[ Geologi Dasar − ii ]
Fachruzzaki, S.Si., M.T.
Rifki Asrul Sani, S.T., M.T.
Editor : Fachruzzaki
Proofreader : Dzoel
Tata Letak : Tim Zukzez
Desain Sampul : Yusup
Diterbitkan oleh :
Penerbit Zukzez Express
Anggota IKAPI Pusat
Banjarbaru, 2022
ISBN : 978-623-274-404-2
[ Geologi Dasar − iv ]
Alhamdulillah. Segala puji dan syukur hanya milik Allah.
Penyusun bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’alaa yang
telah memberikan kemudahan sehingga Buku Ajar Geologi Dasar
ini bisa rampung. Buku ini disusun dengan tujuan untuk
memudahkan proses belajar mengajar di kampus. Dengan adanya
buku ini, diharapkan mahasiswa bisa lebih semangat menggali
ilmu dan mampu mempersiapkan diri lebih baik sebelum masuk
kuliah.
[ Geologi Dasar − vi ]
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................... vii
Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos
(ilmu). Jadi Geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang Bumi, meliputi proses-proses yang
berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap Bumi itu
sendiri. Menurut Whitten dan Brooks (1972) Geologi adalah ilmu
pengetahuan bumi mengenai asal, struktur, komposisi, dan
sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-
proses yang telah menyebabkan keadaan bumi seperti sekarang ini.
Adapun menurut Bates dan Jackson (1990) Geologi adalah ilmu
yang mempelajari planet bumi terutama mengenai materi
penyusunnya, proses yang terjadi padanya, hasil proses tersebut,
sejarah planet itu, dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi
terbentuk. Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari material penyusun kerak bumi,
proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah
pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau
hidup di bumi.
[ Geologi Dasar − 2 ]
Gambar I.1. Geologi beserta cabang-cabang ilmu lainnya.
(Hirnawan, 2000)
Umur geologi dibagi menjadi umur absolut dan umur relatif. Umur
Absolut didapat berdasarkan penelitian Radiometrik, peluruhan
Isotop. Adapun umur relatif dibagi menjadi kurun, masa, Zaman,
Kala. Skala waktu geologi yang ditetapkan oleh International
Union of Geological Sciences (IUGS) pada tahun 2004 membagi
sejarah bumi ke dalam beberapa interval waktu yang berbeda-beda
panjangnya dan terukur dalam satuan tahun kalender. Interval
terpanjang adalah Kurun. Setiap Kurun terbagi menjadi beberapa
[ Geologi Dasar − 3 ]
Masa. Setiap Masa terdiri dari beberapa Zaman, dan Zaman
terbagi menjadi beberapa Kala.
[ Geologi Dasar − 5 ]
Tabel I.1 Peristiwa kemunculan dan kepunahan berbagai jenis
organisme (fauna dan flora) pada Skala Waktu Geologi
sepanjang 650 juta tahun lalu hingga saat ini (Noor, 2012)
[ Geologi Dasar − 6 ]
Tabel I.2 Skala waktu geologi
Menurut International Comission on Stratigraphy (2009)
[ Geologi Dasar − 7 ]
[ Geologi Dasar − 8 ]
e
[ Geologi Dasar − 9 ]
kita tahu bahwa permukaan Bumi yang kita huni ini terdiri atas
berbagai bentukan seperti gunung, lembah, bukit, danau, sungai,
dan sebagainya. Adanya bentukan-bentukan tersebut, menyebab-
kan permukaan Bumi menjadi tidak rata. Bentukan-bentukan
tersebut dikenal sebagai relief Bumi.
[ Geologi Dasar − 10 ]
Gambar II.1 Hubungan Kecepatan rambat gelombag P dan S dengan
Susunan Interior Bumi (Inti Bumi, Mantel, Asthenosphere,
Lithosphere, dan Kerak Bumi) (Noor, 2012).
[ Geologi Dasar − 12 ]
b. Inti luar (outer core). Kedalaman 2.883-5.140 km.
Berfasa cair dan sangat panas.
2. Mantel (Mantle)
Merupakan lapisan yang menyelubungi inti bumi. Merupakan
bagian terbesar dari bumi, 82.3 % dari volume bumi dan 67.8
% dari massa bumi. Ketebalannya 2.883 km. Densitasnya
berkisar dari 5.7 gr/cc di dekat inti dan 3.3 gr/cc di dekat kerak
bumi.
[ Geologi Dasar − 13 ]
Gambar II.3 Bagian Kerak Bumi /Litosfir (Noor, 2012)
Bidang-bidang diskontinu
1. Bidang Moho
Seorang ahli seismologi Yugoslavia, Andrija Mohorovicic,
mempelajari data gempa dan menjumpai kecepatan
gelombang gempa yang naik dengan tiba-tiba di bawah
kedalaman 50 km. Bidang batas perubahan atau bidang
diskontinuitas ini ternyata merupakan bidang batas antara
lapisan kerak bumi dan mantel atas. Maka, bidang batas ini
dikenal dengan sebutan Bidang Mohorovicic atau Bidang
Moho.
2. Bidang Gutenberg
Beberapa tahun kemudian, seorang ahli gempa Jerman, Beno
Gutenberg, menemukan batas lain. Bidang dimana gelombang
P dibelokkan, atau bidang antara mantel dengan inti bumi
disebut bidang diskontinu Gutenberg atau bidang Gutenberg.
[ Geologi Dasar − 15 ]
Gambar II.3 Interior dalam bumi (Skinner dkk., 2004)
[ Geologi Dasar − 16 ]
e
[ Geologi Dasar − 17 ]
lempeng, tetapi hanya mengalami perubahan pada permukaannya
karena proses-proses klimatologis seperti hujan, angin, atau
perubahan suhu. Kemunculan teori ini berawal dari Teori Arus
Benua (Continental Drift) yang dikemukakan oleh Meteorologis
Alfred Wegener (1912) dalam bukunya, The Origins of Continents
and Oceans, yang menyatakan bahwa dahulu seluruh benua yang
ada sekarang saling menempel dan membentuk suatu benua besar
yang oleh Wegener disebut Pangea (dalam bahasa Inggris disebut
all earth). Pangea kemudian pecah dan pecahannya merambat ke
posisi seperti yang ada sekarang. Rambatan tersebut membentuk
palung-palung besar yang membentuk samudra samudra yang ada
sekarang. Teori yang mendukung Teori Tektonik Lempeng yang
selanjutnya adalah Teori Arus Konveksi (Convection Current
Theory) yang dikemukakan oleh Vening Meinesz-Hery Hess.
Dalam sumber nomor tiga teori tersebut menerangkan bahwa
perpecahan benua danpergerakan lempeng litosfer bumi
diakibatkan oleh pergerakan yang dipicu oleh adanya arus
konveksi yang berasal dari dalam astenosfer bumi. Arus tersebut
muncul karena adanya peluruhan unsur radioakif Uranium menjadi
Timbal yang menghasilkan energi, gradien geotermis, serangan
benda asing (seperti meteor), dan simpanan panas pada saat bumi
terbentuk. Teori ketiga yang mendukung kemunculan Teori
Tektonik Lempeng adalah teori Sea FloorGrowth (1963). Teori ini
adalah teori yang menerangkan terbentuknya punggungan
memanjang di sekitar dasar samudra.
