Anda di halaman 1dari 13

Ayu Melati Fisika 12

Hai Nama Saya Ayu Melati, saya kuliah di Universitas Jambi Selamat datang di
blog saya. jangan lupa komentarnya ya... :)

Selasa, 07 Januari 2014


Makalah Fisika Kesehatan - Biolistrik

MAKALAH
FISIKA KESEHATAN

ELECTRICITY WITHIN THE BOBY


( LISTRIK DALAM TUBUH / BIOLISTRIK )

DISUSUN OLEH :
NAMA : AYU MELATI
NIM : A1C312026

DOSEN PEMBIMBING :
Dra. Astalini, MSi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012/2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya saya telah dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
melengkapi tugas mata kuliah FISIKA KESEHATAN.
Pada makalah ini saya akan membahas mengenai listrik di dalam tubuh,
yang saya susun dari berbagai sumber dan saya rangkum dalam makalah ini.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu baik berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan
makalah ini. Saya juga berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi semua
untuk dijadikan penunjang dalam mata kuliah Fisika Kesehatan.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, apabila ada kesalahan atau
kekurangan saya mohon maaf. Kritik dan saran masih sangat terbuka supaya
makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Jambi,
Maret 2013

Penyusun

Ayu Melati

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................
......... i
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................
.......... 1
1.1 Latar
Belakang.................................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan.............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat
Penulisan........................................................................................................... 2
1.5 Tinjauan
Pustaka.............................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................
........ 3
2.1 Kelistrikan di dalam tubuh
(Biolistrik)........................................................................... 3
2.2 Sistem saraf dan
Neuron................................................................................................. 4
2.3 Potensial listrik
saraf...................................................................................................... 6
2.4 Sinyal listrik dari otot
(elektromiogram)......................................................................... 8
2.5 Sinyal listrik dari jantung
(elektrokardiogram).............................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................
......... 12
3.2 Saran......................................................................................................................
......... 12
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut.
Pengamatan terhadap gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman
Yunani kuno. Orang-orang yunani kuno telah mengamati bahwa setelah batu
amber digosok, batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami atau bulu.
Sedangkan kata Listrik itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu electron.

Read More
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada dua
aspek dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan magnet yang timbul dalam
tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh
manusia. Nah, listrik yang ada pada tubuh kita disebut denganBiolistrik atau
sering diartikan sebagai listrik yang terdapat pada makhluk hidup, yang mana
berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik.
Makalah ini membahas tentang sinyal listrik yang dihasilkan oleh tubuh.
Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi mengendalikan dan
mengoperasikan saraf, otot, dan berbagai organ. Pada dasarnya, semua fungsi
dan aktivitas tubuh sedikit banyak melibatkan listrik. Gaya-gaya yang
ditimbulkan oleh otot disebabkan tarik-menarik antara muatan listrik yang
berbeda. Kerja Otot, otak dan jantung pada dasarnya bersifat elektrik (listrik).
Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang
pada dasarnya adalah suatu komputer sentral, menerima sinyal eksternal dan
internal dan (biasanya) menghasilkan respons yang sesuai. Informasi disalurkan
sebagai sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf. Saat kita menjalankan fungsi-
fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-sinyal ini
dihasilkan dari proses elektrokimiawi tertentu.

