Anda di halaman 1dari 16

Menelisik ketahanan

Pengembangan pangan,...
Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 1-16 1

MENELISIK KETAHANAN PANGAN, KEBIJAKAN


PANGAN, DAN SWASEMBADA BERAS1)

Achmad Suryana
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161

PENDAHULUAN “……… Apa yang saya hendak katakan


itu, adalah amat penting, bahwa menge-
Selama 62 tahun merdeka, walau telah be- nai soal mati-hidupnya bangsa kita di ke-
berapa kali berganti pemerintahan, filosofi mudian hari ……… oleh karena itu, soal
dasar pengelolaan kebijakan pangan nasio- yang hendak saya bicarakan itu me-
nal di Indonesia hampir tidak mengalami ngenai soal persediaan makan rakyat “.
perubahan yang berarti. Dokumentasi Pandangan dan pola pikir seperti ini
mengenai hal ini cukup lengkap ditulis oleh masih berlanjut dianut oleh Presiden RI
berbagai kalangan, baik praktisi di peme- kedua Soeharto. Ini terbukti bahwa 21
rintahan maupun para peneliti (dapat di- tahun kemudian, pada 11 Mei 1973, dalam
pelajari dalam Badan Urusan Logistik 1971; salah satu acara kunjungan kerja di
Mears 1982; Silitonga 1997; Suryana 1998; Yogyakarta, Presiden RI Soeharto waktu
Amang dan Sawit 2001; Suryana dan itu mengemukakan: “………Kita harus
Mardianto 2001; Sawit 2002; Kasryno et menghasilkan sendiri bahan-bahan pa-
al. 2004). ngan khususnya beras dalam jumlah yang
Sejarah perekonomian pangan Negara kita telah ketahui agar kestabilan dari-
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada harga beras itu betul-betul akan
mencatat dengan jelas bahwa para pemim- terjamin………” (Sawit 2002).
pin negara ini secara konsisten meletakkan Pada masa reformasi, dimulai dari pe-
ekonomi pangan sebagai sesuatu hal yang merintahan Presiden B.J. Habibie, Presiden
sangat strategis. Presiden RI pertama Abdurrahman Wahid, dan Presiden Mega-
Soekarno menyadari betul pentingnya pe- wati Soekarnoputeri, isu pangan dan beras
nyediaan pangan bagi kelangsungan kehi- tetap menjadi prioritas (Suryana 2003a).
dupan bangsanya. Pada tanggal 27 April Dalam masa-masa pemerintahan tersebut,
1952, pada saat acara peletakan batu per- yang dicirikan oleh adanya krisis ekonomi
tama pembangunan gedung Fakultas yang cukup berat, swasembada beras tetap
Pertanian Universitas Indonesia di Bogor, menjadi sasaran utama kebijakan pangan.
Presiden Soekarno menyatakan bahwa: Pada periode tersebut, untuk merespons
menurunnya produksi beras domestik
karena krisis ekonomi dan anomali iklim
1)
Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor
(kemarau panjang), pemerintah berkali-kali
Riset yang disampaikan pada tanggal 20 Agustus
2007 di Bogor. dalam waktu relatif singkat menaikkan har-
2 Achmad Suryana

ga dasar gabah, mengeluarkan kebijakan World Food Summit tahun 2002


insentif berproduksi, dan membuka lebar menyepakati “Declaration of the World
pasar domestik bagi beras impor. Food Summit on International Alliance
Pada era Presiden Susilo Bambang Against Hunger”. Deklarasi ini meng-
Yudhoyono, filosofi kebijakan umum per- ingatkan bahwa tanggung jawab untuk
berasan pada intinya tetap sama dengan mewujudkan ketahanan pangan nasional
pemerintahan era-era sebelumnya, dengan terletak pada pemerintah dan masyarakat
variasi pada tataran kebijakan operasio- di negara masing-masing, yang disertai
nalnya. Penegasan sikap ini ditandai de- dengan dukungan penuh dari masyarakat
ngan pencanangan Revitalisasi Pertanian, internasional. Untuk melaksanakan hal itu
Perikanan dan Kehutanan (RPPK) oleh perlu aliansi internasional untuk mengikis
Presiden RI tanggal 11 Juni 2005 di Waduk kelaparan (FAO 2002; Suryana 2002).
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Salah Di Indonesia, jauh-jauh hari sebelum
satu tujuan RPPK adalah membangun ke- kemerdekaan, masalah pangan telah men-
tahanan pangan dengan mengoptimalkan jadi isu utama dalam kehidupan politik dan
pemanfaatan dan meningkatkan kapasitas ekonomi nasional. Raja-raja Jawa dilapor-
sumber daya pertanian (Kementerian kan mempunyai perhatian penuh untuk
Koordinator Bidang Perekonomian 2005). memupuk cadangan pangan. Demikian pu-
la pemerintah kolonial Belanda membentuk
badan khusus untuk menangani pengada-
DINAMIKA KONSEP KETAHANAN an pangan, yaitu Stichting Het Voedings
PANGAN DAN IMPLEMENTASI Middelenfonds (VMF) (Badan Urusan Lo-
KEBIJAKAN PANGAN gistisk 1971; Silitonga 1997; Dewan Keta-
hanan Pangan 2006).
Definisi dan Paradigma Pada era kemerdekaan, peraturan per-
Ketahanan Pangan undangan yang secara eksplisit mengatur
kebijakan ketahanan pangan nasional ada-
Ketahanan pangan telah menjadi salah lah Undang-Undang No. 7 Tahun 1996
satu variabel strategis dalam pembangun- tentang Pangan. Di dalam undang-undang
an ekonomi nasional, bahkan internasional. tersebut dirumuskan secara khusus ten-
Pada tataran internasional, penegasan bah- tang konsep ketahanan pangan dan upaya
wa hak atas pangan merupakan bagian mewujudkannya.
yang tidak terpisahkan dari hak azasi Sejalan dengan evolusi pemikiran ten-
manusia tercantum dalam Deklarasi Uni- tang pangan dan ketahanan pangan, de-
versal tentang Hak Azasi Manusia (Uni- finisi ketahanan pangan juga dirumuskan
versal Declaration of Human Right) tahun secara beragam dan berkembang sesuai
1952. Setelah itu, upaya global untuk me- dengan sudut pandang dan kepentingan
wujudkan hak atas pangan tersebut terus masing-masing, baik pada tataran global
bergulir, di antaranya dicerminkan dalam maupun nasional (Suryana 2003b; Wi-
isi deklarasi yang dihasilkan dalam World ganda 2003; Arifin 2004). Hal ini dise-
Food Summit pada tahun 1996, Millenium babkan ketahanan pangan (food security)
Development Goals tahun 2000, dan World mencakup banyak aspek, mulai dari pe-
Food Summit, five years later, tahun 2002 nyediaan, distribusi hingga konsumsi (De-
(FAO 1996; 2002). wan Ketahanan Pangan 2006).
Menelisik ketahanan pangan,... 3

