Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH GEOLOGI SEJARAH

BATUAN SEBAGAI ARSIP SEJARAH GEOLOGI

Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah Geologi Sejarah.

Disusun oleh
Kelompok 4:

1. Mu’amar Al Ghozi 270110200060


2. Bunga Azwa Fairuz 270110200076
3. Michael Diatz Pratama 270110200077
4. Adryansyah Madya Ramadhan 270110200078
5. Dzakiyah Yusriyah 270110200079
6. Razan Zuhair Rafdin 270110200080
7. Taddeus Arnold Suwargatama 270110200097
8. Rizqi Muhammad Fadilah 270110200098

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Nurdrajat, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3 Maksud dan Tujuan..................................................................................................1

1.4 Metode Penelitian......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1 Batuan dan Jenis-Jenis Batuan...............................................................................3

2.1.1 Batuan Beku.......................................................................................................3

2.1.2 Batuan Sedimen..................................................................................................3

2.1.3 Batuan Metamorf...............................................................................................4

2.2 Siklus Batuan.............................................................................................................4

2.3 Skala Waktu Geologi.................................................................................................5

2.3.1 Skala Waktu Relatif...........................................................................................6

2.3.2 Skala Waktu Absolut (Radiometrik)................................................................8

2.4 Katastrophisme..........................................................................................................9

2.5 Uniformitarianisme.................................................................................................10

2.6 Fosil dan Fosil Indeks..............................................................................................11

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus Batuan.........................................................................................................4


Gambar 2. 2 Skala Waktu Geologi............................................................................................6

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Waktu Pembentukan Mineral....................................................................................9

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi sejarah merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
sejarah perkembangan bumi melalui kajian terhadap pembentukkan batuan-batuan yang
terdapat di bumi dalam konteks ruang dan waktu. Mempelajari geologi sejarah tidak
akan lepas dari pengertian ruang dan waktu. Ruang diartikan sebagai tempat dimana
semua peristiwa telah terjadi dan terekam, sedangkan waktu meliputi kapan dan berapa
lama peristiwa tersebut terjadi dan berlangsung.
Para ilmuwan memandang bumi sebagai suatu sistem dari komponen-komponen
yang saling berhubungan, berinteraksi, dan saling mempengaruhi. Subsistem utama
bumi adalah atmosfer, hidrosfer, biosfer, litosfer, astenosfer, mantel, inti, dan kerak.
Bumi dianggap sebagai planet dinamis yang terus berubah secara konstan karena
interaksi antara berbagai subsistem dan siklusnya, tidak ada satupun yang terdapat
diatas permukaan bumi yang bersifat permanen. Oleh karena itu, mempelajari sejarah
bumi menjadi hal yang sangat penting agar kita dapat mengetahui umur bumi dan
proses-proses apa saja yang telah menyebabkan bumi menjadi seperti sekarang ini.
Batuan sangat berperan penting dalam mengetahui sejarah bumi karena batuan
dapat merekam kejadian dengan proses-proses yang terjadi pada pembentukan batuan.
Selain di dalam batuan juga banyak ditemukan fosil-fosil yang dapat membantu dalam
menentukan umur batuan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan batuan dan apa saja jenis-jenisnya?


2. Bagaimana proses siklus batuan?
3. Apa yang dimaksud dengan skala waktu geologi?
4. Apa yang dimaksud dengan katatropisme dan uniformitarianisme?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Memahami batuan sebagai salah satu aspek penting dalam sejarah geologi.
2. Memahami batuan sebagai produk dari proses geologi.
3. Memahami batuan batuan merekam kejadian yang telah terjadi.

1
4. Memahami batuan berkaitan dengan aspek ruang dan waktu.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan kajian batuan sebagai arsip sejarah
geologi adalah metode penelitian dengan cara mempelajari literatur-literatur dari jurnal,
buku, dan artikel ilmiah medan. Berdasarkan literatur yang telah dipelajari, dapat
dilakukan pembuatan kajian sengan menggabungkan ide-ide dari tiap literatur. Melalui
ide-ide ini akan didapatkan ide dengan sudut pandang yang luas dan padu. Kemudian
dituangkan dalam kajian ini dengan penulisan yang menjelaskan bagaimana batuan bisa
menjadi arsip sejarah geologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batuan dan Jenis-Jenis Batuan

