Anda di halaman 1dari 13

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada

kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari
batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi,
dan kemudian lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang
selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan
pengendapan, membentuk sedimen. Material-material sedimen itu
kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah
batuan sedimen.[1]
Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan
organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral.
Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul
dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air, biasa disebut rawa-rawa.
Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisasisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses perubahan menjadi
batubara.
Selain tumbuhan yang ditemukan bermacam-macam, tingkat
kematangan juga bervariasi, karena dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
lokal. Kondisi lokal ini biasanya kandungan oksigen, tingkat keasaman,
dan kehadiran mikroba. Pada umumnya sisa-sisa tanaman tersebut dapat
berupa pepohonan, ganggang, lumut, bunga, serta tumbuhan yang biasa
hidup di rawa-rawa. Ditemukannya jenis flora yang terdapat pada
sebuah lapisan batubara tergantung pada kondisi iklim setempat. Dalam
suatu cebakan yang sama, sifat-sifat analitik yang ditemukan dapat
berbeda, selain karena tumbuhan asalnya yang mungkin berbeda, juga
karena banyaknya reaksi kimia yang mempengaruhi kematangan suatu
batubara.
Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu
kondisi tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat
(gambut) umumnya terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai
golongan batubara, namun terbentuknya peat merupakan tahap awal dari
terbentuknya batubara. Proses pembentukan batubara sendiri secara
singkat dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa
tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian

lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut juga


sebagai proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit.
Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana
proses yang berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa
tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu geologi tersebut
dan kondisi lokal seperti iklim dan tekanan. Jadi pembentukan batubara
berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari sisa tumbuhan yang
mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon, alterasi,
pengurangan kandungan air, dalam tahap awal pengaruh dari
mikroorganisme juga memegang peranan yang sangat penting.

PENYUSUN BATUBARA
Konsep bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan
ditemukannya cetakan tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam
penyusunannya batubara diperkaya dengan berbagai macam polimer
organik yang berasal dari antara lain karbohidrat, lignin, dll. Namun
komposisi dari polimer-polimer ini bervariasi tergantung pada spesies
dari tumbuhan penyusunnya.
Lignin
Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam
merubah susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini
susunan molekul umum dari lignin belum diketahui dengan pasti, namun
susunannya dapat diketahui dari lignin yang terdapat pada berbagai
macam jenis tanaman. Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput
mempunyai susunan p-koumaril alkohol yang kompleks. Pada umumnya
lignin merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis alkohol.
Hingga saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa
lignin merupakan unsur organik utama yang menyusun batubara.

Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung
antara lima sampai delapan atom karbon. Pada umumnya gula muncul
sebagai kombinasi antara gugus karbonil dengan hidroksil yang
membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai disakarida,
trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang
umumnya menyusun batubara, karena dalam tumbuhan jenis inilah yang
paling banyak mengandung polisakarida (khususnya selulosa) yang
kemudian terurai dan membentuk batubara.
Protein
Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang
selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari
protein pada umumnya adalah rantai asam amino yang dihubungkan
oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya muncul sebagai
steroid, lilin.

Material Organik Lain


Resin
Resin merupakan material yang muncul apabila tumbuhan mengalami
luka pada batangnya.
Tanin
Tanin umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya pada
bagian batangnya.
Alkaloida

Alkaloida merupakan komponen organik penting terakhir yang


menyusun batubara. Alkaloida sendiri terdiri dari molekul nitrogen dasar
yang muncul dalam bentuk rantai.
Porphirin
Porphirin merupakan komponen nitrogen yang berdasar atas sistem
pyrrole. Porphirin biasanya terdiri atas suatu struktur siklik yang terdiri
atas empat cincin pyrolle yang tergabung dengan jembatan methin.
Kandungan unsur porphirin dalam batubara ini telah diajukan sebagai
marker yang sangat penting untuk mendeterminasi perkembangan dari
proses coalifikasi.
Hidrokarbon
Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon terpentin, dan pigmen
kartenoid. Sebagai tambahan, munculnya turunan picene yang mirip
dengan sistem aromatik polinuklir dalam ekstrak batubara dijadikan
tanda inklusi material sterane-type dalam pembentukan batubara. Ini
menandakan bahwa struktur rangka tetap utuh selama proses
pematangan, dan tidak adanya perubahan serta penambahan struktur
rangka yang baru.
Konstituen Tumbuhan yang Inorganik (Mineral)
Selain material organik yang telah dibahas diatas, juga ditemukan
adanya material inorganik yang menyusun batubara. Secara umum
mineral ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur mineral inheren
dan unsur mineral eksternal. Unsur mineral inheren adalah material
inorganik yang berasal dari tumbuhan yang menyusun bahan organik
yang terdapat dalam lapisan batubara. Sedangkan unsur mineral
eksternal merupakan unsur yang dibawa dari luar kedalam lapisan
batubara, pada umumya jenis inilah yang menyusun bagian inorganik
dalam sebuah lapisan batubara.

PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA


Pembentukan batubara pada umumnya dijelaskan dengan asumsi bahwa
material tanaman terkumpul dalam suatu periode waktu yang lama,
mengalami peluruhan sebagian kemudian hasilnya teralterasi oleh
berbagai macam proses kimia dan fisika. Selain itu juga, dinyatakan
bahwa proses pembentukan batubara harus ditandai dengan terbentuknya
peat.

Proses Penambangan Batubara


Dalam proses penambangan batubara ada banyak proses yang perlu dilakukan. dalam
penambangan batubara juga tidak boleh ditinggalkan aspek lingkungan, agar setelah
penambangan selesai dilakukan, lingkungan dapat dikembalikan ke keadaan yang baik.
1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan. Kegiatan ini
bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap ini akan
dibangun jalan tambang (acces road), stockpile, dll.
2. Pembersihan lahan (land clearing)

Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari
semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang biasa digunakan

adalah buldozer ripper dan dengan menggunakan bantuan mesin


potong chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah tersebut agar
tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli, sehingga tanah
pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami kembali untuk kegiatan reklamasi.
Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat penyimpanan
sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal tersebut bergantung pada
perencanaan dari perusahaan.
4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)

Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka tanah penutup
tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya merupakan material
kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan peledakan (blasting)
kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu
dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan.

5. Penimbunan Tanah Penutup (overburden removal)


Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan penimbunan
langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan material backfilling biasanya akan
ditimbun ke penimbunan sementara pada saat taambang baru dibuka.
6. Penambangan Batubara (coal getting)

Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri, terlebih dahulu
dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah untuk
membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara (face batubara) yang
berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain
yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran). Selanjutnya
dilakukan kegiatan coal gettinghingga pemuatan ke alat angkutnya. Untuk lapisan
batubara yang keras, maka terlebih dahulu dilakukan penggaruan.
7. Pengangkutan Batubara ke (coal hauling)

Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah pengangkutan


batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju stockpile atau langsung ke unit
pengolahan.
8. Pengupasan parting (parting removal)
Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara peerlu dipindahkan
agar tidak mengganggu dalam penambangan batubara.
9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat
penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah
tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak
meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca
tambang.

10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)

Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan penebaran tanah


pucuk diatas disposal overburden yang telah di backfilling, agar daerah bekas tambang
dapat ditanami kembali untuk pemulihan lingkungan hidup (reclamation).
11. Penghijauan (reclamation)

Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang, dengan tanaman
yang sesuai atau hampir sama seperti pada saat tambang belum dibuka.
12. Kontrol (monitoring)
Kegiatan ini ditujukan untuk pemantauan terhadap aplikasi rencana awal
penambangan. kontrol akan dilakukan terhadap lereng tambang, timbunan, ataupun
lingkungan, baik terhadap pit yang sedang aktif maupun pit yang telah ditambang.

Manfaat Batubara

Batubara menjadi salah satu sumber energi terbaik yang bisa


didapatkan dengan sumber yang lebih mudah. Selain itu ketersediaan
batubara bersifat panjang dan bertahan dalam waktu lama sehingga
mendukung berbagai macam proyek industri dan juga ekonomi.
Berikut ini adalah beberapa manfaat batubara yang perlu kita ketahui.
1. Sumber Tenaga Pembangkit Listrik
Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama pada pembangkit
listrik di beberapa negara seperti China, India, Australia, Jepang,

