Anda di halaman 1dari 60

Konsep dasar

Bahasa dan
Sastra indonesia
Konsep dasar Bahasa dan Sastra indonesia

1 2 3
Hakikat, kedudukan
dan Fungsi Sikap Berbahasa Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia Ragam Ilmu
Indonesia

4 5 6 dan 7
Fungsi Sastra
Pengantar Sastra, Hakikat Sastra dan
Tujuan Sastra
Bahasa Indonesia
Hakikat
1 Alat, sarana/media dalam berinteraksi kedudukan
Sebagai bahasa
2 nasional; kedudukanya
berada di atas bahasa-
bahasa daerah

Fungsi
3 Lambang kebanggaan kebangsaan,
Lambang identitas nasional
Alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya,
Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Hakikat bahasa indonesia
Manusia adalah mahluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainya. Pada saat
manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi
ini membutuhkan alat, sarana/media, yaitu bahasa.

Bahasa memiliki pengertian suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Hakikat bahasa dilihat dari
aspek bunyi atau syarat, simbol (huruf atau gambar), dan makna, dapat didefinisikan sebagai suatu bunyi ujaran
atau isyarat yang dapat disimbolkan melalui huruf atau gambar yang berbeda-beda, dan setiap bunyi, isyarat
atau simbol tersebut memiliki makna yang berbeda-beda (Mulyati, 2015: 2). Bahasa merupakan alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Santosa, dkk,
2008: 1.3).
Kedudukan bahasa indonesia
1. Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara. Sebagai bahasa nsional, bahasa Indonesia di antaranya berfungsi mempererat hubungan
antarsuku di Indonesia. Fungsi ini, sebelumnya, sudah ditegaskan di dalam butir ketiga ikrar Sumpah
Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”.
2. Kata ‘menjunjung’ dalam KBBI antara lain berarti ‘memuliakan’, ‘menghargai’, dan ‘menaati’ (nasihat,
perintah, dan sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Supah Pemuda tersebut menegaskan bahwa para pemuda
bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Pernyataan itu tidak saja
merupakan pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyatakan tekad kebahasaan yang
menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia
(Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995: 5). Ini berarti pula bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional yang kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
3. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah kemerdekaan RI
dikumandangkan atau seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36
dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam penyelenggaraan administrasi negara, seperti bahasa
dalam penyeelenggaraan pendidikan dan sebagainya.
Fungsi bahasa indonesia
Lambang Kebanggaan Kebangsaan
Di dalam fungsinya sebagai Lambang Kebangaan Kebangsaan, bahasa Indonesia
mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Atas dasar
kebangaan ini, bahasa Indonesia harus terus dijaga, pelihara dan kembangkan serta rasa
kebanggan pemakainya senantiasa kita bina.
Lambang Indentitas Nasional
Bahasa Indonesia fungsinya sebagai Indentitas Nasional, yang mengarah pada
penghargaan terhadap bahasa Indonesia selain bendera dan lambang negara. Di dalam
fungsinya bahasa Indonesia tentulah harus memiliki indentitasnya sendiri, sehingga serasi
dengan lambang kebangsaan yang lain. Bahasa Indonesia memiliki indentitasnya hanya
apabila masyarakat pemakainya terutama kaum muda dan pelajar membina dan
mengembangkanya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
Alat Perhubungan Antarwarga, Antardaerah, Antarbudaya

Bahasa Indonesia memiliki peranan yang fital dimasyarakat umum dan nasional.
Berkat adanya bahasa Indonesia masyarakat dapat berhubungan satu dengan
yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan
latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikawatirkan. Masyarakat
dapat berpergian ke seluruh plosok tanah air dengan hanya memanfaatkan
bahasa Indonesia sebagai satu- satunya alat komunikasi.
Lanjutan Alat Pemersatu Suku Budaya dan Bahasanya

Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu suku, budaya dan bahasa


maksudnya, bahasa Indonesia memungkinkan keserasian di antara suku-suku,
budaya dan bahasa di Nusantara,tanpa harus menghilangkan indentitas
kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang
bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu
masyarakat dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentinggan
daerah atau golongan.
Santoso, dkk. berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki
fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antaranggota


keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.
2. Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau
tekanan-tekanan perasaan pembaca. Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat
menjadi media untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari
tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.
3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan
anggota masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit
belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya. Mereka
menyesuaikan diri dengan semua ketentuan yang berlaku dalam masyarakat melalui
bahasa.
Lanjutan
4. Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain. Bila fungsi ini berlaku dengan baik, maka semua kegiatan
sosial akan berlangsung dengan baik pula. Dengan bahasa seseorang dapat
mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih
berkualitas.
5. Bahasa sebagai alat penampung dan penerus kebudayaan, kontak manusia
dengan alam sekiatrnya dapat melahirkan karya budaya. Karya budaya yang
dihasilkan oleh manusia masa lampau dapat dilestarikan dengan bahasa
sehingga dapat dinikmati dan dikembangkan oleh manusia masa kini dan
dilanjutkan atau diwariskan kepada generasi selanjutnya.
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, adalah:

Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu. Bahasa


berfungsi menghasilkan kondisi-kondisi tertentu dan menyebabkan terjadinya
peristiwa-peristiwa tertentu. Kalimat-kalimat berikut ini mengandung fungsi
instrumental dan merupakan tindakan-tindakan komunikatif yang menghasilkan
kondisi-kondisi tertentu.
Contoh :                                                                                         
i. Cepat, pergi!
ii. Sampaikan salam hormat saya kepada Beliau!
iii. Silakan Anda berangkat sekarang!
Lanjutan
Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan perilaku orang lain.
Contoh :
i. Kalau Anda tekun belajar maka Anda akan lulus dengan baik.
ii. Kalau kamu mencuri maka kamu pasti dihukum.
iii. Sekali berbohong maka kamu akan ditinggalkan kawan-kawanmu.
Fungsi intraksional, yaitu bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Contoh :
iv. Penyapa hendaknya menyapa dengan sapaan yang tepat dan hormat.
v. Penutur sangat perlu mempertimbangkan siapa mitra tutumya dan
bagaimana adat-istiadat serta budaya lokal yang berlaku pada suatu daerah
tertentu.
Lanjutan
Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang
lain. Dari bahasa yang dipakai oleh seseorang maka akan diketahui apakah dia
sedang marah, jengkel, sedih, gembira, dan sebagainya.
Fungsi heuristik, yaitu bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan
sesuatu.
Contoh :
i. Mengapa di dunia ini ada matahari?
ii. Mengapa matahari bersinar?
iii. Mengapa jika matahari tenggelam hari menjadi gelap?
Lanjutan
Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia
imajinasi. Fungsi ini biasanya untuk mengisahkan cerita·cerita, dongeng-dongeng,
membacakan lelucon, atau menuliskan cerpen, novel, dan sebagainya.

Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.


Contoh :
i. Gula manis.
ii. Bulan bersinar.
iii. Jalan ke Tawangmangu naik turun dan berkelok-kelok.
 
Fungsi Khusus
Fungsi khusus bahasa Indonesia, fungsi ini berhubungan dengan kepentingan
bangsa Indonesia. Antara lain:
a. bahasa resmi kenegaraan,
b. bahasa pengantar dalam dunia pendidikan,
c. bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah,
d. alat pengembangan kebudayaan, pengetahuan, dan teknologi.
Di dalam kedudukanya sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. Lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai nilai


luhur yang mendasari perilaku bangsa Indonesia.
2. Lambang identitas nasional, bahasa Indonesia diharapkan mampu mewakili
jati diri bangsa Indonesia
3. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat
perrhubungan antar suku bangsa
4. Sebagai alat pemersatu, bahasa Indonesia akan menjadi perekat berbagai
suku, ras, agama, dan budaya sehingga antar anggota bangsa ini tetap akan
bersatu.
Bahasa Indonesia juga memiliki fungsi yang dimiliki oleh bahasa baku, yaitu sebagai
berikut:

