Anda di halaman 1dari 11

TUGAS GENESA MINERAL DAN BATUBARA

MENDALA METALOGENIK BUSUR ACEH

DISUSUN OLEH:
Afif Ihzani Ahmad 112160058
Indra Harianto 112160051
Asri Ramadhani Savitri 112160176

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan
jebakan mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineral adalah endapan bahanbahan
atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yang
mempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umat
manusia).
Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat
didalam kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsur logam dan mineral
saja yang mempunyai prosentasi relative besar, karena pengaruh proses dan aktivitas
geologi yang berlangsung cukup lama, prosentase unsur – unsur dan mineral-mineral
tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karena Proses Pengayaan,
bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk endapan mineral yang mempunyai nilai
ekonomis.

1.2 Tujuan

 Mengetahui mendala metalogenik indonesia


 Mengetahui mentala metalogenik busur aceh
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Proses Tektonik Regional pada Sistem Busur di Indonesia

Proses utama tektonik di daerah geologi Indonesia untuk daerah busur magma dan
asosiasinya terhadap mineralisasi emas dan tembaga dibagi menjadi :

1. Pembentukan ophiolite, tumbukan, dan perubahan busur

Pembentukan ophiolit terjadi karena pengangkatan kerak samudera sebagai hasil pemekaran
lantai samudra, naik ke atas kerak benua yang pasif dan dipengaruhi juga aktivitas intrusi
andesitk pada kerak yang ditumpangi. Secara tektonik, ophiolit yang terbentuk mendorong
terjadinya pembentukan patahan pada busur belakang (C) sehingga mengakibatkan
perubahan subduksi pada ke arah baru (D). Pada kerak benua yang ditumpangi terjadi
pemekaran (E) sehingga terbentuk cekungan di busur belakang (F). Oleh karena lempeng
terus bergerak, pemekaran dan subduksi terjadi bersamaan (G) sehingga potensi cebakan
endapan mineral terbentuk tinggi karena aktivitas tersebut yang langsung berhubungan
dengan magma. Setting tektonik seperti ini terjadi pada daerah tektonik Sunda Banda yang
menghubungkan Timor, Wetar dan Sumba.

1. Busur magmatik

Tipe busur magmatik di Indonesia terbagi atas mafik dan andesitik. Batuan mafik volkanik
kebanyakan berada pada daerah bekas laut, yang didominasi basalt atau balastik – andesite
dan generasinya. Akan tetapi dominasi busur magmatik Indonesia berupa busur andesitic
yang banyak ditemukan di sekitar daerah perairan dangkal. Dominasi rhyolit yang membatasi
dan menyusun lantai benua. Intrusi andesitik ini mengidikasikan bahwa terjadi stress lemah
yang mengakibatkan tarikan sepanjang busur dan mungkin berhubungan dengan mundurnya
palung di daerah subduksi lempeng samudera.

2. Lantai busur

Kebanyakan mineralisasi di daerah busur di Indonesia yang terekspos berupa batuan


vulkanik. Lantai busur kebanyakan tersusun atas batuan metamorfik (greenstone, phyllite,
mica schist, gneiss) dan ophiolit. Kerak busur kepulauan lebih tipis dibandingkan dengan
daerah kerak benua.

3. Pemekaran busur belakang

Pemekaran busur belakang terbentuk di busur belakang selama subduksi juga terjadi pada
kerak samudera yang mengalami perubahan arah subduksi. Akibatnya terbentuk cekungan
pada daerah busur belakang.
4. Kompleks daerah metamorfik

Hipotesis yang dimungkinkan untuk menjelaskan kompleks daerah metamorfik adalah


adanya asosiasi dengan patahan bersudut rendah yang merupakan jalur dari metamorfik
Papua Nugini. Pemanjangan kerak terregional yang berasosiasi dengan pemindahan akibat
patahan menyediakan mekanisme yang memungkinkan pemendekan busur. Hal ini dapat
dilihat terbentuk pada daerah subduksi pada busur yang sangat berkaitan dengan aktivitas
mineralisasi
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Busur Magmatik Indonesia

Sebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki daerah busur
kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur – selatan Indonesia. Pergerakan
lempeng – lempeng secara aktif pada masa neogen menyusun Indonesia menjadi beberapa
jalur aktif busur magmatik. Secara umum, sistem busur magmatik di Indonesia adalah hasil
kompleks sejarah aktivitas tektonik, termasuk di dalamnya subduksi dan busur magmatik,
rotasi dan perpindahan busur, pemekaran busur belakang, pembentukan ophiolit
danpenumbukan yang akibatkan perubahan arah busur, patahan stike-slip dan kemungkinan
karena pemanjangan kerak.
Indonesia memiliki 7 jalur utama busur magmatik dan beberapa busur minor. Ketujuh busur
mayor tersebut adalah

1. Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous)


Daerah busur Sumatera-Meratus melingkupi daerah Sundaland sepanjang sumatera bagian
barat dan selatan Kalimantan. Pada daerah ini, busur magmatik dimulai dengan perubahan
polaritas tektonik setelah penempatan Woyla. Saat terekspos, busur tidak termineralisasi
dengan baik, karena perluasan akibat pengangkatan dan erosi selama masa tertiary. Daerah
mineralisasi ini hanya menyumbang 1% dari sumber daya emas dan sangat sedikit tembaga
Indonesia. Pada daerah Sumatera, mineralisasi dibatasi oleh besi, dan skarn base metal, juga
kombinasi emas-perak dan emas-tembaga pada rasio rendah. Di daerah Kalimantan, emas
yang ada diikuti kuarsa dan vein, veinlets karbonat kuarsa akibat pembentukan secara
epithermal.

2. Busur Sunda-Banda (Neogen)


Busur ini merupakan busur terpanjang di Indonesia, dari Sumatera Utara hingga timur
Damar. Mineralisasi yang terjadi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu berbentuk sistem urat
epithermal sulfidasi rendah di bagian barat busur dan porfiri emas-tembaga dan massive
sulphide lenses replacement bodies serta stockworks di timur. Hal ini terjadi karena
perbedaan lempeng yang menyusun daerah magmatik sepanjang busur. Daerah bagian barat
cenderung terbentuk lebih dulu dan stabil sehingga memungkinkan bentukannya adalah
intrusi dangkal andesitik pada masa neogen. Daerah timur merupakan daerah progresif
lempeng dan aktif bergerak membentuk zona subduksi yang menjadi tempat pembentukan
intrusi besar berupa badan bijih seperti porfiri.

3. Busur Aceh (Neogen)


Busur Aceh berada pada palung di utara Sumatra yang tidak panjang. Busur ini berkaitan
langsung dengan dataran Sunda. Palung di sekitar busur menjadi daerah subduksi antara
kerak samudra hasil pemekaran dari cekungan Mergui yang menekan pada lantai lempeng
Sumatera bagian utara. Di daerah busur ini, mineralisasi yang terjadi berupa porfiri tembaga-
molybdenum dan tipe endapan sulfidasi tinggi.

4. Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan Neogen)


Busur ini selama bertahun-tahun diperkirakan dari kehadiran kondisi sisa erosi selama akhir
Oligocene hingga awal Miosen yang sifatnya andesitik hingga trachy-andesitik di daerah
sekitar ativitas vulkanik. Kebanyakan dari yang ditemukan berasosiasi dengan emas.
Mineralisasinya berupa peralihan epitermal ke porfiri. Di bagian barat, mineralisasi
berasosiasi dengan batuan hasil erupsi dan intrusi dioritik.

5. Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen)


Pada busur ini, aktivitas magmatik cenderung berada pada daerah bawah laut dan juga
tersusun oleh batuan sedimen sebagai akumulasi kegiatan tektonik aktif di daerah ini.
Dominasi busur ini adalah aktivitas lempeng aktif yang membentuk lengan – lengan
kepulauan Sulawesi. Akibatnya, mineralisasi yang terjadi meliputi porfiri emas-tembaga,
endapan sulfidasi tinggi, sediment hosted gold, dan urat sulfidasi rendah.
6. Busur Halmahera (Neogen)
Daerah busur Halmahera terdiri dari hasil intrusi andesitik yang berusia Neogen, termasuk
dengan batuan vulkanik. Pada daerah barat busur ini juga dipotong oleh sesar Sorong selama
daerah timur terjadi subduksi di Laut Molluca. Busur Halmahera belum dieksplorasi dan
dimungkinkan hipotesis terbentuk mineralisasi berupa porfiri tembaga-emas.