Pada tahun 1970-an, diskusi tentang Di Indonesia, pengertian ketahanan


pencapaian ketahanan pangan sering lebih pangan secara formal dirumuskan dalam
ditekankan pada aspek penyediaan pada Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang
tingkat global dan nasional, sehingga sa- Pangan, yaitu: “terpenuhinya pangan
saran pembangunan ketahanan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
suatu negara adalah menyediakan pangan tersedianya pangan yang cukup, baik
yang cukup untuk seluruh penduduk. Mu- jumlah maupun mutunya, aman, merata,
lai dekade 1980, fokus kebijakan ketahanan dan terjangkau”. Definisi ini maknanya
pangan beralih bukan pada aspek penye- tidak jauh berbeda dengan definisi food
diaan di tingkat makro (nasional) saja, security di atas.
tetapi juga ditekankan untuk kecukupan Dari definisi tersebut, untuk keperluan
di tingkat rumah tangga, bahkan individu. praktis dan implementasi kebijakan serta
Perkembangan selanjutnya, upaya pe- program, dapat diidentifikasikan penja-
mantapan ketahanan pangan dikaitkan barannya sebagai berikut (Suryana 2001a,
dengan aspek-aspek yang lebih luas. 2001b, 2003a; Dewan Ketahanan Pangan
Evolusi pemikiran tersebut diabstrak- 2006):
sikan oleh Simatupang (komunikasi pri- 1. Pada tataran kebijakan nasional: (a)
badi, 2007), dengan mengklasifikasikan- pemenuhan pangan yang cukup bagi
nya berdasarkan tahapan evolusi pemikir- seluruh penduduk dari hasil produksi
an ketahanan pangan sebagai berikut: (1) sendiri merupakan kebijakan pokok
pendekatan ketersediaan pangan (food ekonomi pangan nasional; (b) kebijak-
availability approach); (2) pendekatan an penyediaan pangan dari hasil pro-
perolehan pangan (food entitlement duksi sendiri diperoleh dengan me-
approach); (3) pendekatan ketahanan pa- manfaatkan, melestarikan, dan mening-
ngan berkelanjutan (sustainable food katkan kapasitas sumber daya secara
security); (4) pendekatan nutritional food optimal; dan (c) kebijakan pemerataan
security; dan (5) pendekatan kedaulatan pangan antarwaktu, antarwilayah, dan
pangan (food sovereignity). antarkelas pendapatan ditangani me-
Pada tingkat global, definisi ketahanan lalui pengelolaan cadangan pangan,
pangan dinyatakan sebagai berikut: “Food distribusi, dan harga pangan.
security exists when all people, at all 2. Pada tataran rumah tangga: (a) unit po-
times, have physical and economic access kok kelompok sasaran ketahanan pa-
to sufficient, safe and nutritious food to ngan adalah individu-individu dalam
meet their dietary needs and food suatu rumah tangga; (b) tolok ukur
preferences for an active and healthy life” pencapaian ketahanan pangan adalah
(FAO 1996). Dari definisi ini dapat dipa- terjaminnya aksesibilitas fisik dan eko-
hami bahwa kondisi ketahanan pangan nomi atas pangan; dan (c) ketersediaan
tercapai apabila: (1) setiap individu pada pangan pada tingkat rumah tangga ter-
setiap saat mempunyai akses terhadap sebut harus dapat menjamin agar setiap
pangan baik secara fisik maupun secara anggota rumah tangga memperoleh
ekonomi, dan (2) pangan tersebut harus pangan dengan jumlah yang cukup
cukup, aman, dan bergizi guna memenuhi untuk hidup sehat dan produktif.
kebutuhan energi untuk menjalankan 3. Pada tataran komoditas: (a) karakteris-
kehidupan yang aktif, sehat, dan produktif. tik pangan yang dikonsumsi diarahkan
4 Achmad Suryana

agar memiliki mutu gizi yang baik untuk mulai dari 90% sampai 99% pemenuh-
kesehatan dan aman (safety), serta halal an kebutuhan nasional.
bagi warga muslim; dan (b) walaupun
jenis pangan itu beragam dan sangat Kebijakan pangan pada intinya ber-
banyak, yang menjadi titik perhatian kaitan dengan pengaturan dan fasilitasi
untuk ditangani melalui intervensi pe- pemerintah atas segala aspek ekonomi
merintah terbatas/dibatasi pada bebe- pangan. Mulai dari cara memproduksinya,
rapa pangan pokok. mengolahnya, menyediakannya, mem-
perolehnya, mendistribusikannya hingga
mengkonsumsinya merupakan aspek-
Kebijakan Pangan aspek yang menjadi perhatian utama pe-
merintah di bidang pembangunan pangan
Politik ekonomi pangan atau kebijakan yang diimplementasikan melalui berbagai
pangan nasional yang dibangun sejak In- regulasi, fasilitasi, dan intervensi. Definisi
donesia merdeka, secara filosofis memiliki umum pangan berdasarkan PP Nomor 68
kerangka dasar yang sama, dan diper- tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan
kirakan tidak akan berubah dalam periode adalah: “segala sesuatu yang berasal dari
15-20 tahun yang akan datang. Rumusan sumber hayati dan air, baik yang diolah
umum kebijakan pangan nasional tersebut maupun tidak diolah, yang diperuntuk-
adalah: kan sebagai makanan atau minuman bagi
1. Pada tataran makro, pemantapan ke- konsumsi manusia, termasuk bahan
tahanan pangan diyakini merupakan tambahan pangan, bahan baku pangan,
salah satu pilar utama bagi keberlan- dan bahan lain yang digunakan dalam
jutan pembangunan nasional, karena: proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
(a) ketahanan pangan terkait erat de- pembuatan makanan atau minuman”.
ngan ketahanan ekonomi dan stabilitas Dengan definisi komoditas pangan se-
politik nasional; (b) pencapaian keta- perti tersebut di atas, akan sangat banyak
hanan pangan merupakan basis bagi jenis pangan yang dapat dikonsumsi. Se-
pembangunan sumber daya manusia bagian besar dari kelompok komoditas ter-
yang berkualitas; dan (c) pemantapan sebut tidak disentuh oleh pengaturan pe-
ketahanan pangan, yang berarti pe- merintah dan memang tidak perlu diatur
menuhan pangan bagi setiap individu, oleh kebijakan ketat pemerintah. Peme-
merupakan perwujudan hak azasi ma- rintah baru akan berperan apabila pangan
nusia atas pangan. tersebut diperdagangkan, dalam rangka
2. Pada tataran praktis, kebijakan pangan menjamin dipenuhinya standar mutu, kese-
diwarnai sangat dominan oleh kebi- hatan, dan kehalalan pangan. Penetapan
jakan ekonomi beras, dengan sasaran harga pangan secara umum sebaiknya di-
utama untuk menyediakan beras dari serahkan kepada mekanisme pasar. Untuk
produksi domestik (swasembada) de- beberapa pangan pokok atau pangan stra-
ngan harga yang terjangkau oleh se- tegis bagi perekonomian nasional dan pa-
bagian besar penduduk. Definisi swa- da waktu-waktu tertentu, intervensi peme-
sembada beras berkembang dari swa- rintah dalam penyediaan, distribusi, dan
sembada mutlak, on trend dalam suatu harga pangan memang perlu dilakukan guna
kurun tahun tertentu, dan proporsional menjamin stabilitas ketahanan pangan.
Menelisik ketahanan pangan,... 5