Jerman dan beberapa negara lain. Batubara menjadi bahan bakar yang
dikonversikan ke dalam bentuk uap panas dan menjadi sumber tenaga
pembangkit listrik. Batubara akan dihancurkan dengan mesin
penggiling dan berubah menjadi bubuk halus kemudian akan dibakar
dalam sebuah mesin dengan sistem ketel uap. Uap akan ditampung
dalam sebuah tempat khusus dan disalurkan ke turbin yang berisi
kumparan magnet. Selanjutnya kumparan magnet yang bergerak
cepat akan menghasilkan listrik. Bahkan proses ini akan diulang
sebanyak dua kali sehingga sangat hemat. Tenaga listrik yang
dihasilkan mencapai tegangan sekitar 400 ribu Volt.
2. Industri Produksi Baja
Sebuah industri yang menghasilkan baja bergantung sepenuhnya pada
ketersediaan sumber batubara. Baja memiliki fungsi yang sangat
penting dalam kehidupan kita seperti berbagai macam perlengkapan
industri yang terbuat dari baja, produk kesehatan seperti perlengkapan
kesehatan, peralatan pertanian, model transportasi dan berbagai
macam produk lain yang membutuhkan baja.
Produksi baja mentah banyak memakai metalurgi batubara dari bahan
batubara kokas. Produksi baja melibatkan karbon dan bahan besi.
Karbon diperlukan untuk memanaskan bahan besi dan mengolahnya
menjadi baja. Karbon dari batubara menghasilkan panas tinggi
sehingga mendukung produksi batubara. Seperti halnya manfaat
tembaga dan manfaat bauksit, pemanfaatan batu bara pada produksi
baja juga akan menimbulkan efek samping.
3. Bahan Bakar Cair
Batubara ternyata juga bisa dirubah dalam bentuk bahan bakar cair
dan sangat efektif untuk menggantikan bahan bakar minyak. Pada
dasarnya pengolahan batubara menjadi bahan bakar cair akan
merubah batubara bubuk atau bongkahan yang di larutkan dalam suhu
tinggi. produk batubara cair dapat dimurnikan dengan proses ulang
dan bisa menghasilkan bahan bakar minyak dengan kualitas yang lebih
baik dari bahan bakar minyak yang didapatkan dari kilang minyak
secara langsung. Negara yang sudah memakai sistem ini adalah Afrika.
Afrika bisa mengatasi kekurangan sumber minyak dengan
memanfaatkan batubara.
4. Industri Produksi Semen
Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama dalam produksi
semen. Semen merupakan salah satu material untuk pembuatan
produk kontruksi seperti rumah, gedung atau produk lain. Semen
terbuat dari campuran antara kalsium karbonat, oksida besi, oksida
aluminum dan silica. Batubara menjadi bahan bakar untuk mengolah
berbagai bahan mentah tersebut dan merubahnya menjadi semen.

Batubara terbukti bisa menghasilkan suhu tinggi hingga 1500 derajat


Celcius.
5. Industri Produk Aluminum
Batubara menjadi bahan bakar yang mendukung industri aluminum.
Bahan ini diperoleh sebagai hasil sampingan dari proses oksidasi besi
pada industri baja. Batubara mendukung proses pengolahan oksidasi
besi yang menghasilkan panas tinggi. Baja yang dihasilkan dari olahan
besi akan dipisahkan sesuai dengan kualitas. Dan selanjutnya produk
yang tidak memiliki syarat baja tertentu akan diolah kembali menjadi
aluminum. Gas dan panas kokas dari batubara bisa memisahkan
beberapa produk baja sehingga bisa mendapatkan produk aluminum
yang dipakai untuk berbagai industri seperti pertanian, peralatan
dapur, kontruksi dan berbagai industri lain.
6. Batubara Menghasilkan Produk Gas
Batubara yang masih berada dalam tanah ternyata juga bisa
menghasilkan gas secara langsung. Proses ini memakai sebuah
teknologi canggih untuk mengambil gas yang dihasilkan oleh batubara
murni. selanjutnya produk gas yang dihasilkan akan diolah di tempat
pertambangan dan bisa menjadi beberapa produl seperti untuk bahan
bakar industri, pembangkit listrik tenaga gas, produk gas hidrogen dan
solar. China, Australia, India, Jepang dan Indonesia menjadi negara
yang menggunakan metode teknologi perubahan gas batubara murni
ke beberapa aplikasi industri.
7. Industri Pabrik Kertas
Batubara juga menjadi bahan bakar utama untuk menjalankan sebuah
industri kertas. Kertas terbuat dari komponen utama berupa sel serat
dari kayu. Sel serat dari kayu hanya bisa didapatkan dari proses rumit
yang mampu memisahkan bagian serat dengan ukuran tertentu.
Batubara menghasilkan panas yang stabil dalam sebuah mesin
pengolahan serat untuk industri bahan baku kertas. Jadi tanpa
batubara mungkin beberapa produk dari kertas tidak akan bisa kita
gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
8. Industri Bahan Kimia
Batubara yang telah melewati berbagai macam proses bisa
menghasilkan industri sampingan yang ternyata berguna untuk
kehidupan manusia. Hasil olahan batubara menjadi sumber energi bisa
menghasilkan produk bubuk batubara yang sangat halus dengan
ukuran skala kecil. Produk sampingan ini bisa digunakan untuk
memproduksi beberapa bahan lain seperti cairan fenol dan benzena.
Produk ini penting untuk beberapa industri kimia.
9. Industri Farmasi
Batubara ternyata juga memiliki peran yang sangat penting dalam

