Bahasa dan
Sastra indonesia
Konsep dasar Bahasa dan Sastra indonesia
1 2 3
Hakikat, kedudukan
dan Fungsi Sikap Berbahasa Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia Ragam Ilmu
Indonesia
4 5 6 dan 7
Fungsi Sastra
Pengantar Sastra, Hakikat Sastra dan
Tujuan Sastra
Bahasa Indonesia
Hakikat
1 Alat, sarana/media dalam berinteraksi kedudukan
Sebagai bahasa
2 nasional; kedudukanya
berada di atas bahasa-
bahasa daerah
Fungsi
3 Lambang kebanggaan kebangsaan,
Lambang identitas nasional
Alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya,
Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Hakikat bahasa indonesia
Manusia adalah mahluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainya. Pada saat
manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi
ini membutuhkan alat, sarana/media, yaitu bahasa.
Bahasa memiliki pengertian suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Hakikat bahasa dilihat dari
aspek bunyi atau syarat, simbol (huruf atau gambar), dan makna, dapat didefinisikan sebagai suatu bunyi ujaran
atau isyarat yang dapat disimbolkan melalui huruf atau gambar yang berbeda-beda, dan setiap bunyi, isyarat
atau simbol tersebut memiliki makna yang berbeda-beda (Mulyati, 2015: 2). Bahasa merupakan alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Santosa, dkk,
2008: 1.3).
Kedudukan bahasa indonesia
1. Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara. Sebagai bahasa nsional, bahasa Indonesia di antaranya berfungsi mempererat hubungan
antarsuku di Indonesia. Fungsi ini, sebelumnya, sudah ditegaskan di dalam butir ketiga ikrar Sumpah
Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”.
2. Kata ‘menjunjung’ dalam KBBI antara lain berarti ‘memuliakan’, ‘menghargai’, dan ‘menaati’ (nasihat,
perintah, dan sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Supah Pemuda tersebut menegaskan bahwa para pemuda
bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Pernyataan itu tidak saja
merupakan pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyatakan tekad kebahasaan yang
menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia
(Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995: 5). Ini berarti pula bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional yang kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
3. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah kemerdekaan RI
dikumandangkan atau seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36
dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam penyelenggaraan administrasi negara, seperti bahasa
dalam penyeelenggaraan pendidikan dan sebagainya.
Fungsi bahasa indonesia
Lambang Kebanggaan Kebangsaan
Di dalam fungsinya sebagai Lambang Kebangaan Kebangsaan, bahasa Indonesia
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Atas dasar
kebangaan ini, bahasa Indonesia harus terus dijaga, pelihara dan kembangkan serta rasa
kebanggan pemakainya senantiasa kita bina.
Lambang Indentitas Nasional
Bahasa Indonesia fungsinya sebagai Indentitas Nasional, yang mengarah pada
penghargaan terhadap bahasa Indonesia selain bendera dan lambang negara. Di dalam
fungsinya bahasa Indonesia tentulah harus memiliki indentitasnya sendiri, sehingga serasi
dengan lambang kebangsaan yang lain. Bahasa Indonesia memiliki indentitasnya hanya
apabila masyarakat pemakainya terutama kaum muda dan pelajar membina dan
mengembangkanya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
Alat Perhubungan Antarwarga, Antardaerah, Antarbudaya
Bahasa Indonesia memiliki peranan yang fital dimasyarakat umum dan nasional.
Berkat adanya bahasa Indonesia masyarakat dapat berhubungan satu dengan
yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan
latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikawatirkan. Masyarakat
dapat berpergian ke seluruh plosok tanah air dengan hanya memanfaatkan
bahasa Indonesia sebagai satu- satunya alat komunikasi.
Lanjutan Alat Pemersatu Suku Budaya dan Bahasanya
Tata Bahasa
Ragam Bahasa lisan
1. Nia sedang baca surat kabar.
2. Ari mau nulis surat.
3. Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
Ragam bahasa tulisan:
4. Nia sedang membaca surat kabar.
5. Ari mau menulis surat.
6. Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu
Kosa kata
Ragam bahasa Lisan:
1. Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2. Kita harus bikin karya tulis.
3. Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
Ragam bahasa Tulisan
4. Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
5. Kita harus membuat karya tulis.
6. Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
1.
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan penutur
Contoh:
Ira mau nulis surat = Ira mau menulis surat
Saya akan ceritakan tentang Kancil = Saya akan menceritakan tentang Kancil.
3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap
kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika
dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan
kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa
seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya.
Lanjutan
Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan
digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan.
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah,
ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan
ragam sastra.
Contoh:
Ragam hukum : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.
Ragam bisnis : Setiap pembelian diatas nilai tertentu akan diberikandiskon.
Ragam sastra : Cerita itu menggunakan Flashback.