1. Fungsi pemersatu artinya bahasa Indonesia mempersatukan suku bangsa


yang berlatar budaya dan bahasa yang berbeda beda
2. Fungsi pemberi kekhasan artinya bahasa baku membedakan bahasa itu
dengan bahasa yang lain.
3. Fungsi penambah kewibawaan penggunaan bahasa baku akan menambah
kewibawaan.
4. Fungsi sebagai kerangka acuan mengandung maksud bahwa bahasa baku
merupakan kerangka acuan pemakaian bahasa.
Sikap Berbahasa
Indonesia
Pengertian Sikap Berbahasa
Sikap merupakan tingkah laku atau respon dari hasil suatu tindakan atau
tutran seseorang. Dalam kegiatan berbahasa juga menghasilkan
berbagai sikap yang bisa disebut sikap berbahasa. Sikap ini akan
memengaruhi bagaimana bahasa itu digunakan, baik dari segi
variasinya, tuturannya, maupun bentuknya. Berbahasa adalah salah satu
wujud kepribadian dan intelektualitas.
Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri
atau bahasa orang lain (Kridalaksana, 2001:197) dan Rusyana (1989, 31-32)
menyatakan bahwa sikap bahasa dari seorang pemakai bahasa atau
masyarakat bahasa baik yang dwibahasawan maupun multibahasawan akan
berwujud berupa perasaan bangga atau mengejek, menolak atau sekaligus
menerima suatu bahasa tertentu atau masyarakat pemakai bahasa tertentu,
baik terhadap bahasa yang dikuasai oleh setiap individu maupun oleh
anggota masyarakat.
Ciri-ciri Sikap Berbahasa
1. Kesetiaan bahasa (language loyality). Kesetiaan bahasa adalah keinginan mesyarakat
mendukung bahasa itu untuk memelihara dan mempertahankan bahasa itu bahkan perlu
mencengahnya dari pengaruh bahasa lain.
2. Kebanggan bahasa (language pride). Kebanggan bahasa mendorong seseorang atau
masyarakat pendukung bahasa itu untuk menjadikan sebagai penanda jati, lambang
identitas dan kesatuan masyarakat.
3. Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm). Cenderung untuk mendorong
orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun.
Jenis-jenis Sikap Berbahasa
1. Sikap Positif, Sikap positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan
kaidah bahasa dan sesuai dengan situasi kebahasaan. Hal-hal yang
menunjukkan sikap positif seorang terhadap bahasanya antara lain :
a. Memakai bahasa sesuai dengan kaidah dan situasi kebahasaan.
b. Memakai bahasa sendiri (Indonesia) tanpa dicampur dengan bahasa
asing, walaupun lawan bicara mengerti maksud pembicaraan tersebut,
alangkah lebih baik menggunakan basa sesuai dengan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
c. Memakai bahasa sesuai dengan keperluan.
Lanjutan
2. Sikap Negatif, Sikap negatif bahasa akan menyebabkan orang acuh terhadap pembinaan dan pelestarian
bangsa. Mereka menjadi tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri sebagai penanda jati diri bahkan
mereka merasa malu memakai bahasa itu. Fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah
masyarakat Indonesia antara lain :
a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya
menggunakan bahasa inggris, walaupun mereka tidak menguasai bahasa
Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing
(Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu apabila tidak menguasai bahasa
Indonesia.
c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau
mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan
baik.
Bahasa Indonesia
Ragam Ilmu
Pengertian
Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa. Dengan kata lain, ragam bahasa adalah
variasi berbeda-beda yang disebabkan karena berbagai faktor yang terdapat dalam
masyarakat,  seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, latar belakang
budaya daerah, dan sebagainya.
1. Menurut Bachman (1990), “ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”
2. Menurut Dendy Sugono (1999), “bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak
baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di
pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.”
Menurut Fishman ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa
jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk
kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat
pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah
kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang
pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Jenis-jenis Ragam Bahasa
1. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media
a. Ragam bahasa Lisan
Bahasa yang di hasilkan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem
sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan. Dalam ragam lisan kita berurusan
dengan tata bahasa, kosakata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara
dapat memanfaatkan tinggi rendahsuara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau
isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam lisan:
b. Memerlukan orang kedua/teman bicara.
c. Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
d. Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
e. Berlangsung cepat
Lanjutan
Kelebihan ragam bahasa lisan:
1. Dapat disesuaikan dengan situasi
2. Faktor efisiensi waktu
3. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak
anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan
gerak-gerak pembicara.
4. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang
dibicarakannya.
5. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang
dituturkan oleh penutur.
6. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi
audit, visual dan kognitif.
Kelemahan ragam bahasa lisan
1. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan
terdapat frase-frase sederhana.
2. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
4. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
Ragam bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan
dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan
unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam tulis:
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara
2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Berlangsung lambat
5. Selalu memakai alat bantu
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan  tanda
baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis:
1. Memakai ejaan resmi.
2. Menghindari unsur kedaerahan.
3. Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
Kelebihan ragam bahasa tulis:
4. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media
atau materi yang menarik dan menyenangkan.
5. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan
masyarakat.
6. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
7. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan
informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu
mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis
a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa
lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih
sempurna.
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur,
jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa.
c. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat
diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan
diperlukan keseksamaan yang lebih besar.          
Perbedaan antara ragam lisan dan tulis berdasarkan :