industri farmasi. Berbagai macam produk kimia yang dihasilkan dari


olahan sampingan batubara bisa menjadi bahan utama dalam produksi
obat-obatan. Berbagai macam bentuk bahan kimia telah melewati
proses pemurnian dengan teknologi canggih sehingga bisa
dimanfaatkan menjadi obat-obatan. Industri ini telah melewati
berbagai macam sertifikasi sehingga sangat aman untuk mendukung
produks farmasi.
10. Produksi Bahan Metanol
Metanol merupakan salah satu bahan bakar cair yang sangat penting
untuk menggerakkan berbagai macam industri. Hasil dari metanol
sebenarnya didapatkan dari proses pemurnian batubara yang masih
berada dalam tanah menjadi gas. Hasil sampingan berupa zat cair
tertentu kemudian akan dimurnikan kembali hingga mampu membuat
produk metanol.
11. Produksi Naftalen
Naftalen adalah sejenis bahan kimia cair khusus yang didapatkan dari
hasil olahan batubara. Ini adalah hasil kedua dari pengolahan batubara
dalam bentuk bongkahan. Batubara yang telah dihancurkan akan
menghasilkan bahan sampingan berupa bubuk yang sangat halus.
Kemudian bubuk ini akan dimurnikan dengan proses ulang sehingga
bisa menghasilkan produk naftalen.
12. Produksi Fenol
Fenol merupakan salah satu produk bahan bakar minyak yang
didapatkan dari hasil pengolahan batubara. Fenol dihasilkan dari tar
batubara yang berbentuk bubuk halus. Berbagai macam industri kimia
memakai produk fenol untuk menjalankan industri mereka. Fenol
mampu menghemat pemakaian komposisi bahan kimia yang biasanya
didapatkan dari minyak murni. Jadi hasil sampingan olahan batubara
sangat mendukung proses industri fenol dan industri bahan kimia lain.
13. Produksi Benzena
Benzena menjadi salah satu komponen bahan bakar cair yang sangat
penting dalam menggerakkan transportasi dunia. Benzena didapatkan
dari hasil pengolahan ulang batubara yang bisa menghasilkan bubuk
halus. Pengolahan benzena biasanya akan didaur ulang dari batubara
yang didapatkan dari pertambangan atau pembangkit listrik.
14. Produksi Garam Amoniak
Garam amoniak dihasilkan dari sebuah industri pengolahan batubara.
Uap atau gas yang dikeluarkan dari oven untuk menampung kokas
menghasilkan garam amoniak. Produk ini penting untuk menjadi bahan
khusus dari beberapa industri kimia seperti pupuk pertanian atau
produk bahan kimia lain. Jadi uap pembakaran batubara sangat
berperan untuk menghasilkan produk garam amoniak.