7. Busur Tengah Irian Jaya (Neogen)


Daerah busur tengah Irian Jaya memanjang dari kepala burung hingga Papua Nugini. Hal ini
berkaitan dengan pergerakan sabuk New Guinea, sebuah zona sabuk metamorfik dan
pembentukan ophiolit. Busur diikuti juga dengan subduksi di selatan dan diikuti
penumbukan. Kegiatan vulkanisme yang mengikuti adalah bersifat andesitik. Busur tengah
Irian Jaya terbentuk di lempeng aktif Pasifik. Deformasi yang terus terjadi mengakibatkan
pembentukan deposit pada daerah benua pasif yang terbentuk sebelumnya dengan dasar
berupa batugamping jalur New Guinea. Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya
akan emas, badan bijih skarn.

Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif di Indonesia,
terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km panjang busur tergantung pada
masing – masing busur dan kontrol lain yang berkaitan dengan mineralisasi. Pada gambar di
atas ditunjukkan daerah mineralisasi aktif sepanjang busur magmatik di Indonesia.

Busur mayor ini juga diikuti dengan keberadaan busur minor di sekitar. Busur minor tersebut
terdiri atas :

1. Busur Schwaner mountain (west Kalimantan, tonalitic – granodioritic batholiths, early


cretaceous)

2. Busur Sunda shelf (Karimata island, granitic, late cretaceous)

3. Busur Moon utawa (northern head of Irian Jaya, andesitic – sedimentary rocks – intruded
dioritic, middle miocene)

4. Busur West sulawesi (western Sulawesi, granitic, late miocene – pliocene)

5. Busur Northwest Borneo ( andesitic, middle miocene)


6. Busur Sumba Timor (andesitic – andesite porphyry intrusions, palaeogene)

7. Busur Coastal Irian Jaya (Mamberamo, diorites, neogene possibly)

8. Busur Talaud (Northeast Sulawesi, andesitic-andesite blocks in melange, neogene)

Bentuk utama Mineralisasi Emas dan Tembaga di Indonesia


Secara umum, bentuk mineralisasi emas dan tembaga di Indonesia berupa :

1. Porfiri
2. Endapan ephitermal sulfidasi tinggi
3. Endapan ephitermal sulfidasi rendah
4. Mineralisasi Au-Ag-Cu ± base metals
5. Skarn
6. Sediment Hosted
Berdasarkan aktivitas tektonik yang terjadi di sepanjang busur magmatik, daerah bagian
timur Indonesia didominasi oleh bentukan porfiri dan skarn, serta sebagian kecil endapan
hidrotermal sulfidasi tinggi dan sediment hosted. Daerah barat Indonesia memiliki
mineralisasi cenderung berupa endapan epitermal sulfidasi rendah yang terjadi di daerah
paparan Sunda yang relatif dangkal. Aktivitas busur magmatik dan bentuk mineralisasi
memiliki hubungan yang menunjukkan identifikasi perbedaan antara lingkungan tektonik
selama pembentukan porfiri emas-tembaga, skarn dan deposit sulfidasi tinggi. Pembentukan
mineralisasi Au-Ag-Cu ± base metals terjadi di lingkungan submarine dangkal saat larutan
sulfida yang hasilnya juga menghasilkan mineralisasi sulfidasi tinggi di sekitar sub-aerial
batuan vulkanik, dan daerah lantai samudera.

3.2 . Busur Aceh

Busur ini berbatasan dengan bagian utara Pulau Sumatera. Penunjaman di lepas pantai
bagian utara Pulau Sumatera dimana pada daerah ini ndapan gunungapi muda berhubungan
dengan yang terdapat di daratan (Stephenson dkk, 1982). Penunjaman tersebut kemungkinan
juga aktif pada awal Miosen Tengan, diduga bahwa penunjaman ke arah selatan dari
Cekungan Mergui yang bersifat oseanik menunjam di bawah batuan dasar bagian utara
Sumatera dari Paparan Sunda.

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam ditinjau secara geologi berada di Jalur patahan Sumatra
dan dikenal sebagai daerah tektonik aktif. Hal ini dikarenakan adanya zona tunjaman
disebelah barat pulau Sumatra sehingga mengakibatkan terangkatnya pulau Sumatra dan
menghasilkan suatu perbukitan memanjang yang sekarang kita kenal dengan Perbukitan
Barisan. Di sepanjang bukit barisan ini banyak terdapat zona-zona mineralisasi logam.
Mineralisasi ini salah satunya dihasilkan oleh intrusi-intrusi yang melalui zona lemah, salah
satunya adalah melalui zona patahan Sumatra dan zona ikutan.

