Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

Nama : Rizky Gabriel Andreastito Manalu


NPM : 140710210036
Judul Acara : Batuan Sedimen
PJ Acara : Alifia Marshanda

LABORATORIUM GEOFISIKA
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
ACARA 01
BATUAN SEDIMEN
RABU, 29 SEPTEMBER 2021

I. Aktivitas Praktikum
Dalam kegiatan praktikum pada tanggal 29 September 2021, para asisten
dosen meminta para praktikan untuk menjelaskan materi mengenai batuan sedimen
yang mereka susun dalam laporan awal mereka dengan setiap praktikan dapat
memilih bagian tertentu yang ingin para praktikan jelaskan sesuai dengan keyword
dalam laporan awal seperti, pengertian batuan beku, proses pembentukannya,
struktur, tekstur, klasifikasi, serta contoh batuan sedimen. Setelah para praktikan
dapat menjelaskan bagian mereka masing-masing, asisten dosen akan mengajukan
pertanyaan ke para praktikan ketika mereka sudah selesai dlam menjelaskan materi
batuan sedimen teresebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman para
praktikan terhadap pematerian yang mereka susun di dalam laporan awal serta
meminta para praktikan agar aktif menjawab.

Setelah aktifitas sesi tanya jawab selesai dan para peserta benar-benar
memahami materi yang mereka susun. Selanjutnya para praktikan akan kembali ke
main room zoom dan melakukan quiz untuk mengecek kembali pemahaman
mengenai batuan sedimen yaitu menjelaskan semua jenis batuan beku mulai dari
nama batuan, tempat pembentukan, struktur, tekstur, warna, sifat kimia, komponen
mineral. Jenis batuan yang akan di jelaskan terdapat dari komparator batuan yang
telah diberikan kepada setiap praktikan. Para praktikan di berikan waktu sekitar 30
menit untuk menjawab pertanyaan yang di berikan, dan setelah waktu habis para
praktikan wajib mengumpulkan jawabannya dengan tepat waktu setelah semua
selesai mengumpulkan di platform yang telah ditentukan, asisten dosen memberikan
himbauan mengenai laporan akhir dan laporan awal yang akan di kerjakan para
praktikan nantinya setelah semua telah selesai kegiatan praktikum diakhiri.
II. Hasil
1. Batu Rijang
Gambar1.1 Batu Rijang

Sumber : Dokumentasi Pribadi


a. Tempat pembentukan : Pada dasar semua
b. Struktur :halus, padat
c. Tekstur : kriptokristalin/mikrokristalin
d. Warna : kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua
e. Komponen mineral : campuran silika, opal, kalsedoni

2. Batu Konglomerat
Gambar 1.2 Batu Konglomerat

Sumber : Dokumentasi Pribadi


a. Tempat pembentukan : perairan dangkal
b. Struktur :padat,berat
c. Tekstur : berbutir kasar (bulat tidak runcing), tidak mengkilap, tidak rata
d. Warna : kelabu keputihan
e. Komponen mineral : kuarsa, granit, oksida besi, kalsit

3. Batu Pasir
Gambar 1.4 Batu Pasir

Sumber : Dokumentasi Pribadi


a. Tempat pembentukan : perairan (laut, sungai)
b. Struktur : rapuh
c. Tekstur : kasar-sangat kasar, membundar, agak lapuk
d. Warna : kuning-coklat kemerahan
e. Komponen mineral : kuarsa, feldspar, basalt, riolit, sabak
4. Batu Gamping Numulites
Gambar 1.4 Batu Gamping Numulites

Sumber : Dokumentasi Pribadi

a. Tempat pembentukan : laut dangkal / evaporasi


b. Struktur : padat (masif)
c. Tekstur : aphanitik-phanero distalin, halus, rapat
d. Warna : putih abu-abu
e. Komponen mineral : kalsit, aragonit, siderit
5. Batu Gamping Merah
Gambar 1.5 Batu Gamping Merah