Di Indonesia dalam tataran kebijakan daryanto 2004; Dewan Ketahanan Pangan


ekonomi makro, sering kali pembangunan 2006).
ketahanan pangan direduksi sebagai upa- Sejalan dengan upaya peningkatan
ya pencapaian ketahanan pangan beras, produksi beras domestik, berbagai bentuk
karena beras telah dijadikan komoditas kebijakan operasional pada aspek distri-
strategis secara ekonomi dan politik. Ke- busi dan konsumsi juga diimplementasi-
bijakan pangan pada umumnya terkon- kan. Pada intinya kebijakan itu berupa:
sentrasi pada upaya penyediaan beras 1. Intervensi pasar input berupa pene-
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rapan subsidi (pupuk, pestisida, benih)
yang terus meningkat sepanjang waktu. disertai penerapan teknologi rekomen-
Persepsi ini tidak hanya dianut oleh unsur- dasi untuk meningkatkan produktivi-
unsur pemerintah saja, tetapi juga dipa- tas.
hami oleh komponen bangsa lainnya, se- 2. Intervensi pasar output (padi dan be-
perti anggota legislatif, wakil-wakil orga- ras) berupa insentif harga bagi petani
nisasi kemasyarakatan, dan pengasuh me- agar termotivasi untuk meningkatkan
dia massa. Lebih jauh Arifin (1997) me- penyediaan beras domestik. Pada wak-
ngemukakan, beras mempunyai keduduk- tu tertentu “operasi pasar” dilaksanakan
an yang teramat vital dan fatal. Vital karena pemerintah dengan menambah pasok-
beras adalah kebutuhan dasar manusia an beras ke pasar pada harga tertentu
Indonesia dan fatal apabila penyediaan- agar harga beras yang tinggi kembali
nya defisit lantas dapat dijadikan alat oleh turun pada level yang dapat terjangkau
kekuatan politik, baik yang sedang ber- oleh sebagian besar konsumen.
kuasa maupun yang di luar kekuasaan saat 3. Intervensi sistem distribusi beras untuk
ini. Penilaian tersebut masih sangat re- meningkatkan keseimbangan distribusi
levan sampai kini. Oleh karena itu, beras antarwaktu (time) dan antarwilayah
selalu ditempatkan sebagai komoditas (spasial) serta menjamin alokasi beras
utama dalam penyusunan konsep dan im- bagi rakyat miskin dengan harga sub-
plementasi kebijakan perekonomian In- sidi (raskin) melalui pengelolaan ca-
donesia (Kasryno dan Pasandaran 2004). dangan dan distribusi pangan peme-
Untuk mencapai pertumbuhan pro- rintah.
duksi beras dalam negeri yang tinggi da-
lam rangka mengejar pertambahan per-
mintaannya, dalam kurun waktu lebih dari TINJAUAN KEBIJAKAN
60 tahun merdeka telah dilaksanakan ber- KETAHANAN PANGAN
bagai program peningkatan produksi padi,
seperti Padi Sentra, Bimas (Bimbingan Kemiskinan
Massal) dengan berbagai variasinya se- dan Ketahanan Pangan
perti Bimas Gotong Royong, Bimas Baru,
Inmas (Intensifikasi Massal), Insus (Inten- Berbagai lembaga internasional ataupun
sifikasi Khusus), Supra Insus, dan Gema para ahli ekonomi pembangunan telah
Palagung (Gerakan Masyarakat Agribisnis membahas adanya keterkaitan yang erat
Peningkatan Produksi Padi, Kedelai, Ja- antara kemiskinan (poverty) dan ketidak-
gung) untuk peningkatan produksi pangan tahanan pangan (food insecurity). Dek-
(Nataatmadja et al. 1988; Hafsah dan Su- larasi World Food Summit, five years later
6 Achmad Suryana

menegaskan pentingnya pembangunan adanya pertumbuhan permintaan pangan


pertanian dan pedesaan yang berkelanjut- yang lebih cepat daripada pertumbuhan
an agar kelaparan dan kemiskinan di dunia produksi pangan domestik. Kedua, be-
dapat dihapuskan (FAO 2002). Hal ini sarnya proporsi kelompok masyarakat
didasari kenyataan bahwa 70% penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
miskin tinggal di pedesaan dengan sumber (Suryana 2000).
utama pendapatan dari sektor pertanian. Arah pembangunan ketahanan pa-
Sejalan dengan deklarasi ini, Inter- ngan yaitu: (1) mewujudkan kemandirian
national Food Policy Research Institute pangan guna menjamin ketersediaan
(IFPRI 2002) mengemukakan bahwa pangan di tingkat nasional, daerah hingga
pertumbuhan ekonomi yang tinggi me- rumah tangga yang cukup, aman, bermutu,
rupakan prasyarat bagi pencapaian ke- dan bergizi seimbang; dan (2) perwujudan
tahanan pangan di masing-masing negara. ketahanan pangan tersebut merupakan
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi tanggung jawab bersama pemerintah dan
yang tinggi tersebut harus disertai dengan masyarakat, termasuk swasta. Pada da-
kemampuan masing-masing negara untuk sarnya, pembangunan ketahanan pangan
memanfaatkannya yang dapat memberi bertujuan untuk memperkuat ketahanan
manfaat bagi orang miskin, atau disebut pangan di tingkat mikro (rumah tangga
pro-poor growth. Untuk itu, pertumbuhan serta individu) dan di tingkat makro (na-
ekonomi yang disertai pemberdayaan sional). Urutan pencapaian tujuan ini mem-
masyarakat dan penyediaan pelayanan punyai makna strategis, karena secara
publik yang efektif merupakan fondasi bagi eksplisit pendekatan ini menetapkan pem-
upaya pembangunan ketahanan pangan bangunan ketahanan pangan yang ingin
yang berkelanjutan. dicapai adalah pada tingkat mikro/rumah
tangga.
Untuk mencapai tujuan pembangunan
Kebijakan Umum ketahanan pangan tersebut, strategi umum
Ketahanan Pangan yang diacu adalah strategi jalur ganda (twin-
track strategy), yaitu: (1) membangun
Rumusan kebijakan umum ketahanan ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan
pangan nasional 2006-2009 tertuang da- untuk menyediakan lapangan kerja dan
lam dokumen yang diterbitkan Dewan pendapatan, dan (2) memenuhi kebutuhan
Ketahanan Pangan (2006). Dalam doku- pangan bagi kelompok masyarakat miskin
men tersebut dinyatakan secara jelas dan rawan pangan melalui pemberian
bahwa ketahanan pangan akan terwujud bantuan langsung, disertai dengan upaya
bila terpenuhinya dua aspek sekaligus, memberdayakan mereka agar mampu
yaitu: (1) pangan tersedia secara cukup dan menolong dirinya sendiri.
merata untuk seluruh penduduk, dan (2) Khusus untuk beras, karena strate-
setiap penduduk mempunyai akses fisik gisnya komoditas ini bagi kehidupan eko-
dan ekonomi atas pangan untuk hidup nomi dan politik bangsa ini, pemerintah
sehat dan produktif. menetapkan suatu pengaturan tersendiri
Persoalan mendasar yang dihadapi dalam bentuk Instruksi Presiden RI (In-
dalam pembangunan ketahanan pangan pres), yang dimulai sejak periode peme-
terfokus pada dua hal pokok. Pertama, rintahan Presiden RI Soeharto pada tahun
Menelisik ketahanan pangan,... 7

