Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 1


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

III PENGAMATAN PASIR LEPAS


Graut, Frank.F. “ Petrologi dan Petrografi “

III.1 RUANG LINGKUP


Pengamatan dilakukan didalam laboratorium, menggunakan contoh
dari berbagai macam jenis pasir, menggunakan mikroskop binocular.

III.2 DASAR TEORI


Pasir lepas adalah batuan pembentuk kulit bumi, yang terdiri dari
butiran-butiran pasir yang tidak tersemen, atau tidak terikat satu
sama lain, pasir merupakan batuan endapan induk yang terkena
proses eksogen secara total. Karena batuan induknya terdiri dari
berbagai macam jenis batuan, maka jenis pasir yang dihasilkannya
pun juga beraneka macam.
Dalam aktifitas pembangunan fisik misalnya; gedung, bendungan,
jalan dan lain sebagainya, pasir merupakan material geologi yang
utama. Oleh sebab itu untuk membedakan berbagai jenis pasir, dan
mengetahui kualitasnya, akan lebih baik jika dapat mengenal sifat-
sifat fisik dari berbagai macam jenis pasir agar dapat secara tepat
menggunakannya. Sifat-sifat fisik pasir lepas yang dapat diamati
adalah:
a. Warna: warna pada pasir lepas pada umumnya memberikan
gambaran terhadap kondisi secara umum, sebagai contoh; warna
abu-abu yang dominan pada pasir lepas akan memberikan
petunjuk bahwa butiran itu pada umumnya segar, sehingga baik
untuk bahan bangunan. Sedangkan apabila berwarna kecoklatan
akan memberikan petunjuk sebaliknya.
b. Besar butiran; Istilah pasir sendiri adalah menunjukkan besar butir
antara 0.06 – 2 mm. Antara 2 mm sampai 8 cm disebut kerikil,
antara 8 cm sampai 20 cm disebut kerakal dan lebih dari 20 cm
disebut bongkah, sedangkan ukuran butir yang lebih kecil 0.06
mm disebut lanau dan yang paling halus disebut lempung.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

c. Sortasi atau pemilahan: adalah istilah yang menyatakan tentang


keseragaman besar butir. Besar butir yang seragam dipakai istilah
“sortasi baik“ dan besar butir yang tidak seragam dipakai istilah“
sortasi buruk “khusus untuk pasir bangunan, pasir yang bersortasi
buruk akan lebih baik daripada pasir yang bersortasi baik.
d. Bentuk butir: adalah derajat pembulatan setiap butir pada pasir
secara umum. Dalam bentuk butir menggunakan istilah membulat
(rounded), membundar tanggung (sub rounded) dan tajam-tajam
(angular), pada pasir bangunan bentuk pasir yang menyudut lebih
baik dari pada membundar.
e. Muka butir: adalah kenampakan butir pasir pada umumnya,
kenampakan permukaan butir pasir bias licin, kasar, berpori, dan
berlembar. Kenampakan permukaan butir pada umumnya, akan
mempunyai pengaruh terhadap nilai kualitas sebagai bahan
bangunan, umumnya muka butir kasar lebih baik dari pada
dengan muka butir licin halus.
f. Pengotoran: yang termasuk bahan-bahan pengotoran terhadap
pasir adalah bahan asing yang semestinya menjadi gangguan
terhadap penggunaan dari pada pasir itu, seperti adanya bahan
organik, serabut, potongan kayu, lumpur dan lainnya. Banyaknya
pengotoran diukur dengan persentase (%) pada pasir bangunan
tidak boleh ada pengotoran lebih dari 5 %.
g. Jenis butiran: jenis butiran sebagai penyusun pasir lepas adalah
cukup banyak, antara lain frakmen batuan, kuarsa, kalsit, mika
dan sebagainya.