Sumber : Dokumentasi Pribadi

a. Tempat pembentukan : dasar laut /evaporasi


b. Struktur : padat (masif)
c. Tekstur : halus, rapat
d. Warna : merah
e. Komponen mineral : kalsit, aragonit, pirit, feldspar
6. Batu Klakarenit
Gambar 1.6 Batu Klakarenit

Sumber : Dokumentasi Pribadi


a. Tempat pembentukan : lingkungan laut
b. Struktur : rapuh
c. Tekstur : butir pasir halus - kasar, rapat (menyudut)
d. Warna : putih/abu-abuan, kecoklatan
e. Komponen mineral : kuarsa, feldspar, fosil, sparite

III. Analisis
Konglomerat adalah batuan sedimen yang tersusun dari bahan-bahan
dengan ukuran berbeda mulai dari ukuran butir 2 -256 milimeter dan bentuk
membulat yang direkat menjadi batuan padat. Bentuk fragmen yang
membulat dan tidak meruncing akibat adanya aktivitas air (proses
transportasi yang cukup jauh sehingga material penyusunnya yang
mengakibatkan fragmen-fragmennya memliki bentuk yang membulat) dan
biasanya dalam pembentukan batuan ini membentukan energi yang cukup
besar unutk menggerakkan fragmen yang cukup besar tersebut. Di antara
fragmen- fragmen konglomerat diisi oleh sedimen-sedimen halus sebagai
perekat yang umumnya terdiri atas Oksida Besi, Silika, dan Kalsit. Fragmen-
fragmen konglomerat dapat terdiri atas satu jenis mineral atau batuan atau
beraneka macam campuran. Seperti halnya breksi, sifatnya yang heterogen
menjadikan berwarna-warni. Konglomerat umumnya diendapkan pada air
dangkal. Konglomerat digunakan Sebagai pondasi bangunan.(Zuhdi, 2019)
Batu pasir adalah campuran dari butiran mineral dan fragmen batuan yang
berasal dari hasil erosi berbagai jenis batuan secara alami. Kehadiran dan perubahan
suatu butiran mineral pada batupasir sangat dikontrol oleh proses sedimentasi
selama pengendapannya, seperti proses pelapukan pada area sumber, transportasi
dan penambahan jarak dari area sumber kelingkungan sedimentasi, dan oleh proses
diagenesis. Proses sedimentasi batupasir akan terekam jelas pada komposisi mineral,
tekstur dan struktur sedimen yang dihasilkan. Komposisi batupasir mencerminkan
sifat provenan sedimen, yaitu dengan melihat proposi butiran detrital sedimen dalam
batupasir, sedangkan tekstur berperan dalam penentuan lingkungan pengendapan
dan paleogeografi . (Meiwa Sherly, 2020)
Secara umum, komposisi batu pasir disusun oleh mineral kuarsa, mineral
feldspar, mineral lempung, fragment batuan dan mineral tidak stabil lainnya. atuan
sumber. Proses mekanik dalam pembentukan batupasir akan mengontrol variasi
ukuran material-material penyusun batupasir, yang dapat dibedakan atas butiran atau
fragmen, matrik dan semen. Proses kimiawi dalam pembentukan batupasir akan
mempengaruhi variasi mineral penyusun batupasir karena perbedaan stabilitas kimia
dari tiap mineral penyusun batuan. Urutan stabilitas kimia mineral batuan sedimen
merupakan kebalikan dari seri reaksi Bowen dimana kuarsa merupakan mineral
yang paling stabil, sedangkan olivin merupakan yang paling tidak stabil. Batupasir
mempunyai banyak kegunaan didalam industri konstruksi sebagai suatu kumpulan
dan batu-tembok. batupasir hasil galian dapat digunakan sebagai material di dalam
pembuatan gelas/kaca.
Batu gamping merupakan batuan carbonat yang paling banyak terdapat demngan
kenampakan textur aphanitik sampai phanero cristalin. Prakambrium adalah nama
informal untuk eon eon pada skala waktu geologi yang terjadi sebelum eon
fanerozoikum saat ini. Fosil yang ada menunjukkan bahwa pada kala eosen kawasan
sekitar karangsambung merupakan laut dangkal di mana pada tepi tepi cekungan
diendapkan batu gamping numulites. Batu gamping numulities dapat dimanfaatkan
sebagai batu tempel atau batu hias konstruksi dalam, sebagai tongak atau batu tepi
jalan, batu hias atau batu tempel, karena memiliki nilai kuat tekan rata-rata
mendekati 500 kg/cm2 . Selain itu , khususnya batugamping kalkarenit oleh
masyarakat dimanfaatkan sebaagai batu bata dan tegel lantai, teknik penambangan
dilakukan secara terbuka baik secara mekanik (menggunakan backhoe) maupun
tradisional ( menggunakan cangkul, linggis, blencong, bogem dan pahat). Adapun
penambangan yang dilakukan dengan cara mengunakan alat potong batu berupa
gergaji mesin dan gerinda.
Kalkarenit adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan
kembali batu gamping. Nama Kalkarenit diambil karena ukuran butir batuan
berupa pasir atau arenit. Batuan ini termasuk ke dalam batuan sedimen klastik
karbonat dan batuan gamping klastik dengan mineral penyusun karbonat
lebih dari 50%. Kalkarenit dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah
Indonesia tetapi lebih banyak terkonsentrasi di Maluku, Nusa Tenggara
Timur, Saumlaki dan Kebumen tepatnya di Karang Sambung

