Pengembangan pangan,...
Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 1-16 1
Achmad Suryana
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161
agar memiliki mutu gizi yang baik untuk mulai dari 90% sampai 99% pemenuh-
kesehatan dan aman (safety), serta halal an kebutuhan nasional.
bagi warga muslim; dan (b) walaupun
jenis pangan itu beragam dan sangat Kebijakan pangan pada intinya ber-
banyak, yang menjadi titik perhatian kaitan dengan pengaturan dan fasilitasi
untuk ditangani melalui intervensi pe- pemerintah atas segala aspek ekonomi
merintah terbatas/dibatasi pada bebe- pangan. Mulai dari cara memproduksinya,
rapa pangan pokok. mengolahnya, menyediakannya, mem-
perolehnya, mendistribusikannya hingga
mengkonsumsinya merupakan aspek-
Kebijakan Pangan aspek yang menjadi perhatian utama pe-
merintah di bidang pembangunan pangan
Politik ekonomi pangan atau kebijakan yang diimplementasikan melalui berbagai
pangan nasional yang dibangun sejak In- regulasi, fasilitasi, dan intervensi. Definisi
donesia merdeka, secara filosofis memiliki umum pangan berdasarkan PP Nomor 68
kerangka dasar yang sama, dan diper- tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan
kirakan tidak akan berubah dalam periode adalah: “segala sesuatu yang berasal dari
15-20 tahun yang akan datang. Rumusan sumber hayati dan air, baik yang diolah
umum kebijakan pangan nasional tersebut maupun tidak diolah, yang diperuntuk-
adalah: kan sebagai makanan atau minuman bagi
1. Pada tataran makro, pemantapan ke- konsumsi manusia, termasuk bahan
tahanan pangan diyakini merupakan tambahan pangan, bahan baku pangan,
salah satu pilar utama bagi keberlan- dan bahan lain yang digunakan dalam
jutan pembangunan nasional, karena: proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
(a) ketahanan pangan terkait erat de- pembuatan makanan atau minuman”.
ngan ketahanan ekonomi dan stabilitas Dengan definisi komoditas pangan se-
politik nasional; (b) pencapaian keta- perti tersebut di atas, akan sangat banyak
hanan pangan merupakan basis bagi jenis pangan yang dapat dikonsumsi. Se-
pembangunan sumber daya manusia bagian besar dari kelompok komoditas ter-
yang berkualitas; dan (c) pemantapan sebut tidak disentuh oleh pengaturan pe-
ketahanan pangan, yang berarti pe- merintah dan memang tidak perlu diatur
menuhan pangan bagi setiap individu, oleh kebijakan ketat pemerintah. Peme-
merupakan perwujudan hak azasi ma- rintah baru akan berperan apabila pangan
nusia atas pangan. tersebut diperdagangkan, dalam rangka
2. Pada tataran praktis, kebijakan pangan menjamin dipenuhinya standar mutu, kese-
diwarnai sangat dominan oleh kebi- hatan, dan kehalalan pangan. Penetapan
jakan ekonomi beras, dengan sasaran harga pangan secara umum sebaiknya di-
utama untuk menyediakan beras dari serahkan kepada mekanisme pasar. Untuk
produksi domestik (swasembada) de- beberapa pangan pokok atau pangan stra-
ngan harga yang terjangkau oleh se- tegis bagi perekonomian nasional dan pa-
bagian besar penduduk. Definisi swa- da waktu-waktu tertentu, intervensi peme-
sembada beras berkembang dari swa- rintah dalam penyediaan, distribusi, dan
sembada mutlak, on trend dalam suatu harga pangan memang perlu dilakukan guna
kurun tahun tertentu, dan proporsional menjamin stabilitas ketahanan pangan.