Beberapa jenis butiran yang sering dijumpai pada pasir lepas:


1. Fragmen batuan: Potongan batuan berukuran pasir warna segar
abu-abu gelap sampai keputihan, keruh dan kuning kecoklatan jika
lapuk.
2. Kwarsa: butiran putih bening sampai putih, keras bentuk butir
runcing, muka butir halus mengkilap.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 3


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

3. Mika: berwarna hitam mengkilat, berlembar bentuk prismatik


panjang dan meruncing.
4. Ilmenit: Warna hitam bentuk meruncing dan pendek-pendek:
mengkilat, ukuran lebih kecil dari mika.
5. Pirit: berwarna kuning pucat atau brass, kilap logam, bentuk kubus.
6. Opal: berwarna kehijauan bening seperti gelas, berkilap terang,
bentuk runcing.
7. Kalsit: Warna putih keruh berbentuk bulat-bulat pendek bereaksi
denagan HCL.
8. Pengotoran dapat berupa lumpur, serabut atau biji-bijian dan
sebagainya.
h. Kesimpulan: dalam membuat kesimpulan seharusnya didasarkan
atas saran-saran pengamatan yang sudah dilakukan, kemudian
dikaitkan penyaratan-penyaratan sebagai ketentuan bagi
kecenderungan untuk apa pasir tersebut akan di manfaatkan.
1). Persyaratan pasir bangunan
- Butiran pasir bergradasi baik.
- Bentuk butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan
dengan jari.
- Tidak boleh mengandung lempung atau pengotoran lain lebih
dari 5%.
- Butiran harus segar, tidak lapuk dan muka butir kasar.
2). Persyaratan pasir industri
- Pasir harus bersih.
- Ukuran dapat dikelompok berukuran seragam sesuai kebu-
tuhan industri
- Kuarsa sebagai bahan industri gelas, keramik, kaca lembaran
dan harus bebas dari oksida besi.
- Pasir besi sebagai bahan industri besi dan baja.
- Kalsit sebagai bahan industri cat dan campuran lainnya.
3). Pasir Urug
- Warna pucat dan terkesan lapuk.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 4


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

- Banyak pengotoran.
- Tidak banyak mengandung bijih mineral.
- Sertasi baik atau buruk.
- Tidak dapat digunakan sebagai pasir bangunan dan industri.

III.3 TUJUAN PRAKTIKUM


Mengamati berbagai macam pasir lepas yang terkandung dalam
litosfir, dari berbagai sifat fisik yang meliputi; komposisi jenis butiran,
tingkat kesegaran, warna, sortasi, gradasi dan prosentasi dari
masing-masing jenis butiran yang ada. Dari hasil pengamatan
tersebut bertujuan dapat menerapkan fungsi dari masing-masing
jenis pasir sesuai dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki apakah pasir
tersebut dapat digunakan sebagai pasir bangunan, sebagai pasir
urug atau sebagai pasir industri.

III.4 PERALATAN
1. Mikroskop binocular dan lampu, apabila mikroskop tidak di lengkapi
lampu sebagai penerangan.
2. Papan peraga berupa kotak kecil yang terbuka bagian atas, dibuat
dari karton dibagian atas diberi kertas milimeter blok, yang
berfungsi untuk mengukur besaran butir.
3. Tabel sortasi, bentuk butir dan persentase
4. Pensil 2 B dan karet penghapus.

III.5 BAHAN/ BENDA UJI


Pasir lepas yang diambil dari berbagai jenis pasir yang ada di
lapangan, pasir peragam yang ada di anggap dapat mewakili pasir di
lapangan dalam jumlah besar sebagai obyek peneliti.

III.6 PROSEDUR PENGAMATAN


1. Letakkan mikroskop sedemikian rupa sehinggga merasa
nyaman dalam pengamatan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 5


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

2. Ambil sampel pasir secukupnya/tidak terlalu banyak, masukkan


pada papan peraga dan di ratakan.
3. Letakkan contoh pasir tersebut di atas meja obyek pada
mikroskop.
4. Aturlah jarak mata pada mikroskop sesuai dengan jarak mata
anda.
5. Putarlah naik/turun, pengatur besar pada mikroskop sampai
melihat obyek dengan jelas atau tidak kabur.
6. Pembesaran dapat diatur dengan memutar-mutar alat pengatur
pembesaran pada mikroskop.

III.7 HASIL PENGAMATAN


1. Penggambaran dilakukan dengan teliti dengan pembesaran 1 x
pada mikroskop atau pembesaran sebenarnya.
2. Untuk pasir yang mempunyai butiran tidak sama besar
gambarkan dulu butiran-butiran yang besar dengan ciri-ciri
khusus, setelah itu baru butiran-butiran yang kecil atau halus.
3. Warna: ambilah warna secara keseluruhan yang tampak pada
pasir peraga tidak pakai mikroskop.
4. Besar butir: ukurlah besar butir yang ada dengan milimeter blok
yang sudah terpasang didasar papan peraga, dibagian lain yang
tidak terganggu dengan butiran pasir lainnya: pada papan peraga
yang digunakan, besar butir antara …..? mm - .….? mm yang
dominan > atau < 0.5 mm.
5. Sortasi: cocokan kenampakan keseluruhan pasir pada mikroskop
dengan gambar sortasi dan dapat dituliskan sortasi dari very well
sorted sampai poorly sorted.
6. Bentuk butir: lihatlah bentuk butir pada pasir peraga dan cocokan
dengan gambar bentuk butir, bagian yang dominan dapat
dianggap sebagai bentuk butir keseluruhan dapat dituliskan dari
very angular sampai very rounded.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 6