Batu rijang, merupakan batuan sediment non karbonat (sediment silika)


dengan nama batuan rijang dengan tekstur non klastik , warna arbsorbsi
orange dan warna interferensi keabu-abuan batuan ini tersusun atas material
berupa cangkang radiolarian, kuarsa dan semen silika. Rijang adalah batuan
sedimen silikaan berbutir halus. Batuan keras, kompak yang terbentuk oleh
kristal kuarsa berukuran lanau (mikrokuarsa) dan kalsedon, sebuah bentuk
silika yang terbuat dari serat memancar dengan panjang beberapa puluh
hingga ratusan mikrometer.

Di atas lantai laut dan danau, kerangka silikaan dari organisme


mikroskopik terakumulasi membentuk ooze silikaan. Organisme ini adalah
diatom, terdapat di danau dan mungkin juga terakumulasi dalam kondisi laut,
meskipun radiolaria lebih umum sebagai komponen utama ooze silikaan di
laut. Radiolaria adalah zooplankton (hewan mikroskopik dengan gaya hidup
planktonik) dan diatom adalah fitoplankton (tanaman mengambang bebas dan
alga). Kemudian menstabil dan terekristalisasi membentuk silika calsedon.
Rijang yang terbentuk dari ooze sering berlapis tipis dengan lapisan yang
disebabkan oleh variasi jumlah material semen berukuran lempung. Rijang ini
sangat umum dalam lingkungan laut dalam.

Beberapa rijang adalah hasil diagenesis , terbentuk oleh penggantian


mineral lain oleh air kaya silika yang mengalir melalui batuan. Umumnya
mengganti batugamping (contoh sebagai batuapi / flint dalam kapur). Batuan
ini berasosiasi dengan endapan geosiklin (subduction Zone) serpih dan bijih
besi. Batuan biasanya digunakan sebagai koleksi dan batuan hiasan.

Batu gamping merah bertekstur masif dan memiliki tekstur lanau Batu
ini masuk dalam golongan lanau karena ukuran butir batuan ini 1/16-1/256
mm. atau dalam istilah petrologinya adalah (silt). Sedangkan dari segi
pemilahannya batu ini memiliki pemilahan yang baik sebab ukuran serta besar
butirnya memiliki ukuran yang seragam.Sedangkan dari segi kebundaran batu
ini memiliki kebundaran rounded (membundar) karena pada umumnya
permukaan- permukaan bundar,ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar
Sedangkan dari segi kemasnya, batu ini memiliki kemas yang tertutup. Batu
ini memiliki kemas yang tertutup sebab batu ini memiliki butiran yang saling
bersentuhan satu sama lainnya sehinngga tidak ada celah yang terbuka.(Pada
et al., 2016)