1970-an. Kebijakan terakhir dituangkan Makan Rakyat. Tugas kementerian ini pada
dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2007 tentang intinya adalah mengumpulkan bahan
Kebijakan Perberasan. makanan serta mengawasi, menyimpan,
Pada intinya Inpres ini mengatur tujuh dan mengatur pembagiannya kepada rak-
pokok kebijakan perberasan nasional, yat (Badan Urusan Logistik 1971).
yaitu (Sekretariat Negara 2005; Naing- Pada era Orde Baru, fokus perhatian
golan 2006): program ketahanan pangan adalah pada
1. Pemberian dukungan peningkatan upaya pengadaan beras dari produksi
produktivitas, kualitas, dan produksi dalam negeri dengan sasaran tercapainya
padi. swasembada pangan (beras). Dalam tujuh
2. Dukungan bagi diversifikasi kegiatan periode Kabinet Pembangunan yang di-
ekonomi petani padi. pimpin Presiden Soeharto, walaupun ada
3. Pemberian dukungan kebijakan bagi perubahan-perubahan dalam struktur ka-
pengembangan penanganan pasca- binet selama tujuh periode tersebut, tugas-
panen gabah/beras. tugas berat ini tetap diemban oleh De-
4. Penentuan kebijakan harga output, partemen Pertanian.
berupa harga pembelian oleh peme- Selain Departemen Pertanian, pada era
rintah bagi padi dan beras. Orde Baru ini kelembagaan lain yang di-
5. Penyediaan dan penyaluran beras bentuk melalui Keputusan Presiden untuk
bersubsidi bagi kelompok masyarakat mendukung pencapaian ketahanan pangan
miskin dan rawan pangan. adalah:
6. Penyediaan dan penyaluran beras un- • Badan Urusan Logistik (Bulog), diben-
tuk menanggulangi keadaan darurat tuk tahun 1967 dengan tugas utama
dan menjaga stabilitas harga beras stabilisasi penyediaan dan harga beras
dalam negeri. domestik (Arifin 1997; Tirtosudiro 1997).
7. Penetapan kebijakan impor dan ekspor • Badan Pengendali Bimbingan Massal
beras dalam rangka menjaga kepen- (BP Bimas), merupakan lembaga se-
tingan petani dan konsumen. tingkat eselon I di bawah Departemen
Pertanian, dengan tugas pokok meng-
gerakkan masyarakat petani mening-
Dinamika Kelembagaan katkan produksi padi (Baharsjah 1997).
Ketahanan Pangan • Badan Benih Nasional, dibentuk tahun
1971, merupakan lembaga nonstruk-
Pada awal kemerdekaan, campur tangan tural di bawah koordinasi Menteri Per-
pemerintah dalam mewujudkan ketahanan tanian, dengan tugas utama mening-
pangan ditandai dengan pembentukan katkan penyediaan dan distribusi benih
Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat padi varietas unggul dengan potensi
(PMR) yang berada di bawah Kementerian hasil tinggi.
Kemakmuran (Kabinet RI Pertama). Setelah
itu, dalam periode 1944-1950, walaupun Pada era reformasi terjadi berbagai
kabinet silih berganti sampai sembilan kali, perubahan dalam struktur lembaga pe-
status dan fungsi lembaga ini tetap ber- merintahan. Sejalan dengan luasnya ca-
tahan, bahkan meningkat menjadi Ke- kupan ketahanan pangan, beberapa ke-
menterian (dengan portofolio) Persediaan menterian yang bertanggung jawab secara
8 Achmad Suryana

