TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum Hamilton (1979), Sukamto (1975), dan Smith (1983) telah membagi
Daerah Penelitian
Awal pada bagian utara dan tengahnya, batuan melange pada awal Kapur Akhir
di bagian selatan, sedimen flysch berumur Kapur Akhir hingga Eosen yang
(Sukamto, 1975) pada bagian utara dan selatan, volcanic arc (busur vulkanik)
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Eosen Akhir sampai Miosen Awal dan volcanic arc (busur vulkanik) Miosen
Tengah hingga Kuarter (Silver dkk, 1983). Batuan plutonik berupa granitik dan
Awal di bagian selatan, namun pada Sulawesi Utara aktifitas vulkanik masih
Tersusun atas fasies metamorfik sekis hijau dan sekis biru. Bagian barat
temperatur tinggi, genes, dan batuan granitik (Silver dkk, 1983). Fasies sekis
(van Bemmelen, 1970; Hamilton, 1979; dan Smith, 1983), harzburgit dan
harzburgit, gabro, sekuen dike diabas dan basalt, yang merupakan hasil dari
tumbukan antara platform Sula dan Sulawesi pada saat Miosen Tengah sampai
Miosen Akhir (Hamilton, 1979; Smith, 1983), serta batuan sedimen pelagos
dan klastik yang berhubungan dengan batuan ultramafik (Silver dkk, 1983).
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Berdasarkan pembagian di atas, maka daerah penelitian terletak pada Jalur
Sekis dan Batuan Terdeformasi (Central Schist Belt). Jalur ini merupakan
fasies metamorfik sekis hijau dan sekis biru yang penyebarannya mulai dari
Daerah penelitian yang berada di daerah Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan
Asinua, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara regional batuan yang
tersingkap pada wilayah sekitar daerah penelitian ini mempunyai kisaran umur mulai
dari Paleozoikum sampai dengan Kuarter yang terdiri dari beberapa Formasi (Gambar
2.2).
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Stratigrafi batuan penyusun pada daerah penelitian lembar Lasusua-Kendari
(Gambar 2.3) dari yang paling muda sampai yang paling tua adalah sebagai berikut:
1. Aluvium (Qa)
Terdiri atas kerikil, kerakal, pasir lempung dan lumpur. Satuan ini
merupakan hasil dari endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur satuan
Terdiri atas sekis, gneis, filit, batusabak dan sedikit pualam. Satuan ini
Struktur geologi yang dijumpai di daerah Sulawesi Tenggara adalah sesar, lipatan
dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah Barat Laut - Tenggara searah dengan
Sesar Lasolo, Sesar Lasolo berupa sesar geser jurus mengiri yang diduga masih giat
hingga kini, yang dibuktikan dengan adanya mata air panas di batugamping terumbu
Sesar naik ditemukan di daerah Wawo, sebelah barat Tampakura dan di Tanjung
Metamorf Mekonga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano. Jenis sesar lain yang
dijumpai adalah sesar bongkah, atau mungkin sesar listrik (listric fault).
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Gambar 2.3 Peta Geologi Regional Lembar Lususua-Kendari, Sulawesi (E. Rusmana, Sukido, D.Sukarna, E.Haryono dan
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Jenis lipatan pada batuan ini berupa lipatan tertutup, setempat dijumpai lipatan rebah
dan lipatan terbalik. Lipatan pada batuan Tersier termasuk jenis lipatan terbuka, berupa
lipatan yang landai dengan kemiringan lapisan berkisar antara 150 dan 300.
Kekar terdapat pada semua jenis batuan. Pada batugamping kekar ini tampak teratur
yang membentuk kelurusan, seperti yang terlihat jelas pada foto udara. Kekar pada batuan
beku umumnya menunjukkan arah tak beraturan. Gejala pengangkatan terdapat di pantai
timur dan tenggara, yang ditunjukkan oleh undak - undak pantai dan sungai, dan
pertumbuhan koral.
(termasuk prasarana transportasi/jalan) yang kuat dan aman dari ancaman kerusakan.
Ruang lingkup kajian dalam geoteknik berhubungan dengan studi: 1) batuan atau tanah
sebagai material bangunan (construction material), 2) massa batuan (rock mass) yang
langsung berkaitan dengan tubuh bangunan, 3) massa batuan yang tidak langsung
berkaitan dengan tubuh bangunan tetapi sebagai penyusun bangunan alami di lingkungan
sekitarnya, misalnya gunung, lereng, tebing, maupun dataran limpah banjir yang luas,
sehingga dapat saja memendam atau berpotensi ancaman bagi keselamatan bangunan
tersebut.