Batu gamping merah merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang
terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan
organisme.Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau
reaksi organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari
agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement). Hal inilah yang
menyebabkan batu gamping merah masuk dalam klasifikasi batuan sedimen
nonklastik. Komposisi mineral pada batu ini yakni terbentuk dari
monomineralik karbonat. Monomineralik karbonat merupakan hasil
campuran dari dua mineral yakni mineral kalsit dandolomit.Menurut
praktikan mineral yang paling dominan dalam batu iniadalah mineral dolomit.
Karena mineral ini memiliki warna yang khas yaitu merah.(Krisnasiwi, 2020)

IV. Kesimpulan
1. Praktikan mampu mengetahui pengertian dan cara pembentukan batuan
sedimen
a. Pengertian sedimen
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat proses
diagnesis atau akumulasi dari material batuan lain yang sudah
mengalami sedimentasi atau lithifikasi bahan rombakan dari
batuan asal , maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia
maupun hasil kegiatan organisme yang diendapkan lapis demi
lapis pada permukaan bumi yang selanjutnya akan mengalami
pembatuan. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan,
pelapukan, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang
terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses
pengendapan dan transportasi dilakukan oleh media air dan angin
dan lain sebagainya.
b. Proses pembentukan
Batuan sedimen terjadi akibat dari pelapukan, dorongan air,
pengikisan pengikisan oleh angin dari batuan-batuan yang telah
ada.Biasanya batuan sedimen terendapkan di tempat-tempat yang
relatif lebih rendah dari batu asalnya, misalnya di laut, samudera,
ataupun danau-danau. Dari yang sudah di ketahui proses
pembentukan batuan sedimen melibatkan empat proses utama :
Pelapukan, Transportasi, Pengendapan (Deposition) dan
Pemadatan.
a. Pelapukan
Pelapukan adalah perusakan batu, tanah, dan mineral serta
bahan kayu dan buatan akibat dari kontak dengan atmosfer
bumi, perairan, dan organisme biologis. Pelapukan
melibatkan pergerakan batuan dan mineral oleh perantara
seperti air, es, salju, angin, ombak dan gravitasi lalu dibawa
dan disimpan di tempat lainnya. Tiga klasifikasi penting dari
proses pelapukan adalah Pelapukan Fisika, Kimia dan Biologi
 Pelapukan Fisika
Pelapukan mekanis atau fisika melibatkan pemecahan
batuan dan tanah melalui kontak langsung dengan
kondisi atmosfir, seperti panas, air, es dan tekanan.
Sementara pelapukan fisika ditekankan di lingkungan
yang sangat dingin atau sangat kering, reaksi kimia
paling kuat dimana iklimnya basah dan panas. Namun,
kedua jenis pelapukan terjadi bersamaan, dan masing-
masing cenderung mempercepat yang lain. Misalnya,
abrasi fisik batuan yang mengurangi ukuran partikel
dan karena itu meningkatkan luas permukaan batuan
tersebut. Berbagai agen seperti air dan angina
bertindak dalam mengubah mineral utama (feldspars
dan mica) menjadi mineral sekunder (lempung dan
karbonat) dan melepaskan unsur hara tanaman dalam
bentuk larut.
Pelapukan fisika atau mekanis dapat berupa hal hal
sebagai berikut:
 Frost wedging
Peristiwa ini adalah dimana ketika air masuk
dalam rekahan batuan dan ketika suhu dingin
air akan mengembang saat membeku,
sehingga akan memecahkan retakan retakan
batuan tersebut