[ Geologi Dasar − 18 ]
dan Potasium. Bagian yang terpanaskan inilah yang menjadi
sumber dari lava yang sering kita lihat di gunung berapi dan juga
sumber dari material yang keluar di pematang tengah samudera
dan membentuk lantai samudera yang baru. Magma ini terus
keluar keatas di pematang tengah samudera dan menghasilkan
aliran magma yang mengalir kedua arah berbeda dan
menghasilkan kekuatan yang mampu membelah pematang tengah
samudera. Pada saat lantai samudera tersebut terbelah, retakan
terjadi di tengah pematang dan magma yang meleleh mampu
keluar dan membentuk lantai samudera yang baru.
[ Geologi Dasar − 19 ]
Gambar III.1 Lempeng-lempeng dunia (Noor, 2012).
[ Geologi Dasar − 20 ]
III.2. Pergerakan Lempeng
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng
tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi
dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu
ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu
pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng
kerak bertemu.
[ Geologi Dasar − 21 ]
Pada lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan
gunung berapi (volcanic mountain range). Sementara di
dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentuklah
parit samudra (oceanic trench). Pegunungan Andes di
Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan yang
terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari
konvergensi antara Lempeng Nazka dan Lempeng Amerika
Selatan.
[ Geologi Dasar − 22 ]
namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transfrom umumnya
berada didasar laut, namun ada juga yang berada didaratan,
salah satunya adalah Sesar San Andreas di California,
USA. Sesar ini meruppakan pertemuan antara Lempeng
Amerika Utara yang bergerak ke Tenggara, degan lempeng
Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.
Bangsa Yunani sejak 2300 tahun yang lalu telah menulis tentang
fosil, batu permata, gempa bumi, dan gunung api. Filsuf yang
paling menonjol adalah Aristoteles. Beliau mengatakan bahwa
batuan terbentuk karena pengaruh bintang-bintang dan gempa
bumi terjadi akibat meledaknya udara yang padat di bumi karena
adanya proses pemanasan oleh pusat api. Frank D.Adams
[ Geologi Dasar − 23 ]
mengatakan dalam “Geological Sciences” (New York: Devor,
1938) bahwa: “Selama masa-masa pertengahan Aristoteles
dihormati sebagai kepala dan pimpinan semua filosof, yang
pendapatnya pada subyek apapun merupakan hukum dan
merupakan hasil akhir.”
[ Geologi Dasar − 24 ]
Gambar III.4 Initial horizontally (horisontalitas).
[ Geologi Dasar − 25 ]
III.3.5. Hukum Strata Identified by Fossils (Smith, 1816)
Perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain
berdasarkan kandungan fosilnya yang khas.
(a) (b)
Gambar III.6 (a) Foto singkapan batuan intrusi dyke (warna hitam)
memotong batuan samping (warna putih terang). Intrusi
dyke lebih muda terhadap batuan sampingnya (Noor,
2012). (b) sesar lebih muda dari batuan yang
dipotongnya.
[ Geologi Dasar − 26 ]
III.3.8. Hukum Korelasi Fasies (Walther, 1894)
Bila tidak ada selang waktu pengendapan dan tidak ada gangguan
struktur, maka dalam satu daur /siklus pengendapan yang dapat
dikenal secara lateral juga merupakan urutan vertikalnya. A
conformable vertical sequence of facies was generated by a lateral
sequence of environments.
[ Geologi Dasar − 27 ]
2) Paraconformity Merupakan ketidakselarasan yang tidak
tampak dengan jelas, karena dicirikan oleh lapisan atas
dan bawah bidang ketidakselarasan yang pararel dan tidak
terdapat permukaan erosional atau bukti fisik lainnya dari
suatu ketidakselarasan yang jelas. Paraconformity tidak
dapat dengan mudah dikenali dan harus diidentifikasi
berdasarkan jeda antara rekaman batuan (disebabkan
periode nondeposisi atau erosi). Ditentukan dari bukti
paleontologi seperti keterdapatan suatu zona fauna atau
perubahan fauna yang jelas tampak.
3) Disconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan
yang hubungan antara lapisan batuan (sekelompok
batuan) dengan lapisan batuan lainnya (kelompok batuan
lainnya) dibatasi oleh satu rumpang waktu tertentu
(ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi
pengendapan).
4) Non-conformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan
yang hubungan antara lapisan batuan (sekelompok lapisan
batuan) dengan satuan batuan beku atau metamorf.
[ Geologi Dasar − 28 ]
Gambar III.9a Pembentukan Disconformity.
[ Geologi Dasar − 29 ]
[ Geologi Dasar − 30 ]
e
[ Geologi Dasar − 31 ]
melibatkan atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Selanjutnya, proses
erosi mentansportasikan regolit dan kemudian mengendapkannya
sebagai sedimen. Setelah mengalami deposisi, sedimen tertimbun
dan mengalami kompaksi dan kemudian menjadi batuan sedimen.
Kemudian, proses-proses tektonik yang menggerakkan lempeng
dan pengangkatan kerak Bumi menyebabkan batuan sedimen
mengalami deformasi. Penimbunan yang lebih dalam membuat
batuan sedimen menjadi batuan metamorik, dan penimbunan yang
lebih dalam lagi membuat batuan metamorfik meleleh membentuk
magma yang dari magma ini kemudian terbentuk batuan beku
yang baru.
[ Geologi Dasar − 33 ]
4) Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak
pada sumbu lipatan.
[ Geologi Dasar − 34 ]
IV.1.2. Reaksi Deret Bowen
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa
tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan
penghabluran mineral-mineral silikat (magma), N.L. Bowen
(kanada) menyusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen‟s
Reaction Series.
Catatan !!
Apabila temperatur magma turun hingga mencapai titik
jenuhnya maka magma tersebut mulai mengkristal
Unsur-unsur yang sukar larut akan mengkristal terlebih
dahulu, misalnya mineral asesoris (apatit, zirkon, ilmenit,
magnetit, rutil, titanit, chromit dll)
Mineral utama pembentuk batuan yang mula-mula
mengkristal adalah olivin, Mg piroksen (ortho piroksen),
klino piroksen, amfibol, plagioklas dst Deret Bowen
Unsur-unsur yang mudah larut akan mengkristal paling
akhir dan akan terjebak di sekitar kristal yang telah
terbentuk dahulu.
[ Geologi Dasar − 35 ]
1. Mineral mafic, mineral-mineral utama pembentuk batuan
yang bewarna gelap, hal ini disebabkan oleh kandungan
kimianya, yaitu Magnesium dan Ferrum (Mafic=Magnesium
Ferric). Yang termasuk mineral ini adalah: olivin, piroksen,
amfibol, dan biotit.
2. Mineral felsic, mineral-mineral utama pembentuk batuan
beku yang bewarna terang, hal ini disebabkan oleh kandungan
kimianya, yaitu feldspar + lenad (mineral-mineral
feldsparthoid) + silika. Yang termasuk mineral ini adalah:
plagioklas, kalium feldspar (potassium feldspar), muskovit
dan kuarsa.