Tata Bahasa
Ragam Bahasa lisan
1. Nia sedang baca surat kabar.
2. Ari mau nulis surat.
3. Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
 
Ragam bahasa tulisan:
4. Nia sedang membaca surat kabar.
5. Ari mau menulis surat.
6. Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu
Kosa kata
Ragam bahasa Lisan:
1. Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2. Kita harus bikin karya tulis.
3. Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
Ragam bahasa Tulisan
4. Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
5. Kita harus membuat karya tulis.
6. Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
1.  
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan penutur

1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek)


Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
Bahasa  digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-
masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia
orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan/b/pada posisi awal saat melafalkan
nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa
Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha,
canthik, dll.
2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa
asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya
membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering
menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

Contoh:
Ira mau nulis surat = Ira mau menulis surat
Saya akan ceritakan tentang Kancil = Saya akan menceritakan tentang Kancil.
3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap
kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika
dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan
kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa
seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya.
Lanjutan
Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan
digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan.

Contoh Ragam bahasa Indonesia dari cara pandang penutur:


Ragam dialek : “Gue udah baca itu buku ”
Ragam terpelajar : “Saya sudah membaca buku itu”
Ragam resmi : “Saya sudah mmbaca buku itu”
Ragam tak resmi : “Saya sudah baca buku itu”
 
4. Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah,
ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan
ragam sastra. 
Contoh:
Ragam hukum     : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.
Ragam bisnis : Setiap pembelian diatas nilai tertentu akan diberikandiskon.
Ragam sastra       : Cerita itu menggunakan Flashback.
Ragam kedokteran : Anak itu menderita penyakit kuorsior.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai
derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut:

1. Ragam baku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan
keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat
resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada
transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh
orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat
akrab dan intim.
Pengantar Sastra,
Hakikat Sastra,
Fungsi Sastra,
Tujuan Sastra
1
Pengantar Sastra
dan hakikat sastra
Pengertian Sastra Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata sastra adalah sastra
adalah jenis karangan karya tulis yang unggul dalam segi originalitas, nilai artistic,
dan keindahan isi dan pengungkapannya. Sastra sendiri berasal dari kata
kesusastraan atau susastra. Su artinya indah dan sastra artinya lukisan atau
karangan. Jadi bila digabungkan arti dari susastra adalah karangan yang indah.
Kesusastraan ialah segala jenis tulisan ataupun karangan yang memiliki nilai
kebaikan dengan penulisan menggunakan bahasa yang indah dan artisitik.
Lanjutan
Sumardjo & Saini (1997: 3-4) menyatakan bahwa sastra adalah
ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran
konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga
sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan,
semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk
dan bahasa.
Sastra didefinisikan oleh beberapa ahli
1. Menurut Semi, sastra ialah suatu karangan yang berasal dari aktivitas seni kreatif yang
dikerjakan manusia dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
2. Menurut Panuti Sujiman, mendefinisikan sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang
memiliki ciri berupa keindahan, artistic, dan keaslian pada bagian isinya.
3. Menurut Ahmad badrun, menjelaskan bahwa sastra adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan seni yang mengandalakan gaya bahasa dengan sifat
imajinatifnya.
4. Menurut Plato, menjelaskan bahwa sastra ialah hasil dari tiruan serta gambaran dari hal-
hal yang bersifat nyata. semua karya sastra harus berwujud teladan yang berasal dari
alam semesta.
5. Menurut Aristoteles, menjelaskan bahwa sastra ialah kegiatan yang dilaksanaan
berlandaskan agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan.
6. Menurut Robert Scholes, Sastra harus merupakan sebuah kata, dan tidak mungkin
sebuah benda.
Menurut Wellek dan Warren (1989), sastra adalah sebuah karya seni
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sebuah ciptaan, kreasi, bukan imitasi.


