BAB I
PENDAHULUAN
Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat fisik batuan seperti
tekstur, struktur, komposisi mineral maupun mineraloginya secara khusus dan
perilaku mineral – mineral penyusun batuan tersebut tidak dapat dideskripsikan
secara megaskropis di lapangan.Jadi, mineralogi optic adalah suatu metode yang
sangat mendasar dengan fungsi untuk mendukung analisa data geologi.
tentang cara identifikasi mineral pada batuan beku dan dapat mengenali serta
PRAKTIKUM PETROGRAFI
BAB II
LANDASAN TEORI
Berdasarkan ukuran besaar butirnya, batuan sedimen dinamai jadi breksi dan
konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung. Skala ukuran butir yang disusun
olehWentworth dijadikan dasar untuk pengelompokan tersebut.
Breksi dan konglomerat adalah batuan sedimendidominasi butiran berukuran
butirlebih dari 2mm. bagi butiran yang bentuk membundar baik sampai membundar
sedangdikenal konglomerat sedangkan yang butirannya berbentuk menyudut sampai
menyuduttanggung disebut breksi. Batupasir ukuran butir antara 0,06mm- 2mm.
batulanau butir0,06mm- 0,004mm sedangkan batuan dengan butiran yang lebih kecil
dari ukuran lanaudisebut batulempung yang disusun oleh ukuran butir kasar dan
halus dikenal sebagai sortasijelek sedangkan yang berukuran seragam disebut sortasi
baik.
Tekstur Klastik
Tekstur klastik adalah tekstur yang terbentuk dari akumulasi mineral dan
fragmen batuan.Komponen batuan sedimen klastik terdiri dari butiran(grain), masa
dasar (matrix) dan semen. Antara butiran, matrik yang tidak mempunyai batasan
ukuran, tetapi lebih cenderung berdasarkan kekontrasan ukuran butir. Contohnya
detritus berukuran pasir sedang (0,5- 0,25mm) pada batupasir dapat hadir sebagai
butiran namun pada breksi bertindak sebagai matrik.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Tekstur Non-Klastik
Tekstur ini terbentuk dari hasil interlocking Kristal yang saling mengikat atau
bahkan non kristalin oleh proses kimia dan biologi
Gambar 2. Dua dimensi bentuk butir dan kebundaran (diambil dari Gilbert, 1954)
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Komposisi Mineral
Mineral- mineral berikut ini adalah mineral autigenik yang stabil pada
kondisidiagenesa tetapi cenderung tidak stabil oleh pelapukan dan penghancuran
selama proses pengendapan. Untuk itu dikelompokkan dalam mineral tidak stabil,
seperti gypsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit, zeolit (terutama yang kaya Ca),
klorit, albit, ortoklas dan mikrolin.
2. Mineral Stabil
Ini adalah mineral- mineral yang stabil selama siklus sedimentasi, baik
mineral alogenik maupun autigenik : mineral lempung, kuarsa, rijang, muskovit,
tourmaline, zircon, rutil, brokit, anatase.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
BATUPASIR
Batupasir adalah batuan sedimen klastik yang sebagian besar butirannya
berukuran
pasir (0,125- 2mm). Ada batupasir murni dan ada batupasir yang tidak murni.
Pengertian ini erat kaitannya dengan jumlah matrik berukuran lempung dan lanau
halus pada batupasir tersebut. Berdasarkan derajat pemilahan batupasir dibagi
menjadi 2 yakni:
a. Batupsair Arenit (murni) dengan matrix lempung dan lanau halus lebih sedikit dari
10% atau bahkan tidak ada.
b. Batupasir Wacky (tidak murni) mempunyai matrik lempung dan lanau halus lebih
dari 10%. Batu ini juga sering disebut batupasir lempungan (argillaceous sandstone)
Berdasarkan material butiran penyusunnya batupasir arenit maupun wacke
dapat dikelompokkan lagi menjadi seperti diagram di halaman berikutnya. Diagram
pertama dipakai untuk kelompok batupasir arenit dan satunya digunakan untuk jenis
wacke. Diagram tersebut terdiri dari tiga sudut yang masing- masing ditempati oleh
prosentase 0% kehadiran kuarsa dapat diplot pada garis bawah, semakin ke atas
semakin besar prosentasenya. Prosentase 0% kehadiran feldspar di sisi miring
sebelah kanan, semakin ke kanan semakin besar harga prosentasenya. Prosentase 0%
kehadiran material tak stabil bersama- sama fragmen batuan terdapat pada sisi kiri,
semakin ke kanan semakin besar. Perlu dicatat bahwa prosentase kehadiran material
penyusun yang dihitung terbatas pada butirannya saja.
Contohnya jika fragmen pada batupasir terdiri dari butisan ortoklas 20%,
plagioklas asam 15%, Biotit 5%, Dasit 10%, kuarsa 38%, magnetite 2%, material
lempung 3% dan semen silica 7% maka didapatkan termasuk jenis, batupasir arkosic
arenit.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
BATUAN KARBONAT
Mineral utama dalam batugamping dan dolomite (dolostone) adalah aragonite
(CaCo3 ortorombik), kalsit (CaCO3 rombohedral) dan dolomite [CaMg(CO
rombohedral]. Aragonite adalah Kalsium karbonat murni, sedangkan kalsit biasanya
tercampuri dengan unsure Fe dan Mg sekalipun sedikit. Magnesit (MgCO3) 2 dan
siderite (FeCO3 ) ada dalam batuan karbonat, kedauanya jika hadir hanya dalam
jumlah sedikit.
Araqgonit, kalsit dan dolomite biasanya sangat sukar di bedakan dalam
sayatan tipis batuan karena sifat optiknya banyak mempunyai kemiripan dan
kembaran (pada batuan metamorf menjadi pembeda yang mudah ditemukan) tidak
akan tampak dalam rombakan karbonat. Tes kimia dan Scanning Electron
Microscope (SEM) di butuhkan untuk membedakannya.
Mineral autigenik dapat juga hadir, contohnya kalsedon, kuarsa, glaukonit,
pirit, gypsum, anhidrit, dan feldspar alkali.
Sekarang ini klasifikasi deskriptif batugamping didasarkan utamanya pada
tekstur saat
terendapkan sebagaimana diperlihatkan oleh jumlah proporsi lumpur karbonat
(karbonat )
mikrokristalin) dan rombakan (allochem). Komponen yang terdapat
dalam batugamping adalah sebagai berikut:
1. Butiran/ allochem adalah material karbonat yang berukuran lebih besar dari lanau
kasar, terdiri dari:
a. Fosil
b. Ooid
c. Pellets
PRAKTIKUM PETROGRAFI
d. Interklas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Kerr P. F., 1977. Optical Mineralogy, McGraw Hill Book Company Inc. Mew York,
Toronto,London.
Mac Kenzei W.S., Donaldson C.H. and Guilford C., 1982, “Atlas of Igneous Rocks
and Their Textures”, Longman group Ltd., usa, 147 pp.