Menelisik ketahanan pangan,... 5
1970-an. Kebijakan terakhir dituangkan Makan Rakyat. Tugas kementerian ini pada
dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2007 tentang intinya adalah mengumpulkan bahan
Kebijakan Perberasan. makanan serta mengawasi, menyimpan,
Pada intinya Inpres ini mengatur tujuh dan mengatur pembagiannya kepada rak-
pokok kebijakan perberasan nasional, yat (Badan Urusan Logistik 1971).
yaitu (Sekretariat Negara 2005; Naing- Pada era Orde Baru, fokus perhatian
golan 2006): program ketahanan pangan adalah pada
1. Pemberian dukungan peningkatan upaya pengadaan beras dari produksi
produktivitas, kualitas, dan produksi dalam negeri dengan sasaran tercapainya
padi. swasembada pangan (beras). Dalam tujuh
2. Dukungan bagi diversifikasi kegiatan periode Kabinet Pembangunan yang di-
ekonomi petani padi. pimpin Presiden Soeharto, walaupun ada
3. Pemberian dukungan kebijakan bagi perubahan-perubahan dalam struktur ka-
pengembangan penanganan pasca- binet selama tujuh periode tersebut, tugas-
panen gabah/beras. tugas berat ini tetap diemban oleh De-
4. Penentuan kebijakan harga output, partemen Pertanian.
berupa harga pembelian oleh peme- Selain Departemen Pertanian, pada era
rintah bagi padi dan beras. Orde Baru ini kelembagaan lain yang di-
5. Penyediaan dan penyaluran beras bentuk melalui Keputusan Presiden untuk
bersubsidi bagi kelompok masyarakat mendukung pencapaian ketahanan pangan
miskin dan rawan pangan. adalah:
6. Penyediaan dan penyaluran beras un- • Badan Urusan Logistik (Bulog), diben-
tuk menanggulangi keadaan darurat tuk tahun 1967 dengan tugas utama
dan menjaga stabilitas harga beras stabilisasi penyediaan dan harga beras
dalam negeri. domestik (Arifin 1997; Tirtosudiro 1997).
7. Penetapan kebijakan impor dan ekspor • Badan Pengendali Bimbingan Massal
beras dalam rangka menjaga kepen- (BP Bimas), merupakan lembaga se-
tingan petani dan konsumen. tingkat eselon I di bawah Departemen
Pertanian, dengan tugas pokok meng-
gerakkan masyarakat petani mening-
Dinamika Kelembagaan katkan produksi padi (Baharsjah 1997).
Ketahanan Pangan • Badan Benih Nasional, dibentuk tahun
1971, merupakan lembaga nonstruk-
Pada awal kemerdekaan, campur tangan tural di bawah koordinasi Menteri Per-
pemerintah dalam mewujudkan ketahanan tanian, dengan tugas utama mening-
pangan ditandai dengan pembentukan katkan penyediaan dan distribusi benih
Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat padi varietas unggul dengan potensi
(PMR) yang berada di bawah Kementerian hasil tinggi.
Kemakmuran (Kabinet RI Pertama). Setelah
itu, dalam periode 1944-1950, walaupun Pada era reformasi terjadi berbagai
kabinet silih berganti sampai sembilan kali, perubahan dalam struktur lembaga pe-
status dan fungsi lembaga ini tetap ber- merintahan. Sejalan dengan luasnya ca-
tahan, bahkan meningkat menjadi Ke- kupan ketahanan pangan, beberapa ke-
menterian (dengan portofolio) Persediaan menterian yang bertanggung jawab secara
8 Achmad Suryana
moditas minyak goreng (0,2%), daging (Kasryno 1997; Pearson et al. 1997;
unggas (0,7%), telur (0,1%), ikan (1,5%), Timmer 1997). Namun demikian, karena
dan buah-buahan (0,7%). beras adalah komoditas politik, kebijakan
Kondisi yang cukup mengkhawatirkan stabilisasi harga tersebut tetap diberla-
terjadi untuk kedelai dan susu. Selama lima kukan sampai sekarang.
tahun terakhir, impor kedua komoditas Kinerja diversifikasi pangan diukur
pangan ini meningkat terus dan jauh lebih oleh dinamika pola konsumsi pangan
besar dari produksi domestik, yaitu ma- pokok dan pola pangan harapan. Dalam
sing-masing 1,6 dan 3,0 kali lipat. Demiki- selang waktu 1999-2005, pola konsumsi
an juga impor gandum yang mencapai rata- pangan pokok bergeser dari beragam
rata 3,8 juta ton selama lima tahun terak- sumber pangan karbohidrat ke arah yang
hir. lebih terfokus pada beras. Pada tahun 2005,
Secara nasional, ketersediaan energi dari 33 provinsi, hanya tinggal empat pro-
dan protein per kapita sudah jauh melebihi vinsi yang masih mempunyai keragaman
standar ketersediaan untuk energi (2.200 sumber pangan pokok karbohidrat, yaitu
kkal/hari) dan protein (52 g/hari), yaitu Nusa Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi
masing-masing 3.149 kkal/hari dan 78,3 g/ Tenggara, dan Papua (Nainggolan 2007).
hari. Untuk tingkat kecukupan konsumsi Namun, di lain pihak dalam periode 2003-
juga didapatkan gambaran yang cukup 2005 dilaporkan ada kecenderungan kom-
baik. Pada tahun 2005, konsumsi per kapita posisi pangan dan gizi yang dikonsumsi
energi sebesar 1.997 kkal/hari dan protein menjadi semakin baik.
55,2 g/hari, melebihi standar kecukup- Dari beberapa fakta di atas, dapat di-
annya. simpulkan bahwa keragaan ketahanan
Dari aspek harga, stabilisasi harga pangan nasional dalam 35 tahun terakhir
pangan kebutuhan pokok (terutama beras, menunjukkan kinerja yang cukup baik.
gula, minyak goreng, daging) pada hari- Kesimpulan ini agak berbeda dengan yang
hari besar nasional dan keagamaan dapat dikesankan oleh opini publik dan media
dipelihara dengan baik. Pemerintah secara akhir-akhir ini.
intensif memantau ketersediaan serta per-
gerakan harga dan apabila ada kecende-
rungan lonjakan harga, maka pemerintah ALTERNATIF PENYEMPURNAAN
segera mengintervensi pasar. Khusus un- KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN
tuk beras, intervensi tersebut sangat in-
tensif dan hasilnya cukup memuaskan, Sistem Ketahanan Pangan
baik pada masa Orde Baru (Arifin 1997)
maupun masa reformasi (Dewan Ketahan- Berdasarkan abstraksi pemikiran penulis,
an Pangan 2006). Namun, implementasi pembangunan ketahanan pangan nasional,
kebijakan stabilisasi harga beras ini mulai bila dikonstruksikan dalam “sistem” dapat
dipertanyakan relevansinya pada saat ini disajikan seperti Gambar 1 (Suryana 2003c;
karena peran ekonomi beras relatif menge- 2004a, 2004b). Pada intinya, sistem ke-
cil terhadap ekonomi nasional dan besar- tahanan pangan nasional tersebut adalah
nya biaya untuk melaksanakan kebijakan sebagai berikut:
stabilisasi harga tersebut atau cost 1. Sistem ketahanan pangan terdiri atas
effectiveness dari kebijakan tersebut tiga subsistem, yaitu: (a) penyediaan
10 Achmad Suryana
• Produksi pangan
• Industri pengolahan pangan
• Perdagangan pangan
• Jasa pelayanan pangan
• Peningkatan kesadaran gizi
• Pengembangan solidaritas sosial
atau pasokan, (b) penyampaian atau impor, dan stok tahun lalu diku-
distribusi, dan (c) pemanfaatan atau rangi ekspor. Untuk pangan pokok
konsumsi. Ketiga subsistem ini me- dan strategis, penyediaannya ha-
rupakan suatu rangkaian yang ber- rus dipenuhi dari produksi do-
urutan. mestik dengan memanfaatkan sum-
a) Penyediaan atau pasokan pangan ber daya pembangunan secara
bersumber dari produksi sendiri, optimal. Impor dilakukan hanya bi-
Menelisik ketahanan pangan,... 11
hanan pangan wilayah. Uraian tentang tangga dengan sistem ketahanan pangan
keterkaitan variabel-variabel ketahanan wilayah dan nasional adalah pasar. Ber-
pangan diabstraksikan dalam Gambar 2. kaitan dengan hal itu, pengelolaan pasar
Uraian di atas melukiskan: (1) ada pangan terkendali menjadi salah satu
perbedaan dalam hal susunan variabel dan faktor kunci dalam pencapaian ketahanan
keterkaitannya dalam membangun keta- pangan nasional. Sementara itu, pem-
hanan pangan pada tingkat rumah tangga berdayaan masyarakat agar mampu me-
dan tingkat agregasi di atasnya (wilayah, masuki pasar tenaga kerja produktif (per-
nasional), dan (2) yang menghubungkan tanian maupun nonpertanian) sehingga
antara sistem ketahanan pangan rumah individu dan rumah tangga memperoleh
• Pemenuhan
Pendapatan HAM atas
RT Pangan
• SDM
Berkualitas
Ketahanan
Pangan RT
Ketahanan
Pangan Nasional
Ketahanan
Pasar
Ekonomi dan
Pangan
Politik Nasional
Cadangan Bantuan
Pangan Pangan
Masyarakat
Gambar 2. Keterkaitan ketahanan pangan rumah tangga dengan ketahanan pangan nasional.