(a) (b)
Gambar IV.4 (a) Batuan dengan struktur lava bantal di daerah
Karangsambung dan (b) Batuan dengan struktur
columnar joint
[ Geologi Dasar − 36 ]
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh batuan (hand
specimen sample), yaitu:
a. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran,
jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan
tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam
batuan.
b. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang
disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan
magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang
teratur.
c. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler
tapi lubang- lubangnya besar dan menunjukkan arah yang
tidak teratur.
e. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah
terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral
karbonat atau silikat.
f. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
fragmen atau pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan
yang mengintrusi.
[ Geologi Dasar − 37 ]
Dalam pembentukannya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi:
Holokristalin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun
oleh kristal.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari
massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun
dari massa gelas.
(a) (b)
(c)
.
2. Granularitas
Granularitas yaitu sebagia besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Granularitas dibagi menjadi :
a. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya
yang membentuk batuan berukuran sama besar. Tekstur ini
dibagi menjadi dua, yaitu :
• Faneritik, yaitu kristal-kristalnya terlihat jelas, sehingga
dapat dibedakan satu dengan yang lain secara
megaskopis.
• Afanitik, yaitu kristal-kristalnya sangat halus sehingga
[ Geologi Dasar − 38 ]
antara satu mineral dengan mineral lain sulit dibedakan
dengan mata telanjang.
b. Inequigranular, yaitu jika ukuran butir dari masing-masing
kristal tidak sama besar atau tidak seragam. Tektur ini
dibagi menjadi :
• Faneroporfiritik, yaitu bila kristal yang besar dikelilingi
oleh kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan
mata telanjang.
• Porfiroafanitik, yaitu bila fenokris dikelilingi oleh massa
dasar yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.
• Vitrovirik, yaitu bila massa dasar berupa gelas.
3. Bentuk Butir
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan.
Berdasarkan atas kejelasan bidang batas kristal, dilihat dari
pandangan dua dimensi, meliputi:
a. Euhedral, yaitu apabila bentuk kristal sempurna dan
dibatasi oleh bidang batas yang jelas.
b. Subhedral, yaitu apabila bentuk kristal kurang sempurna
dan dibatasi oleh bidang batas yang tidak begitu jelas.
c. Anhedral, yaitu apabila bentuk krisstal dibatasi oleh
bidang kristal tidak sempurna atau tidak jelas.
4. Komposisi Mineral
Secara garis besar mineral pembentuk batuan beku dibagi
dalam tiga kelompok, yaitu :
[ Geologi Dasar − 39 ]
a. Mineral utama, yaitu mineral-mmineral utama penyusun
kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan, terutama
mineral golongan silikat. Berdasarkan warna dan densitas
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap,
terutama biotit, piroksen, amphibol, dan olivin.
Mineral mafik termasuk mineral yang kaya akan
unsur Mg dan Fe.
Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang,
terutama kuarsa, feldspar, feldspatoid dan muscovit.
Mineral felsik termasuk mineral yang miskin akan
unsur Mg dan Fe.
b. Mineral sekunder, adalah mineral-mineral yang dibentuk
kemudian dari mineral-mineral utama oleh proses
pelapukan, sirkulasi air atau larutan dan metamorfosa.
Mineral ini terdapat pada batuan-batuan yang telah lapuk
dan batuan sedimen juga batuan metamorf. Mineral
sekunder terdiri dari kelompok kalsit, serpentine, klorit,
dan lain sebagainya.
c. Mineral tambahan, yaitu mineral-mineral yang terbentuk
oleh kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah yang
sedikit sekali umumnya kurang dari 5%, sehingga
kehadiran atau ketidakhadirannya tidak mempengaruhi
sifat dan penamaan batuan tersebut.
[ Geologi Dasar − 40 ]
diorit, dan granit.
b. Batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang sangat cepat sehingga mineral
penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit,
dan dasit.
[ Geologi Dasar − 41 ]
3. Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic
berkisar 60-90%;
4. Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic
berkisar 90-100%.
Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas:
1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh
di perut bumi;
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak
jauh dari permukaan bumi;
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di
permukaan bumi.
[ Geologi Dasar − 42 ]
Tabel IV.1 Klasifikasi batuan beku.
Granit Riolit
Granodiorit Dasit
Diorit Andesit
[ Geologi Dasar − 43 ]
Gabro Basalt
Peridotit Dunit
[ Geologi Dasar − 44 ]
Sebagian besar material penyusun komposisi batuan sedimen
berasal dari proses pelapukan dan erosi dari batuan yang terrtua.
Dari studi sedimen masa kini hingga terbentuk batuan sedimen,
maka dapat diketahui lingkungan pengendapannya yang meliputi
darat atau terrestrial, laut, dan lingkungan campuran yang
merupakan lingkungan peralihan dari darat hingga laut, misal
lingkungan delta, estuari laut, dan peraiaran pantai yang
dipengaruhi pasang surut. Dari lingkungan pengendapan batuan
sedimen tersebut maka dapat dikenal tiga material penyusunnya:
• Fragmen yang berasal dari batuan yang diangkut dari tempat
asalnya oleh air, angin atau glasial, fragmen ini disebut material
klastik atau pecahan
• Material yang berasal dari larutan garam, yang disebut material
kimia
• Material yang berasal dari tumbuh – tumbuhan dan hewan,
yang disebut material organik
[ Geologi Dasar − 45 ]
IV.2.2. Batuan Sedimen Klastik
Terbentuknya dari pengendapan kembali detritus atau perencanaan
batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen
dan batuan metamorf. Dalam pembentukan batuan sedimen klastik
ini mengalami diagnesa yaitu perubahan yang berlangsung pada
temperatur rendah di dalam suatu sedimen selama dan sesudah
litifikasi. Tersusun oleh klastika-klastika yang terjadi karena
proses pengendapan secara mekanis dan banyak dijumpai
allogenic minerals.
Allogenic minerals adalah mineral yang tidak terbentuk pada
lingkungan sedimentasi atau pada saat sedimentasi terjadi. Mineral
ini berasal dari batuan asal yang telah mengalami transportasi dan
kemudian terendapkan pada lingkungan sedimentasi. Pada
umumnya berupa mineral yang mempunyai resistensi tinggi.
[ Geologi Dasar − 46 ]
b. Konglomerat (Conglomerate). Terbentuk dari beberapa
fragmen batuan dan matrik, bentuk umumnya membundar –
sangat membundar yang terikat bersama oleh material semen
yang berkuran lebih halus seperti serpih atau lempung.