Dalam geologi, batuan (atau batu) adalah massa padat atau agregat mineral
atau materi mineraloid yang terjadi secara alami. Ini dikategorikan oleh mineral yang
disertakan, komposisi kimianya dan cara pembentukannya. Batuan membentuk
lapisan padat luar bumi, kerak, dan sebagian besar interiornya, kecuali inti luar cair
dan kantong magma di astenosfer. Batuan biasanya dikelompokkan menjadi tiga
kelompok utama:

2.1.1 Batuan Beku

Batuan beku atau igneus rock berasal dari Bahasa Latin: (ignis yaitu "api").
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan bumi yang
dikenal sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan bumi yang
dikenal sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Biasanya, peleburan disebabkan oleh satu
atau lebih dari tiga proses berikut: kenaikan suhu, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Batuan beku dapat terbentuk dengan kristalisasi untuk membentuk
granular, batuan kristal, atau tanpa kristalisasi.
Usia absolut batuan beku dapat diperoleh dari berbagai bentuk penanggalan
radiometric dan dengan demikian dapat dibandingkan dengan strata geologi yang
berdekatan, yang memungkinkan rangkaian kejadian waktu.

2.1.2 Batuan Sedimen

Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada


kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang
lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya
diangkut oleh air, udara yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di dalam
cekungan pengendapan, membentuk sedimen. Material-material sedimen itu
kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan
sedimen. Batuan sedimen terdiri dari berbagai macam jenis tergantung dari
kandungan mineral yang terdapat di dalamnya. Menurut Pettijohn (1975), O’Dunn

3
dan Sill (1986) batuan sedimen dibagi dua jenis, yaitu batuan sedimen klastik dan
batuan sedimen non-klastik.

2.1.3 Batuan Metamorf

Batuan metamorf berasal dari bahasa Yunani “Meta” berarti “Perubahan” dan
“Morphe” berarti “Bentuk”. Batuan metamorf terbentuk oleh proses rekristalisasi di
kedalaman kerak bumi pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang
sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga
terbentuk struktur dan mineralogi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada
tekanan (P) dan temperatur (T) tertentu.Menurut H.G.F. Winkler, 1967,
metamorfisme adalah proses-proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase
padat karena pengaruh atau tanggapan terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam
kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi
sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesis.
Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung sempurna, sehingga
perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan pada
batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna menyebabkan
karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi.

2.2 Siklus Batuan

Gambar 2. 1 Siklus Batuan

Siklus batuan berawal dari magma terbentuk secara alamiah dalam waktu
berjuta-juta tahun, magma bersifat dinamis/bergerak, yang membuat magma mengalir

4
ke tempat yang suhunya lebih rendah dari dapur magma, dan akibatnya, magma
mengalami kristalisasi hingga menjadi batuan beku. Batuan beku ekstrusif yang
terbentuk ini lama kelamaan akan mengalami pelapukan. Hasil pelapukan batuan
beku ini akan mengendap melalui proses erosi. Endapan dari hasil pelapukan batuan
beku akan mengeras dan membentuk batuan sedimen. Sementara itu batuan beku
intrusif yang ada di bawah permukaan bumi akan terus bergerak sampai di permukaan
bumi melalui serangkaian peristiwa tektonik dan vulkanik juga akan mengalami
pelapukan dan pengendapan. Batuan beku intrusif yang tidak berhasil sampai di
permukaan akan terus terkubur lebih dalam akibat tekanan di atasnya. Semakin dalam
posisinya, semakin besar tekanan dan suhu yang diterima. Akibatnya batuan beku ini
akan mengalami perubahan baik dari bentuk maupun susunan kimianya menjadi
batuan metamorf.
Batuan sedimen berada dibawah permukaan bumi dan akan terus bergerak
semakin dalam karena di permukaan bumi terus terbentuk lapisan sedimen yang baru.
Lapisan batuan sedimen baru akan menghimpit lapisan sedimen sebelumnya sehingga
bergerak makin turun mendekati dapur magma. Akibatnya batuan sedimen menerima
tekanan dan suhu yang tinggi sehingga bermetamorfosis menjadi batuan metamorf.
Sebagian dari batuan sedimen bisa melapuk. Hasil pelapukannya mengendap dan
mengeras sehingga menghasilkan batuan sedimen jenis baru. Bisa sama dengan
asalnya atau bisa berbeda. Batuan metamorf juga mengalami pelapukan dan kembali
menjadi batuan sedimen. Sedangkan batuan metamorf yang memiliki struktur kimia
sangat berbeda dengan batuan sedimen dan batuan beku akan meleleh dan kembali
menjadi magma.