Dari segi pertambangan dan energi kondisi seperti ini memberi keuntungan yang besar.
Selain terdapat daerah mineralisasi logam dan nonlogam juga memberikan kontribusi lain
berupa sumber panas bumi (geothermal) yang dapat digunakan sebagai pembangkit
listrik.Menurut data dari dinas pertambangan dan energi Nanggroe Aceh Darussalam dan dari
Dirjen sumber daya mineral ada beberapa jenis potensi logam dan energi di Aceh yang sudah
terbukti sumberdayanya dan sebagian lainnya masih merupakan indikasi. Potensi logam yang
bernilai ekonomis tersebar di beberapa tempat. Sebagian ada yang masih berupa tubuh batuan
(primary deposits) dan endapan plaser dalam tubuh sungai atau di muara (secondary
deposits). Jenis logam yang terdapat di Aceh diantaranya adalah emas, tembaga, perak, timah
hitam, bijih besi, molybdenum.

Potensi Pertambangan di Aceh


1. Emas
Emas merupakan logam mulia yang sangat komersil. Bijih emas terdapat dalam cebakan-
cebakan dengan bermacam-macam tipe di dalam batuan beku, sedimen dan metamorfik pada
seluruh formasi geologi. Kebanyakan emas yang diproduksi berasal dari larutan hydrothermal
yang berumur relatif lebih muda
Penyelidikan umumnya dilakukan dengan beberapa cara yaitu, pemetaan geologi,
penerowongan dan pemboran inti. Kadang-kadang dilakukan juga penyelidikan secara
geofisik sebelum pemboran untuk mengetahui kontinuitas dan hubungan antara singkapan
yang satu dengan yang lainnya.
Logam emas di Aceh umumnya terdapat pada batuan volkanik tua. Batuan pembawa (host
rock) biasa berupa diorite, granodiorit dan batuan beku asam (PPPG, 1982).
Logam Emas banyak ditemukan dibeberapa aliran sungai besar di Aceh Barat dan Aceh
Tengah. Warga setempat melakukan pendulangan untuk mengambil deposit emas seperti
yang dilakukan di Krueng Woyla dan Krueng Pameu (placer deposit). Selain itu di beberapa
lokasi lain deposit emas tersingkap sebagai primary deposit seperti di Beutong Ateuh, Lhok
Kruet, Kr.Sabee, Tangse dan Geumpang. Kedua tipe endapan ini mempunyai karakter yang
berbeda ditinjau dari segi proses pembentukan, sumberdaya dan metode penambangan.
Endapan plaser seperti yang terdapat di beberapa aliran sungai di Aceh Barat dan Aceh
Tengah berasal dari pelapukan batuan induk yang mengandung emas. Akibat proses
pelapukan dan erosi. Kemudian material tersebut tertransport ke dalam sungai dan
terendapkan akibat akibat berat jenisnya yang lebih besar. Volume deposit plaser jauh lebih
kecil dibandingkan dengan cadangan yang tersimpan dalam batuan induk (primary deposit).
Penambangan bijih plaser ialah secara (hydraulicking)”disemprot dengan air”, dengan kapal
keruk (dredge) atau dengan dragline yang dikombinasi dengan pengolahan diatas pontoon
(floating washing plants). Bijih emas kebanyakan ditambang secara tambang dalam dengan
system “cut and fill” dan “skrinkage stoping” atau dengan tambang terbuka dengan mengupas
lapisan overburden.