Ukuran material penyusun konglomert ini lebih besar dari 2
mm.
c. Batupasir. Merupakan hasil sementasi dari massa yang
berukuran pasir, massa pasir ini umumnya adalah mineral
silika, felspar atau pasir karbonat, sedang material pengikat
atau semen berupa besi oksida, silika, lempung atau kalsium
karbonat. Ukuran butir mineral penyusun mulai dari yang
berukuran pasir halus sampai dengan pasir kasar (0,06 mm –
2,0 mm).
d. Batu lanau (Silstone). Tipe batuan sedimen yang terususun
oleh material yang berukuran relatif halus berkisar dari 0,002
mm – 0,06 mm dengan komposisi utma adalah mineral
lempung.
e. Serpih (Shale). Tipe batuan sedimen menunjukkan suatu
lapisan yang kompak, padat dari material lempung atu
lumpur (mud), ukuran butir sangat halus, lebih kecil dari
0,003 mm, menunjukkan struktur internal yang khas yaitu
laminasi, dengan tebal kurang dari 1 cm.
f. Batu Lempung (claystone). Tipe batuan sedimen
menunjukkan fraksi halus yang bersifat liat maupun plastis.
ukuran butir sangat halus, lebih kecil dari 0,002 mm. Mineral
lempung bersifat kohesif dan sekali terendapkan akan
cenderung merekat bersama, membuatnya lebih sulit untuk
naik ke dalam aliran daripada butir-butir pasir. Catat bahwa
ada dua macam untuk material kohesif. Lumpur „tak
terkonsolidasi‟ (unconsolidated mud) telah terendapkan tapi
tetap merekat, material plastis. Lumpur „terkonsolidasi‟
(consolidated mud) telah lebih banyak mengeluarkan air
darinya dan bersifat kaku atau keras (rigid).
[ Geologi Dasar − 47 ]
Tabel IV.4 Contoh batuan sedimen klastik.
Breksi Konglomerat
Batupasir Batulanau
[ Geologi Dasar − 48 ]
dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat
yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera,
ataupun danau-danau. Mula-mula sedimen merupakan batuan-
batuan lunak, akan tetapi karena proses diagenesis sehingga
batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada
sedimen selama terpendapkan dan terlitifikasikan, sedangkan
litifikasi adalah proses perubahan material sedimen menjadi batuan
sedimen yang kompak.
[ Geologi Dasar − 49 ]
Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda,
yakni:
1. Aliran laminar, semua molekul-molekul di dalam fluida
bergerak saling sejajar terhadap yang lain dalam arah
transportasi. Dalam fluida yang heterogen hampir tidak ada
terjadinya pencampuran selama aliran laminar; dan
2. Aliran turbulen, molekul-molekul di dalam fluida bergerak
pada semua arah tapi dengan jaring pergerakan dalam arah
transportasi. Fluida heterogen sepenuhnya tercampur dalam
aliran turbulen.
Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu
dari tiga mekanisme, yaitu:
1. Menggelinding (rolling) di dasar aliran udara atau air tanpa
kehilangan kontak dengan permukaan dasar;
2. Saltasi (saltation), bergerak dalam serangkaian lompatan,
secara periode meninggalkan permukaan dasar dan terbawa
dengan jarak yang pendek di dalam tubuh fluida sebelum
kembali ke dasar lagi; dan
3. Suspensi (suspension), turbulensi di dalam aliran dapat
menghasilkan gerakan yang cukup untuk menjaga partikel
bergerak terus di dalam fluida.
[ Geologi Dasar − 50 ]
sedimen yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan
mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan struktur
deformasi.
(a) (b)
Gambar IV.9 (a) Aliran Lamina dan aliran turbulen dan (b) Perilaku
partikel dalam pergerakan fluida (Nichols, 1999).
Gambar IV.10 Sifat pergerakan partikel partikel dalam media air, pada
partikel lempung dan lanau (suspended-load) serta
partikel pasir dan kerikil (bed-load): menggelinding,
meluncur, saltasi (Noor, 2012).
[ Geologi Dasar − 51 ]
IV.2.3.2. Litifikasi dan Diagenesis
Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut litifikasi.
Salah satu proses litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada
waktu material sedimen diendapkan terus – menerus pada suatu
cekungan. Berat endapan yang berada di atas akan membebani
endapan yang ada di bawahnya. Akibatnya, butiran sedimen akan
semakin rapat dan rongga antara butiran akan semakin kecil.
Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen
adalah sementasi. Material yang menjadi semen diangkut sebagai
larutan oleh air yang meresap melalui rongga antar butiran,
kemudia larutan tersebut akan mengalami presipitasi di dalam
rongga antar butir dan mengikat butiran – butiran sedimen.
Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika dan
oksida besi.
[ Geologi Dasar − 52 ]
illite, gypsum dan lain-lain.
Metasomatisme. Metasomatisme yaitu pergantian mineral
sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan
volume asal. Contoh: dolomitiasi, sehingga dapat merusak
bentuk suatu batuan karbonat atau fosil.
Rekristalisasi. Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu
mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan
material sedimen selama diagnesa atau sebelumnya.
Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukkan batuan
karbonat. Sedimentasi yang terus berlangsung di bagian atas
sehingga volume sedimen yang ada di bagian bawah semakin
kecil dan cairan (fluida) dalam ruang antar butir tertekan
keluar dan migrasi kearah atas berlahan-lahan.
Pelarutan (Solution). Biasanya pada urutan karbonat akibat
adanya larutan menyebabkan terbentuknya rongga-rongga di
dalam jika tekanan cukup kuat menyebabkan terbentuknya
struktur iolit. (Diktat Petrologi UPN, 2001)
[ Geologi Dasar − 53 ]
1) Struktur sedimen primer (depositional structures), struktur
sedimen yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya suatu
batuan, contohnya adalah: graded bedding, parallel
lamination, ripple mark, dune and sand wave, cross
stratification, shrinkage crack (mud crack), flacer, lenticular,
dll.
2) Struktur sedimen sekunder (post-deposition structures),
struktur sedimen yang terbentuk setelah proses litifikasi.
Struktur sedimen sekunder meliputi:
Struktur erosional, terbentuk karena erosi, contohnya:
flute cast, groove cast, tool marks, scour marks, channel,
dll.
Struktur deformasi, terbentuk oleh adanya gaya,
contohnya: slump, convolute, sand dyke, dish, load cast,
nodule, dll.
Struktur biogenik, terbentuk oleh adanya aktivitas
makhluk hidup, contohnya: bioturbation, trace fossils,
rootlet bed, dll.
[ Geologi Dasar − 54 ]
Tabel IV.5 Struktur sedimen primer dan sekunder.
Jenis Struktur Sedimen
Primer Sekunder
[ Geologi Dasar − 55 ]
Cross bedding Convolute lamination
[ Geologi Dasar − 56 ]
Gambar IV.11 Butiran dan rongga pori (kiri atas); butiran dan
semen karbonat (kanan atas); fragmen pasir,
lempung dan lanau dalam semen karbonat.
[ Geologi Dasar − 57 ]
Tabel IV.6 Skala Wentworth.
[ Geologi Dasar − 58 ]
Untuk melihat bentuk butiran ini dapat dilakukan dengan bantuan
loupe (terutama untuk batupasir), dan ditentukan kisarannya.
Contoh: batupasir menyudut-menyudut tanggung. Bentuk butir ini
mencerminkan tingkat transportasi butirannya, artinya jika ia
memiliki bentuk butir yang membundar maka ia cenderung telah
tertransportasi jauh dari batuan asalnya.
[ Geologi Dasar − 59 ]
diendapkan oleh media yang cair/encer dengan energi arus yang
kecil, dan begitu pula dengan sebaliknya. Gunakan istilah:
a. Terpilah baik (well sorted) jika besar butirannya seragam;
b. Terpilah sedang (medium sorted) jika besar butirannya relatif
seragam;
c. Terpilah buruk (poorly sorted) jika besar butirannya tidak
seragam.
IV.2.3.4.5. Sementasi
Adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun batuan.
Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah
karbonat, silika, dan oksida besi.
IV.2.3.4.6. Porositas
Adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran yang ada
pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah Porositas
Baik, Porositas Sedang, Porositas Buruk. Sedangkan dalam
penentuannya di lapangan gunakan istilah porositas baik jika
permeabilitasnya baik, porositas sedang jika permebili-tasnya
sedang, dan seterusnya.
[ Geologi Dasar − 60 ]
IV.2.3.4.7. Permeabilitas
Kelulusan (Permeabilitas) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan
untuk dapat meloloskan air.
Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah permeabilitas
baik, permeabilitas sedang, permeabilitas buruk. Cara
menentukannya yaitu:
a. Teteskan air di atas permukaan sampel yang akan diperiksa;
c. Perhatikan apakah air tersebut diserap atau tidak oleh batuan
tersebut;
d. Bila cairan diserap dengan cepat, maka nyatakanlah bahwa
permeabilitasnya baik;
e. Bila cairan diserap dengan cukup cepat, maka nyatakanlah
bahwa permeabilitasnya sedang;
f. Bila cairannya diserap dengan lambat, maka nyatakanlah
bahwa permeabilitasnya buruk.
[ Geologi Dasar − 61 ]
Tabel IV.7 Klasifikasi Batuan Sedimen Non Klastik (Noor, 2012).
[ Geologi Dasar − 62 ]
Jadi proses yang dominan sebagai pembentuk batuan sedimen non
klastik ini adalah reaksi kimia. Jenis batuan sedimen non klastik
ini dibedakan menjadi beberapa kelompok diantaranya:
[ Geologi Dasar − 63 ]
waktu termampatkan menjadi hidrokarbon batubara.
[ Geologi Dasar − 64 ]
dilapisan atas gambut, sedangkan suhu akan meningkat
dengan bertambahnya ketebalan lapisan juga disebabkan oleh
aktifitas magma dan aktifitas tektonik lainnya. tahap
pembentukan batubara ini biasa disebut tahap termodinamika.
[ Geologi Dasar − 65 ]
umum terbentuk, jika pada kondisi sedikit teroksidasi, terbentuklah
goetit, hidroksida besi. Hematit berwarna merah hingga hitam
sedangkan hidroksida berwarna kuning hingga coklat muda.
Dalam lingkungan gurun sepertinya goetit lebih dulu terbentuk dan
kemudian hematit, goetit memberikan warna kekuningan pada
pasir gurun. Oksidasi lanjut membentuk hematit dan warna pasir
gurun menjadi merah, ini terlihat dalam beberapa endapan gurun
tua karena proses post-depositional. Di bawah kondisi reduksi, tipe
mineral besi yang terbentuk tergantung pada ketersediaan ion
sulfida atau sulfat. Dalam setting kaya sulfur, umum terbentuk
sulfida besi (pyrite), terdapat sebagai kristal berwarna emas atau
lebih umum sebagai partikel halus yang tersebar dan memberikan
warna hitam pada sedimen. Pirit berbutir halus ditemukan dalam
lingkungan reduksi, lingkungan kaya organik seperti tidal mudflat
dan fetid lake.
[ Geologi Dasar − 66 ]
Tabel IV.8 Contoh batuan sedimen non klastik.
Coquina Chalk
[ Geologi Dasar − 67 ]
IV.2.5. Batuan Sedimen Karbonat
[ Geologi Dasar − 68 ]
hal berbeda dengan batuan silisiklastik. Aspek perbedaannya
antara lain:
• Pembentukkannya tergantung aktifitas organisme (98% asal
organisme).
• Sangat mudah berubah karena proses diagnesis.
• Terbentuk pada lingkungan dimana dia terendapkan
(intrabasinal). Endapan karbonat merupakan hasil proses
biokimia dilingkungan laut yang jernih, hangat, dan dangkal.
• Jernih berhubungan dengan penetrasi sinar matahari,
dimana aktifitas metabolisme organisme sangat tergantung
pada sinar matahari, apabila silisiklastik berukuran halus
(missal, lanau) hadir, maka bisa menyumbat pernafasan
organisme dan menghambat penetrasi sinar matahari, sehingga
menggangu metabolisme organisme pembentuk karbonat.
• Hangat koral dan organisme lain bereproduksi pada suhu
sekitar 180C.
• Dangkal semakin besar kedalaman laut, maka penetrsai
sinar matahari akan semakin berkurang, sehingga organisme
pembentuk karbonat akan sulit hidup.
[ Geologi Dasar − 69 ]
IV.2.5.1. Komponen
Batugamping yang terbentuk oleh proses pengendapan mekanik,
seperti halnya batuan sedimen klastik, tetapi berasal dari
batugamping/material CaCO3 yang telah ada sebelumnya.
Komponen penyusun batuan karbonat adalah sebagai berikut:
1. Allochem (Grain). Merupakan komponen batuan karbonat
berupa partikel/butiran karbonat yang berukuran lebih
dari/sama dengan pasir.
2. Orthochem. Merupakan komponen batuan karbonat yang
mineralnya terkristalisasi langsung di tempat pengendapan,
sehingga tidak mempunyai butiran-butiran bawaan.
Orthochem ini dapat disebandingkan dengan matriks dalam
batuan sedimen klastik.
[ Geologi Dasar − 70 ]
e) Batugamping organik, yaitu hasil pertumbuhan organisme
secara insitu, misalnya terumbu dan stromatolit.
[ Geologi Dasar − 71 ]
Batugamping tipe I dan II disebut sebagai allochemical rock
(allochem >10%), sedangkan batugamping tipe III disebut sebagai
orthochemical rock (allochem <10%). Batas ukur butir yang
digunakan oleh Folk untuk membedakan butiran (allochem) dan
micrite adalah 4 mikron (lempung). Batugamping tipe I analog
dengan batupasir/konglomerat yang tersortasi bagus dan terbentuk
pada high energy zone, batugamping tipe II analog dengan
batupasir lempungan atau konglomerat lempungan dan terbentuk
pada low energy zone dan batugamping tipe III analog dengan
batulempung dan terbentuk pada kondisi yang tenang (lagoon).
Keterangan :
• Intraclast merupakan suatu endapan yang berupa
gelembung lumpur karbonat, belum memadat, semi
plastis, lalu ada erosi dan membentuk tubuh yang
membeku (discret body).
• Pellet merupakan suatu butiran yang strukturnya
mycrocrystalin (warnanya gelap), kalo mengandung
kotoran binatang maka disebut“facal pellet”sedangkan
jika mempunyai ukuran yang agak besar disebut “luap”.
• Oolite merupakan suatu butiran yang intinya dilapisi oleh
unsur karbonat, dimana intinya berfosil dan apabila
disayat memiliki bentuk konsentris.
• Fosil termasuk ke dalam allochemical, karenamengalami
transportasi karena suatu erosi ia akan terlepas dari
induknya lalu mengendap di tempat tersebut, misalnya
Globigerina yang hidup secara plankton.
[ Geologi Dasar − 72 ]
deposisi
o Tingkat kelimpahan antar butiran (grain) dengan lumpur
karbonat
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Dunham membuat
klasifikasi.