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

7. Muka butir: sama seperti bentuk butir, yaitu bagian yang dominan
dapat dianggap sebagai bentuk butir keseluruhan pada pasir.
Maka butir dapat dituliskan dari kasar, licin, atau halus,
berlembar, berpori.
8. Pengotoran: dituliskan dengan satuan persentase yang dapat
berpatokan dengan gambar persentase.
9. Jenis butiran: Karena pasir adalah hasil rombakan batuan asal
yang banyak jenisnya, sehingga jenis butirnya beraneka ragam
antara lain:
1). Kuarsa: butiran putih keruh – putih maka butir licin, terkesan
lunak dan bentuk butiran membulat atau membulat tanggung.
2). Frakmen batuan: terkesan seperti kerikil-kerikil warna abu-abu
sampai kehitaman, keruh jika segar dan kecoklatan sampai
kekuningan bila kondisi lapuk, maka butir kasar dan berpori
3). Ilment: butiran berwarna hitam pekat berukuran sangat kecil,
atau paling kecil diantara butiran-butiran lainnya, licin dan
menyudut.
4). Mika: berwarna hitam mengkilat, bentuk panjang dan pendek,
berlembar, licin dan meruncing.
5). Opal: berwarna hitam kehijauan bening tajam dan meruncing.
6). Butiran-butiran lain.

III.8 PROSEDUR PEMBUATAN LAPORAN


Laporan dibuat bersama-sama dengan pengamatan. Oleh sebab itu
dalam pembuatan laporan atau pengisian harus baik, rapi dan
benar. Setelah selesai semua praktikum, dikumpulkan dan dijilid
dijadikan satu buku praktikum.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 7


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

CHART OF ESTIMATING PERCENTAGE COMPOSITION OF ROCKS


AND SEDIMENS

TERMS FOR DEGREE OF ROUNDING OF GRAINS

SORTASI

Gambar 3.1. Persentase, bentuk butir dan sortasi

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 8


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

III IDENTIFICATION AND FUNCTION OF VARIOUS COMPONENT

Eyepieces Binocular observation tube. Rotate the


tube for interpupillary distance
adjustment

Diopter adjustment
ring. Rotate to
Thread for obtain accurate
reflected diopter adjustment
illuminator
mounting Microscop body
bracket

Focusing Magnification turret (with


knob. VMT). Or zoom control
Rotate until
ring (with VMZ)
correct
focus is
abtained.
From the Microscop body
position as clamping screw
photograph
ed the Thread for incident
microscope illuminator
body can be
raised by 58
mm or
lowered by Objective shroud.
48 mm. Threaded for
mounting auxiliary
lens or polarizing filter
Bushing for
mirror unit
Stage plate
clamping
screw

stage
clip Additional holes Stage plate
for stage clip
Incident ligh exit

Gambar 3.2. Mikroskop binokular untuk pasir lepas

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 9


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

CONTOH LEMBAR ISIAN DAN HASIL PRAKTIKUM

PASIR LEPAS

Gambar contoh teramati : Pasir lepas


No. peraga :
Warna : Kuning kecoklatan
Besar butir : 0.16 mm – 2.00mm (< 0.5mm)
Sortasi/ Pemilihan : Sedang
Bentuk butir : Rounded / membulat tanggung.
Muka butir : Kasar - halus
Pengotoran/ “impurity” : 1% > 0.5 mm
Jenis butiran :
a. Frakmen batuan : 68 %
b. Kuarsa :8 %
c. Mika : 10 %
d.Kalsit :, 5 %

Kesimpulan: Dari hasil pengamatan pasir berwarna coklat kekuningan,


yang menunjukan kondisi lapuk, banyak lempung dan pengotoran lainnya.
Walaupun banyak frakmen, dan sertasi sedang, pasir tersebut kurang
baik sebagai bahan bangunan.
Pasir digolongkan: Pasir Urug

Tanda Tangan Pembimbing: Tanda Tangan Praktikan:

Tanggal: Tanggal:

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 10


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

IV PENGAMATAN CONTOH BATUAN


Graut Frank.F. “Petrologi dan Petrografi”8

IV.1 RUANG LINGKUP


Pengamatan dilakukan di laboratorium menggunakan mikroskop
“Binokular” dan dilakukan diluar atau dilapangan menggunakan
loop, palu geologi dan kompas geologi.

