Anda di halaman 1dari 14

ENERGI KONVENSIONAL

(BATUBARA)
TRI SUSILO WIRAWAN, S.ST., M.T.
BATUBARA
 Pada Abad ke-19 dan ke-20 yang lalu, batu bara merupakan sumber energi
terbesar yang dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup
manusia.
 Batu bara terdiri dari campuran karbon, hidrogen, oksisgen, nitrogen dan
unsur lainnya. Jika dipanaskan, komposisnya akan mengalami perubahan
sebahagian berubah menjadi gas dan sebahagian lainnya berubah menjadi
debu.
 Bagian batu bara yang telah dipanaskan dan dibuang unsur uapnya disebut
Kokas dan gunakan pada industri peleburan baja.
Di Indonesia, batu bara memiliki peran yang sangat bagi perekonomian karena
digunakan di berbagai sektor kehidupan, misalnya: produksi dan manufaktur,
listrik, semen, ekspor dan lainnya.

Indonesia memiliki potensi energi gambut yang cukup besar atau sekitar 16,2
juta Ha. Saat ini PT.PLN telah mengembangkan pembangkit listrik tenaga gambut
di kalimanta Barat dengan daya terpasang sebesar 4 MW. Selain itu gambut juga
berperan dalam industri kecil dan menengah, dan rumah tangga menggantikan
peran biomassa.
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA

Para Ahli geologi berpendapat bahwa batubara merupakan peninggalan tumbuh-


tumbuhan purba yang telah mati dan tertimbun dalam rawa-rawa yang berair
kemudian mengalami proses pengendapan. Selama proses pengendapan itu
terjadi pula proses penekanan akibat pergerakan kulit bumi disertai tumpukan
lapisan tumbuhan baru di atasnya. Berkat pengaruh perubahan temperatur,
tekanan dan kelembaban, secara perlahan endapan-endapan tersebut mengalami
proses pengarangan.
Selama proses pengarangan yang terjadi jutaan tahun, batang tumbuhan mula-
mula menjadi gambut, kemudian meningkat menjadi lignit dan terakhir menjadi
batubara. Untuk memanfaatkan energi batubara menjadi energi final kita
memerlukan temperatur pembakaran guna memancarkan radiasi panas dari api
batubara, proses ini merupakan kebalikan dari proses awal pembentukan
sebatang pohon yang memerlukan radiasi panas matahari.

Menurut WEC (World Energi Council) dan ASTM D-388 (American Society For
Testing And Materials) yang mengadopsi sebahagian standar WEC, batu bara
dikelompokkan sebagai bahan bakar fosil padat (solid fossil fuels) dan urutan
besar energinya mulai dari lignit (batu bara muda), sub-bituminous coal dan
anthracite.
Tabel 9. Klasifikasi Batu bara menurut WEC.
PEMANFAATAN BATUBARA DALAM KEHIDUPAN
1. Sumber energi pembangkit listrik
Manfaat batu bara yang paling lekat dengan kehidupan manusia adalah sebagai
sumber pembangkit tenaga listrik. Menurut catatan Kementerian ESDM, konsumsi
batubara dalam negeri alias Domestic Market Obligation pada tahun 2020
mencapai 121,89 juta ton dengan penggunaan terbesar untuk menyuplai
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

2. Penghasil produk gas


Manfaat batu bara yang kedua adalah sebagai penghasil produk gas. Gas alam ini
didapat dari batu bara yang masih berada di dalam tanah. Batu bara yang ada di
dalam tanah secara langsung menghasilkan gas alam.
Berikutnya, gas alami yang dihasilkan oleh batubara murni ini akan diolah di
pertambangan untuk dijadikan berbagai macam produk, seperti bahan bakar
industri, pembangkit listrik tenaga gas, serta produk hidrogen dan solar.
3. Pendukung industri alumunium
Batu bara juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung industri alumunium. Bahan
ini diperoleh sebagai hasil sampingan dari proses oksidasi besi pada aktivitas
industri baja. Gas dan panas kokas dari batu bara bisa memisahkan beberapa
produk baja.