 Pengelupasan atau pembongkaran


Pada proses ini batu pecah menjadi lapisan
lapisan tipis seperti daun atau lembaran di
sepanjang persendian yang sejajar dengan
permukaan permukaan batuan tersebut yang
disebabkan oleh perluasan batuan akibat
pengangkatan dan erosi. Ketika batuan sudah
terkubur dengan demikian batuan akan
mendapat tekanan, namun ketika batuan
mengalami pengangkatan, tekanan akan
berkurang yang mengakibatkan batuan
menjadi retak dan pecah ∙
 Ekspansi termal
Ini adalah pemanasan harian yang berulang,
pemanasan dan pendinginan batuan. Mineral
yang berbeda akan mengembang dan
berkontraksi pada tingkat yang berbeda yang
menyebabkan tekanan sepanjang batas
mineral
 Pelapukan Kimia
Klasifikasi kedua, pelapukan kimia, melibatkan efek
langsung dari bahan kimia atmosfir atau bahan kimia
yang diproduksi secara biologis yang juga dikenal
sebagai pelapukan biologis dalam pemecahan batuan,
tanah dan mineral. Batu bereaksi dengan air, gas dan
larutan dapat menyebabkan penambahan atau
penghilangan unsur dari mineral. Ada beberapa
peristiwa yang berkaitan dengan pelapukan kimia.
 Pembubaran (Dissolution)
Beberapa mineral umum larut dalam air seperti
halit dan kalsit. Batu kapur dan marmer
mengandung kalsit yang larut dalam air,
sehingga ketika batuan ini sering terkena air
akan mengalami dissolution.
 Oksidasi
Oksigen jika kontak langsung dengan mineral
silikat akan menyebabkan "berkarat
 Hidrolisis
Mineral silikat akan mengalami pelapukan
dengan cara hidrolisis dan membentuk clay.
Feldspar berubah menjadi tanah liat (kaolinit)
dan ditambah bahan dengan terlarut (ion).
 Pelapukan Biologi
Pelapukan Biologi atau Pelapukan Organik adalah
pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup.
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu hewan,
tumbuhan dan manusia, yaitu :
 Hewan yang dapat melakukan pelapukan
antara lain cacing tanah, serangga
 Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuhan ini
dapat bersifat mekanik atau kimiawi.
Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya
akar tumbuh tumbuhan di dalam tanah yang
dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh
zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang
dikeluarkan oleh akar-akar serat makanan
menghisap garam makanan dapat merusak
batuan.
 Manusia juga berperan dalam pelapukan
melalui aktifitas penebangan pohon,
pembangunan maupun penambangan. Dengan
demikian pelapukan biologi dapat di
hubungkan secara langsung dengan pelapukan
kimia dan pelapukan fisika.

 Transportasi
Faktor terpenting dalam proses sedimentasi batuan
yang di bantu oleh gravitasi ( jarak pendek dan lereng
curam), angin (partikel kecil saja), gletser, air.
 Gravitasi
Sejumlah besar sedimen, mulai dari
lumpuhsampai batu batu besar, bisa bergerak
turun karena gravitasi, sebuah proses yang
disebut pergerakan massa. Batu jatuh, tanah
longsor, dan lumpur adalah jenis pergerakan
tanah yang umum terjadi. Batu besar di jalan
raya sering terlihat berjatuhan dari bukit. Batu
jatuh terjadi saat batuan di tebing
dilonggarkan oleh pelapukan, lepas landas,
dan berguling jatuh kebawah. Tanah longsor
terdiri dari gerakan yang cepat dari massa
batuan atau tanah, dan membutuhkan sedikit
atau tidak ada air untuk peristiwa tersebut.
Lumpur mengalir terjadi saat lereng bukit
yang tersusun dari bahan berbutir halus
menjadi hampir jenuh oleh hujan deras. Air
membantu melumasi sedimen, dan lobus
lumpur dengan cepat bergerak menurun.
Semua pergerakan tersebut disebabkan oleh
Gravitasi
 Angin
Angin mengangkut sedimen yang didekat
permukaan dengan mengangkat dan
memindahkannya ke tempat arah
pergerakannya. Sama seperti lonjakan pendek
partikel kecil seperti debu yang terlepas dari
permukaan dan melompat pada jarak pendek.
Saat partikel tersebut jatuh kembali ke
permukaan, maka akan bertabrakan dengan
tanah dan menumpuk disitu. Partikel yang
lebih kecil dapat tersuspensi dalam angin dan
dapat berjalan lebih jauh, terjadi akibat butiran
yang lebih besar terakumulasi saat butiran
kecil diangkut pergi. Bentuk riak membentuk
garis tegak lurus terhadap arah angin.
Partikel berukuran pasir umumnya tidak
bergerak jauh, namun fragmen berukuran
lebih kecil dapat berpindah untuk jarak yang
lebih jauh. Angin yang cukup kuat juga bisa
jadi agen erosi yang efektif. Angin bisa
mengikis membentuk deflasi dan abrasi.
Deflasi adalah penurunan permukaan tanah
akibat pemindahan partikel halus oleh angin.
Deflasi meninggalkan partikel berbutir kasar
di permukaan, yang akhirnya menghasilkan
permukaan yang hanya terdiri dari fragmen
kasar yang tidak dapat diangkut oleh angin.