IV.2 DASAR TEORI


Dalam pengamatan contoh batuan diperlukan pengertian tentang
batuan yang sudah dijelaskan pada bab “Pengamatan sayatan
batuan“ ada tiga jenis batuan yang telah kita ketahui yaitu, batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Dari ketiga jenis
batuan tersebut mempunyai perbedaan ciri-ciri umum yang terlihat.
a. Ciri-ciri umum batuan beku.
1) Batuan beku adalah batuan hasil pembekuan magma.
2) Ukuran butir kristal dari kasar sampai halus.
3) Batuan beku bersifat homogeny, padat/massive dan tidak
berlapis.
4) Warna batuan umumnya cenderung tua.
5) Batuan beku tidak berfosil.
6) Mineral-mineral khas pada batuan beku: biotit, amfibul,
piroksen, olivine, kuarsa, felspar.
7) Contoh batuan beku, andesit, diorite, granit basalt dan
sebagainya.
b. Ciri-ciri umum batuan sedimen/endapan:
1) Batuan sedimen adalah batuan hasil endapan dari rombakan
batuan yang sudah ada, baik yang diendapkan di tempat
maupun diendapkan di tempat lain, sehingga hubungan
antara butir-butir kristal dari batuan sedimen umumnya
kurang saling mengikat.
2) Batuan endapan dari kenampakan makronya bias berstruktur;
tidak berlapis, berlapis, dan sering dijumpai jejak-jejak fosil.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 11


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

3) Batuan sedimen yang diendapkan setelah transportasi akan


memperlihatkan pelapisan atau berupa butir-butir yang berdiri
sendiri dan terikat oleh bahan perekat atau semen. Hal ini
disebut sedimen klastik.
4) Batuan sedimen yang dibentuk ditempat itu juga, tidak akan
memperlihatkan perlapisan, dan butir-butir cenderung saling
melekat.
5) Warna batuan endapan pada umumnya lebih muda dari
batuan beku.
6) Pada batuan endapan biasanya terdapat mineral-mineral
dengan kekerasan tinggi atau resisten antara lain, kuarsa,
turmalin, dan sebagainya.
7) Contoh batuan endapan antara lain: batu pasir, batu
gamping, breksi, konglomerat dan sebagainya.
c. Ciri-ciri batuan metamorf:
1) Batuan malihan atau metamorf adalah batuan hasil malihan
dari batuan yang sudah ada, karena pengaruh temperatur
dan tekanan. Sehingga tampak adanya pertumbuhan kristal-
kristal, terdapat adanya struktur lembar-lembar atau foliasi
dan butiran butiran atau granulose.
2) Secara mikroskopis batuan metamorf mempunyai tekstur
kristaloblastik dan granoblastik.
3) Tidak dijumpai fosil dan jika ada sudah mengalami
perubahan bentuk atau rusak.
4) Contoh batuan malihan: marmer, genis, skis dan lain-lain.

IV.3 TUJUAN PRAKTIKUM


Mengamati berbagai sifat fisik batuan yang antara lain meliputi: jenis
batuan, kesegaran, kekerasan, struktur, keindahan, kekompakan
dan lain sebagainya. Dengan melihat sifat-sifat batuan diharapkan
dapat menerapkan berbagai jenis batuan dalam berbagai macam
bangunan secara tepat. Misalnya: batuan yang digunakan untuk

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 12


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

pondasi tentunya mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan


batuan yang digunakan sebagai interior. Disamping itu juga
diharapkan dapat membedakan antara batuan beku, sedimen dan
metamor, yang terdapat pada kulit bumi.

IV.4 PERALATAN
1. Mikroskop binocular.
2. Loop dengan pembesaran 20 kali.
3. Larutan Hcl.
4. Pisau lipat.
5. Pensil 2B dan karet penghapus.

IV.5 BAHAN/ BENDA UJI


Contoh batuan yang dipotong-potong dengan ukuran antara 5 cm
persegi – 10 cm persegi diambil dari berbagai lokasi di Indonesia.

IV.6 JALANNYA PENGAMATAN


1. Letakkan mikroskop sedemikian rupa agar dapat melakukan
pengamatan dengan nyaman.
2. Aturlah lampu untuk penerangan.
3. Letakan peraga pada meja obyek dengan benar.
4. Aturlah pengatur mikroskop agar dapat mengamati dengan jelas.
5. Letakan peraga dimana bagian yang rata berada dibagian atas
supaya mendapat pandangan yang tidak kabur.
6. Mikroskop digunakan bilamana perlu, artinya tidak setiap
pengamatan menggunakan mikroskop, khususnya untuk batuan
yang bertekstur kasar.

IV.7 HASIL PENGAMATAN


Dalam pengamatan contoh batuan di laboratorium hal-hal yang
diamati mencakup:

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 13


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

1. Jenis batuan; contoh batuan yang diamati ditentukan jenisnya


termasuk batuan beku, batuan sedimen, atau batuan metamorf
berdasarkan ciri-ciri umum yang dijumpai.
2. Warna; perlu diambil warna yang paling cocok kadang-kadang
terdapat warna campuran, maka warna yang dominan disebut lebih
dulu diikuti warna campurannya.
3. Bentuk; contoh batuan di bedakan menjadi berbagai bentuk,
membundar, membundar tanggung menyudut tanggung dan
menyudut.
4. Struktur; yang diamati di laboratorium terbatas pada pengamatan
struktur primer. Dalam hal ini di pakai istilah-istilah pejal atau
massive, berlapis leteral/sejajar, berlapis silang siur, berpori,
berlembar, berserabut, berfosil, pecah-pecah dan sebagainya.
5. Tekstur; pengamatan tekstur pada contoh batuan ini seirama
dengan pengamatan sayatan batuan, dimana yang berukuran
butiran mineral >1 mm disebut kasar dan yang < 1 mm disebut
halus. Tekstur kasar berlaku juga untuk batuan yang hanya terdiri
satu macam jenis mineral.
6. Kekompakan: yang dimaksud adalah derajat kekerasannya. Hal ini
sangat tergantung dari partikel-partikel komponen batuan. Lunak
bila dapat digores dengan kuku, sedang jika tidak tergores dengan
kuku tetapi mudah digores dengan pisau dan keras jika tidak
tergores dengan pisau.
7. Tingkat kesegaran: nilai kesegaran batuan dipakai istilah-istilah
lapuk jika mengalami pemudaran warna, segar jika batuan tidak
ada tanda-tanda lapuk dan lapuk sebagaimana bila sebagian pada
batuan mengalami pelapukan.
8. Kandungan mineral kaca: mineral kaca yang dimaksud adalah
glass vulkanik atau debu vulkanik dan dinyatakan dengan
persentase.
9. Zat organik: apabila pada batuan didapatkan adanya fosil-fosil baik
binatang atau tumbuhan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 14


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

10. Kandungan mineral logam; batuan beku sering dijumpai mineral


mineral logam contohnya besi, tembaga, aluminium, galena, pirit
dan sebagainya.
11. Workable; sifat batuan untuk mudah atau sulit untuk dan dibentuk
menjadi berbagi macam perabot atau hias-hiasan.
12. Keindahan; Banyak batuan yang memiliki daya estetika atau
keindahan misalnya marmer, granit dan sebagainya. Dalam
pengamatan ini ada atau tidak ada nilai keindahannya.
13. Unsur Ca – CO3/ karbonat; ada atau tidak ada unsur tersebut dapat
diuji dengan cara meneteskan larutan HCL pada contoh batuan jika
terjadi penguapan/ berbaik maka batuan tersebut mengandung Ca
– CO3 begitu pula sebaliknya.
14. Nama batuan; dapat dicocokan dengan hasil pengamatan sayatan
batuan khusus dalam praktikum ini dapat dibaca pada papan
peraga dimana sampel tersebut diambil.
15. Kesimpulan; dari contoh batuan yang telah teramati keseluruhan
dengan baik, dapat disimpulkan, kearah sejauh mana nilai
kegunaan contoh batuan tersebut sebagai agregat kasar dan halus
dalam bangunan atau untuk keperluan yang lain. Pada umumnya
bangunan batuan pada bangunan adalah untuk:
1). Untuk penggunaan dengan daya dukung sebagai syarat misal:
pondasi, pilar, landasan jalan, dan sebagainya yang menerima
beban besar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Jaringan tekstur granular tidak beraturan.
- Butir mineral berukuran sedang – halus.
- Terdiri dari mineral keras.
- Sementasi kuat, dan kompak.
- Segar/fresh.
- Struktur massive, tidak berlapis, tidak retak, tidak berpori
dan tidak berfosil.
- Tidak mengandung mineral kaca yang rapuh.
- Tidak mengandung zat organik.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 15


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

- Batuan keras dan sangat tidak keras.