15. Produksi Asam Nitrat


Asam nitrat menjadi komponen bahan kimia dalam pengolahan produk
industri bahan kimia. Asam nitrat adalah hasil olahan sampingan lain
yang didapatkan dari produk gas oven kokas batubara. Batubara yang
melewati proses pembakaran pada beberapa industri akan
menghasilkan bahan kokas batubara. Uang kokas inilah yang akan
dirubah menjadi asam nitrat untuk industri kimia.
Baca juga : Manfaat asam sitrat
16. Produksi Produk Pupuk Pertanian
Produksi pupuk pertanian selalu membutuhkan gas khusus atau
pembakaran khusus dari batubara. Bahkan beberapa macam produk
kimia yang digunakan untuk membuat pupuk pertanian adalah hasil
olahan sampingan dari sisa pembakaran batubara. Berbagai produk
olahan sampingan akan dimurnikan dengan perlengkapan khusus
sehingga bisa membentuk produk atau bahan pembuatan pupuk kimia.
Beberapa zat penting seperti asam nitrat dan garam amoniak.
17. Komponen Bahan Sabun
Pabrik yang mengolah produk sabun juga membutuhkan bahan khusus
yang didapatkan dari hasil olahan sampingan batubara. Produk ini
didapatkan dari hasil sampingan olahan batubara yang telah melewati
proses pembakaran, pemurnian hingga produk akhir. Proses ini
memang tidak secara langsung menghasilkan produk khusus
komponen sabun. Beberapa produk ini juga penting untuk produksi
beberapa zat pelarut dan pengikat aroma pada produk sabun.
18. Komponen Produk Aspirin
Aspirin menjadi salah satu jenis produk farmasi yang sangat penting
dalam dunia medis. Berbagai jenis obat yang mengandung aspirin
mampu meredakan rasa sakit dan meringankan berbagai keluhan
terhadap penyakit. Dalam proses pengolahan aspirin ternyata
memerlukan beberapa komponen yang didapatkan dari hasil
pembakaran batubara. Proses pengolahan produk khusus ini biasanya
dilakukan oleh pabrik bahan kimia dan bukan oleh pabrik farmasi.
19. Produksi Zat Pelarut
Beberapa jenis zat pelarut memiliki peran yang penting dalam produksi
bahan sabun, bahan kimia dan farmasi. Zat pelarut ternyata juga
didapatkan dari proses pengolahan batubara seperti proses gasifikasi
atau pengambilan gas secara langsung dari sumber batubara. Zat ini
didapatkan dari uap khusus yang dihasilkan dalam proses pengambilan
gas. Zat pelarut yang digunakan dalam beberapa industri saat ini
ternyata hanya bisa didapatkan dari proses pengolahan batubara.
20. Produksi Zat Pewarna
Zat pewarna sintetis yang digunakan oleh beberapa industri seperti

garmen, bahan kimia dan pewarna khusus untuk produk kimia ternyata
juga didapatkan dari hasil pengolahan batubara. Zat pewarna
didapatkan dari proses batubara yang telah digiling hingga menjadi
bubuk berukuran kecil. Produk bubuk ini akan diolah kembali dan
dicampur dengan beberapa bahan pembuat warna khusus. Bubuk
pewarna yang digunakan oleh produksi zat pewarna sintetis dan
didapatkan dari pengolahan batubara terbukti memiliki tingkat
keamanan dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bahan
komponen lain.
21. Produksi Plastik
Batubara memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung
industri plastik. Batubara menjadi bahan khusus yang digunakan untuk
pembakaran beberapa komponen biji plastik. Bahan bakar dari
batubara memiliki panas khusus sehingga sangat baik untuk
mendukung produk dan kualitas plastik. Beberapa pewarna untuk
plastik juga didapatkan secara langsung dari produk olahan batubara.

Teori Rawa Peat (Gambut) Autocthon


Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batubara berasal dari
akumulasi sisa-sisa tanaman yang kemudian tertutup oleh sedimen
diatasnya dalam suatu area yang sama. Dan dalam pembentukannya
harus mempunyai waktu geologi yang cukup, yang kemudian teralterasi
menjadi tahapan batubara yang dimulai dengan terbentuknya peat yang
kemudian berlanjut dengan berbagai macam kualitas antrasit.
Kelemahan dari teori ini adalah tidak mengakomodasi adanya
transportasi yang bisa menyebabkan banyaknya kandungan mineral
dalam batubara.
Teori Transportasi Allotocton
Teori ini mengungkapkan bahwa pembentukan batubara bukan berasal
dari degradasi/peluruhan sisa-sisa tanaman yang insitu dalam sebuah
lingkungan rawa peat, melainkan akumulasi dari transportasi material
yang terkumpul didalam lingkungan aqueous seperti danau, laut, delta,
hutan bakau. Teori ini menjelaskan bahwa terjadi proses yang berbeda
untuk setiap jenis batubara yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai