Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................... 5

1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................... 5-6

1.3 Alat dan Bahan............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Batuan ................................................................................ 7-8

2.2 Batuan Sedimen............................................................................. 9-10

2.3 Tekstur Batuan .............................................................................. 10-14

2.4 Struktur Batuan Sedimen............................................................. 14-22

2.5 Jenis Batuan Sedimen.................................................................... 22-26

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ................................................................................ 7

Gambar 2.2 ................................................................................ 12

Gambar 2.3 ................................................................................ 13

Gambar 2.4 ................................................................................ 14

Gambar 2.5 ................................................................................ 14

Gambar 2.6 ................................................................................ 15

Gambar 2.7 ................................................................................ 16

Gambar 2.8 ................................................................................ 16

Gambar 2.9 ................................................................................ 17

Gambar 2.210 ................................................................................ 17

Gambar 2.11 ................................................................................ 18

Gambar 2.12 ................................................................................ 18

Gambar 2.12 ................................................................................ 19

Gambar 2.13 ................................................................................ 19

Gambar 2.14 ................................................................................ 20

Gambar 2.15 ................................................................................ 20

Gambar 2.16 ................................................................................ 21

Gambar 2.17 ................................................................................ 21

Gambar 2.18 ................................................................................ 22

Gambar 2.19 ................................................................................ 23

Gambar 2.20 ................................................................................ 23

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan suatu agregat

(kumpulan) mineral mineral yang telah menghablur. Tanah dan bahan lepas

lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses erosi

tidak termasuk batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Salah satu

jenis batuan yang kita kenal adalah batuan sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen,

sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin,

es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen

juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam

dan material lain. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa

batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi.

Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi

ketebalannya relatif tipis.

Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini guna mengetahui lebih dalam lagi

tentang batuan sedimen

1.2 Maksud dan tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Geologi fisik

Adapun Tujuan di adakan Praktikum ini adalah :

3
1. Praktikan mampu mendefinisikan sendiri apa itu batuan sedimen

2. Mengetahui Media media yang mengangkut hasil pelapukan

berdasarkan

tenaga pengangkutnya

3. Mengetahui lingkungan tempat pengendapan Sedimen

4. Mengetahui Jenis Sedimen berdasarkan prosess terendapkannya

5. Mengetahui manfaat dan kegunaan batuan sedimen

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah

1. ATK (alat tulis kantor)

2. Sampel batuan Sedimen

3. Komporator batuan Sedimen

4. Referensi Batuan Sedimen

5. HCL (0,1)

6. Tabel Klasifikasi Batuan Sedimen

4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Batuan

Gambar 2.1 siklus batuan (sumber:Anonim,2013)

Karena sifatnya yang dinamis, magma terus bergerak. Gerakan ini membuat magma

mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah dari kamar magma. Akibatnya magma

mengalami kristalisasi dan sebagiannya membeku menjadi batuan beku. Jika proses

pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi disebut batuan beku intrusif ,

sedangkan jika proses pembekuannya berlangsung di permukaan disebut batuan beku

ekstrusif Batuan beku yang terbentuk dari proses kristalisasi magma ini lama kelamaan akan

mengalami pelapukan. Pelapukan pertama kali terjadi pada batuan beku ekstrusif yang ada di

atas permukaan bumi. Hasil pelapukan batuan beku ini akan mengendap melalui proses yang

disebut erosi Endapan dari hasil pelapukan batuan beku itu akan mengeras membentuk

batuan sedimen. Sesampainya di permukaan bumi, ia juga akan menmgalami pelapukan dan

pengendapan. Sementara itu batuan beku intrusif yang tidak berhasil sampai di permukaan

6
akan terus terkubur lebih dalam akibat tekanan di atas. Semakin dalam posisinya, semakin

besar tekanan dan suhu yang ia terima. Akibatnya batuan beku ini akan mengalami

perubahan baik dari bentuk maupun susunan kimianya menjadi batuan metamorf (malihan).

Batuan sedimen yang berasal dari pengendapan sisa-sisa pelapukan batuan beku juga

umumnya berada dibawah permukaan bumi. Batuan sedimen ini juga akan terus bergerak

semakin dalam karena di permukaan bumi terus terbentuk lapisan sedimen baru. Lapisan

batuan sedimen baru ini akan menghimpit lapisan sedimen sebelumnya sehingga bergerak

makin turun mendekati kamar magma. Akibatnya batuan sedimen ini juga menerima tekanan

dan suhu yang tinggi sehingga bermetamorfosis menajadi batuan malihan. Perubahan suhu

dan tekanan juga mempengaruhi batuan sedimen. Batuan sedimen juga mengalami perubahan

secara perlahan-lahan dan berlangsung lama menjadi batuan metamorf. Sementara itu

sebagian dari batuan sedimen juga bisa melapuk karena waktu. Hasil pelapukannya

mengendap dan mengeras. Yang menghasilkan batuan sedimen jenis baru. Dalam

perjalannnya, batuan metamorf juga mengalami pelapukan serupa dan berubah kembali

menjadi batuan sedimen. Selain itu batuan metamorf yang memiliki struktur kimia sangat

berbeda dengan batuan sedimen dan batuan beku akan meleleh dan kembali menjadi magma.

(James Hutton,1797)

2.2 Batuan Sedimen

Adalah suatu batuan hasil perombakan dari batuan asal dan batuan ini

terbentuk melalui dua proses, yaitu proses mekanik dan biokimia. Batuan ini awal

mulanya tererosi dan tertransportasi oleh media air, angin, kemudian terendapkan

di suatu cekungan sungai, setelah itu barulah mengalami proses litifikasi

(pembatuan) dan membentuk suatu batuan yang dinamakan batuan sedimen.

7
Batuan sedimen ini mengalami proses pemadatan dan juga pengompakan dari bahan

lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen yang utuh. Proses ini dinamakan sebagai

diagenesa. Proses diagenesa sendiri dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai

dengan suhu 300 derajat celcius dan juga tekanan 1 – 2 kilobar yang berlangsung mulai dari

sedimen mengalami penguburan hingga terangkat dan juga tersingkap kembali di atas

permukaan lapisan atmosfer bumi (Tucker, 1991).

Berdasarkan hal ini maka ada 3 macam diagnesa, yakni:

1. Diagnesa eogenik, yakni diagnesa awal yang terjadi pada sedimen di bawah

permukaan air.

2. Diagnesa mesogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada waktu sedimen mengalami

penguburan yang semakin dalam.

3. Diagnesa telogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada saat batuan sedimen tersingkap

kembali ke permukaan bumi yang disebabkan karena pengangkatan dan juga erosi.

(Hurtabart dan Evans, 2008)

Itulah berbagai macam diagnesa yang terjadi pada batuan sedimen. Oleh karena

diagnesa ini ada bermacam macamnya, maka derajat kekompakan batuan

sedimen ini juga ada berbagai macam atau bervariasi. Berbagai macam

kekompakan dari batuan sedimen ini antara lain:

1. Bahan lepas atau loose materials, yakni yang masih berupa endapan ataupun

sedimen.

2. Padu atau indurated. Pada tingkatan ini konsolidasi material terjadi pada kondisi

kering. Namun hal ini akan terurai apabila dimasukkan ke dalam air.

Itulah beberapa jenis dari kekompakan yang terjadi pada batuan sedimen. Setelah

kita mempelajari kekompakan dari batuan sedimen, selanjutnya kita akan

mempelajari mengenai tekstur dari batuan sedimen.(petjohn 1975)

8
2.3 Tekstur Batuan Sedimen

Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran,

bentuk, dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan

petunjuk tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga

menghasilkan batuan tersebut.

Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan sedimen yaitu :

A. Ukuran butir

Adapun dilihat dari ukuran butir Tekstur dibedakan menjadi

1. Tekstur Klastik : jenis tekstur batuan sedimen ini merupakan hasil rombakan

material-material yang telah ada sebelumnya. Yang perlu diperhatikan pada

batuan sedimen klastik adalah ukuran dan bentuk butir. Untuk ukuran butir

digunakan skala W. Wentworth, sebagai berikut :

Nama Butiran Ukuran Butir (mm)


Boulder (bongkah) > 256
Cobble (berangkal) 64 – 256
Pebble (kerakal) 4 – 64
Granule (kerikil) 2–4
Very Coarse Sand (pasir sangat 1-2

kasar)
Coarse sand (pasir kasar) 1/2-1
Medium sand 1/4-1/2
Fine sand (pasir halus) 1/8-1/4
Very Fine sand (pasir Sangat Halus) 1/16-2
Silt (lanau) 1/256 – 1/16
Clay (lempung) < 1/256
Tabel 2.1 skala Wentworth (W.Wentworth, 1922)

Agar lebih mudah melakukan pengukuran ukuran butir, maka digunakan

alat pembanding ukuran butir batuan (komparator).

9
Bentuk butir dibagi dua, yaitu : membulat (rounded) dan meruncing

(angular). Bentuk butir akan mempengaruhi penamaan batuan apabila

berukuran lebih besar dari 2 mm.(Rifardi, 2008)

2. Tekstur non-klastik :
ciri khas dari tekstur non-klastik adalah adnya kristal-kristal yang saling

menjari, tidak terdapat ruang pori-pori antar butir, dan umumnya memiliki satu

jenis mineral saja (monomineralitik) dan merupakan hasil aktivitas kimiawi,

termasuk biokimia.(Rifardi, 2008)

B. Sortasi atau Derajat Pemilahan

Derajat pemilahan adalah tingkat keseragaman dari butiran pembentuk

batuan pembentuk batuan sedimen. Derajad pemilahan inipun hanya dapat

diamati secara megaskopis pada batuan yang bertekstur kasar. Tingkat-tingkat

dalam derajad pemilahan ini adalah :

Pemilahan baik (well sorted)

Pemilahan sedang (moderately sorted)

Pemilahan buruk (poorly sorted) (Anonim, 2013 : 12-15)

Gambar 2.2 (Sortasi) (D.Hendra Amijaya,2011)

C. Derajat Pembundaran (Roundness)

10
Yaitu nilai membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan sedimen,

dimana untuk ini diberikan 5 kategori, (Anonim,2009)

1. Angular (menyudut)

2. Sub-Angular (menyudut tanggung)

3. Sub-Rounded (membulat tanggung)

4. Rounded (membulat)

5. Well Rounded (membulat baik)

Kebundaran/roundness: menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut

butiran, yang mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.Merupakan sifat

permukaan dari butiran (D.Hendra Amijaya,2011)

Gambar 2.3 Derajat Pembundaran (D.Hendra Amijaya,2011)

d. Kemas (Fabric)

Kemas/fabric: merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi

butir dan packing, secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran

dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan.Di dalam

batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu:

1. Kemas Terbuka,

11
Butiran tidak saling bersentuhan (mengambang di dalam matrik).

2. Kemas Tertutup,

Butiran saling bersentuhan satu sama lain. (D.Hendra Amijaya,2011)

Gambar 2.4 kemas (D.Hendra Amijaya,2011)

2.4 Struktur Batuan Sedimen

struktur yang terbentuk setelah terbentuknya batuan sedimen tersebut, seperti

fault, fold, jointing.

Dari klasifikasi tersebut, beberapa struktur yang umum ditemukan pada batuan

sedimen antara lain :

1. Bedding

Atau biasa dikenal sebagai Struktur Berlapis. Struktur ini merupakan ciri

khas batuan sedimen yang memperlihatkan susunan lapisan-lapisan (beds) pada

batuan sedimen dengan ketebalan setiap lapisan ≥ 1 cm.

12
Gambar 2.5 Bedding,( Ramela Gore,1988)

2. Cross-Bedding

Perlapisan Silang-Siur (Cross-Bedding), batuan sedimen berstruktur ini

memperlihatkan struktur perlapisan yang saling potong memotong. Terbentuk

karena pengaruh perubahan energi ataupun arah arus pada saat sedimentasi

berlangsung

Gambar 2.6

Cross-Bedding

(Ohio,2003)

3. Graded-Bedding

Struktur Perlapisan Bergradasi (Graded-Bedding), memiliki ciri-ciri ukuran

butir penyusun batuan sedimen yang berubah secara gradual, yaitu makin ke atas

ukuran butir yang semakin halus, dimana pada proses pembentukkannya butiran

yang lebih besar terendapkan terlebih dahulu sedangkan yang lebih halus

terendapkan di atasnya.

Gambar 2.7 Graded-Bedding (pamela Gore, 1985)

13
4. Lamination/Laminasi

Merupakan Struktur Perlapisan (Bedding) dengan ketebalan masing-masing

lapisan (bed thickness) yang kurang dari 1 cm.

Gambar 2.8

Lamination

(Pamela

Gore, 1984)

5. Inverted

Graded-Bedding

Normalnya, struktur graded-bedding memperlihatkan perubahan gradual

butiran yang semakin ke atas semakin halus. Akan tetapi karena suatu pengaruh

tertentu, perubahan gradual butiran yang terbalik (makin ke bawah semakin

halus) dapat terbentuk pada suatu batuan sedimen dan menyebabkan suatu

kenampakan struktur Bergradasi Terbalik (Inverted Graded-Bedding).

Gambar 2.9 Inverted

Graded-Bedding

(Djauhari Noor,2009)

6. Slump

Struktur Slump (luncuran), salah satu struktur batuan sedimen yang

berbentuk lipatan kecil meluncur ke bawah karena adanya suatu pengangkatan

pada suatu lapisan yang belum terkonsolidasi sempurna.

14
Gambar 2.10

slump (John wark ,

1994)

7. Load Cast

Merupakan struktur batuan sedimen yang berupa lekukan di permukaan

ataupun bentukan tak beraturan karena pengaruh suatu beban di atas batuan

tersebut.

Gambar 2.11 Load Coast (en.wikipedia.org)

8. FluteCast

15
Suatu struktur batuan sedimen yang berupa gerusan di permukaan lapisan

batuan karena pengaruh suatu arus.

Gambar 2.12 FluteCast (en.wikipedia.org)

9. Wash Out

Wash out adalah kenampakan struktur batuan sedimen sebagai hasil dari erosi

tiba-tiba karena pengaruh suatu arus kuat pada permukaannya.

10. Stromatolite

adalah struktur lapisan batuan sedimen dengan susunan berbentuk lembaran

mirip terumbu yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas cyanobacteria.

16
Gambar 2.13 Stromatolite (Djauhari Noor,2009)

11. Tool Marks

Struktur ini hampir sama dengan flute cast, namun bentuk gerusan pada

permukaan/lapisan batuan sedimen diakibatkan oleh gesekan benda/suatu objek

yang terpengaruh arus.

Gambar 2.14 Tool Marks (Djauhari Noor,2009)

12. Rain Print

Rain print atau rain marks merupakan suatu kenampakan/struktur pada

batuan sedimen akibat dari tetesan air hujan.

17
Gambar 2.15 Rain Marks( Pamela Gore, 1984)

13. Burrow

Struktur kenampakan pada lapisan batuan sedimen berupa lubang atau galian

hasil dari suatu aktivitas organisme.

Gambar

2.16 Burrow

(Pamela

Gore,1988)

14. Trail

Kenampakan jejak pada batuan sedimen berupa seretan bagian tubuh

suatu makhluk hidup/organisme.

Gambar

2.17 Trail

(Pamela

Gore,1997)

15. Track

Seperti struktur trail, track merupakan kenampakan jejak berupa tapak kaki

suatu organisme.

18
Gambar 2.18 Track (Pamela Gore,1986)

16. Mud Cracks

Bentuk retakan-retakan (cracks) pada lapisan lumpur (mud) yang umumnya

berbentuk polygonal.

Gambar

2.19 Mud-

Crack

(Pamela

Gore, 1985)

17. Flame Structure

Flame structure, kenampakan struktur yang seperti lidah/kobaran api.