 Gletser
Glesier (Glacier) adalah tumpukan es / salju
yang mencair dengan cepat, pada saat mencair
tersebut air yang mengalir tersebut mampu
mentransportasikan sediment ke tempat lain.
Glesier ini jika dengan volume yang cukup
besar mampu membawa butiran sedimen
batuan kerikil. Transportasi jenis ini hanya
terjadi di daerah yang memiliki musim dingin
yang bersalju cukup besar bahkan seukuran
 Air
Air merupakan agen paling utama dalam
proses transportasi sedimen dari sumbernya ke
tempat yang lebih rendah. Air membawa
partikel dengan berbagai bentuk pergerakan,
tergantung bentuk dari dari butiran partikel
tersebut

 Pengendapan
Deposisi/Pengendapan adalah proses geologi di mana
sedimen yang dihasilkan oleh proses pelapukan,
ataupun tanah dan batuan ditambahkan ke suatu lahan
yang dataran lebih rendah yang di tansportasikan oleh
angin, es, air, dan gravitasi.
Deposisi terjadi ketika kekuatan yang bertanggung
jawab untuk transportasi sedimen tidak lagi cukup
untuk mengatasi gaya gravitasi dan gesekan,
menciptakan ketahanan terhadap gerak. Deposisi juga
bisa mengacu pada penumpukan sedimen dari bahan
turunan organik atau proses kimia. Sebagai contoh,
kapur dibuat sebagian dari kerangka kalsium karbonat
mikroskopik plankton laut, pengendapan yang telah
menginduksi proses kimia (diagenesis) untuk
mendepositkan kalsium karbonat lebih lanjut.
Demikian pula, pembentukan batubara dimulai
dengan pengendapan bahan organik, terutama dari
tanaman, dalam kondisi anaerobic
 Pemadatan (Compaction) dan Penyemenan
(Cementation)
Pemadatan: terjadi ketika sedimen terkubur dalam-
dalam, menempatkan mereka di bawah tekanan
karena berat lapisan di atasnya. Penyemenan: adalah
mineral baru menempel pada butiran sedimen
bersama sama seperti semen mengikat butiran pasir
pada bahan bangunan. Jika dilihat dengan seksama
foto mikroskop, itu bisa dilihat kristal mineral yang
tumbuh di sekitar butiran sedimen dan mengikatnya
bersama-sama.
b. Praktikan mampu mengetahui jenis - jenis batuan sedimen
Berdasarkan proses terjadinya, maka batuan sedimen
terbagi menjadi empat kategori, yaitu :
 Terrigeneous Clastics
Terbentuk dari hasil rombakan batuan lainnya
melalui proses pelapukan, erosi, transportasi,
sedimentasi dan pembatuan (litifikasi). Pelapukan
yang berperan disini adalah pelapukan yang bersifat
fisika. Contoh: breksi, konglomerat, batupasir,
batulempung
 Biochemical-Biogenic-Organic Deposits
Batuan sedimen ini terbentuk dari akumulasi bahan-
bahan organik (baik flora maupun fauna) dan proses
pelapukan yang terjadi pada umumnya bersifat
kimia. Contoh: batugamping, batubara, rijang, dll.
 Chemical Precipitates-Evaporates
Batuan sedimen jenis ini terbentuk dari akumulasi
kristal-kristal dan larutan kimia yang diendapkan
setelah medianya mengalami penguapan. Contoh:
gipsum, batugaram, dll.