Oleh karena itu maka makalah ini akan membahas sebagian dari sinyal-
sinyal listrik dalam tubuh yaitu mengenai sistem saraf dan neuron, sinyal listrik
dari otot dan jantung serta potensial listrik saraf.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana awal mula ditemukan biolistrik serta pengertian biolistrik?
2. Apa saja bagian-bagian dari sistem saraf beserta dengan fungsinya ?
3. Sebutkan bagian-bagian dari neuron serta fungsinya ?
4. Sebutkan macam-macam neuron ?
5. Jelaskan mengenai sistem kerja potensial aksi saraf ?
6. Jelaskan mengenai sistem kerja potensial istirahat saraf ?
7. Bagaimana sinyal listrik dari otot (Elektromiogram)?
8. Bagaimana sinyal listrik dari jantung (Elektrokardiogram) ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui asal mula dan pengertian dari biolistrik.
2. Mengetahui apa saja bagian-bagian dari sistem saraf serta fungsinya.
3. Dapat menyebutkan bagian-bagian neuron dan fungsinya
4. Dapat menyebutkan macam-macam neuron
5. Menjelaskan kerja potensial aksi saraf
6. Dapat menjelaskan kerja potensial istirahat saraf
7. Mengetahui bagaimana sinyal listrik dari otot dan sinyal listrik dari jantung.
1.4 Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah, Dengan selesainya penulisan makalah ini serta
pembahasan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pribadi maupun
rekan-rekan mahasiswa
1. Menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya, pembaca pada umumnya
mengenai kelistrikan dalam tubuh.
1. Sebagai penambah bahan acuan bagi kita sebagai calon guru Fisika dalam
memberikan materi pelajaran.

1.5 Tinjauan Pustaka


Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan materi pembahasan
dengan mencari ke media internet dan sumber dari buku. Kemudian dari
berbagai sumber tersebut dirangkum dengan memperhat ikan materi yang
dibahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelistrikan di dalam tubuh (Biolistrik)


Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-
elektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat
adanya rangsangan penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup,
semua daya ini berkumpul didalam pusat akal didalam otak dalam bentuk
potensi daya listrik. Dari pusat akal, daya ini kemudian diarahkan ke seluruh
anggota tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh perangsangnya. Potensi daya
listrik hidup ini, yang tertimbun didalam pusat akal harus di tuntut oleh sesuatu
supaya mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian-bagian
tubuh lainnya.
Biolistrik merupakan energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber
dari ATP (Adenosine Tri Posphate), dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu
energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga
merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang
merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis
muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan
sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang
dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke
neuron. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh
seperti gelombang pada permukaan air.
Hukum dalam Biolistrik
Ada dua hukum dalam biolistrik, yaitu : Hukum Ohm dan Hukum Joule.
Hukum Ohm menyatakan bahwa :
“Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan
arus yang melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”.
Rumusnya yaitu : R ꞊ V/I
Dimana, R : hambatan (Ω), I : kuat arus (ampere), V : tegangan (Volt).
Hukum joule menyatakan bahwa :
“Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu
tertentu akan menimbulkan panas”.
Rumusnya yaitu : Q =V I t
Dimana, Q : energi panas yang ditimbulkan (joule), V : tegangan (Volt), I : arus
(A), t : waktu lamanya arus mengalir (second).
2.2 Sistem saraf dan Neuron
SISTEM SARAF
Adapun bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu
sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Berikut penjelasannya:
1. Sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat ini terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer.
Saraf ferifer ini adalah Serat saraf (neuron) yang menyalurkan informasi
sensorik ke otak atau ke medulla spinalis di sebut saraf afferent. Serat saraf
yang menyalurkan atau menghantarkan informasi dari otak atau medulla
spinalis ke otot dan kelenjar yang di sebut saraf efferent. Beberapa yang ada di
saraf pusat :

Otak
Merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya
lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar
(Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak besar merupakan
pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak kecil terletak di bagian
belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika
seseorang akan melakukan kegiatan.
Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi
penghubung antara otak besar dan otak kecil, disebut dengan sumsum lanjutan
atau sumsum penghubung. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks
fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah,
dan kegiatan lain yang tidak disadari.
Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang,
mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan
saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan
ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.

2. Sistem saraf Otonom


Sistem saraf Otonom mengendalikan ataupun mengatur berbagai organ
internal, misalnya jantung, usus dan kelenjar. Namun, pengontrolan ini
dilakukan secara tidak sadar.
Untuk menanggapi rangsangan, tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem
saraf, yaitu:
a) Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b) Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus
yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
c) Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot
dan kelenjar.