• Boundstone: hubungan antar komponen tertutup yang
berhubungan dengan rapat oolite.
• Grainstone: hubungan terbuka antar komponen-komponen,
tanpa lumpur.
• Packcstone: ada lumpur, tetapi yang banyak adalah
komponen (bentonit).
• Mudstone: lumpur Wackstone.
Kelebihan yang lain dari klasifikasi Dunham (1962) adalah
dapat dipakai untuk menentukan tingkat diagenesis karena
apabila sparit dideskripsi maka hal ini bertujuan untuk
menentukan tingkat diagenesa.
[ Geologi Dasar − 73 ]
kelompok besar yaitu Autochnous Limestone dan Alloctonous
Limestone berupa batugamping yang komponen-komponen
penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses
deposisi. Pembagian Autochnous Limestone dan Alloctonous
Limestone oleh Embry dan Klovan (1971) telah dilakukan
oleh Dunham (1962), hanya saja tidak terperinci. Dunham
hanya memakainya sebagai dasar pengklasifikasiannya saja
antara batugamping yang tidak terikat (packstone, wackstone,
mudstone, grainstone) dan terikat (boundstone) ditegaskan.
Sedangkan Embry dan Klovan (1971) membagi lagi
boundstone menjadi tiga kelompok yaitu framestone,
bindstone, dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama
terumbu yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu
juga ditambahkan nama kelompok batuan yang mengandung
komponen berukuran lebih besar dari 2 cm > 10%. Nama
yang mereka berikan adalah rudstone untuk component-
supported dan floatstone untuk matrix-supported.
[ Geologi Dasar − 74 ]
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsi batugamping
antara lain:
1. Nama Batuan, disesuaikan dengan klasifikasi yang
digunakan;
2. Warna, deskripsikan warna segar dan warna lapuknya.;
3. Feature, dari lapangan tentukan apakah batugamping berlapis
atau terumbu;
4. Dominasi, deskripsikan didominasi oleh skletal atau Non
skeletal;
5. Organisme, deskripsikan organisme dari batuan per kelas,
(Gastropoda, Alga, Coral, Bivalve, Foram);
6. Tekstur, penentuan tekstur mengunakan klasifikasi Folk,
Dunham, Embry & Klovan, atau secara konvensional;
7. Struktur, kenali struktur yang terdapat pada batugamping
tersebut.
[ Geologi Dasar − 75 ]
1. Metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism);
2. Metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism).
Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan
asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan
meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat
tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi
membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan
dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).
IV.3.2. Struktur
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut. Secara umum struktur
batuan metamorf dapat dibedakan menjadi struktur foliasi dan
nonfoliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf, sedang struktur non
foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorf.
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa.
Foliasi ini dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-
mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran
(schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau
[ Geologi Dasar − 76 ]
kombinasi dari ketiga hal tersebut. Struktur foliasi antara lain:
Slaty Cleavage. Umumnya ditemukan pada batuan
metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang
sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate
(batusabak).
[ Geologi Dasar − 77 ]
Gambar IV.21 Struktur Schistosic dan sekis.
[ Geologi Dasar − 79 ]
Gambar IV.25 Struktur Milonitic dan batuan milonit.
IV.3.3. Tekstur
Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,
bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan
metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya
menggunakan awalan blasto atau akhiran blastik yang
ditambahkan pada istilah dasarnya. Tekstur batuan metamorf yang
dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau
memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
[ Geologi Dasar − 80 ]
penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik. Berbagai
kenampakan tekstur batuan metamorf dapat dilihat pada Gambar
IV.27. Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa
dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya
menggunakan awalan kata –blasto.
[ Geologi Dasar − 81 ]
Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari
mineral yang ada sebelumnya sebagai akibat perubahan tekanan
dan atau temperatur menghasilkan pembentukan kristal lain yang
baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang jelek; kristal ini
dinamakan idioblastik, hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara
umum batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu,
namun secara khusus mineral penyusun batuan metamorf
dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) mineral stress dan (2)
mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam
kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan
tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya/stress meliputi: mika,
tremolit-aktinolit, hornblende, serpentin, silimanit, kianit, seolit,
glaukopan, klorit, epidot, staurolit dan antolit. Sedang mineral anti
stress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan,
biasanya berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar,
garnet, kalsit dan kordierit.
[ Geologi Dasar − 82 ]
1. Fanerit bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata;
2. Afanitit bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan
mata.
[ Geologi Dasar − 83 ]
besar tersebut sering disebut porphyroblasts.
Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan
porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih
kecil.
Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar
terdapat pada massa dasar material yang barasal dari kristal
yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan
polimeneralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya
seperti gula pasir.
Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering
disebut berstektur homeoblastik.
[ Geologi Dasar − 84 ]
• Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang
sampai kasar dan mineral utama penyusunnya adalah amfibol
(hornblende) dan plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan
schystosity bila mineral prismatiknya terorientasi.
• Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang
sampai kasar dan mineral pewnyusun utamanya adalah
piroksen ompasit (diopsid kaya sodium dan aluminium) dan
garnet kaya pyrope.
• Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur
granoblastik yang tersusun oleh mineral utama kuarsa dan
feldspar serta sedikit piroksen dan garnet. Kuarsa dan garnet
yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur gneissic.
• Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi
mineralnya hampir semuanya berupa mineral kelompok
serpentin.
• Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral
karbonat (kalsit atau dolomit) dan umumnya berstektur
granoblastik.
• Skarn, yaitu marmer yangg tidak murni karena mengandung
mineral calc-silikat seperti garnet, epidot.
• Kuarsit, batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80%
kuarsa.
• Soapstone, batuan metamorf dengan komposisi mineral utama
talk.
• Rodingit, batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang
terjadi akibat alterasi metasomatic batuan beku ultrabasa yang
mengalami serpentinisasi.
[ Geologi Dasar − 86 ]
Tabel IV.10 Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan struktur,
tekstur, serta batuan asal (https://geo.libretexts.org)
[ Geologi Dasar − 87 ]
[ Geologi Dasar − 88 ]
e
V.1. Kristal
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang
melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk
kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal,
hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam
padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama,
tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan
sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya,
kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan
polikristal. Dalam the dictionarry of geology (Berry, 1983), kristal
adalah bahan padat yang secara kimia homogen dengan bentuk
geometri tetap, sebagai gambaran dari susunan atom yang teratur,
dibatasi oleh bidang banyak (polyhedron), dengan jumlah dan
kedudukan bidang-bidang kristalnya tertentu dan teratur. Mineral
memiliki sifat selalu kristalin, karena mineral memiliki bentuk
tertentu. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu
cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika
terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya
struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
[ Geologi Dasar − 89 ]
padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan
kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena
alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai
cairan, bukan padatan. Topik ini kontroversial, silakan lihat gelas
untuk pembahasan lebih lanjut. Meskipun istilah "kristal" memiliki
makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat
padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda
padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali
sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di
alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan
molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan
juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan
garam dapur adalah contoh- contoh kristal.