10
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Aspek manfaat dari kajian tersebut:
1. Sebagai material bangunan atau tanah digunakan untuk mengisi atau menyusun
bangunan.
2. Sebagai massa batuan yang terkait langsung dengan bangunan. Batuan berfungsi
massa batuan, batuan pun berfungsi sebagai media tempat bangunan dibuat,
Salah satu ilmu penunjang dalam geoteknik adalah geologi teknik, Geologi Teknik
adalah aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang menjamin pengaruh faktor-
dan pemeliharaan hasil kerja keteknikan atau engineering works (American Geological
pembangkit tenaga listrik berada di dalamnya (Gambar 2.4). Di dalam rumah pembangkit
inilah tenaga air (tenaga potensial) diubah menjadi tenaga gerak (tenaga kinetik) melalui
turbin, dan tenaga gerak ini diubah menjadi tenaga listrik melalui generator. Komponen-
11
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
komponen utama pada rumah pembangkit adalah turbin, generator, beserta panel-panel
lainnya dari perubahan cuaca. Dalam pembangunan rumah pembangkit harus diperhatikan
kekuatan pondasi, terutama pondasi turbin yang akan menahan gaya potensial dan kinetik
dari air yang mengalir melalui pipa pesat dan turbin. Standar minimal dalam bangunan
rumah pembangkit harus dilengkapi dengan ruang mesin, ruang operator, dan kantor.
2.6 Pondasi
Pondasi adalah bagian dari elemen bangunan yang berfungsi meletakkan dan
meneruskan beban ke dasar tanah yang kuat mengimbangi dan mendukung (merespon)
12
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
serta dapat menjamin kestabilan bangunan, paling tidak terhadap beratnya sendiri, beban
yang bekerja dan beban gempa. Pondasi dapat digolongkan menjadi dua jenis:
digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk
didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi
dangkal umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah atau
sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk, pondasi
dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda
dan jenis tanah deposito aluvial, dll. Pondasi dangkal terdiri dari di
pelat.
13
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi
lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis
tanah yang mendukung daya beban struktur bangunan sehingga jenis tanah
untuk mengetahui apakah suatu daerah mempunyai kualitas batuan yang bagus atau tidak
sebagai lapisan yang akan menjadi dasar pondasi pada suatu pembangunan. Klasifikasi
derajat pelapukan batuan yang digunakan adalah klasifikasi British Standards Insitution
(BSI), 1981 (Tabel 2.1). Setelah batuan diklasifikasikan sesuai dengan derajat
pelapukannya maka batuan tersebut dikorelasikan antar log bor perpenampang. Kemudian
setelah derajat pelapukannya dikorelasi antar log bor data klasifikasi derajat pelapukan di
gabung dengan hasil analisis klasifikasi massa batuan untuk menentukan penanganan apa
yang cocok untuk dasar pondasi pembangunan rumah pembangkit pada PLTA X.
tahun yang lalu yang ditujukan untuk terowongan dengan penyanggaan menggunakan
14
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Pelapukan Batuan British Standards Insitution (BSI), 1981
15
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
penyangga baja. Kemudian klasifikasi dikembangkan untuk penyangga non-baja
timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik,
massa batuan.
16
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Dikarenakan kompleksnya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha
untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan.
Banyak dari metode-metode tersebut telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan
sekarang banyak digunakan untuk penelitian awal atau bahkan untuk desain akhir.
6. Q-system
Pada daerah penelitian didominasi oleh batuan maka hal yang diteliti lebih
massa batuan pada daerah penelitian. Metode klasifikasi massa batuan yang penulis
gunakan adalah metode RMR. Data yang diperlukan untuk metode RMR ini adalah
diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, kondisi air tanah dan parameter tambahan yaitu
orientasi diskontinuitas.
Rock Mass Rating (RMR) atau juga dikenal dengan Geomechanics Classification
17
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
pada klasifikasi ini. Metode ini telah dikenal luas dan banyak di aplikasikan pada
keadaan dan lokasi yang berbeda-beda seperti tambang pada batuan kuat, terowongan,
tambang batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan pondasi. Penjabaran dari metode
RMR dapat dilihat pada (Tabel 2.2). Klasifikasi ini didasarkan pada enam parameter,
Kekuatan suatu batuan secara utuh dapat diperoleh dari Point Load Strength Index
Compressive Strength (UCS) yang telah diusulkan oleh Deere & Miller, 1968
(Bieniawski, 1984). Kekuatan batuan utuh adalah kekuatan suatu batuan untuk
bertahan menahan suatu gaya hingga pecah. Kekuatan batuan dapat dibentuk oleh
suatu ikatan adhesi antar butir mineral atau tingkat sementasi pada batuan tersebut,
serta kekerasan mineral yang membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan dengan
Menurut Deere et al., (1967) kualitas massa batuan dapat dinilai dari harga RQD,
RQD yaitu suatu pedoman secara kuantitatif berdasarkan pada perolehan inti yang
mempunyai panjang 100 mm atau lebih tanpa rekahan (Gambar 2.5). RQD didasarkan
pada penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih.
Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung walaupun
mempunyai panjang lebih dari 10 cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5 mm. Nama lain
dari RQD adalah suatu penilaian kualitas batuan secara kuantitatif berdasarkan
18
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
kerapatan kekar. Saat ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti
pemboran dan merupakan salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa
Gambar 2.5 Cara Pengukuran dan perhitungan RQD (Deere & Deere, 1988)
kekar, bedding atau foliasi, shear zones, sesar minor, atau bidang lemah lainnya. Jarak
diskontinuitas dapat diartikan sebagai jarak rekahan bidang-bidang yang tidak sejajar
dengan bidang-bidang lemah lain. Sedangkan spasi bidang diskontinuitas adalah jarak
antar bidang yang diukur secara tegak lurus dengan bidang diskontinuitas.
Kondisi diskontinuitas merupakan suatu parameter yang terdiri dari beberapa sub-sub
19
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
bidang diskontinuitas (aperture), kekasaran permukaan bidang diskontinuitas
Air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang bukaan suatu terowongan, sehingga
posisi muka air tanah terhadap posisi lubang bukaan sangat perlu diperhatikan. Kondisi
air tanah dapat dinyatakan secara umum, yaitu kering (dry), lembab (damp), basah
Parameter ini merupakan parameter tambahan dari kelima parameter yang ada. Bobot
yang diberikan untuk parameter ini sangat tergantung pada hubungan antara orientasi
kekar-kekar yang ada dengan metode penggalian yang dilakukan. Oleh karena itu
dalam perhitungannya, bobot parameter ini biasanya diperlakukan terpisah dari lima
parameter lainnya.
20
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
2.10 Penanganan pada Kontruksi Bangunan
Menurut Bhardwaj, S., Sharma, M., & Bhau S.D.S (2015). Penanganan untuk
mortar semen yang diterapkan di bawah tekanan melalui nosel pada saluran
berikut:
erosi atau yang tidak stabil (karena kerusakan orinetasi atau tingkat
rekahan)
3. Rock Bolt: Suatu baut panjang yang digunakan untuk menstabilkan penggalian
batuan. Tujuan utama rock bolt adalah untuk memindahkan beban dari bagian
batuan yang tidak stabil ke bagian batuan yang kuat dan stabil.
4. Dewatering: Pekerjaan sipil yang bertujuan untuk dapat mengendalikan air (air
21
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
Tabel 2.2 Pembobotan Massa Batuan (Rock Mass Rating) Berdasarkan Klasifikasi
Pembobotan 15 12 7 4 2 1 0
Permukaan
sangat kasar,
Agak kasar, Agak kasar, Slikensided/gouge < Gouge lunak > 5
tidak
Kondisi separasi < 1 separasi < 1 5 mm, atau mm, atau
menerus,
Diskontinuitas mm, agak mm, sangat separasi 1 – 5 mm, separasi > 5 mm,
4 tidak
lapuk lapuk menerus menerus
renggang,
tidak lapuk
Pembobotan 30 25 20 10 0
Aliran /
10 m
panjang Tidak ada < 10 10 – 25 25 – 125 > 125
tunnel
(L/min)
Kondisi
Air Tekanan
pori dibagi
5 Tanah 0 < 0,1 0,1 – 0,2 0,2 – 0,5 > 0,5
tegangan
utama
Keadaan
Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Umum
Pembobotan 15 10 7 4 0
22
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
b. Pengaruh Orientasi Diskontinuitas
keperluan
Sangat Tidak
Jurus dan Kemiringan Mengun- Sangat tidak
Mengun- Sedang Mengun-
Orientasi Diskontinuitas tungkan Menguntungkan
tugkan tungkan
Sangat
Deskripsi Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
baik
23
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara
5. Pondasi: Suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai
sekitar lokasi, waktu dan biaya pekerjaan, kokoh dan kuat. Pondasi terdiri dari
beberapa jenis yaitu pondasi tiang pancang, pondasi batu kali, pondasi batu
24
Analisis dasar pondasi rumah pembangkit dengan menggunakan klasifikasi massa batuan metode RMR, pada PLTA X, daerah
Asinua Jaya dan sekitarnya, kecamatan Asinua, kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara
Lisha Azuwara