
dari alur sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah dan endapan pada
tepi disebut gosong tepi, gosong sungai terbentuk oleh endapan brangkal, krakal, dan pasir,
dan lain-lain.
- Relief : Datar – berombak
- Batuan/struktur : Berlapis, tidak kompak
- Proses : Sedimentasi
- Karakteristik : Terbentuk pada tubuh sungai bagian hilir, bagian hulu gosong tumpul
dan bagian hilir menyudut.

II.5.8. Sungai teranyam (braided stream)


Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar,
alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu
sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong
tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya memberikan
kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis (Fairbridge, 1968).

II.5.9. Sungai meander dan enteranched meander


Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan
tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila
pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas,
13
aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan
ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus
melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.

II.5.10. Delta dan macamnya


Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk
pada daerah base level. Pada saataliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka
kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai.
Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air.
Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan
sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan
membentuk delta.
Pembentukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama,sedimen yang dibawa oleh
sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang
di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini
adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
Syarat-syarat untuk perkembangan delta:
a) Daerah aliran sungai luas
b) Debit sungai tinggi
c) Sedimen yang terangkat banyak
d) Daerah tropis basah
e) Dasar laut dangkal
f) Arus dan gelombang lemah
g) Topografi pantai landai

14
Tabel 1. Karakteristik Utama Jenis Bentukan Bentuklahan Asal Fluvial

No. Nama Karakteristik Utama


1. Dataran alluvial Relief berbentuk datar yang luas di sisi aliran sungai yang
terbentuk oleh material hasil luapan sungai pada masa lalu
2. Dataran banjir Relief berbentuk datar di sisi aliran sungai yang terbentuk
oleh material hasil luapan sungai yang masih sering
tergenangi apabila terjadi luapan, akan tetapi genangan
hanya bersifat sementara
3. Tanggul alam Penghalang sepanjang sungai, merupakan deposit material
yang diluapkan oleh aliran air sungai
4. Teras deposisional Bentuk undakan sepanjang sungai akibat penyempitan alur
yang dialiri air dengan material berupa endapan yang
dibawa oleh aliran air
5. Teras batuan dasar Bentuk undakan sepanjang sungai akibat penyempitan alur
yang dialiri air dengan material berupa batuan dasar karena
material deposisionalnya telah larut terbawa air
6. Rawa belakang sungai Wilayah yang terletak di balik tanggul sungai dengan
ketinggian hampir sejajar dengan sungai sehingga apabila
sungai meluap mudah tergenangi dan genangan bertahan
cukup lama
7. Kipas alluvial Aliran sungai dengan bentuk menyebar dari suatu ujung
tunggal, merupakan kondisi peralihan dari aliran yang sempit
ke wilayah yang lebih luas
8. Gosong sungai Pulau-pulau yang terletak di tengah aliran sungai dengan
material kasar
9. Meander terpenggal Cekungan membelok, bekas sungai yang terpenggal akibat
terjadinya pelurusan sungai
10. Dasar sungai mati Cekungan memanjang, bekas sungai yang tidak dialiri air
lagi

15
BAB III. PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Bentuk lahan basah (fluvial) adalah bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh
aktifitas aliran (streams) misalnya : Atoll, bar, basin, beach, cave, cliff, confluene, delta,
estuary, flood plain, gorge and canyon, gully, island, lake, levee, meander, ox-bow lake, pool,
riffle, river, spring, stream, stream terrace, valley and vale, waterfall, watershed.
Topografi yang terbentuk dari proses fluvial dicirikan dengan daerah-daerah
penimbunan, seperti lembah-lembah sungai besar yang berstadia dewasa atau tua. Secara
alami, topografi ini merupakan hasil dari proses yang disebabkan oleh kerja sungai yang
mempunyai aktivitas yang erat hubungannya yaitu erosi, transportasi dan penimbunan.
Sebagian besar bentang alam fluvial tidak dapat digambarkan dalam
peta topografi standard karena ukurannya yang kecil seperti gosong sungai atau tanggul
alam. Bentang alam fluvial dapat di gambarkan dalam peta topografi standar apabila
ukurannya besar sebagai contoh kipas aluvial. Alur sungai merupakan pertanda bentang lahan
asalproses fluvial. Dalam peta topografi, alur sungaii ditandai oleh kontur yang meruncing ke
arah hulu sungai dengan alur sungai yang tampak jelas.

III.2. Saran
Daerah yang terbentuk karena proses fluvial merupakan daerah yang sangat
potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, khususnya daerah di pinggir aliran
sungai. Daerah di pinggir sungai merupakan daerah yang potensial sebagai penyedia air
irigasi, air minum, dan material pasir batu yang bermanfaat diunakan sebagai bahan
bangunan. Namun daerah di sekitar aliran sungai juga memiliki risiko bencana yang tinggi,
sebagai contoh banjir, dan tanah longsor. Dengan cara menganalisis bentanglahan ini,
diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi geologi di suatu daerah. Dengan
mengetahui informasi ini diharapkan kita dapat mengetahui pola distribusi bentuklahan
bentukan fluvial sehingga penggunaan lahan dapat dimanfaatkan secara optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. 2010. pencariilmu-goresantinta.blogspot.com/2010/06/bentuklahan-asal-


proses-fluvial.html

2. Anfa'uhum Linnas, Khoirunnas. 2013. http://geoenviron.blogspot.com/2013/02/bentuk-


lahan-fluvial.html

3. Anonym. 2016. https://dokumen.tips/documents/makalah-bentuklahan-asal-proses-


fluvial.html

17

Anda mungkin juga menyukai