Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hal ini merupakan fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan
status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status bahasa tidak dapat
ditinggalkan.
Bahasa mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, karena dengan menggunakan bahasa seseorang juga
dapat mengekspresikan dirinya, fungsi bahasa sangat berabagam. Bahasa
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi, selain itu bahasa juga
digunakan sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial
dalam lingkungan atau situasi Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia,
baik secara lisan maupun tertulis.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa memang sangat
penting digunakan. Karena bahasa merupakan simbol yang di hasilkan
menjadi alat ucap yang biasa digunakan oleh sesama masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan bahasa. Baik
menggunakan bahasa secara lisan maupun secara tulisan dan bahasa tubuh.
Bahkan saat kita tidur pun tanpa sadar kita menggunakan bahasa. berdiri
sebagai lambang kebanggan dan sebagai lambang identitas dari bangsa
Bahasa juga dapat diartikan sebuah simbol atau lambang bunyi yang
berfungsi sebagai alat komunikasi antara individu. Masyarakat berinteraksi
satu sama lain dan bersosialisasi. Oleh karena itu pentinganya peranan bahsa
dalam kehidupan bermasyarkat. Seiring perkembangannya bahasa terus
berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan dibawah arus perkembangan
pemakaian bahasa di era globaliasi. Di lingkup kecil dan keluarga masyarakat
kita menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dan pada lingkup yang
luas dan bersifat resmi digunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

1
Dengan dicetuskannya Bahasa Melayu-Riau sebagai Bahasa Indonesia
pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, perkembangan bahasa terus
meningkat. Tentunya juga pada perkembangan bahasa Indonesia yang makin
berkembang dan beradaptasi, bahasa daerah pun tetap memiliki peranan dan
jabatan yang penting dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Bahasa daerah
tetap di jaga eksistensinya di balik arus permasalahan kebahasaan yang terjadi
di Indonesia, menilik pada pemakaian bahasa Indonesia yang terjadi di
kalangan masyarakat. Terjadi fenomena-fenomena negatif di tengah
masyarakat kita, misalnya banyak orang Indonesia yang dengan bangga
memperlihatkan kemahirannnya menggunakan bahasa Inggris walaupun
mereka tidak mengusai bahasa Indonesia dengan baik. Tak sedikit pula orang
yang malu tidak bisa berbahasa asing, oleh karena itu pentingnya perhatian
dari masyarakat untuk tetap mempertahankan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan.
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang penting. Bahasa
Indonesia berdiri sebagai lambang kebanggan dan sebagai lambang identitas
diri dari bangsa kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Fungsi Bahasa Indonesia ?
2. Apakah Ragam Bahasa Karya Tulis Ilmiah ?
3. Apakah Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah ?
4. Apakah Macam-Macam Karya Tulis Ilmiah ?
5. Apakah Makalah ?
6. Apakah Penggunaan Kaidah Ejaan (EYD) ?
7. Apakah Menulis Kalimat yang Jelas dan Efektif ?
8. Apakah Menulis Paragraf (Alinea) ?
9. Apakah Menentukan Topik, Tema, Judul ?
10. Apakah Membuat Kerangka Karangan ?
11. Apakah Macam-macam Karya Tulis Ilmiah ?
12. Apakah Taknik Membaca ?
13. Apakah Menulis Resensi ?
14. Apakah Surat Lamaran Kerja ?
15. Apakah Bibliografi ?

2
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Fungsi Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui Ragam Bahasa Karya Tulis Ilmiah
3. Untuk mengetahui Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah
4. Untuk mengetahui Macam-Macam Karya Tulis Ilmiah
5. Untuk mengetahui Makalah
6. Untuk mengetahui Penggunaan Kaidah Ejaan (EYD)
7. Untuk mengetahui Menulis Kalimat yang Jelas dan Efektif
8. Untuk mengetahui Menulis Paragraf (Alinea)
9. Untuk mengetahui Menentukan Topik, Tema, Judul
10. Untuk mengetahui Membuat Kerangka Karangan
11. Untuk mengetahui Macam-macam Karya Tulis Ilmiah
12. Untuk mengetahui Taknik Membaca
13. Untuk mengetahui Menulis Resensi
14. Untuk mengetahui Surat Lamaran Kerja
15. Untuk mengetahui Bibliografi