- Mudah mengembang.
- Tidak mengandung mineral logam.
2). Untuk menggunakan dengan nilai estetika sebagai syarat
utama misalnya: batu hias, interior, batu temple, dan
sebagainya harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Warna menarik: tidak mudah luntur oleh berbagai macam
unsur lain.
- Segar: tidak lapuk dan tidak menyebabkan pelapukan pada
bahan yang lain.
- Kuat: sesuai dengan penggunaanya seperti kekuatan lentur,
tekan, abrasi dan sebagainya.
- Werkable: mudah dibentuk menjadi lempeng, kubus,
dipahat, digergaji dan sebagainya.
3). Untuk penggunaan setelah diolah pada umumnya golongan ini
adalah semua jenis batuan yang mengandung unsure carbonat
(Ca – CO3) cukup.

IV.8 PROSEDUR PEMBUATAN LAPORAN


Laporan contoh batuan dibuat bersama-sama dengan pengamatan
setelah selesai semua praktikum dijilid dijadikan satu buku laporan
praktikum, maka dari itu dalam mengerjakan penggambaran dan
pengamatan harus rapi dan benar.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 16


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

IV IDENTIFICATION AND FUNCTION OF VARIOUS COMPONENT

Eyepieces Binocular observation tube. Rotate the


tube for interpupillary distance
adjustment

Diopter adjustment
ring. Rotate to
Thread for obtain accurate
reflected diopter adjustment
illuminator
mounting Microscop body
bracket

Focusing Magnification turret (with


knob. VMT). Or zoom control
Rotate until
ring (with VMZ)
correct
focus is
abtained.
From the Microscop body
position as clamping screw
photograph
ed the Thread for incident
microscope illuminator
body can be
raised by 58
mm or
lowered by Objective shroud.
48 mm. Threaded for
mounting auxiliary
lens or polarizing filter
Bushing for
mirror unit
Stage plate
clamping
screw

stage
clip Additional holes Stage plate
Incident ligh exit for stage clip

Gambar 4.1. Mikroskop binokular untuk contoh batuan

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 17


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

Tabel 4.1. Klasifikasi batuan beku secara megaskopis

LINGKUNGAN PEMBEKUAN OLEH : PRISSON

BATUAN FERO MAGNESIUM


BATUAN FELSPARTIK WARNA CERAH
WARNA GELAP
TEKSTUR / MINERAL

(+) (-)
ORTHOKLAS ORTHOKLAS DAN PLAGIOKLAS PLAGIOKLAS
PLAGIOKLAS PLAGIOKLAS

(+) (-) (+) (-) (+) (-)


KWARSA KWARSA KWARSA KWARSA KWARSA KWARSA
DIORIT
NON PORFIR GRANIT SYENIT GRANODIORIT MONZONIT DIORIT GABRO PERIDOTIT
KWARSA
DALAM

PANERITIK GRANIT SYENIT


PORFIRITIK
(INTRUSIF) PORFIR PORFIR
DIOKWAR DIORIT GABRO
GRANODIORITPOR MONZONITPOR PIROKSENTIT
PORFIR PORFIR PORFIR
KOROCK (GANG)

AFANITIC
(INTRUSIF NON BASALT
RIOLIT TRACIT LATIT DASIT ANDESIT AMFIBOLIT
DEKAT PORFIRITIK PORFIRITIK
PERMUKAAN)

GLASS
LUAR

NON
(EKSTRUSIF FELSIK BASALT DUNIT
DIPORFIRITIK
PERMUKAAN)
PORFIRITIK OPSIDIAN DAN PUMIS
VITROFIR
BER FRAGMEN TUF AGLOMERAT BREKSI VOLKANIK DAN TUF LAPILI