4. Pendukung industri produk baja


Manfaat batubara untuk aktivitas industri lainnya adalah untuk membantu
industri produk baja.

5. Bermanfaat untuk industri semen


Selain bermanfaat untuk industri baja dan alumunium, batu bara juga berguna
untuk industri semen. Kendati tidak digunakan sebagai bahan baku dalam hal
material, batu bara dipakai dalam proses pembakarannya, sehingga peran batu
bara sangat penting dalam industri ini.
6. Berguna untuk industri kertas
Manfaat batu bara yang berikutnya adalah membantu produksi dalam industri
kertas. Sebagaimana diketahui, panas yang dihasilkan oleh batu bara sangatlah
tinggi. Karenanya, panas batu bara kerap dimanfaatkan untuk industri kertas.
Batu bara sangat efektif digunakan karena panas yang dihasilkan sangat stabil
dalam mesin pengolahan serat yang digunakan untuk industri bahan baku kertas.

7. Penggunaan tar batu bara


Penyulingan batu bara akan menghasilkan residu yang disebut sebagai tar batu
bara yang berbentuk cair dan berwarna hitam pekat.
Tar batu bara kerap dipakai untuk memperbaiki rumah dan bagunan, serta
produksi kain. Material ini banyak dimanfaatkan untuk membuat bangunan tahan
air, isolasi bangunan, membuat cat, kain, sampo, dan sabun.
DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN BATUBARA
1. Pembakaran batu bara menimbulkan efek gas rumah kaca
Pembakaran batu bara menyebabkan lepasnya karbon dioksida (CO2) dan
nitrogen oksida (N2O) ke udara. Keduanya tergolong sebagai gas rumah kaca.
Pembangkit listrik dengan tenaga batu bara melepaskan lebih banyak gas rumah
kaca dibandingkan pembangkit listrik lainnya. Seperti yang kita ketahui, gas
tersebut dapat menimbulkan dampak serius terhadap alam, seperti pemanasan
global dan perubahan iklim secara ekstrem.

2. Polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran dapat menimbulkan hujan asam
Selain karbon dioksida dan nitrogen oksida, pembakaran batu bara juga
menimbulkan sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen monoksida (NO). Jika kedua zat
itu bereaksi dengan air dan oksigen, maka akan terbentuklah hujan asam.
Peristiwa tersebut nantinya dapat merusak bangunan dan merusak ekosistem
perairan.
3. Tambang batu bara menyebabkan penyakit bagi pekerja dan warga sekitar
Pertambangan batu bara banyak menimbulkan polusi, di antaranya adalah
partikel halus, seperti PM10 dan PM2.5. Partikel tersebut sangat mudah
menyebar dan apabila dihirup dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan
sejumlah penyakit serius. Contohnya penyakit jantung, ginjal kronis, kanker
paru-paru, pneumokoniosis, dan silikosis.
Batu bara juga mengandung tar yang dapat menyebabkan bercak hitam pada
paru-paru apabila terlalu sering dihirup. Maka dari itu, tak heran bila studi
mengungkapkan bahwa para pekerja dan warga yang tinggal di sekitar kawasan
pertambangan batu bara memiliki risiko kematian yang lebih tinggi
4. Selain mencemari udara, limbah batu bara juga dapat mencemari tanah dan
sumber air
Pembangkit listrik dengan tenaga batu bara menyumbangkan emisi
merkuri antropogenik sekitar 41 persen. Zat ini kemudian berpotensi mengalir ke
tanah maupun sumber air. Apabila masuk hingga ke rantai makanan dan
terkonsumsi oleh manusia, tentu akan sangat berbahaya bagi kesehatan,
terutama untuk anak-anak.

5. Tambang batu bara menyebabkan kerusakan alam yang berakhir dengan


bencana alam
Di Indonesia, banyak sekali bekas tambang galian batu bara yang
terbengkalai. Padahal, kawasan bekas galian tambang seharusnya direklamasi.
Akibatnya, kondisi alam di sekitar area tambang menjadi rawan terhadap
bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor.

Anda mungkin juga menyukai