2.3 Skala Waktu Geologi

Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang
terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan yang
sekarang ada di atas bukit mungkin dulu berasal dari dasar laut. Oleh karena itu untuk
mempelajari bumi maka dimensi “waktu” menjadi sangat penting, dengan demikian
mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang sangat penting pula.
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Catatan waktu biasanya disimpan dalam suatu penanggalan (kalender) yang
pengukurannya didasarkan atas peredaran bumi di alam semesta. Sekali bumi berputar

5
pada sumbunya (satu kali rotasi) dikenal dengan satu hari, dan setiap sekali bumi
mengelilingi Matahari dikenal dengan satu tahun.Sama halnya dengan perhitungan
waktu dalam kehidupan manusia, maka dalam mempelajari sejarah bumi juga dipakai
suatu jenis penanggalan, yang dikenal dengan nama “Skala Waktu Geologi”.
Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan umur
Bumi. Pertama, adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang ditentukan
berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi kehidupan organisme
dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu suatu
skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-
unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan. Skala relatif terbentuk atas dasar
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perkembangan ilmu geologi itu sendiri,
sedangkan skala radiometri (absolut) berkembang belakangan dan berasal dari ilmu
pengetahuan fisika yang diterapkan untuk menjawab permasalahan permasalahan
yang timbul dalam bidang geologi.

2.3.1 Skala Waktu Relatif

Gambar 2. 2 Skala Waktu Geologi


Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon
(Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi kedalam Period (Zaman),
dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau
Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para
ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam

6
membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan
binatang dan kata “Paleo” yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah
merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, “Meso” yang mempunyai arti
tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif dari
ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian Mesozoikum,
dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.
Fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti tulang,
cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang
(burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian
yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai Paleontolog, yaitu seseorang
yang mempelajari bentuk-bentuk kehidupan purba. Fosil dipakai sebagai dasar dari
skala waktu geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri
dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas
dasar kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum
kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan
algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung
fosil-fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia.
Diawali pada masa Arkeozoikum (4,6 miliar tahun lalu) yaitu bumi terbentuk
pertama kali, terbentuknya kerak padat, dan pembentukan benua dan samudera. Pada
Proterozoikum (2,5 miliar tahun lalu) terbentuknya atmosfer beroksigen.
Pada masa Paleozoikum terdapat beberapa zaman. Pertama, pada zaman
Kambrian (542 juta tahun lalu) munculnya hewan invertebrata. Kedua, pada zaman
Ordovisian (488 juta tahun lalu) munculnya hewan vertebrata. Pada zaman Silur (443
juta tahun lalu) munculnya ikan dengan rahang dan kemunculan tumbuhan darat. Pada
zaman Devon (416 juta tahun lalu) munculnya serangga, kemunculan hewan darat dan
tumbuhan pakis, dan diversifikasi ikan. Pada zaman Mississipi (359 juta tahun lalu)
dan zaman Pensylvania (318 juta tahun lalu) terdapat hewan reptile, tanaman pertama
dengan benih, dan kenaikan permukaan laut. Pada zaman Permia (299 juta tahun lalu)
iklim mongering, melimpahnya populasi reptil, dan pembentukan benua besar Pangea.
Pada masa Mesozoikum terdapat tiga zaman. Pertama, zaman Triassic (252
juta tahun lalu) terjadi pecahnya benua Pangea, munculnya hewan mamalia, dan
munculnya Dinosaurus. Kedua, zaman Jurassic (200 juta tahun lalu) disebut sebagai
zamannya Dinosaurus, muncul burung pertama, dan kemunculan taman berbunga.

7
Ketiga, zaman Cretaceous (146 juta tahun lalu) terjadinya kepunahan skala besar dan
terbentuknya pegunungan Rocky dan Alpen.
Pada masa Kenozoikum juga terdapat beberapa zaman, yaitu Paleosen, Eosen,
Oligosen, Miosen, Pliosen, Plastosen, dan Holosen. Pada zaman Paleosen hingga
zaman Pliosen (66 – 5 juta tahun lalu) muncul primata pertama, diversifikasi mamalia,
munculnya rumput pertama, dan pembentukan Himalaya. Pada zaman Plastosen dan
Holosen (2 juta – 10 ribu tahun lalu) adalah zaman es dan munculnya manusia
pertama.