NEURON

Struktur dasar dari sistem saraf disebut dengan Neuron atau sel saraf.
Suatu sel saraf (neuron) merupakan bagian terkecil dalam suatu skema saraf dan
berfungsi untuk menerima, menginterpretasi, dan menghantarkan pesan listrik
atau aliran listrik. Sel saraf terdiri dari tubuh serta serabut yang menyerupai
ranting. Serabutnya juga terdiri dari 2 macam, yaitu dendrit dan akson. Ada
banyak jenis neuron, pada dasarnya neuron terdiri dari sel-sel tubuh yang
menerima aliran listrik dari neuron lain melalui kontak yang disebut sinapsis
yang terletak di dendrit atau pada tubuh sel.
Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan
impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf yang
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke
akson.
b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit
berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c. Akson (Neurit)
Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma
badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut
neurofibril.

Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan
fungsinya, yaitu:
a) Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan
dari reseptor yaitu alat indera.
b) Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan
ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau
diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.
c) Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel
saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan
sumsum tulanbelakang.

2.3 Potensial listrik saraf


1. Potensial aksi sel
Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:
a. Tahap Istirahat (Resting Membrane Potential)
Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat, sebelum terjadinya
potensial aksi.
b. Tahap Depolarisasi
Membran tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion NA sehingga banyak sekali
ion NA mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90mV
akan hilang dan potensial meningkat dengan arah positif. Keadaan ini disebut
depolarisasi.
c. Tahap Repolarisasi
Tahap ini, dalam waktu yang sangat singkat sekali sesudah membran menjadi
permeable terhadap ion NA, saluran NA mulai tertutup dan saluran K terbuka
lebih daripada normal. Kemudian difusi ion K yang berlangsung cepat ke
bagian luar akan membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang
normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi membran.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian
kembali ke polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada
potensial membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam
berubah menjadi positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan
ini menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action
potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain
yang ada di sekitarnya.
Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat,
depolarisasi, repolarisasi, dan kembali istrahat diperlihatkan dalam Gambar 5.
Perubahan potensial tersebut berupa impuls yang disebut potensial aksi sel. Ada
lima fase dalam potensial aksi tersebut yaitu fase 4, 0, 1, 2, dan 3. Fase 4 adalah
fase istirahat sel.
Gambar 5. Potensial aksi sel
Fase 0 adalah fase pada saat kanal sodium terpicu-tegangan (kanal cepat)
terbuka sehingga ion-ion sodium dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1
adalah fase pada saat kanal potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2
adalah kombinasi fase menutupnya kanal sodium terpicu-tegangan,
membukanya kanal kalsium-sodium terpicu-tegangan (kanal lambat), dan
membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Fase ini disebut plateau. Fase 3
adalah fase kombinasi menutupnya kanal-kanal sodium dan kalsium-sodium
terpicu-tegangan serta membukanya kanal potasium terpicu-tegangan.
Selanjutnya sel kembali ke fase 4.
2. Potensial istirahat sel
Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat
suatu beda potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting
potential). Potensial ini berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif di sisi luar
membran sel.Dalam keadaan istirahat, di sisi dalam dan luar membran sel sama-
sama terdapat ion-ion potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang
berbeda.
Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan
mempengaruhi potensial di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat
pengaruh kedua jenis ion tersebut pada potensial membran sel, akan dilihat
pengaruh masing-masing jenis ion tersebut secara sendiri-sendiri terlebih
dahulu, setelah itu baru diperhitungkan interaksi keduanya secara
bersamaan. Untuk itu akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion
potasium.
2.4 Sinyal listrik dari otot (Elektromiogram)

Informasi diagnostik tentang otot dapat di peroleh dari aktivitas listriknya.