2. Luapan emosi yang spontan.
3. Bersifat otonom.
4. Otonomi sastra bersifat koheren(ada keselarasan bentuk dan isi).
5. Menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang bertentangan.
6. Mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dengan bahasa
sehari-hari.
Secara rinci jenis-jenis sastra menurut Sumardjo & Saini (1997: 18-19)
digambarkan dalam diagram berikut:
2
Fungsi Sastra
dan
Tujuan Sastra
Fungsi sastra di dalam masyarakat diantaranya adalah sebagai sarana
menyampaikan ajaran (moral dan agama), untuk kepentingan politik pemerintah,
dan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan yang lain (Jabrohim, 2003:136). Itu
berarti sastra merupakan medium yang elastis karena dapat digunakan sebagai
wadah yang praktis untuk mengemas ajaran yang berisi moral dan agama. Selain
itu, bila pemerintah menginginkan bergulirnya politik tertentu, hal itu bisa
disalurkan lewat karya sastra. Sebagai sarana yang efektif untuk kepentingan
banyak orang, sastra mampu melakukan hal tersebut.
Horatius, penyair besar Romawi berpandangan bahwa karya
sastra harus berfungsi utile “bermanfaat” dan dulce “nikmat”.
Bermanfaat karena pembaca dapat menarik pelajaran yang
berharga dalam membaca karya sastra yang mungkin bisa
menjadi pegangan hidupnya karena mengungkapkan nilai-nilai
luhur. Sedangkan, nikmat berarti sastra bisa memberi nikmat
melalui keindahan isi dan gaya bahasanya
Karya sastra sebagai media penyampai nilai-nilai budaya
masyarakat juga kerap dijadikan tujuan menulis oleh para
penghasil karya sastra. Melalui tulisannya, para sastrawan dengan
leluasa mencurahkan gagasan yang berisi hakikat hidup
bermasyarakat dan berbudaya. Karya sastra yang dihasilkan
sudah barang tentu akan menjadi sesuatu yang berguna bagi tata
kehidupan masyarakat pembacanya
Sastra sebagai unsur kebahasaan tentunya memiliki fungsi dan karakter khusus. Dalam kaitannya
dengan kehidupan sosial-kemasyarakatan, sastra memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi rekreatif Sastra berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat karena
mengandung unsur keindahan.
2. Fungsi didaktis Sastra memiliki fungsi pengajaran karena bersifat mendidik dan
mengandung unsur kebaikan dan kebenaran.
3. Fungsi estetis Sastra memiliki unsur dan nilai-nilai keindahan bagi para pembacanya.
4. Fungsi moralitas Sastra mengandung nilai-nilai moral yang menjelaskan tentang yang
baik dan yang buruk serta yang benar dan yang salah.
5. Fungsi religius Sastra mampu memberikan pesan-pesan religius untuk para pembacanya
Manfaat Sastra dalam Pendidikan dan Pengajaran
 Sastra Menunjukkan Kebenaran Hidup
Didalam karya sastra, jika menuturkan pengalaman yang dapat menyesatkan kehidupan
menusia (misalnya menuturkan kecabulan/ kekejaman) maka arya ini tidak dapat
digolongkan sebagai karya sastra. Sastra dihargai, karena ia berguna bagi hidup manusia
satra mengungkapkan pengalaman manusia, agar manusia laindapat mengambil pelajaran
itu dan hidupp manusia akan lebih baik. Dari kaya sastra, orang akan belajar banyak, tentang
pengalaman hudup, persoalan dengan aneka ragamnya dan bagaiman menghadapinya.
Misalnya, bila mmbaca buku “Siti Nurbaya”, pembaca akan tahu bagaimana percintaan pada
zamannya(1920-1930), kaum muda yang lemah tak berdaya.
Orang tua akan tertekan menerima nasib,
bagaimana sikap orang kaya yang dengan
gampang memperdaya orang yang lemah, kaum
pribumi dengan penjajah dan masih banyak lagi
hal lain yang memberi pelajaran, yang tidak
ditemui dalam buku ilmiyah atau sejarah
sekalipun. Semua jalinan cerita itu, sebenarnya
menggambarkan persoalan hidup yang terjadi
dalam masyarakat itu.
 Sastra untuk Memperkaya Rohani.
Melalui sastra seorang pembaca dapat memperoleh hiburan dan
kesenangan. jika seorang pembaca hanya untuk mencari hiburan saja,
bukanlah pembaca yang baik. Dalam membaca sastra, disamping
hiburan dapat menikmati jalan cerita, pelukisan watak yang
mengesankan, juga membaca harus mempertimbangkan, pembaca
sastra juga seharusnya ikut aktif mencari makna yang terkandung dalam
cerita. Dengan demikian pembaca memperoleh kekayaan rohani yang
dapat memperkuat jiwanya. Jiwa akan kuat jika diisi dengan kekayaan
rohani, antara lain dapat diperoleh melalui karya sastra.
Sastra Melampui Batas Bangsa dan Zaman.