2. Tembaga
Bijih tembaga terdapat sebagai cebakan-cebakan dengan berbagai macam tipe dalam batuan
beku, sediment dan metamorfik. Hampir sebagian besar cebakan-cebakan tembaga terjadi
dari larutan hydrothermal dengan type replacement dan cavity filling. Sebagian besar
cadangan bijih tembaga di dunia terdiri dari tipe replacement. Dalam bentuk porphyrycopper.
Disamping dengan pemetaan geologi penyelidikan juga dilakukan dengan geokimia, geofisik
dan pemboran. Sering juga dibantu dengan test pitting, trenching dan tunneling.
Di Aceh logam tembaga kebanyakan ditemukan bersamaan dengan logam lainnya atau
berasosiasi dengan logam lain seperti emas, molibdenum dan pirit, cuma prosentase kadarnya
masing-masing logam berbeda. Bahan galian logam ini dapat ditemukan di Pulau Bras sekitar
kepulauan Aceh, di lokasi ini tembaga ditemukan dalam bentuk senyawa berupa malakhit.
Berikutnya di daerah Krueng Kala dan Gle Bruek Kecamatan Lhoong juga ditemukan unsur
logam tembaga. Di Daerah Beutong Ateuh Kabupaten Nagan Raya juga ditemukan tembaga,
dilokasi ini tembaga ditemukan bersamaan dengan emas. Di Pidie (Geumpang dan Tangse)
juga ditemukan tembaga yang hadir bersama emas dan mineral ikutan lainnya. Kemudian
ditemukan juga di Krueng Sabee (Aceh Jaya) dan di Tapaktuan Aceh Selatan.
Metode penambangan dapat dilakukan dengan penambangan terbuka dan dalam tergantung
pada besar kadar tembaga dan dalamnya cebakan. Bijih tembaga porfiri biasanya dikerjakan
secara tambang terbuka dengan alat-alat berat dikombinasikan dengan pendamitan.
Penambangan dalam dilakukan secara block caving, square setril, shrinkage, top slicing, sub
level caving, cut and fill, long hole.

3. Timah Hitam dan Seng


Kedua logam ini secara kimia mempunyai sifat yang berbeda, namun secara geologi selalu
ditemukan secara bersamaan. Timah hitam dikenal juga dengan timbal (Pb), ada tiga jenis
mineral yang komersil yaitu: galena (PbS), cerusit (PbCO) dan Anglesit (PbSO4).
Kebanyakan bijih timah hitam dan seng terjadi sebagai cavity filling “pengisian rongga” dan
replacement dari larutan hydrothermal dengan suhu rendah.
Penyelidikan bijih timah hitam dilakukan dengan pemetaan geologi dan geokimia, geofisika
dan pemboran. Sering juga dibantu dengan tunneling. Penambangan pada umumnya secara
tambang dalam dengan berbagai variasi. Timbal dipergunakan dalam batubatere,
pembungkus kabel amunisi, campura-campuran logam, industri cat, keramik, industri kimia.
Seng sendiri dipergunakan sebagai proteksi logam terhadap korosi, campuran-campuran
logam pigmen, tekstil, industri kimia.
Di Aceh Kedua logam ini ditemukan di Krueng Beureung berupa kerakal galena dan Krueng
Isep di Aceh Barat. Berikutnya di Lokop Kecamatan Serbajadi Aceh Timur juga ditemukan
timah hitam dalam jumlah cukup prospek untuk di tambang.

4. Bijih Besi
Bijih besi (iron ore) merupakan senyawa oksida yang cukup komersil untuk dimanfaatkan.
Macam-macam bijih besi yang secara komersil menghasilkan paling banyak ialah: bijih
sedimenter, magmatik kontak, metasomatik dan penggantian (replacement).
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam menyimpan potensi bijih besi yang cukup besar.
Deposit bijih besi dapat dijumpai dalam bentuk primary deposit dan secondary deposit. Tipe
plaser (secondary deposit) banyak ditemukan di pinggir pantai sekitar Krueng Raya,
Lampanah (Aceh Besar). Sedangkan dalam bentuk tubuh batuan banyak ditemukan di
Kecamatan Lhoong (Krueng Geunteut, Krueng Lhoong) Aceh Besar, Krueng Ligan Aceh
Jaya, Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee Aceh Baratdaya. Cadangan bijih besi untuk
setiap lokasi belum diketahui secara pasti, hal ini dikarena selama ini kegiatan eksplorasi
rinci yang detail belum pernah dilakukan. Faktor keamanan merupakan salah satu alasan
yang menyebabkan aktivitas penyelidikan atau survei detail tidak berjalan di lapangan.
Penyelidikan bijih besi laterit dan bijih sedimenter dilakukan dengan “test pitting” atau
pemboran. Penyelidikan bijih kontak dan lain-lainnya biasanya dilakukan secara geofisika
(magnetometer) dibantu dengan pemboran inti.
Untuk bijih besi sedimenter laterit penambangan dikerjakan secara “open pit”. Tambang
dalam dilakukan terhadap bijih-bijih magmatik, kontak dan replacement.