1. Sistem Isometrik/Reguler/Kubus
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula
dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu
kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya. Perbandingan sumbu a = b = c,
yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu c.Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚
[ Geologi Dasar − 90 ]
terhadap sumbu bˉ. Di dalam penggambarannya, sistem kristal
isometrik harus digambarkan dengan perbandingan sumbu a1,
a2 dan a3 = 1: 3: 3. Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Sudut antara sumbu a1 dengan
a2 (α) digambarkan pada 150o, sudut antara a2 dengan a3 (β)
digambarkan 90o, sudut antara -a3 dengan a1 (γ) digambarkan
120o, dan sudut antara a1 dengan -a2 digambarkan 30o.
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini
adalah emas, pirit (H2S), galena, halite, Fluorite (Pellant,
1992).
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan sistem Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu
a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada
umumnya lebih Panjang (perbandingan sumbu) a = b ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak
[ Geologi Dasar − 91 ]
sama dengan sumbu c. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ =
30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Contoh mineral yang memiliki
bentuk kristal tetragonal adalah kalkopirit (atau tembaga-besi
sulfida), anatase, zirkon, leusit, rutil, krisobalit, wulfenit,
skapolit, kasiterit, stannit, dan cahnit.
3. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3
sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
berbeda.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c.Pada
penggambaran, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan
sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚
terhadap sumbu bˉ.
[ Geologi Dasar − 92 ]
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik
ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite
(Pellant, 1992).
4. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring
dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus
terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya
sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendekPada
penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b :
c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi
ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Beberapa contoh mineral dengan Sistem Kristal Monoklin ini
adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot
(Pellant, 1992).
[ Geologi Dasar − 93 ]
Gambar V.4 Bentuk kristal dan penggambaran sistem kristal monoklin
(Mulyaningsih, 2018).
5. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang
lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang
masing-masing sumbu tidak sama.Pada penggambaran dengan
menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-
sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ =
45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut
80˚ terhadap c+. Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal
Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,
kaolinite,microcline dan anortoclase (Pellant, 1992).
[ Geologi Dasar − 94 ]
Gambar V.5 Bentuk kristal dan penggambaran sistem kristal triklin
(Mulyaningsih, 2018).
6. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak
lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d
masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama
lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem
kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d.Pada penggambaran
dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b
ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan
nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ
dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini
adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite
(Mondadori, 1977).
[ Geologi Dasar − 95 ]
Gambar V.6 Bentuk kristal dan penggambaran sistem kristal hexagonal
7. Sistem Trigonal
Trigonal memiliki 4 titik perpotongan sumbu, dengan 4 sumbu
kristal, sumbu-sumbu yang menghubungkan bidang-bidang
vertikal disebut sebagai a1, a2 dan a3, terletak secara
horizonal; masing-masing memiliki panjang dan sudut yang
sama. Sumbu panjangnya bersusunan secara vertikal kita
sebut sebagai sumbu c. Perpotongan simetri antara sumbu a1,
a2 dan a3 membentuk sudut 120o, sedangkan perpotongan
antara sumbu horizontal dengan sumbu vertikalnya
membentuk sudut 90o (tegak lurus). Turunan sistem kristal
trigonal bahkan termasuk ke dalam sistem kristal hexagonal.
Dalam penggambarannya, sistem kristal trigonal harus
digambarkan dengan perbandingan sumbu a1:a2:a3:c adalah
1,5 : 1,5 : 2 : 3. Artinya, pada sumbu a1=a2 ditarik garis
dengan nilai 1,5, pada sumbu a3 ditarik garis dengan nilai 2,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan -a3 = 15o, sudut
antara a2 dengan a3 = 15o, sudut antara sumbu a3 dengan c =
90o, sudut antara c dengan a1 dan c dengan a2 = 105o. Contoh
mineral dengan sistem kristal trigonal adalah tourmaline dan
cinnabar (Mondadori, 1977).
[ Geologi Dasar − 96 ]
Gambar V.7 Bentuk kristal dan penggambaran sistem kristal trigonal
[ Geologi Dasar − 97 ]
Gambar V.9 Bentuk Kristal non- isometrik.
[ Geologi Dasar − 98 ]
V.2. Mineral
Mineral adalah zat padat anorganik yang terbentuk secara alami
serta mempunyai sifat fisika tertentu dan komposisi kimia tertentu
dengan susunan atom dan struktur kristal yang teratur. Ilmu yang
mempelajari mineral lebih detail adalah mineralogi. Mineralogi
merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur
kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga
mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral,sifat-sifat
fisik, sifat-sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya, dan
kegunaannya.
[ Geologi Dasar − 99 ]
Tetapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok
ion asing yang dapat memberikan warna tertantu pada mineral,
yang disebut dengan nama chomophores. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi warna antara lain:
1. Komposisi mineral
2. Struktur kristal dan ikatan ion
3. Pengotor dari mineral
b. Perawakan Kristal
Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh
bidang yang membangunnya, termasuk bnetuk dan ukuran relative
bidang-bidang tersebut. Kita perlu mengenal perawakan yang
terdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun perawakan kristal
bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh: mika selalu
menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated),
amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang
(columnar) perawakan kristal di bedakan menjadi 3 golongan (R.
Peart, 1975):
1. Elongated habits (meniang/berserabut)
2. Fattened habits (lembaran tipis)
3. Rounded habits (membutir)
c. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan
padanya. Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic
luster) dan kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap logam
memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini
biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti emas,
galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak
memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula
kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada
mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3. Kilap
bukan logam dapat dibedakan menjadi:
1. Kilap Kaca (Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca
atau gelas bila terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan
halit.
d. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.
Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan
menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar
dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai
dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang
paling keras.
d. Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melaluibidang-bidang belahan yang rata dan licin.
Bidang belahanumumnya sejajar dengan bidang tertentu dari
mineral tersebut.Belahan dapat di bedakan menjadi:
1. Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya
yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain
melalui bidang belahannya.
e. Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang
yangtidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
1. Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang
memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan.
Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
2. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang
menunjukkan kenampakanseperti serat, contohnya asbes, augit;
3. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang
memperlihatkanpermukaan bidang pecahnya tidak teratur dan
kasar, misalnya pada garnet;
4. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata
dan cukup halus. Contohnya minerallempung.
5. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang
permukaannya tidak teratur, kasar,dan ujungnya runcing-
runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.
6. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah,
contohnya mineral lempung.
f. Sifat Kemagnetan
Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik
adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetit
ataukah diamagnetit.
§ Paramagnetit (magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai
daya tarik terhadap magnet.
§ Diamagnetit (non-magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai
daya tolak terhadap magnet
g. Derajat Ketransparanan
Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan
mineral tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai
VI.1.1 Epirogenesis
Epirogenesis adalah pergeseran lapisan kulit bumi secara
horizontal maupun vertical akibat pengangkatan dan penurunan
permukaan bumi yang terjadi relatif lambat, berlangsung dalam
waktu yang lama dan meliputi daerah yang luas
Berdasarkan arah geraknya, gerak epirogenesis dibagi dalam 2
macam, yaitu:
1. Epirogenesis Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga
permukaan laut kelihatan naik. Penyebabnya adalah tambahan
beban. Misalnya adanya sedimen yang sangat tebal
2. Epirogenetik Negatif, yaitu gerak naiknya daratan.
Penyebabnya adalah pengurangan beban lapisan kerak bumi.