2.3.2 Skala Waktu Absolut (Radiometrik)

Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan
berubah menjadi isotop yang stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya melalui
pertukaran di dalam inti atomnya.
Perubahan dari Parent ke Daughter terjadi pada kecepatan yang konstan dan
dikenal dengan “Waktu Paruh” (Half-life). Waktu paruh dari suatu isotop radioaktif
adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop radiokatif berubah menjadi
½ nya dari atom Parent-nya melalui proses peluruhan menjadi atom Daughter. Setiap
isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half-life) tertentu dan bersifat unik. Hasil
pengukuran di laboratorium dengan ketelitian yang sangat tinggi menunjukkan bahwa
sisa hasil peluruhan dari sejumlah atom-atom parent dan atom-atom daughter yang
dihasilkan dapat dipakai untuk menentukan umur suatu batuan.
Untuk menentukan umur geologi, ada empat seri peluruhan parent/daughter
yang biasa dipakai dalam menentukan umur batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N),
Potassium/Argon (K/Ar), Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb).
Penentuan umur dengan menggunakan isotop radioaktif adalah pengukuran yang
memiliki kesalahan yang relatif kecil, namun demikian kesalahan yang kelihatannya
kecil tersebut dalam umur geologi memiliki tingkat kisaran kesalahan beberapa tahun
hingga jutaan tahun. Jika pengukuran mempunyai tingkat kesalahan 1 persen, sebagai
contoh, penentuan umur untuk umur 100 juta tahun kemungkinan mempunyai tingkat
kesalahan lebih kurang 1 juta tahun.

8
Teknik isotop dipakai untuk mengukur waktu pembentukan suatu mineral
tertentu yang terdapat dalam batuan. Untuk dapat menetapkan umur absolut terhadap
skala waktu geologi, suatu batuan yang dapat di-dating secara isotopik dan juga dapat
ditetapkan umur relatifnya karena kandungan fosilnya. Banyak contoh, terutama dari
berbagai tempat harus dipelajari terlebih dahulu sebelum ditentukan umur absolutnya
terhadap skala waktu geologi.

Tabel 2. 1 Waktu Pembentukan Mineral

Rumus matematis untuk penentuan umur geologi dengan menggunakan unsur


radioaktif adalah sebagai berikut:

t = 1/λ ln (1 + D/p)

Keterangan:
t = umur batuan atau contoh mineral
D = jumlah atom daughter hasil peluruhan saat ini
P = jumlah atom parent dari parent isotop saat ini
λ = konstanta peluruhan (Konstanta peluruhan untuk setiap parent isotop
adalah berelasi dengan waktu paruhnya, t ½ dengan persamaan sebagai berikut t
½ = ln2/λ.)

2.4 Katastrophisme

Teori katastrophisme atau dikenal sebagai teori malapetaka digagaskan oleh


seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yaitu Baron Georges Cuvier pada sekitar
abad 17 – 18. George Cuvier melihat adanya kenyataan bahwa pada masa lampau
telah terjadi kepunahan beberapa spesies flora dan fauna yang kemudian timbul
kembali spesies flora dan fauna yang baru. Semua peristiwa tersebut terjadi karena
adanya suatu bencana (catastrophe) secara mendadak dengan sangat dahsyat dan
berlannsung di seluruh muka bumi. Artinya kejadian-kejadian di bumi ini tidak

9
berlangsung secara perlahan dan menerus, tetapi berubah secara tiba-tiba melalui
penghancuran yang berlangsung sangat cepat. Teori ini menjadi suatu doktrin
revolusioner dari teori sebelumnya yang dikemukakan oleh Aristoteles. Pola
pemikiran dari penganut katatrophisme didasarkan kepada kejadian geologi seperti
meletusnya gunungapi yang merupakan malapetaka yang berlangsung dalam sekejap
dan tiba-tiba serta bentuk-bentuk bentang alam dianggap sebagai hasil dari suatu
peristiwa yang bersifat mendadak dan berlangsung relatif cepat.