Di bagian ini, kita menelusuri transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat
potensial aksi tersebut menimbulkan kontraksi otot. EMG dapat diperoleh dari
otot atau unit motorik yang dirangsang secara elektris.
Otot dimisalkan terdiri dari banyak unit motor. Sebuah unit motor terdiri dari
sebuah neuron bercabang tunggal dari batang otak atau kabel spinal dan 25-
2000 serat otot (sel) yang terhubung ke ujung pelat motor (Gambar 2.7).
Potensial istirahat pada membran serat otot mirip dengan potensial istirahat di
serat saraf. Tindakan Otot dimulai oleh potensial aksi yang bergerak sepanjang
akson dan ditransmisikan melalui ujung pelat motorik ke serat otot,
menyebabkan serat otot saling kontraksi.
Gambar 2.7 Skema neuron dimulai dari spinal cord dan diakhiri beberapa sel
Neuron dan sel otot penghubung membuat sebuah unit motorik. (John R.
Cameron, 1978: 190).
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis, berakhirnya saraf pada
sel otot atau hubungan saraf otot disebut Neuromyal Juction. Baik sinapsis
maupun Neuromial Junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang
depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya.
Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran otot, karena pada waktu
terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akantrigger/ bergetar/
berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi
sel otot hal mana otot akan mengalami relaksasi.
2.5 Sinyal listrik dari Jantung (Elektrokardiogram)
Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio
Ventrikuler Nodus, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam
pembacaan EKG. Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung
dengan ion Na+. Sel membran otot jantung (miokardium) berbeda dengan saraf
dan otot bergaris. Saraf dan otot bergaris memerlukan rangsangan supaya ion
Na+ masuk ke dalam sel, proses masuknya ion Na+ ke dalam sel disebut proses
depolarisasi. Sedangkan depolarisasi pada sel otot jantung, ion Na+ mudah
bocor (tidak memerlukan rangsangan dari luar), setelah repolarisasi komplit, ion
Na+ akan masuk lagi ke dalam sel yang disebut depolarisasi spontan.
Depolarisasi spontan ini menghasilkan gelombang depolarisasi untuk seluruh
otot miokardium. Depolarisasi sel membran otot jantung oleh perambatan
potensial aksi menghasilkan kontraksi otot sehingga terjadi denyut jantung.
Gerakan ritmis jantung dikendalikan oleh sebuah sinyal listrik yang
diprakarsai oleh rangsangan spontan dari sel-sel otot khusus yang terletak di
atrium kanan. Sel-sel ini membentuk sinoatrial (SA) node, atau alat pacu
jantung alami (Gambar. 2.9). SA node berdetak secara berkala sekitar 72 kali
per menit. Namun, laju detak dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan saraf
eksternal untuk mengetahui respon jantung terhadap kebutuhan darah tubuh
serta rangsangan lainnya. Sinyal listrik dari SA node memulai depolarisasi saraf
dan otot dari kedua atrium, menyebabkan atrium berkontraksi dan memompa
darah ke dalam ventrikel. Sehingga terjadilah repolarisasi dari atrium
tersebut. Sinyal listrik kemudian lolos ke atrioventrikular (AV) node, yang
mengawali depolarisasi ventrikel kanan dan kiri, menyebabkan mereka kontrak
dan memaksa darah masuk ke dalam paru dan sirkulasi umum. Saraf dan otot
ventrikel kemudian mengalami repolarisasi dan siklus dimulai lagi.
Secara skema dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.9 Penjalaran Depolarisasi (John R. Cameron, 1978: 190).
Keterangan:
SA node memulai gelombang depolarisasi dari atrium kanan ke atrium kiri
dalam 70 sekon sehingga terjadi kontraksi atrium.
Gelombang depolarisasi berlanjut ke AV node hingga AV node mengalami
depolarisasi.
Gelombang dari AV node melalui bundle of his (BH) dan diteruskan ke bundle
branch (BB) –> BB mengalami depolarisasi.
Diteruskan ke jaringan purkinye –> endokardium –> berakhir di epikardium –>
terjadi kontraksi otot jantung.
Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi.
Hubungan antara pemompaan jantung dengan potensi listrik pada kulit
dapat dipahami dengan mempertimbangkan perambatan potensial aksi di dalam
jantung.
Gambar 2.10. Skema potensial aksi turun pada dinding jantung. Beberapa arus
ion, diindikasikan oleh lingkaran, yang melalui torso diindikasikan sebagai
resistor. Potensial aktif. (John R. Cameron, 1978: 198).
Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi
seperti yang ditunjukkan skema pada resistor. Distribusi potensial untuk seluruh
jantung ketika ventrikel adalah satu-setengah kali depolarisasi yang ditunjukkan
oleh garis ekuipotensial pada Gambar 2.11. Perhatikan bahwa potensi diukur
pada permukaan tubuh bergantung pada lokasi elektroda. Bentuk garis potensial
ditunjukkan pada Gambar 2.11 hampir sama dengan yang diperoleh dari sebuah
dipol listrik.