Menelisik ketahanan pangan,... 13
pendapatan yang cukup, merupakan salah yang beragam, bergizi, dan berimbang
satu faktor penentu dalam menciptakan juga akan makin baik. Program ini
ketahanan pangan rumah tangga. Bersa- menekankan pada upaya peningkatan
maan dengan itu, penciptaan lapangan kemampuan rumah tangga mengakses
kerja produktif menjadi prasyarat bagi pangan, baik dari produksi sendiri mau-
tercapainya ketahanan pangan, baik di pun dari pasar.
tingkat rumah tangga maupun nasional.
2. Program Peningkatan Kapasitas Pro-
duksi Pangan
Alternatif Program Sasaran program ini adalah untuk me-
Ketahanan Pangan ningkatkan kapasitas nasional dalam
peningkatan produksi pangan yang
Dengan adanya perubahan orientasi pem- dapat merespons dinamika permintaan
bangunan pertanian dari produksi ke agri- pangan penduduk dan mendorong pe-
bisnis maka orientasi kebijakan pangan merataan penyediaan pangan. Dengan
tidak hanya untuk mencapai swasembada program ini diharapkan akan terjadi
beras, tetapi juga untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya
pendapatan petani, produktivitas usaha alam untuk mewujudkan ketahanan
tani, kesempatan kerja, dan pertumbuhan pangan berbasis sumber daya domes-
industri pangan (Baharsjah 1997). Selain tik.
itu, setelah Indonesia mencapai swa-
sembada beras tahun 1984, sasaran pem-
3. Program Pengelolaan Distribusi dan
bangunan pangan diperluas, selain pe-
Pasar Pangan
mantapan swasembada beras juga mulai
memperhatikan kualitas konsumsi pangan Sasaran program ini adalah untuk
ke arah pangan yang bermutu dan bergizi mengatasi ketidakseimbangan atau
seimbang (Hasan 1997). Pandangan kedua ketimpangan dalam akses atas pangan,
mantan Menteri pada Kabinet Pemba- baik antarwaktu, tempat maupun go-
ngunan VI itu masih relevan untuk dida- longan pendapatan, serta untuk me-
lami lebih lanjut dengan kondisi saat ini. ngatasi fluktuasi harga pangan pokok
Implikasi kebijakan ketahanan pangan dan strategis. Dengan upaya ini, ke-
dapat ditempuh melalui empat program rawanan pangan transien (temporer)
pokok, yaitu: atau kronis dapat diatasi dengan lebih
baik.
