Anda di halaman 1dari 10

Proses Pembentukan Endapan batubara

Tanpa membedakan Proses pembentukan endapan batubara yang sartu dengan yang
lain, dapat diaktakan bahwa semua merupakan suatu proses dasar yang sama.
Kebanyakan batubara didunia terbentuk dari beberapa juat tahun yang silam yang
menurut para ahli geologi disebut dengan zaman batubara (cooal age). Ada dua periode
zaman batubara tersebut. Yang pertama, zaman pra-tertier dimuylai pada 545 tahun yang
silam (selama periode karbon) dan bnerakhir pada 280 juta tahun silam. Zaman batubara
yang kedua, era iosen-meosin, dimulai sekitar sekitar 100 juta tahun yang silam dan
berakhir pada 45 juta tahun yang silam.
1. Tahap pertama: Pembentukan gambut
Iklim bumi selama zaman batubara adlah topis dan jenis tumbuh-tumbuhan
tumbuh subur di rawa-rawa membentuk suatu hutan tropis. Setelah benyak tumbuhan
mati dan menumpuk diatas tanah, tumpukan itu semakin lama semakin tenbal
menyebabkan bagian dasar dari raw turunsecara perlahan-lahan dan material
tumbuhan tersebut diuraikan oleh bakteri dan jamur. Tahap ini merupakan tahap awal
pembentukan batubara (coal lification) yang ditandai dengan rangkaian biokimia yang
luas. Selam prose penguriaan tersebut , protein, kanji dan selulosa mengalami
penguraian yang lebih cepat dibandingkan material berkayu (lignin) dan bagian
tumbuhan yang beerlilin (kulit ari daun, dinding spora, dan tepung sari). Karena
itulah, dalam batubara yang mudah masih terdapat ranting, daun, spora, bijih, dan
resin, sebagi sisa tumbuhan. Bagian-bagiab tunmbuhan itu terurai dibawah kondisi
aerob menjadi karbon dioksida air, dan amoniak serta dipengaruhi oleh iklim. Proses
ini disebut dengan pembentukan humus (humification) dan sebagi hasilnya adlah
gambut.
2. Tahap kedua : Pembentukan Lignit
Prose pembentukan gambut berlangsung tanpa menutupi endapan gambut tersebut
dawah kondisi yang asam, dengan dibebaskanya H2O, CH4,dan sedikit CO2.
Terbentuklah material dengan rumus kimia C65H2O30 atau ulmin yang dalam
keadaan kering akan mengnadung karbon 61,7% hydrogen 0,3% dan oksigen 38%.

Dengan berubahnya tofografi daerah diselilinganya, gambut menjadi terkubur di


bawah lapisan lanau (silt) dan pasir yang dinedapkan oleh sungai dan rawa. Semakin
dalam terkubur, semakin bertambah timbunan sedimen yang menghimpitnya
sehinggga tekanan pada lapisan gambut bertambah serta suhu naik dengan jelas.
Tahap ini merupakan tahapan kedua dari prosesm pembentukan batubara atau yang
disebut tahap metamorfik.
Penutupan rawa gambut memberikan kesempatan bada bakteri untuk aktif dan
penguraian pada kondisi basa yang menyebabkanya CO2, dioksigenasi dari ulmin,
sehinggga kandungan hydrogen dan karbon bertambah. Tahap kedua dari
pembentukan batubara ini adlah pembentuakan lignit, yaitu batubra rank rendah yang
mempunyai rumus perkiraan C79H5,5O14,1. Dalam kering, lignit mengandung
karbon 80,4% dan oksigen 19,1%.
3. Tahap ketiga: Pembentukan batubara subbitumen
Tahap selanjutnya dari proses pembentukan batubara ialah pengubahan batubara
bitumen rank rendah menjadi batubara bitumen rank pertengahan dan rank tinggi.
Selama tahap ketiga , kandungan hydrogen akan tetap konstan dan oksigen turun.
Tahap ini merupakan tahap pembentukan batubara subbitumen (sub-bituminous caol).
4. Tahap ke Empat: Pembentukan batubara bitumen
Dalam tahap ke empat atau tahap pembentukan batubara bitumen (bitumenios
coal). Kandungan hydrogen turun dengan menurunnnya jumlah oksigen secara
berlahan-lahansebelumnya. Produk samping dari tahap ketiga dank e empat ini adalah
CH4,CO2, dan Mungkin H2O.
5. Tahap ke lima: Pembentukan antrasit
Tahap ke lima adalah antrasitasi. Dalam tahap ini, oksigen hampir konstan,
sedangkan hydrogen turun lebih cepat dibandingkan tahap-tahap sebelumnya. Proses
pembentukan batubara merupakan proses reaksi kimia. Kecepatan reaksi kimia ini
dapat diatur oleh suhu dan tekanan. Pengendapan dan tekanan yang menyebabkan
adanya kenaikkan rank batubara sampai membentuk batubara rank paling tinggi,

yakni antrasit. Susunan unsure karbon, volatile matter, calorific, value, dan moisture,
dalam gambut, lignit, batubara subbitunen, dan bitumen.
Di dalam Petrografi batubara dikenal tiga maseral utama, yaituh vitrinite, exinite, dan
inertinit, Khusus untut lignite atau brown coal vitrinite identik dengan huminite, dan exinite
identik dengan liptinite, sehingga tiga masral utama pada brown coal dikenal dengan sebagai
huminie, liptinite, dan inertinit.
Penelitian batubara dengan mikroskop (petrografi) yang menggunakan sayatan poles
terdapat dua macam yaitu kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan kandungan maseral maupun mineral dalam
batubara. Penelitian kualitatif untuk menentukan jenis maseral dan jenis mineralisasi pirit
yang ada. Disamping itu penelitian kualitatif juga dilakukan untuk mengukur nilai reflektan
dari maseral grup vitrinit. Pengukuran minimal dilakukan pada sepuluh titik, dimana tiap titik
diukur nilai maksimum. Dilakukan analisis statistik terhadap data hasil pengukuran untuk
memperoleh nilai rata-rata maksimum.
Penelitian kuantitatif dilakukan untuk menentukan komposisi dari maseral dan jenis
mineralisasi pirit yang terdapat dalam batubara. Setiap maseral dan mineral pirit yang
terdapat dalam sayatan poles diidentifikasi dan dihitung jumlahnya dengan suatu alat
penghitung otomatis
(point counter). Hasil pengamatan dikelompokkan sesuai dengan kelompok maseral dan jenis
mineralisasi pirit dalam batubara. Pengamatan pada sayatan poles ini dilakukan sekurangkurangnya pada 500 titik. Pengamatan dilakukan merata di seluruh permukaan sayatan poles
kemudian hasilnya dinyatakan dalam persen (volume).
Ketiga Kelompok Maseral dibedakan satu sama lain dari morfologi, sifat fisik, dan
sifat kimia, sedangkan gabungan maseral dengan perbandingkan berbeda disebut dengan
litotipe, secara makroskopis litotipe adalah pita tipis pada batubara.
Peringkat Batubara Salah satu sifat fisik batubara yang dapat dipergunakan sebagai
indikator peringkat batubara adalah nilai reflektansi maseral grup vitrinit. Nilai reflektans
vitrinit dapat dipergunakan sebagai indikator peringkat dikarenakan selalu ada korelasi yang
kuat antara dua variabel tersebut (Hoffmann & Jenkner 1932, dalam Stach et.al., 1982).
Reflektansi maseral grup liptinit dan inertinit tidak dipergunakan sebagai standar penentuan
peringkat dikarenakan butiran maseral yang umumnya kecil dibandingkan vitrinit, disamping
itu kedua grup maseral tersebut tidak menunjukkan relief yang baik dalam sayatan poles
(Taylor et.al., 1998). Menurut klasifikasi peringkat batubara Amerika Utara (Stach et.al.,