5. Mangan
Beberapa jenis mineral Mangan yang mempunyai nilai komersil untuk ditambang diantaranya
pyrolusit, manganit, psilomelan, hausmanit, rhodochrosit, rhodonit. Bijih mangan ditemukan
dalam bentuk cebakan sedimenter dan residual. Tipe lainnya adalah sebagai cebakan
hydrothermal dan metamorfik.
Pada umumnya penyelidikan detail harus dilakukan dengan pemboran (cored drilling).
Penambangan dilakukan secara tambang terbuka dan tambang dalam, dalam bermacam-
macam variasi tergantung keadaan cebakan.
Kebanyakan Mangan dipergunakan dalam industri metalurgi selainnya dipakai untuk industri
batubatere dan kimia.
Di Aceh logam mangan dijumpai di Lhok Kruet Kecamatan Sampoiniet Kabupaten Aceh
Jaya, kondisi endapannya berupa deposit metasomatik. Selain itu mangan terdapat dijumpai
juga di Krueng Igeuh Kecamatan Tangse (Kabupaten Pidie) dan Krueng Ligan (Aceh Jaya).

6. Molibdenum
Sebagian besar dari molybdenum berasal dari molibdenit (MoS2). Hanya sedikit saja yang
berasal dari wulfenite (PbMoO4). Bijih molibdenum terdapat didalam batuan beku asam,
metamorfik, sedimen, sedikit pada batuan basa. Tipe-tipe bijih komersil terdapat sebagai
cebakan pegmatik, kontak metasomatik, disseminated replacement dan fissure vein. Sebagian
dari bijih molybdenum terdapat berhubungan dengan batuan beku asam dan berbentuk vein
dan stockwork (vein kecil-kecil banyak dan berbentuk jaringan).
Penyelidikan eksplorasi awal umumnya dilakukan dengan pemetaan geologi, geofisika dan
pemboran. Penambangan umumnya tambang bawah tanah (underground mining). Ada juga
yang dikerjakan secara terbuka. Penambangan dalam untuk bijih yang besar dikerjakan secara
caving dan “cut and fill”.
Potensi molybdenum di Aceh dapat dijumpai di kecamatan Tangse Kab.Pidie, Krueng
Geunteut dan Krueng Lhoong Kabupaten Aceh Besar, di Lokop Kecaamtan Serbajadi Aceh
Timur. Bijih molybdenum tersebut dijumpai dalam bentuk urat kuarsa, juga didapatkan
dalam kristal-kristal batugamping seperti yang didapatkan di daerah Timang Ragap dan Lawe
Sigala-gala Aceh Tenggara.
Penggunaan molybdenum dalam kehidupan sehari-hari biasanya dipakai untuk industri besi
dan baja, minyak pelumas, keramik pigment, pupuk dan reagent kimia.

7. Kromium
Kromium atau krom mempunyai arti warna, Mineral satu-satunya yang mempunyai arti
komersil ialah kromit (FeO.Cr2O3).
Cebakan kromit terjadi secara pemisahan magmatik didalam batuan basa berbentuk massa,
lensa-lensa dan terhambur (disseminated). Dibeberapa tempat oleh proses pelapukan butir-
butir kromit yang menghambur (disseminated) dikonsentrir sebagai bijih.
Di Aceh potensi logam kromium terdapat di daerah Tangse dan Geumpang (Kabupaten
Pidie). Di Tinjau dari tatanan geologi, Perut bumi Aceh tersusun oleh batuan beku yang
bersifat asam sampai intermediet. Pulau Sumatera terbentuk hasil penunjaman (subduksi)
kerak samudera hindia dengan kerak eurasia, maka batuan beku asam lebih melimpah
daripada batuan beku basa. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi Indonesia bagian timur
yang dominan dengan batuan basa sampai ultra basa.
Penyelidikan umumnya dilakukan secara pemetaan geologi, trenching, tunneling dan
pemboran inti untuk cebakan primer. Untuk cebakan cebakan sekunder cukup dengan test
pitting bersama dengan pemetaan geologi.
Penambangan dilakukan baik secara tambang dalam maupun tambang terbuka. Kebanyakan
tambang-tambang kromit yang besar dikerjakan secara tambang terbuka.
Penggunaan kromium sendiri untuk bahan anti karat (stainless steel), bahan tahan api
(refractories), industri kimia, pelapis tungku suhu tinggi

Anda mungkin juga menyukai