Ragam kedokteran : Anak itu menderita penyakit kuorsior.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai
derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut:
1. Ragam baku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan
keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat
resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada
transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh
orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat
akrab dan intim.
Pengantar Sastra,
Hakikat Sastra,
Fungsi Sastra,
Tujuan Sastra
1
Pengantar Sastra
dan hakikat sastra
Pengertian Sastra Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata sastra adalah sastra
adalah jenis karangan karya tulis yang unggul dalam segi originalitas, nilai artistic,
dan keindahan isi dan pengungkapannya. Sastra sendiri berasal dari kata
kesusastraan atau susastra. Su artinya indah dan sastra artinya lukisan atau
karangan. Jadi bila digabungkan arti dari susastra adalah karangan yang indah.
Kesusastraan ialah segala jenis tulisan ataupun karangan yang memiliki nilai
kebaikan dengan penulisan menggunakan bahasa yang indah dan artisitik.
Lanjutan
Sumardjo & Saini (1997: 3-4) menyatakan bahwa sastra adalah
ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran
konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga
sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan,
semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk
dan bahasa.
Sastra didefinisikan oleh beberapa ahli
1. Menurut Semi, sastra ialah suatu karangan yang berasal dari aktivitas seni kreatif yang
dikerjakan manusia dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
2. Menurut Panuti Sujiman, mendefinisikan sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang
memiliki ciri berupa keindahan, artistic, dan keaslian pada bagian isinya.
3. Menurut Ahmad badrun, menjelaskan bahwa sastra adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan seni yang mengandalakan gaya bahasa dengan sifat
imajinatifnya.
4. Menurut Plato, menjelaskan bahwa sastra ialah hasil dari tiruan serta gambaran dari hal-
hal yang bersifat nyata. semua karya sastra harus berwujud teladan yang berasal dari
alam semesta.
5. Menurut Aristoteles, menjelaskan bahwa sastra ialah kegiatan yang dilaksanaan
berlandaskan agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan.
6. Menurut Robert Scholes, Sastra harus merupakan sebuah kata, dan tidak mungkin
sebuah benda.
Menurut Wellek dan Warren (1989), sastra adalah sebuah karya seni
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Fungsi rekreatif Sastra berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat karena
mengandung unsur keindahan.
2. Fungsi didaktis Sastra memiliki fungsi pengajaran karena bersifat mendidik dan
mengandung unsur kebaikan dan kebenaran.
3. Fungsi estetis Sastra memiliki unsur dan nilai-nilai keindahan bagi para pembacanya.
4. Fungsi moralitas Sastra mengandung nilai-nilai moral yang menjelaskan tentang yang
baik dan yang buruk serta yang benar dan yang salah.
5. Fungsi religius Sastra mampu memberikan pesan-pesan religius untuk para pembacanya
Manfaat Sastra dalam Pendidikan dan Pengajaran
Sastra Menunjukkan Kebenaran Hidup
Didalam karya sastra, jika menuturkan pengalaman yang dapat menyesatkan kehidupan
menusia (misalnya menuturkan kecabulan/ kekejaman) maka arya ini tidak dapat
digolongkan sebagai karya sastra. Sastra dihargai, karena ia berguna bagi hidup manusia
satra mengungkapkan pengalaman manusia, agar manusia laindapat mengambil pelajaran
itu dan hidupp manusia akan lebih baik. Dari kaya sastra, orang akan belajar banyak, tentang
pengalaman hudup, persoalan dengan aneka ragamnya dan bagaiman menghadapinya.
Misalnya, bila mmbaca buku “Siti Nurbaya”, pembaca akan tahu bagaimana percintaan pada
zamannya(1920-1930), kaum muda yang lemah tak berdaya.
Orang tua akan tertekan menerima nasib,
bagaimana sikap orang kaya yang dengan
gampang memperdaya orang yang lemah, kaum
pribumi dengan penjajah dan masih banyak lagi
hal lain yang memberi pelajaran, yang tidak
ditemui dalam buku ilmiyah atau sejarah
sekalipun. Semua jalinan cerita itu, sebenarnya
menggambarkan persoalan hidup yang terjadi
dalam masyarakat itu.
Sastra untuk Memperkaya Rohani.
Melalui sastra seorang pembaca dapat memperoleh hiburan dan
kesenangan. jika seorang pembaca hanya untuk mencari hiburan saja,
bukanlah pembaca yang baik. Dalam membaca sastra, disamping
hiburan dapat menikmati jalan cerita, pelukisan watak yang
mengesankan, juga membaca harus mempertimbangkan, pembaca
sastra juga seharusnya ikut aktif mencari makna yang terkandung dalam
cerita. Dengan demikian pembaca memperoleh kekayaan rohani yang
dapat memperkuat jiwanya. Jiwa akan kuat jika diisi dengan kekayaan
rohani, antara lain dapat diperoleh melalui karya sastra.
Sastra Melampui Batas Bangsa dan Zaman.