Struktur ini dapat terbentuk ketika suatu sedimen yang belum terlitifikasi

sempurna terbebani oleh suatu lapisan sedimen yang lebih berat di atasnya.

Gambar 2.20

Flame

structure (John

wark,,1989)

19
2.5 Jenis Jenis Batuan Sedimen

Adapun Jenis-jenis Batuan Sedimen di lihat dari ukuran butir dan Ciri

fisiknya antara lain yaitu:

1. Breksi

Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari

sementasifragmen – fragmenyang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256

milimeter. Fragmen – fragmenini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-

fragmen dari Breksi biasanyamerupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar

lereng yang mengalami sedimentasi,selain itu fragmen juga dapat berasal dari

hasil longsoran yang mengalami litifikasi.

Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa,

granit, kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.(Tucker,1991)

2. Konglomerat

Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256

milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan

lain-lain, hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak

membulat.

Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material

penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang

membulat (Tucker,1991)

3. Sandstone

Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran

pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya

terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga

2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa,

feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta

20
sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga

kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.”(Tucker,1991)

4. Quartz Sandstone

Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari

kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan

ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian

besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir .

(Tucker,1991)

5. Arkose

Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar.

Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami

sedikit perubahan secara kimia.Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiran-

butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif pendek.

(Tucker,1991)

6. Graywacke

adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya

adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang

jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.(Tucker,1991)

7. Shale

Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan ukuran

butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari

mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi. Shale

dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau

serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu

21
serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila

dipanasi menjadi plastis. (Tucker,1991)

8. Limestone

Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi

mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat,

afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk

baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Batu

gamping dapat dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan

calcarenite. (Tucker,1991)

9. Calcarenite

Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini

terdiri dari 50% atau lebih material carbonate detritus, yaitu material yang

tersusun terutama atas fosil dan oolit. (Tucker,1991)

10. Calcilutite

Calcilutite terbentuk jika ukuran butiran dari calcarenite berubah menjadi

lebih kecil hingga kurang dari 1/16 milimeter yang kemudiaan mengalami

litifikasi (Tucker,1991)

11. Gamping Terumbu

Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu

pada perairan yang hangat dan dangkal. (Tucker,1991)

12. Saltstone

Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya

penguapan yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini

berbentuk kristalin. (Tucker,1991)

13. Gipsum

22
Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan

Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap.

Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.(Tucker,1991)

14. Coal

Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi

material yang berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun.

Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon.

Warna biasanya coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.

Batu bara terbentuk pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya

mengandung sedikit oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar

rawa semakin lama semakin bertambah dan terakumulasi . (Tucker,1991)

BAB IV
KEIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dari pembahasan di atas berdasarkan Tujuan percobaan

23
1. Batuan sedimen adalah batuan atau kumpulan- kumpulan atau agregat dari

mineral- mineral yang sudah dalam kedaan membeku/keras yang terjadi karena

pengendapan materi hasil erosi.

2. Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan

sedimen dapat digolongkan atas 3 bagian yaitu Sedimen Aquatis (Air),

Sedimen Aeolis atau Aeris (Angin) , Sedimen Glassial (Glester)

3. Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan), batuan sedimen dibagi

menjadi dibagi menjadi tiga, yaitu : Sedimen laut (marine), Sedimen darat

(teristris/kontinen), dan Sedimen transisi.

4. Penggolongan batuan sedimen pada cara pengendapannya, dapat

dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu : Sedimen Klastis, Sedimen Kimia,

Sedimen Organik

5. Beberapa Manfaat Batuan Sedimen antara lain : untuk bahan dasar bangunan

(gypsum), untuk bahan bakar (batu bara), untuk Pengeras jalan (batu

gamping), untuk Pondasi rumah (batu gamping),

4.2 Saran

Adapun saran dari saya adalah , sebaiknya ketika terlambat Asistensi atau

melakukan kesalahan ketika Asistensi Jangan langsung di batalkan , cukup hanya

memberikan mines kepada laporan orang yang bersangkutan.

Sebaiknya Lab memiliki Ac (pendingin Udara ) yang lebih sejuk

24

Anda mungkin juga menyukai