Gambar 2.11. Distribusi potensial bagian dada pada saat ventrikel depolarisasi
separuh. Electrode yang diletakkan di titik A, B, dan C mengindikasikan
potensial pada saat itu. (John R. Cameron, 1978: 199).
Garis ekuipotensial pada waktu lain dalam siklus jantung juga bisa
direpresentasikan oleh dipol listrik, namun dipol untuk momentum yang
berbeda dalam siklus akan berbeda ukuran dan orientasi.
Pengukuran isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk
memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh dan gangguan pada organ-
organ tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur isyarat listrik tubuh
adalah:
1. Electromiograf (EMG)
2. Electroneurograf (ENG)
3. Electroretionograf (ERG)
4. Electrogastrograf (EGG)
5. Electroensefalograf (EEG)
6. Electrokardiograf (EKG)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-
elektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat
adanya rangsangan penginderaan.
2. Adapun hukum yang terdapat dari biolistrik adalah Hukum Ohm,
rumusnya : R = V/I. Sedangkan, Hukum Joule yaitu Q = V I t.
3. Bagian-bagian dari sistem saraf di bagi menjadi dua bagian, yaitu sistem
saraf pusat yang berfungsi sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia dan sistem saraf otonom yang berfungsi mengendalikan
ataupun mengatur berbagai organ internal, misalnya jantung, usus dan kelenjar.
4. Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan).
5. Potensial listrik saraf ada 2, yaitu potensial aksi saraf yaitu Perubahan yang
menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi(action
potential). dan potensial istirahat saraf. Dalam keadaan istirahat, antara sisi
dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda potensial yang disebut
dengan potensial istirahat sel (cell resting potential).
6. Transmisi potensial aksi dari akson ke otot, tempat potensial aksi tersebut
menimbulkan kontraksi otot. Elektromiogram (EMG) dapat diperoleh dari otot
atau unit motorik yang dirangsang secara elektris (listrik).
7. Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion
+
Na yang ada di dalam tubuh. Alat yang digunakan untuk mengukur isyarat
listrik tubuh adalah Electrokardiograf (EKG).
3.2 Saran
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT,
penulisdapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
dan tentunya masih jauhdari harapan. Oleh karena itu, masih perlu kritik dan
saran yang
membangun serta bimbingan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagipemba
ca dan penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Cameron, John R, dkk. 1978. MEDICAL PHYSICS. Florida : Wisconsin
Tallahasee
Ruslan, Ahmadi. 2010. TEORI DAN APLIKASI FISIKA KESEHATAN.
Yogyakarta : Nuha Medika
Purwanto. 2007. Ensiklopedi fisika. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.
http://reikinaqs.wapsite.me/Biolistrik
http://www.news-medical.net/health/What-is-the-Nervous-System-
%28Indonesian%29.asp
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokard

Anda mungkin juga menyukai