bersama-sama dalam pencapaian keta- ngan, kecuali kedelai, produksinya secara


hanan pangan adalah: konsisten meningkat dan melebihi per-
• Departemen Pekerjaan Umum, ber- tumbuhan penduduk. Dalam periode 1970-
tanggung jawab dalam aspek penge- 2005, produksi padi meningkat 2,8 kali,
lolaan lahan dan air, serta Departemen produksi jagung naik 4,43 kali, produksi
Perindustrian dan Kementerian Negara gula tumbuh 3,35 kali, dan produksi da-
BUMN dalam pengelolaan penyediaan ging sapi bertambah 2,21 kali lipat. Dari
input, terutama pupuk. capaian ini, secara agregat dalam 35 tahun
• Departemen Pertanian, mempunyai terakhir ketahanan pangan nasional men-
tugas utama dalam aspek penyediaan/ jadi semakin baik. Kesimpulan ini didu-
produksi dalam negeri dengan sasaran kung oleh data perkembangan pendapat-
swasembada berkelanjutan. an per kapita (nilai riil) yang naik 3,5 kali
• Departemen Perdagangan dan Bulog, lipat dan penduduk miskin yang menurun
diharapkan berperan dalam aspek pe- secara absolut dari 54,2 juta jiwa pada ta-
ngadaan cadangan pangan, pengatur- hun 1976 menjadi sekitar 39,1 juta jiwa pada
an keseimbangan pasokan, pengen- tahun 2006, padahal jumlah penduduk
dalian harga, dan distribusi untuk pe- terus meningkat.
nanganan kerawanan pangan transien Khusus untuk padi, peningkatan pro-
dan kronis. duksi, selain didukung oleh peningkatan
• Departemen Kesehatan dan Badan Pe- luas sawah (1,5 kali selama 35 tahun), juga
ngawasan Obat dan Makanan (POM), secara signifikan didorong oleh pening-
menangani aspek pemanfaatan atau katan produktivitas. Dengan demikian,
konsumsi pangan, yang menyangkut peran teknologi produksi on-farm sangat
kualitas dan kerawanan pangan. signifikan, yang ditandai oleh adanya
• Dewan Bimas Ketahanan Pangan, lalu revolusi hijau pada tahun 1970-an sampai
disempurnakan menjadi Dewan Ke- awal 1980-an dengan ditemukannya ber-
tahanan Pangan, merupakan lembaga bagai varietas unggul dan cara usaha tani
nonstruktural diketuai Presiden RI, yang lebih efisien. Selain itu, upaya pe-
dengan Ketua Harian Menteri Perta- nyampaian dan penerapan teknologi di-
nian. Fungsi dewan ini bersifat koor- percepat dengan skala besar melalui re-
dinatif dalam perumusan kebijakan, dan kayasa kelembagaan berupa gerakan yang
melaksanakan pemantauan serta pe- dikomando oleh pimpinan formal (Pre-
ngendalian ketahanan pangan siden, Gubernur, Bupati/Walikota) yang
diberi nama Bimas dengan berbagai va-
riasinya dari tahun ke tahun.
KERAGAAN KETAHANAN PANGAN Kemandirian pangan secara umum
NASIONAL diukur oleh besarnya rasio impor terhadap
produksi domestik. Dengan mengkaji data
Dalam kurun waktu 35 tahun, penduduk lima tahun terakhir (1999-2004), Indonesia
Indonesia meningkat dari 116,2 juta jiwa sudah mandiri dalam pemenuhan pangan
(tahun 1970) menjadi 219,2 juta jiwa (2005), beras bagi penduduknya, yang ditandai
atau kenaikan yang mencapai hampir 1,9 oleh rasio impor terhadap produksi yang
kali lipat. Pada kurun waktu yang sama, relatif kecil, yaitu rata-rata 3,7% per tahun.
dari lima komoditas utama ketahanan pa- Kondisi yang sama juga berlaku bagi ko-
Menelisik ketahanan pangan,... 9

moditas minyak goreng (0,2%), daging (Kasryno 1997; Pearson et al. 1997;
unggas (0,7%), telur (0,1%), ikan (1,5%), Timmer 1997). Namun demikian, karena
dan buah-buahan (0,7%). beras adalah komoditas politik, kebijakan
Kondisi yang cukup mengkhawatirkan stabilisasi harga tersebut tetap diberla-
terjadi untuk kedelai dan susu. Selama lima kukan sampai sekarang.
tahun terakhir, impor kedua komoditas Kinerja diversifikasi pangan diukur
pangan ini meningkat terus dan jauh lebih oleh dinamika pola konsumsi pangan
besar dari produksi domestik, yaitu ma- pokok dan pola pangan harapan. Dalam
sing-masing 1,6 dan 3,0 kali lipat. Demiki- selang waktu 1999-2005, pola konsumsi
an juga impor gandum yang mencapai rata- pangan pokok bergeser dari beragam
rata 3,8 juta ton selama lima tahun terak- sumber pangan karbohidrat ke arah yang
hir. lebih terfokus pada beras. Pada tahun 2005,
Secara nasional, ketersediaan energi dari 33 provinsi, hanya tinggal empat pro-
dan protein per kapita sudah jauh melebihi vinsi yang masih mempunyai keragaman
standar ketersediaan untuk energi (2.200 sumber pangan pokok karbohidrat, yaitu
kkal/hari) dan protein (52 g/hari), yaitu Nusa Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi
masing-masing 3.149 kkal/hari dan 78,3 g/ Tenggara, dan Papua (Nainggolan 2007).
hari. Untuk tingkat kecukupan konsumsi Namun, di lain pihak dalam periode 2003-
juga didapatkan gambaran yang cukup 2005 dilaporkan ada kecenderungan kom-
baik. Pada tahun 2005, konsumsi per kapita posisi pangan dan gizi yang dikonsumsi
energi sebesar 1.997 kkal/hari dan protein menjadi semakin baik.
55,2 g/hari, melebihi standar kecukup- Dari beberapa fakta di atas, dapat di-
annya. simpulkan bahwa keragaan ketahanan
Dari aspek harga, stabilisasi harga pangan nasional dalam 35 tahun terakhir
pangan kebutuhan pokok (terutama beras, menunjukkan kinerja yang cukup baik.
gula, minyak goreng, daging) pada hari- Kesimpulan ini agak berbeda dengan yang
hari besar nasional dan keagamaan dapat dikesankan oleh opini publik dan media
dipelihara dengan baik. Pemerintah secara akhir-akhir ini.
intensif memantau ketersediaan serta per-
gerakan harga dan apabila ada kecende-
rungan lonjakan harga, maka pemerintah ALTERNATIF PENYEMPURNAAN
segera mengintervensi pasar. Khusus un- KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN
tuk beras, intervensi tersebut sangat in-
tensif dan hasilnya cukup memuaskan, Sistem Ketahanan Pangan
baik pada masa Orde Baru (Arifin 1997)
maupun masa reformasi (Dewan Ketahan- Berdasarkan abstraksi pemikiran penulis,
an Pangan 2006). Namun, implementasi pembangunan ketahanan pangan nasional,
kebijakan stabilisasi harga beras ini mulai bila dikonstruksikan dalam “sistem” dapat
dipertanyakan relevansinya pada saat ini disajikan seperti Gambar 1 (Suryana 2003c;
karena peran ekonomi beras relatif menge- 2004a, 2004b). Pada intinya, sistem ke-
cil terhadap ekonomi nasional dan besar- tahanan pangan nasional tersebut adalah
nya biaya untuk melaksanakan kebijakan sebagai berikut:
stabilisasi harga tersebut atau cost 1. Sistem ketahanan pangan terdiri atas
effectiveness dari kebijakan tersebut tiga subsistem, yaitu: (a) penyediaan
10 Achmad Suryana

Peran masyarakat dalam:

• Produksi pangan
• Industri pengolahan pangan
• Perdagangan pangan
• Jasa pelayanan pangan
• Peningkatan kesadaran gizi
• Pengembangan solidaritas sosial

Input: Penyediaan Penyaluran Pemanfaat- Output:


(supply) (Distribution) an
• SD alam (Consump- • Pemenuhan
(lahan, air, Sumber Akses fisik tion) HAM atas
perairan) pangan dan ekonomi pangan
• Kelem- • Produksi antar: Konsumsi • Pengem-
bagaan • Impor • Wilayah pangan: bangan
• Budaya • Ekspor • Waktu • Bergizi SDM ber-
• Teknologi • Teknologi • Beragam kualitas
• Berimbang • Ketahanan
pangan
• Ketahanan
nasional

Fasilitas pemerintah berupa:

• Kebijakan ekonomi makro


• Kebijakan perdagangan dalam negeri dan
internasional
• Pelayanan/fasilitas fisik dan nonfisik
• Intervensi/pengelolaan pasar terkendali
• Pemberdayaan masyarakat

Gambar 1. Sistem ketahanan pangan nasional (Suryana 2001a, dimodifikasi).

atau pasokan, (b) penyampaian atau impor, dan stok tahun lalu diku-
distribusi, dan (c) pemanfaatan atau rangi ekspor. Untuk pangan pokok
konsumsi. Ketiga subsistem ini me- dan strategis, penyediaannya ha-
rupakan suatu rangkaian yang ber- rus dipenuhi dari produksi do-
urutan. mestik dengan memanfaatkan sum-
a) Penyediaan atau pasokan pangan ber daya pembangunan secara
bersumber dari produksi sendiri, optimal. Impor dilakukan hanya bi-
Menelisik ketahanan pangan,... 11

la ketersediaan pangan domestik tisipasi masyarakat. Fasilitasi peme-


menurun pada tingkat yang meng- rintah dapat berupa kebijakan ekono-
khawatirkan. Untuk pangan lain- mi makro, kebijakan perdagangan da-
nya, impor dan ekspor pangan di- lam negeri dan internasional, pela-
buka sebagai bagian dari liberali- yanan/fasilitasi fisik dan nonfisik,
sasi perdagangan. Stok atau ca- intervensi dan pengelolaan pasar ter-
dangan pangan dibangun pada kendali, serta pemberdayaan masya-
tingkat pemerintah, pemerintah rakat. Sementara itu, peran masyarakat
daerah, dan masyarakat melalui terutama berkaitan dengan kegiatan
lumbung pangan desa. produksi, industri pengolahan, per-
b) Penyaluran atau distribusi pangan dagangan, dan jasa pelayanan pangan;
dikembangkan untuk memperbaiki peningkatan kesadaran gizi masya-
akses atau keterjangkauan fisik dan rakat; dan pengembangan solidaritas
ekonomi masyarakat atas pangan. sosial.
Secara umum distribusi pangan 4. Sinergi yang baik antara input, proses,
harus diserahkan kepada mekanis- peran pemerintah dan masyarakat akan
me pasar, tetapi untuk pangan po- menghasilkan output sistem keta-
kok dan strategis, campur tangan hanan pangan, berupa: (a) pemenuhan
pemerintah masih diperlukan. Upa- HAM atas pangan, (b) pengembangan
ya mengatasi permasalahan distri- SDM berkualitas, (c) ketahanan pa-
busi pangan dilakukan melalui pe- ngan, dan (d) ketahanan nasional be-
ngelolaan cadangan pangan dan rupa stabilitas ekonomi dan politik.
kebijakan harga.
c) Pemanfaatan atau konsumsi pa- Dalam sistem ketahanan pangan na-
ngan merupakan subsistem yang sional, ketahanan pangan dimulai pada
kinerjanya sangat ditentukan oleh tingkat rumah tangga, wilayah, dan terak-
dua subsistem pendahulunya. Indi- hir nasional. Ada tiga komponen utama
kator kinerja dalam pemanfaatan pembentukan ketahanan pangan rumah
pangan adalah apabila seluruh ru- tangga, yaitu produksi sendiri (produc-
mah tangga dapat mengkonsumsi tion), cadangan pangan (stock), dan pen-
pangan yang bergizi, beragam, dan dapatan (income). Apabila pendapatan
berimbang sehingga dapat mendu- rumah tangga cukup besar sehingga se-
kung seseorang untuk hidup sehat luruh kebutuhan pangannya dapat secara
dan produktif. leluasa dipenuhi dari pasar, maka rumah
2. Kinerja ketiga subsistem dalam sistem tangga tersebut termasuk ke dalam rumah
ketahanan pangan tersebut akan baik tangga tahan pangan, walaupun mereka
apabila tersedia input yang memadai, tidak memproduksi pangan.
berupa sumber daya alam (lahan, air, Pasar pangan sudah masuk dalam
perairan), kelembagaan, budaya, dan tataran ketahanan pangan wilayah. Pasar
teknologi. pangan dibentuk dari produksi pangan
3. Ketersediaan input saja tidak cukup wilayah, impor, dan instrumen perda-
untuk menggerakkan proses dalam gangan. Pasar pangan, bersama produksi
suatu sistem apabila tidak ditunjang nasional, cadangan pangan masyarakat,
oleh pengaturan pemerintah dan par- dan bantuan pangan mendukung keta-
12 Achmad Suryana

hanan pangan wilayah. Uraian tentang tangga dengan sistem ketahanan pangan
keterkaitan variabel-variabel ketahanan wilayah dan nasional adalah pasar. Ber-
pangan diabstraksikan dalam Gambar 2. kaitan dengan hal itu, pengelolaan pasar
Uraian di atas melukiskan: (1) ada pangan terkendali menjadi salah satu
perbedaan dalam hal susunan variabel dan faktor kunci dalam pencapaian ketahanan
keterkaitannya dalam membangun keta- pangan nasional. Sementara itu, pem-
hanan pangan pada tingkat rumah tangga berdayaan masyarakat agar mampu me-
dan tingkat agregasi di atasnya (wilayah, masuki pasar tenaga kerja produktif (per-
nasional), dan (2) yang menghubungkan tanian maupun nonpertanian) sehingga
antara sistem ketahanan pangan rumah individu dan rumah tangga memperoleh

Transfer Usaha Produksi Cadangan


Payment Produktif Pangan Pangan RT

• Pemenuhan
Pendapatan HAM atas
RT Pangan
• SDM
Berkualitas
Ketahanan
Pangan RT

Ketahanan
Pangan Nasional

Ketahanan
Pasar
Ekonomi dan
Pangan
Politik Nasional

Cadangan Bantuan
Pangan Pangan
Masyarakat

Impor Perdagangan Produksi Cadangan Pangan


Antardaerah Nasional Pemerintah

Gambar 2. Keterkaitan ketahanan pangan rumah tangga dengan ketahanan pangan nasional.
Menelisik ketahanan pangan,... 13