Karya sastra Mahabarata dan Ramayana menceritakan kejadian


kejadian beberapa ratus tahun yang lalu. Cerita tersebut masih
tetap hidup dalam abad ke duapuluh dan sampai saat ini, berarti
melampaui batas Zaman. Cerita ini di gemari manusia karena
berisi pengalaman hidupyang mendasar yang masih terjadi
sampai saat ini; seperti esetiann dan penghianatan, perang antar
saudar, orang tua kehilangan anak, anak tidak diakui bapak, dan
lainnya.
Degan Sastra, dapat Memiliki Santun Berbahasa.
Dalam karya sastra, begitu kaya dengan kata-kata yang tersusun
secara tepat dan mempesona. Seseorang dapat belajar tata krama/
santun berbahasa dari pengungkapan kata-kata para sastrawan.
Banyak petinggi negara yang mencari kata-kata ungkapan dari
sastrawab ternama. Ini tak lain untuk menarik perhatian para
pendengar dan lebih memberi bobot dalam makna pembicaraannya,
baik dalam pidato maupun percakapan sehari-hari. Sebagai
seseorang yang terpelajar lebih-lebih pendidik sudah semestinya
mampu untuk berbicara, menulis dengan menggunakan bahasa yang
baik dan berterima, syukur bisa menarik(Burton:1977). Jadi bahasa
sastra dapat digunakan sebagai alat untuk menarik hati para
pendengar sesuai keperluan.
Sastra dapat Menjadikan Manusia Berbudaya.
Manusia yang berbudaya adalah mansia yang cepat tanggap
terhadap segala hal yang luhur dan indah dalam hidup ini.
Seseorang akan dapat menggemari musik dengan baik,
menggunakan bahasa yang teratur dan sopan dalam
percakapan. Dikatakan demikian, karna dalam karya seni dan
budaya, terkandung gagasan tentang kebenaran, kebaikan, dan
keindahan
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra
yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan
kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan
Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan
Drama.
Fungsi sastra harus sesuai dengan sifatnya yakni menyenangkan dan
bermanfaat. Kesenengan yang tentunya berbeda dengan kesenangan yang
disuguhkan oleh karya seni lainnya. Kesenangan yang lebih tinggi, yang tidak
mencari keuntungan dan juga memberikan manfaat keseriusan.
Sastra menunjukan kebenaran hidup
Sastra menunjukan kekayaan rohani
Sastra melampaui batas bangsa dan zaman
Dengan sastra dapat memiliki santun berbahasa
Sastra dapan menjadikan manusia santun berbahasa
Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan dalam
menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Jelasnya faktor yang
menentukan adalah kenyataan bahwa sastra menggunakan bahasa sebagai
medianya. Berkaitan dengan maksud tersebut, sastra selalu bersinggungan
dengan pengalaman manusia yang lebih luas daripada yang bersifat estetik saja.
Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi, dan
agama. Berbagai segi kehidupan dapat diungkapkan dalam karya sastra.
Kesimpulannya sastra adalah hasil cipta manusia dengan menggunakan media
bahasa tertulis maupun lisan, bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan
mengandung pesan yang bersifat relatif.

Anda mungkin juga menyukai