2.5 Uniformitarianisme

Teori uniformitarianisme lahir sebagai doktrin dari perkembangan geologi


modern yang dicetuskan oleh ahli fisika berkebangsaan Skotlandia yaitu James
Hutton pada sekitar akhir abad 18. Teori ini terkenal dengan semboyannya yakni
“The Present Is the Key to The Past” yang berarti kejadian yang terjadi sekarang,
berlangsung pula pada masa lampau. Kemudian ditambahkan “The Present is The
Key to The Future” yang berarti kejadian pada masa sekarang, kemungkinana akan
terjadi juga masa yang akan datang. Jadi, proses geologi pada teori ini terjadi secara
berulang-ulang dan bertahap secara perlahan. Charles Lyell kemudian berhasil
menyempurnakan teori Hutton dengan menginterpretasi dan mempublikasikan pada
masyarakat luas.
Teori uniformitarianisme dianggap bertentangan dengan kelompok
katastrophisme, namun pendapatnya uniformitarianisme lebih dapat diterima dan
menjadi gagasan yang digunakan hingga sekarang. Hutton menganggap bahwa
kejadian pada katastrophisme merupakan sebagian kecil dari proses
uniformtarianisme. Penerapan dari teori ini seperti sisa-sisa atau jejak dari binatang
laut seperti cangkang terdapat di batuan yang berada di daratan atau bahkan
pegunungan. Contoh lainnya seperti, kita dapat membedakan batuan yang diendapkan
oleh air ataupun angin dengan melihat sifat-sifat batuan yang menunjukkan proses
terbentuknya.
Teori ini memang menjadi doktrin evolusioner menggantikan doktrin
katastrophisme, namun teori ini tidak dapat menjelaskan sepenuhnya proses yang
terjadi di bumi. Masalah yang mungkin terjadi pada prinsip uniformitarianisme yakni
dalam menafsirkan kejadian-kejadian di masa lampau, banyak bukti-bukti yang tidak
lengkap yang telah terhapus oleh pengikisan atau tertutup oleh pengendapan.

10
Meskipun demikian, teori ini masih sangat berguna bagi para ilmuwan dalam
menafsirkan proses-proses yang pernah berlangsung, menemukan potensi minyak
bumi yang telah terbentuk jutaan tahun yang lalu, bahkan memprediksi gejala alam
yang mungkin terjadi.

2.6 Fosil dan Fosil Indeks

Fosil merupakan sisa-sisa kehidupan masa lampau baik secara langsung


maupun tidak langsung terjadi oleh proses alami . Fosil memiliki fungsi untuk
mengetahui lingkungan pengendapan, arus purba, iklim pada suatu area tempat
organisme tersbut. Tidak semua sisa kehidupan dapat disebut sebagai fosil, terdapat
beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat disebut sebagai fosil:
1. Organisme yang mati harus terhindar dari hewan yang masih hidup dan menjadi
mangsa.
2. Mempunyai bagian tubuh atau rangka yang keras.
3. Rongga-rongga pada tumbuhan dimasuki zat kersik atau rumah binatang moluska
mengalami penggantian.
4. Diawetkan atau tertimbun oleh lapisan es.
5. Tidak mengalami proses oksidasi.
6. Langsung tertimbun oleh sedimen.
7. Harus berusia lebih tua dari 10.000 tahun.
8. Bebas campur tangan manusia.
Fosil indeks adalah penciri organisme yang hidup pada suatu zaman tertentu
sehingga keadaan dari fosil indeks dalam suatu lapisan dapat digunakan untuk
menentukan umur relatif batuan. Para ahli geologi dan paleontologi menggunakan
fosil indeks juga untuk mempelajari sejarah kehidupan dan sejarah geologi bumi.
Fosil indeks sebagai penciri waktu geologi dan korelasi stratigrafi memiliki syarat
sebagai berikut:
1. Mudah dikenali
2. Berjumlah banyak
3. Memiliki penyebaran geografi yang luas
4. Kisaran hidupnya pendek

11
BAB III
KESIMPULAN

12
DAFTAR PUSTAKA

Fatma, Desy. 2018. “Skala Waktu Geologi : Pengertian – Pembagian – Cara Penentuannya”,
https://ilmugeografi.com/geologi/skala-waktu-geologi.

Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta: Deepublish.

Zikri, Khairul. 2018. Geologi Umum. Padang: Geografi UNP.

Zuhdi, Muhammad. 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Lombok: Duta Pustaka Ilmu.

13

Anda mungkin juga menyukai