pendapatan yang cukup, merupakan salah yang beragam, bergizi, dan berimbang
satu faktor penentu dalam menciptakan juga akan makin baik. Program ini
ketahanan pangan rumah tangga. Bersa- menekankan pada upaya peningkatan
maan dengan itu, penciptaan lapangan kemampuan rumah tangga mengakses
kerja produktif menjadi prasyarat bagi pangan, baik dari produksi sendiri mau-
tercapainya ketahanan pangan, baik di pun dari pasar.
tingkat rumah tangga maupun nasional.
2. Program Peningkatan Kapasitas Pro-
duksi Pangan
Alternatif Program Sasaran program ini adalah untuk me-
Ketahanan Pangan ningkatkan kapasitas nasional dalam
peningkatan produksi pangan yang
Dengan adanya perubahan orientasi pem- dapat merespons dinamika permintaan
bangunan pertanian dari produksi ke agri- pangan penduduk dan mendorong pe-
bisnis maka orientasi kebijakan pangan merataan penyediaan pangan. Dengan
tidak hanya untuk mencapai swasembada program ini diharapkan akan terjadi
beras, tetapi juga untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya
pendapatan petani, produktivitas usaha alam untuk mewujudkan ketahanan
tani, kesempatan kerja, dan pertumbuhan pangan berbasis sumber daya domes-
industri pangan (Baharsjah 1997). Selain tik.
itu, setelah Indonesia mencapai swa-
sembada beras tahun 1984, sasaran pem-
3. Program Pengelolaan Distribusi dan
bangunan pangan diperluas, selain pe-
Pasar Pangan
mantapan swasembada beras juga mulai
memperhatikan kualitas konsumsi pangan Sasaran program ini adalah untuk
ke arah pangan yang bermutu dan bergizi mengatasi ketidakseimbangan atau
seimbang (Hasan 1997). Pandangan kedua ketimpangan dalam akses atas pangan,
mantan Menteri pada Kabinet Pemba- baik antarwaktu, tempat maupun go-
ngunan VI itu masih relevan untuk dida- longan pendapatan, serta untuk me-
lami lebih lanjut dengan kondisi saat ini. ngatasi fluktuasi harga pangan pokok
Implikasi kebijakan ketahanan pangan dan strategis. Dengan upaya ini, ke-
dapat ditempuh melalui empat program rawanan pangan transien (temporer)
pokok, yaitu: atau kronis dapat diatasi dengan lebih
baik.
1. Program Peningkatan Kapasitas Eko-
nomi Masyarakat 4. Program Peningkatan Mutu Konsumsi
Sasaran program ini adalah untuk me- Pangan
ningkatkan kapasitas ekonomi masya- Sasaran program ini adalah untuk me-
rakat pada tingkat wilayah ekonomi ningkatkan kualitas konsumsi pangan
terkecil, misalnya desa atau kecamat- sesuai dengan standar gizi seimbang,
an, guna meningkatkan pendapatan untuk dapat hidup aktif, sehat, dan
rumah tangga di wilayah tersebut. produktif. Dengan pendekatan ini
Dengan pendapatan yang meningkat diharapkan akan terjadi penurunan
maka akses rumah tangga pada pangan konsumsi beras per kapita, peningkatan
14 Achmad Suryana

kualitas asupan pangan, dan pada pangan, yaitu: (1) Peningkatan Kapasitas
akhirnya terjadi peningkatan kualitas Ekonomi Masyarakat, (2) Peningkatan
sumber daya manusia Indonesia. Kapasitas Produksi Pangan, (3) Penge-
lolaan Distribusi dan Pasar Pangan, dan
(4) Peningkatan Mutu Konsumsi Pangan.
KESIMPULAN

Bagi suatu negara dengan ciri seperti PENUTUP


Indonesia, yaitu wilayah yang menyebar
dalam bentuk gugusan-gugusan pulau, Ketahanan pangan adalah masalah uni-
jumlah penduduk yang besar dan me- versal. Aspek ini selalu menjadi perhatian
nyebar tidak merata, ketimpangan pen- penuh mulai dari tingkat rumah tangga,
dapatan yang tinggi, dan pertanian me- wilayah, nasional hingga global. Hal ini
rupakan sektor ekonomi utama, maka terjadi karena pangan merupakan ke-
kebijakan umum negara yang meletakkan butuhan dasar manusia yang pemenuh-
ketahanan pangan sebagai salah satu pilar annya bukan hanya merupakan kewajiban
penopang keberlanjutan pemerintahan pribadi masing-masing, tetapi juga se-
negara dan bangsa Indonesia sudah tepat. kaligus tanggung jawab masyarakat dan
Secara umum Indonesia sudah mampu pemerintah. Tanpa pangan yang cukup
menyediakan sebagian besar kebutuhan dalam jumlah dan mutunya, tidak mung-
pangannya dari produksi domestik. Ge- kin dapat dibangun bangsa yang ber-
jolak pasokan dan harga yang terjadi se- kualitas. Bagi Indonesia, berdasarkan
ring kali bukan karena anjloknya ke- posisi strategis beras sebagai komoditas
mampuan produksi domestik, tetapi lebih pangan, maka padi, beras, nasi adalah sa-
karena faktor eksternal, termasuk dinamika lah satu sumber kehidupan utama bangsa
pasar internasional dan aspek ekonomi- ini.
politik dalam negeri.
Pada tataran praktis, upaya pencapaian
ketahanan pangan sering kali direduksi
menjadi kebijakan ekonomi beras, terutama DAFTAR PUSTAKA
berupa stabilisasi pasokan dan harga. Hal
ini dilandasi oleh kenyataan dalam kehi- Amang, B. dan M.H. Sawit. 2001. Ke-
dupan bernegara dan bermasyarakat yang bijakan Beras dan Pangan Nasional,
hampir semua komponen bangsa mem- Pelajaran Orde Baru dan Orde Refor-
perlakukan beras sebagai komoditas po- masi. Badan Urusan Logistik, Jakarta.
litik. Kondisi seperti ini diperkirakan masih Arifin, B. 1997. Manajemen krisis pangan.
tetap mewarnai kebijakan ketahanan pa- Dalam 30 Tahun Peran Bulog dalam
ngan nasional 15-20 tahun ke depan. Ketahanan Pangan. Badan Urusan
Untuk mewujudkan ketahanan pangan Logistik, Jakarta.
berkelanjutan, perlu ada penyempurnaan Arifin, B. 2004. Penyediaan dan akse-
dan fine tunning dari program ketahanan sibilitas ketahanan pangan. Dalam
pangan yang selama ini telah dilaksanakan. Soekirman et al. (eds). Prosiding
Dalam tulisan ini ditawarkan empat prog- WKNPG VIII. Ketahanan Pangan dan
ram pokok untuk pencapaian ketahanan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Glo-
Menelisik ketahanan pangan,... 15

balisasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Kasryno, F. dan E. Pasandaran. 2004. Re-