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 18


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

Tabel 4.2. Klasifikasi batuan sedimen

PROSES SIFAT UTAMA BATUAN LEPAS BATUAN PADAT TEKSTUR

Boulder (Bongkah) > 256 mm

Cobble (Brangkal) 4 mm - 256mm Breksi (Tajam)


Bersifat batuan
guling > 256 - Pebble (Krakal) 4mm - 64mm
2mm
KONGLOMERAT
Granule (Krikil) 2mm - 4mm
(Bulat)

Pasir sangat kasar 1mm - 2mm PASIR (Lepas)

KLASTIK
TERBENTUK Pasir kasar 1/2mm - 1mm
SECARA
MEKANIK
Bersifat pasir BATU PASIR
Pasir sedang 1/4mm - 1/2mm
< 1/16 - 2mm (Terikat)

Pasir halus 1/8mm - 1/4mm


1/16mm -
Pasir sangat halus
1/8mm
Lumpur 1/256-1/16mm SILT (Lanau)

Bersifat lempung BATU


Lempung 1/256mm LEMPUNG
SERPIH

Mengandung BATUAN
Koral Globigerima
gamping GAMPING

Mengandung
Radiolaria RADIOLARIT
TERBENTUK silisium
SECARA
Mengandung TANAH
MEKANIK Diatome
karbon DIATOMIT NON KLASTIK

LIGNIT,
Gambut ANTRASIT,
Mengandung
BATU BARA
fosfat
Guano FOSFARIT
Mengandung
Garam karbonat BATU GAMPING
gamping
Mengandung
Gel silisium BATU API
silisium
TERBENTUK
SECARA Garam dapur HALIT
KIMIAWI
Mengandung
garam GIPSUM,
Garam sulfat
ANHIDRIT ALIT

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 19


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

Tabel 4.3. Klasifikasi batuan metamor

TEKSTUR KOMPOSISI NAMA BATUAN

BATAU SABAK
SLATY
SANGAT
CLEAVAG
HALUS
E

KLORI
T
PILIT
MIK
HALUS
A
KWARS
BERFOLISASI
A
SKISTOSIK
FELSPAR
KASAR
T
AMFIBU PIROKSI
SKIS
L N

BANDED KASAR

GNEIS

FRAKMEN SEMBARANG BATUAN YANG MENGALAMI META


KASAR
METAMORFISME KONGLOMERAT

KASAR - SEDANG –
KWARSA KWARSIT
HALUS
TIDAK
BERFOLISASI
KASAR - SEDANG –
KALSIT & DOLOMIT MARMER
HALUS

BATU TANDUK
HALUS KWARSA, MIKA, PIROKSIN, KADANG-KADANG FELDSPAR
(HORNFELS)

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 20


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

Tabel 4.4. Klasifikasi batuan piroklastik

TEKSTUR UKURAN
BATUAN LEPAS BATUAN PADAT (KOMPAK)
BUTIR

BOM (BULAT) ANGLOMERAT

32 MM BLOK (RUNCING) BREKSI VULKANIK

BLOK + ABU BREKSI TUF

4 - 32 MM LAPILI TUF LAPILI

1/4 - 4 MM ABU VULKANIK KASAR TUF KASAR

1/4 MM DEBU VULKANIK TUF (TUF HALUS)

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 21


LABORATORIUM GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

PENGAMATAN CONTOH BATUAN


OLEH :…………………………………………………...

GAMBAR CONTOH BATUAN


……………………………………………….
1. No. Peraga :
2. Jenis Batuan : Beku
3. Warna : Putih bintik-bintik hitam.
4. Bentu : Meruncing.
5. Struktur : Masif.
6. Tekstur : Faneritik.
7. Kekompakan : Sangat kompak.
8. Tingkat Kesegaran : Segar
9. Kandungan mineral kaca : Tidak ada
10. Zat organik : Tidak ada.
11. Kandungan mineral logam : Tidak ada.
12. Workable : Dapat dibentuk
13. Keindahan : Indah
14. Unsur CaCO3/ Karbonat : Tidak ada.
15. Nama batuan : Granite.

Kesimpulan : Batuan, kompak ,dapat dibentuk, segar, dengan warna


indah, kuat terhadap tekanan berat, walaupun batuan tersebut dapat
digunakan sebagai batu split dan pondasi tapi karena unsur estetikanya
cukup tinggi maka batuan ini lebih cocok digunakan sebagai bahan yang
bersifat dekoratif, musalnya ubin, perabot-perabotan lainnya.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA 22

Anda mungkin juga menyukai