1. Program Peningkatan Kapasitas Eko-
nomi Masyarakat 4. Program Peningkatan Mutu Konsumsi
Sasaran program ini adalah untuk me- Pangan
ningkatkan kapasitas ekonomi masya- Sasaran program ini adalah untuk me-
rakat pada tingkat wilayah ekonomi ningkatkan kualitas konsumsi pangan
terkecil, misalnya desa atau kecamat- sesuai dengan standar gizi seimbang,
an, guna meningkatkan pendapatan untuk dapat hidup aktif, sehat, dan
rumah tangga di wilayah tersebut. produktif. Dengan pendekatan ini
Dengan pendapatan yang meningkat diharapkan akan terjadi penurunan
maka akses rumah tangga pada pangan konsumsi beras per kapita, peningkatan
14 Achmad Suryana
kualitas asupan pangan, dan pada pangan, yaitu: (1) Peningkatan Kapasitas
akhirnya terjadi peningkatan kualitas Ekonomi Masyarakat, (2) Peningkatan
sumber daya manusia Indonesia. Kapasitas Produksi Pangan, (3) Penge-
lolaan Distribusi dan Pasar Pangan, dan
(4) Peningkatan Mutu Konsumsi Pangan.
KESIMPULAN
Sekretariat Negara. 2005. Lampiran Pidato Suryana, A. 2003a. Review kebijakan beras
Kenegaraan Presiden RI serta Kete- nasional. Dalam A. Suryana (ed.).
rangan Pemerintah atas RUU tentang Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Ke-
APBN TA 2006 Beserta Nota Keuang- bijakan Ketahanan Pangan. BPFE-
an. Sekretariat Negara, Jakarta. Yogyakarta.
Silitonga. C. (ed.). 1997. 30 Tahun Peran Suryana, A. 2003b. Ketahanan Pangan atau
Bulog dalam Ketahanan Pangan. Ba- Kemandirian Pangan? Suara Pemba-
dan Urusan Logistik, Jakarta. ruan, 11 Februari 2003.
Suryana, A. 1998. Isu strategis dan alter- Suryana, A. 2003c. Kapita Selekta Evolusi
natif kebijakan pembangunan pertani- Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pa-
an memasuki Repelita VII. Dalam ngan. BPFE-Yogyakarta.
Analisis Kebijaksanaan Pembangun- Suryana, A. (ed.). 2004a. Kemandirian
an Agribisnis di Pedesaan dan Analisis Pangan Menuju Ketahanan Pangan
Dampak Krisis. Monograph Series No. Berkelanjutan. Badan Bimas Ketahan-
18. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi an Pangan kerja sama dengan Harian
Pertanian, Bogor. Umum Suara Pembaruan, Jakarta.
Suryana, A. 2000. Peran sektor pertanian Suryana, A. 2004b. Ketahanan pangan di
dalam memenuhi kecukupan pangan Indonesia. Dalam Soekirman et al. (ed.)
Nasional. Dalam Prosiding Kerja Sama Prosiding WKNPG VIII Ketahanan
IPPTP Denpasar dengan Universitas Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah
Udayana, Denpasar. dan Globalisasi. Lembaga Ilmu Pe-
Suryana, A. 2001a. Kebijakan ketahanan ngetahuan Indonesia, Jakarta.
pangan. Dalam Haryadi dan W. Supar- Timmer. C.P. 1997. Does Bulog stabilize rice
tomo (ed.). Prosiding Seminar Ketahan- prices in Indonesia? Should it try?
an Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Dalam 30 Tahun Peran Bulog dalam
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketahanan Pangan. Badan Urusan
Suryana, A. 2001b. Harmonisasi kebijakan Logistik, Jakarta.
ketahanan pangan nasional dan dae- Tirtosudiro. A. 1997. Kebijaksanaan
rah. Dalam Prosiding Pusat Studi Keta- pangan nasional: Dari manajemen kri-
hanan Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. sis pangan sampai kesiapan meng-
Suryana, A. dan S. Mardianto (ed.). 2001. hadapi era globalisasi. Dalam 30 Tahun
Bunga Rampai Ekonomi Beras. Lem- Peran Bulog dalam Ketahanan Pangan.
baga Penyelidikan Ekonomi Masyara- Badan Urusan Logistik, Jakarta.
kat, Fakultas Ekonomi Universitas In- Wiganda. 2003. Dinamika Konsep Ke-
donesia, Jakarta. tahanan Pangan. Suara Pembaruan 9
Suryana, A. 2002. World Food Summit: Agustus 2003.
Aliansi internasional mengikis kela-
paran. Kompas, 18 Juni 2002.