 Volcaniclastics (Pyroclastic)
Batuan sedimen jenis ini dihasilkan dari akumulasi
material material gunungapi. Contoh: agglomerat,
tuf, breksi, dll
Klasifikasi berdasar Diskripsinya, maka batuan sedimen
dibedakan menjadi 6 golongan yaitu :

 Golongan Detritus Kasar


 Golongan Detritus Halus
 Golongan Karbonat
 Golongan Silika
 Golongan Evaporit
 ∙ Golongan Batubara

c. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan sedimen


Tekstur (Sifat butiran) Meliputi:
a. Besar butir (grain size), ditentukan dengan cara
membandingkannya dengan Skala Wentworth, kalau
perlu bisa dibantu dengan manggunakan loupe, untuk
breksi dan konglomerat dapat ditentukan dengan bantuan
mistar kecil, kemudian tentukan pula ukuran minimal dan
maksimal dari butiran atau komponennya.
Contoh: batupasir berbutir sedang (114mm-112mm).
Breksi dengan ukuran butir 7cm12cm (Berangkal, 64mm-
256mm). Besar butir ini mencerminkan energi hidrolik
lingkungannya, dalam artian jika ia berbutir kasar maka
dahulunya ia diendapkan dengan arus yang cepat dan
begitu pula sebaliknya.
b. Bentuk Butir (grain shape), ditentukan dengan bantuan
chart yang telah tersedia pada komparator dan gunakan
istilah:
- Sangat menyudut (very angular)
- Menyudut (angular)
- Menyudut tanggung (subangular)
- Membundar tanggung (subrounded)
- Membundar (rounded) - Sangat membundar (very
Rounded)
c. Warna
Terdiri dari warna segar dan warna lapuk, sertakan pula
variasi warnanya untuk memperjelas pemerian. Contoh:
batupasir berwarna segar kelabu kehijau-hijauan.
Pemerian warna ini mencerminkan tingkat oksidasi,
kandungan mineral, dan lingkungan pengendapan batuan
itu sendiri. - Warna merah: menunjukan keadaan oksidasi
> non marin, mengan-dung Fe (umumnya hematit). -
Warna hijau: merupakan reduksi dari warna merah,
mengandung glaukonit, zeolit atau chamosite. - Warna
kelabu: menunjukan keadaan reduksi > marin, kaya akan
bahan organik. - Warna, kuning-coklat: menunjukan
keadaan oksidasi, mengandung limonit, goethite, dan
oksida besi.(M. Elsheikh, D. B. Dunger, G. S. Conway,
1938)

.
V. Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Krisnasiwi, I. F. (2020). Article Received: 12 Nov 2019 Article Accepted: 05 Jan
2020. 1(1), 1–11.
M. Elsheikh, D. B. Dunger, G. S. Conway, J. A. H. W. (1938). No 主観的健康感を
中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析
Title. 49(1), 1–9.
https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027%0Ahttps://www.golder.com/insig
hts/block-caving-a-viable-alternative/%0A???
Meiwa Sherly. (2020). Pengantar Geologi Rekayasa. 52.
https://repository.unikom.ac.id/63647/1/Pengantar Geologi Rekayasa I _%232
Batuan.pdf
Pada, B., Daerah, F. W., Sekitarnya, D. A. N., Semin, K., & Gunungkidul, K. (2016).
Karakteristik Batugamping Kalkarenit Sebagai Bahan bangunan Pada Formasi
Wonosari-Punung Daerah Candirejo dan Sekitarnya Kabupaten Gunungkidul,
Kecamatan Semin, Daerah Istimewa Yogyakarta. DOMINGOS BORGES, Agus
Hendratno, S.T., M.T.
http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian_downloadfiles/861780
Zuhdi, M. (2019). Buku Ajar Pengantar Geologi. In Lombok.
http://eprints.unram.ac.id/14627/1/BUKU AJAR PENGANTAR GEOLOGI.pdf

http://blog.ub.ac.id/vanino/2012/06/28/batuan-konglomerat/

Anda mungkin juga menyukai