A. Kekar
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan
akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum
mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh:
a. Pemotongan bidang perlapisan batuan;
b. Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa
dan lain-lain;
c. Kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan
berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya
yang bekerja pada batuan tersebut.
2. Berdasarkan Bentuknya
Kekar Sistematik: yaitu kekar dalam bentuk berpasangan,
arahnya sejajar satu dengan yang lainnya.
Kekar Non Sistematik: yaitu kekar yang tidak teratur
c. Kekar Lembar
Kekar lembar (sheet joint) adalah sekumpulan kekar yang kira-kira
sejajar dengan permukaan tanah, terutama pada batuan beku.
Terbentuknya kekar ini akibat penghilangan beban batuan yang
tererosi. Penghilangan beban pada kekar ini terjadi akibat:
Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh
Tiba-tiba diatasnya terjadi erosi yang dipercepat
Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill) dangkal
d. Kekar Tarik
Kekar Tarik (Tensional Joint), yaitu kekar yang terbentuk dengan
arah tegak lurus dari gaya yang cenderung untuk memindahkan
e. Kekar Hybrid
Kekar Hibrid (Hybrid Joint) merupakan campuran dari kekar gerus
B. Sesar
Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan
batuan bumi yang menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif
terhadap blok yang lain. Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik,
ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yang lain.
Pergerakan yang tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa
mengakibatkan gempa bumi. Sesar (fault) merupakan bidang
rekahan atau zona rekahan pada batuan yang sudah mengalami
pergeseran (Williams, 2004). Sesar terjadi sepanjang retakan pada
kerak bumi yang terdapat slip diantara dua sisi yang terdapat sesar
tersebut (Williams, 2004). Beberapa istilah yang dipakai dalam
analisis sesar yaitu:
a. Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan
bidang sesar dengan bidang horisontal dan biasanya diukur dari
arah utara.
b. Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk
antara bidang sesar dengan bidang horisontal, diukur tegak
lurus strike.\
c. Net slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula
berimpit pada bidang sesar akibat adanya sesar.
d. Rake adalah sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip
(pergeseran horizontal searah jurus) pada bidang sesar.
Ciri-ciri Sesar
Secara garis besar, sesar dibagi menjadi dua, yaitu sesar tampak
dan sesar buta (blind fault). Sesar yang tampak adalah sesar yang
mencapai permukaan bumi sedangkan sesar buta adalah sesar yang
terjadi di bawah permukaan bumi dan tertutupi oleh lapisan seperti
Klasifikasi Sesar
Klasifikasi sesar dapat dibedakan berdasarkan geometri dan
genesanya.
a. Klasifikasi geometris
1. Berdasarkan rake dari net slip.
strike slip fault (rake=0º)
diagonal slip fault (0 º < rake <90º)
dip slip fault (rake=90º)
2. Berdasarkan kedudukan relatif bidang sesar terhadap bidang
perlapisan atau struktur regional
strike fault (jurus sesar sejajar jurus lapisan)
bedding fault (sesar sejajar lapisan)
dip fault (jurus sesar tegak lurus jurus lapisan)
oblique / diagonal fault (menyudut terhadap jurus lapisan)
longitudinal fault (sejajar struktur regional)
transversal fault (menyudut struktur regional)
3. Berdasarkan besar sudut bidang sesar
high angle fault (lebih dari 45o)
low angle fault (kurang dari 45o)
4. Berdasarkan pergerakan semu
normal fault (sesar turun)
reverse fault (sesar naik)
b. Klasifikasi genetis
Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama (Anderson,
1951) sesar dapat dibedakan menjadi:
Sesar anjak (thrust fault) bila tegasan maksimum dan
menengah mendatar.
Sesar normal bila tegasan utama vertikal.
Strike slip fault atau wrench fault (high dip, transverse to
regional structure)
Patahan atau sesar turun adalah satu bentuk rekahan pada lapisan
bumi yang menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif turun
terhadap blok lainnya. Fault scarp adalah bidang miring imaginer
tadi atau dalam kenyataannya adalah permukaan dari bidang sesar.
Klasifikasi lipatan
a. Klasifikasi lipatan berdasarkan unsur geometri
Berdasarkan kedudukan Axial Plane, yaitu :
Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau lipatan
setangkup)
Asimetrical Fold (lipatan tak setangkup atau lipatan tidak
simetris)
Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan
menggantung)
Recumbent Fold (lipatan rebah)
(a)
(b)
Gambar VI.16 (a) Jenis lava “AA” dan (b) Jenis lava “Pa Hoe Hoe”
d. Tipe Merapi
Cirinya yaitu lavanya yang cair-kental, dapur magma yang relatif
dangkal dan tekanan gas yang agak rendah. Karena sifat lavanya
tersebut, apabila magma naik ke atas melalui pipa kepundan, maka
akan terbentuk sumbat lava atau kubah lava sementara di bagian
bawahnya masih cair. Sumbat lava yang gugur akan menyebabkan
terjadinya awan panas guguran. Sedang semakin tingginya tekanan
gas karena pipa kepundan tersumbat akan menyebabkan sumbat
tersebut hancur ketika terjadi letusan, dan akan terbentuk awan
panas letusan.
e. Tipe Pelee
Tipe ini mempunyai viskositas lava yang hampir sama dengan tipe
b. Zona Proksimal
- material piroklastik agak terorientasi
- material piroklastik dan lava dijumpai pelapukan, dicirikan
oleh soil yang tipis
- sering dijumpai parasitic cone
- banyak dijumpai ignimbrit dan welded tuff
c. Zona Distal
- material piroklastik berukuran halus
- banyak dijumpai lahar
VI.2.3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses penimbunan atau pengendapan material
dari hasil pengikisan dan pelapukan air, angin, atau fenomena lain
ke suatu tempat umumnya cekungan di dataran rendah. Perlu
diketahui, sedimentasi adalah kelanjutan dari proses erosi yang
mengendap di suatu wilayah. Kita dapat menemukan endapan ini
di lembah sungai, pantai, dasar laut dangkal, pegunungan, dan
b. Sedimen Marine
Merupakan hasil pengendapan air laut yang disebabkan oleh
pengaruh gelombang. Contoh bentang alam hasil pengendapan
marine misalnya pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
c. Sedimen Aeolis
Pengendapan aeolis merupakan hasil dari endapan oleh angin,
biasanya berupa bukit pasir. Adanya gumuk pasir disebabkan
akumulasi pasir yang banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin
mengangkut pasir dan mengendapkan di suatu tempat bertahap dan
menghasilkan timbunan pasir yang disebut sand dune.
1 2
2. Nama lengkap adalah Rifki Asrul Sani. Lahir di Indramayu, 9 Oktober 1989.
Pendidikan S1 ditempuh di Prodi Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2012. Lalu
berkiprah sebagai Geologist dan Teacher. Kemudian pada tahun 2017 mulai
menempuh S2 di Prodi Teknik Geologi FITB ITB dan lulus pada tahun
2019. Selama di ITB sempat menjadi lecturer assistance. Hingga sekarang
masih menjadi dosen tetap di Politeknik Batulicin Kab. Tanah Bumbu Prov.
Kalsel. Email: kang.sani.geologi@gmail.com