1982) maka semua sampel tersebut menunjukkan peringkat batubara Sub bituminous dengan
reflektansi vitrinit rata-rata 0,50%.
Maseral Inertinit
Maseral inertinit merupakan komponen yang teroksidasi oleh karena berkurangnya
kelembaban gambut. Kandungan inertinit yang relatif rendah dapat menunjukkan batubara
berasal dari lingkungan pengendapan yang basah dan tingkat oksidasi yang rendah (Stach
et.al., 1982). Sehingga sedikitnya maseral inertinit pada Seam R menunjukkan bahwa pada
saat pengendapannya kelembaban gambut selalu terjaga dengan baik. Terdapat variasi
vertikal nilai rata-rata maseral inertinit yaitu cenderung tinggi pada bagian lapisan atas
walaupun tidak semua titik sampel menunjukkan variasi tersebut. Variasi ini mengindikasikan
bahwa lapisan batubara telah mengalami tingkat oksidasi yang semakin naik dengan
bertambahnya ketebalan gambut. Maseral sclerotinit hadir dengan jumlah lebih rendah pada
lapisan bagian bawah (rata-rata 0,6%) dibandingkan lapisan bagian tengah (rata-rata 2,53%)
dan bagian atas (rata-rata 2,87%). Hal ini mengindikasikan tumbuhnya jamur lebih intensif
terjadi pada bagian atas dan tengah karena mempunyai kondisi yang lembab (bukan bawah
air). Berdasarkan kandungan inertinit yang rendah dan pola variasi inertinit dan sclerotinit
maka dapat diduga pada waktu penggambutan bagian atas dan tengah cenderung tidak
terendam air dibandingkan bagian bawah. Hal ini terjadiakibat perubahan tipe gambut dari
low moor yang eutrof menjadi high moor dengan kondisi mesotrofi-oligotrofi. Grup maseral
liptinit didominasi oleh maseral resinit dan kutinit serta terdapat sedikit maseral suberinit dan
liptodetrinit. Disamping kandungannya yang relatif kecil, variasi vertikal kandungan maseral
liptinit juga tidak teratur.
Inertinite berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar (charcoal) dan sebagian
lagidiperkirakan berasal dari maseral lain yangtelah mengalami proses oksidasi atau proses
dekarboksilasi yang disebabkan oleh jamur atau bakteri (proses biokimia).
Kelompok ini berwarna kuning muda, putih sampaikekuningan bila diamati dengan
mikroskopsinar pantul, karakteristik lainnya adalah reflektansi dan reliefnya tinggi
disbanding maseral yang lain.
Material pembentuk inertinite sebenarnya sama dengan pembentuk Vitrinite. Yang
membedakannya adalah historical pembentukannya yang disebut Fusination Charring atau
oksidasipada saat proses pembentukan batubara berlangsung merupakan proses yang
membedakan substansi Vitrinite dan Inertinite. Inertinite ini biasanya memiliki kadar carbon

yang tinggi, hydrogen yang rendah serta derajat aromatisisty yang tinggi. Fusinite sering juga
disebut sebagai mother of charcoal karena diidentikan dengan terjadinya forest fire pda saat
dekomposisi batubara. Pada batubara Indonesia Maseral dari grup inertinite seperti
sclerotinite banyak ditemukan dan biasanya berasal dari sisa-sisa atau fosil fung.
Kelompok ini mengandung Unsur Hidrogen Paling Rendah dan Karakteristik utamanya
adalah reflektansi yang tinggi diantara dua kelompok lainy. Pemanasan pada awal
pengambutan menyebabkan inertinit kaya akan karbon, sifat khas inertinit adalah reflektivitas
tinggi, sedikit atau tanpa flourensense, Kandungan hydrogen, aromatis kuat karena beberapa
penyebab, seperti pembakaran (charring), mouldering dan penghancuran oleh jamur,
gelifikasi biokimia dan oksidasi serat tumbuhan. Sebagian besar inertinit sudah pada bagian
awal proses pembatubaraan inertinit mempunyai berat jenis dan kandungan karbon yang
paling tinggi disbanding maseral lain serta kandungan volatile matter sekitar 22,9%.
Maseral menghasilkan materi yang mudah menguap (volatile matter). Materi
ini banyak dihasilkan oleh liptinit yaitu sekitar 66% sedangkan vitrinit menghasilkan35,75%
dan inertinit menghasilkan 22,9%.
Sifat khas dari pembentukan batubara grup inertinit ini adalah reflektivitas yang tinggi,
sedikit atau tanpa fluoresense, kandungan karbon yang tinggi dan sedikit kandungan
hidrogen, aromatis kuat karena beberapa penyebab seperti pembakaran (charring),
mouldering dan penghancuran oleh jamur.

Kelompok Inertinite
Kelompok maceral yang terdiri dari micrinite, macrinite, sclertinite, fusinite,
semifusinite, dan inertodetrinite. Inertinite dicirikan oleh kandungan karbon yang relative
tinggi dan sifak refleksi yang lebih tinggi dibandingkan vitrinite. Perkembangan jenis ini
secara relative lama selama proses karbonisasi.

Sub kelompok Telo-inertinite

a.

Maceral Fusinite
MACERAL : Fusinite (F) ;Woody jaringan diaromatisasi selama awal coalification (charring,
oksidasi, dll)
KEROGEN TYPE : IV
MACERAL EXAMPLE : Fusinite (F); memantulkan cahaya, imersi minyak.
Sebuah Maseral Inertinit penting adalah fusinite, yang muncul di bawah pemeriksaan
mikroskopis menjadi tidak seperti arang. Memang mungkin berasal dari bahan hangus akibat
kebakaran hutan pada tanaman yang membentuk batubara. Hal ini juga bias dihasilkan dari
degrasi bahan sangat reaktif dalam detritus tanaman asli. Maserals inertinit lainya termasuk
semi-fusinite dan micrinite.
Kelompok inertinit membuat sampai 5 sampai 40 persen dari yang paling batubara. nilai
reflektansi mereka biasanya yang tertinggi dalam sampel tertentu. Yang maseral inertinit
paling umum adalah fusinite, yang memiliki penampilan seperti arang dengan tekstur sel
jelas. Sel-sel dapat berupa kosong atau diisi dengan bahan mineral, dan dinding sel mungkin
telah dihancurkan selama pemadatan (tekstur Bogen).

b. Maceral Semi-Fusinite
MACERAL : Semi-Fusinite (SF) ;Sebagian jaringan kayu diaromatisasi selama awal
coalification.
KEROGEN TYPE : IV
MACERAL EXAMPLE : Semi-Fusinite (SF); memantulkan cahaya, imersi minyak.

Semifusinite memiliki tekstur sel dan fitur umum fusinite kecuali bahwaitu adalah
reflektansi rendah. Bahkan, semi-fusinite memiliki jangkauan terbesar reflektansi dari setiap
macerals berbagai batubara terjadi dari ujung atas darikisaran pseudovitrinite untuk fusinite.
Semi-fusinite juga yang paling banyak darimacerals inertinit.

c.

Maceral Sclerotinite
MACERAL : Sclerotinite (Sc) ;Miselia jamur (spora). Kemungkinan produk oksidasi
macerals liptinite.
KEROGEN TYPE : IV
MACERAL EXAMPLE : Sclerotinite (Sc); memantulkan cahaya, imersi minyak.
Sclerotinite terjadi sebagai bulat telur dengan sel-struktur dengan reflectances mencakup
seluruh rentang inertinit, dan merupakan material yang berasal dari jamur memperlihatkan
daya pantul pertengahan sampai tinggi, berasal dari spora scerotia, stomata, umumnya
terdapat dalam batubara.

Sub kelompok Detro-inertinite

d. Maceral Inertodetrinite
MACERAL : Inertodetrinite (I)
Fragmen detrital inertinite lainnya
KEROGEN TYPE : IV
MACERAL EXAMPLE : Inertodetrinite (I); memantulkan cahaya, imersi minyak.
Merupakan hancuran-hancuran fusinite dan semi-fusinite,

e.

Maceral Micrinite
MACERAL : Micrinite (Mi) ;Sebuah variasi inertinite granular buram dengan kekerasan
medium tidak menunjukkan struktur sel tumbuhan
KEROGEN TYPE : IV
MACERAL EXAMPLE : Micrinite (Mi); memantulkan cahaya, imersi minyak.
Umumnya memperlihatkan butiran halus, tekstur granular, daya pantul kuat, beberapa
micrinite berasoisasi dengan vitrinite dan exinite. Dan beberapa micrinite terbentuk pada
awal diagnesa, tetapi kebanyakan terbentuk dari ketidaksamaan reaksi.

Sub kelompok Gelo-inertinite

f.

Maceral macrinite
Maceral : Macrinite (MA)
Kemungkinan produk oksidasi gel.
Kerogen type : IV
Maceral Example : Macrinite (Ma); memantulkan cahaya, imersi minyak.

Macrinite merupakan komponen yang sangat kecil. Micrinite terjadi pada partikel butiran
sangat halus reflektensi tinggi. Hal ini umumnya terkait dengan macerals liptinite dan
kadang-kadang memberikan tampilan untuk benar-benar menggantikan liptinite tersebut.
Macrinite juga merupakan oksidasi dari material humus yang sebelum teroksidasi
merupakan koloid dan tidak memperlihatkan stuktur sel, umumnya memperlihatkan batubara
berwarna gelap.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kelompok Maseral Inertiniteumumnya terbentuk berasal dari tumbuhanyang
sudah terbakar atau berasal darimaseral lain yang telah mengalami prosesoksidasi. Tipe
kerogen inertinite , yaitumemiliki tipe kerogen yang keempatdimana tipe kerogen pada
kelompok maseral inertinit tidak memiliki kecendrungan menghasilkan hidrokarbon sehingga
terkadang dianggap bukan sebagai kerogen yang sebenarnya. Karogen ini hanya tersusun atas
senyawa aromatic.

Maaf sebesar besarnya tidak mencantumkan sumber, ini merupakan kumpulan yang saya
susun dari banyak sumber, namun telah lama, jadi saya lupa memasukan sumbernya, mohon
maaf

Anda mungkin juga menyukai