Indonesia, Jakarta. posisi padi dan beras dalam pereko-
Badan Urusan Logistik. 1971. Seperempat nomian nasional. Dalam F. Kasryno,
Abad Bergulat dengan Butir-butir Be- E. Pasandaran, dan A.M. Fagi (ed.).
ras. Badan Urusan Logistik, Jakarta. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia.
Baharsjah, S. 1997. Corak kebijaksanaan Badan Penelitian dan Pengembangan
pangan berkelanjutan dalam era libe- Pertanian, Jakarta.
ralisasi. Dalam 30 Tahun Peran Bulog Kasryno, F., E. Pasandaran, dan A.M. Fagi
dalam Ketahanan Pangan. Badan (ed.). 2004. Ekonomi Padi dan Beras.
Urusan Logistik, Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan
Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijak- Pertanian, Jakarta.
an Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Kementerian Koordinator Bidang Per-
Dewan Ketahanan Pangan, Jakarta. ekonomian. 2005. Revitalisasi Perta-
FAO (Food and Agriculture Organiza- nian, Perikanan dan Kehutanan Indo-
tion). 1996. Rome Declaration on World nesia. Jakarta.
Food Security and World Food Summit Mears, L.A. 1982. Era Baru Ekonomi Per-
Plan of Action. FAO, Rome. berasan Indonesia (terjemahan). Gadjah
FAO (Food and Agriculture Organiza- Mada University Press, Yogyakarta.
tion). 2002. Declaration of The World Nainggolan, K. 2006. Ekonomi Politik
Food Summit: Five Years Later, In- Perberasan Nasional. Disajikan dalam
ternational Alliance Against Hunger. diskusi Politik Beras dalam Memba-
FAO, Rome. ngun Ketahanan Pangan, Himpunan
Hafsah, M.J. dan T. Sudaryanto. 2004. Alumni IPB. Bogor, 14 Januari 2006.
Sejarah intensifikasi padi dan prospek Nainggolan, K. 2007. Kebutuhan Inovasi
pengembangannya. Dalam F. Kasry- Teknologi Pascapanen dalam Mendu-
no, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi (ed.) kung Program Diversifikasi Konsumsi
Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. dan Keamanan Pangan. Disampaikan
Badan Penelitian dan Pengembangan pada Sinkronisasi Program Badan
Pertanian, Jakarta. Litbang Pertanian. Bogor, April 2007.
Hasan, I. 1997. Kebijaksanaan pangan Nataatmadja, H., D.J. Kertosastro, dan A.
berkelanjutan dalam liberalisasi per- Suryana. 1988. Perkembangan pro-
dagangan. Dalam 30 Tahun Peran duksi dan kebijakan pemerintah dalam
Bulog dalam Ketahanan Pangan. Ba- produksi beras. Dalam M. Ismunadji
dan Urusan Logistik, Jakarta. et al. (ed.). Padi, Buku I. Pusat Peneliti-
IFPRI (International Food Policy Research an dan Pengembangan Tanaman Pa-
Institute). 2002. Achieving Sustainable ngan, Bogor.
Food Security for All by 2020. IFPRI, Pearson, S., E. Monke, dan R.S. Baulch.
Washington, D.C. 1997. The cost of rice price stabilization
Kasryno, F. 1997. Peran kebijaksanaan under selfsufficiency. Dalam 30 Tahun
pengendalian harga dalam mendukung Peran Bulog dalam Ketahanan Pangan.
ketahanan pangan di Indonesia. Dalam Badan Urusan Logistik, Jakarta.
30 Tahun Peran Bulog dalam Ketahan- Sawit, M.H. (ed.). 2002. Bulog: Pergulatan
an Pangan. Badan Urusan Logistik, dalam Pemantapan Peran dan Penye-
Jakarta. suaian Kelembagaan. IPB Press, Bogor.
16 Achmad Suryana

Sekretariat Negara. 2005. Lampiran Pidato Suryana, A. 2003a. Review kebijakan beras
Kenegaraan Presiden RI serta Kete- nasional. Dalam A. Suryana (ed.).
rangan Pemerintah atas RUU tentang Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Ke-
APBN TA 2006 Beserta Nota Keuang- bijakan Ketahanan Pangan. BPFE-
an. Sekretariat Negara, Jakarta. Yogyakarta.
Silitonga. C. (ed.). 1997. 30 Tahun Peran Suryana, A. 2003b. Ketahanan Pangan atau
Bulog dalam Ketahanan Pangan. Ba- Kemandirian Pangan? Suara Pemba-
dan Urusan Logistik, Jakarta. ruan, 11 Februari 2003.
Suryana, A. 1998. Isu strategis dan alter- Suryana, A. 2003c. Kapita Selekta Evolusi
natif kebijakan pembangunan pertani- Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pa-
an memasuki Repelita VII. Dalam ngan. BPFE-Yogyakarta.
Analisis Kebijaksanaan Pembangun- Suryana, A. (ed.). 2004a. Kemandirian
an Agribisnis di Pedesaan dan Analisis Pangan Menuju Ketahanan Pangan
Dampak Krisis. Monograph Series No. Berkelanjutan. Badan Bimas Ketahan-
18. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi an Pangan kerja sama dengan Harian
Pertanian, Bogor. Umum Suara Pembaruan, Jakarta.
Suryana, A. 2000. Peran sektor pertanian Suryana, A. 2004b. Ketahanan pangan di
dalam memenuhi kecukupan pangan Indonesia. Dalam Soekirman et al. (ed.)
Nasional. Dalam Prosiding Kerja Sama Prosiding WKNPG VIII Ketahanan
IPPTP Denpasar dengan Universitas Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah
Udayana, Denpasar. dan Globalisasi. Lembaga Ilmu Pe-
Suryana, A. 2001a. Kebijakan ketahanan ngetahuan Indonesia, Jakarta.
pangan. Dalam Haryadi dan W. Supar- Timmer. C.P. 1997. Does Bulog stabilize rice
tomo (ed.). Prosiding Seminar Ketahan- prices in Indonesia? Should it try?
an Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Dalam 30 Tahun Peran Bulog dalam
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketahanan Pangan. Badan Urusan
Suryana, A. 2001b. Harmonisasi kebijakan Logistik, Jakarta.
ketahanan pangan nasional dan dae- Tirtosudiro. A. 1997. Kebijaksanaan
rah. Dalam Prosiding Pusat Studi Keta- pangan nasional: Dari manajemen kri-
hanan Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. sis pangan sampai kesiapan meng-
Suryana, A. dan S. Mardianto (ed.). 2001. hadapi era globalisasi. Dalam 30 Tahun
Bunga Rampai Ekonomi Beras. Lem- Peran Bulog dalam Ketahanan Pangan.
baga Penyelidikan Ekonomi Masyara- Badan Urusan Logistik, Jakarta.
kat, Fakultas Ekonomi Universitas In- Wiganda. 2003. Dinamika Konsep Ke-
donesia, Jakarta. tahanan Pangan. Suara Pembaruan 9
Suryana, A. 2002. World Food Summit: Agustus 2003.
Aliansi internasional mengikis kela-
paran. Kompas, 18 Juni 2002.

Anda mungkin juga menyukai