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Fungsi Bahasa Indonesia


A. Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Umum
Fungsi umum bahasa indonesia adalah sebagai alat komunikasi
sosial. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia.
Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung pada
penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan
dan keinginan disampaikan lewat bahasa.
Selain fungsi bahasa diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas
dari kepribadian manusia. Melalui bahasa yang digunakan manusia,
maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang
pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Menurut Sumiati Budiman (1987 : 1) mengemukakan bahwa fungsi
bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :
a. Fungsi praktis :
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota
masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
b. Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan
mengembangkan kebudayaan.
c. Fungsi artistik
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis
(keindahan) manusia melalui seni sastra.
d. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan
untuk menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Mencermati keadaan dan perkembangan dewasa ini, semakin
terasakan betapa besar fungsi dan peran bahasa dalam kehidupan
manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa hampa dan tidak
berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi

4
manusia berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi. Berdasarkan
semua ini, dapat disimpulkan fungsi bahasa yaitu sbb:

B. Bahasa sebagai alat komunikasi


Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi
dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk
sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan
segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju
kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu
harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud
masyarakat yang madani selamat dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat
komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai
suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan
akademis maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang
tepat menjadikan seseorang dalam memperlancar segala urusan. Melalui
bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat memberikan respon
yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya.

C. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri


Sebagai alat ekspresi diri, bahasa merupakan sarana untuk
mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik
berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya.
Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan
keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan
situasi.

D. Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Khusus :


Istilahke dudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan
pernah kita pakai. Misalnya dalam kalimat Bagaimana kedudukan dia
sekarang?, Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada mesin ini?, dan
sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara
tersirat kita sudah mengerti maknanya.

5
Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan
kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian
kedudukan dan fungsi bahasa?
Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai? Kita tahu
bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara
terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak
dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan
dengan kehidupan sehari- hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai
dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti
kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku
maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya bahasa itulah,
maka ia diberi label secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa
kedudukan dan fungsi tertentu.
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca:
masyarakat bahasa) perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan
label yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang
bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya.
Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan label yang
dikenakan padanya.
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan
dapat memilah-milahkan sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa
yang digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan.
Mereka bisa mengetahuik apan dan dalam situasi apa bahasa yang satu
dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya
dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa (-bahasa) itu akan
menjadi terarah. Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan
dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan, antara lain,
menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang masuk ke dalamnya.
Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima,
sedangkan unsur- unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.
Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan
kapan, misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima,

6
dan kapan seharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk
kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan. Di negara kita itu disebut
Politik Bahasa Nasional, yaitu kebijaksanaan nasional yang berisi
perencanaan, pengarahan, dan ketentuan- ketentuan yang dapat dipakai
sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.

2. Ragam Bahasa Karya Tulis


A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam
yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan
terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan),
di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat
dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua
masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku.
Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan
resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti
di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa
baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk
menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
1) Ragam bahasa lisan
2) Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan
fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam
bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita
menggunakan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan

7
kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat.
Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam
bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa
lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu
berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah
yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada
kedekatan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki
seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

B. Sebab Terjadinya Ragam Bahasa


Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat.
Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme
untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang
disebut ragam standar.

C. Macam-Macam Ragam Bahasa


Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena
penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar
budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa
juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan serta keperluan
pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama
berkomunikasi yaitu: (1) Ragam Lisan, dan (2) ragam tulisan, kedua
berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1) Ragam Dialek, (2) ragam
terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam tak resmi, berdasarkan pesan
komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3) ragam
pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
1) Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
a) Ragam Lisan

8
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun,
hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian,
ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam
struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku
lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan
kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi
tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi
tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam
bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak
dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-
masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan
yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
1) Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2) Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3) Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu
intonasi serta bahasa tubuh.
4) Berlangsung cepat;
5) Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6) Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7) Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.
8) Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
b) Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna
kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi

9
pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat
yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat.
Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata,
penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur
kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan media tulis seperti kertas dengan huruf sebagai
unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata
cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam
bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa
seperti bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca
daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita temui
dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster,
iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar
dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2. Bersifat objektif.
3. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
4. Mengemban konsep makna yang jelas.
5. Harus memperhatikan unsur gramatikal.
6. Berlangsung lambat.
7. Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan
runtut.
8. Selalu memakai alat bantu;
9. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
10. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka,
hanya terbantu dengan tanda baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis :
1. Memakai ejaan resmi.

10
2. Menghindari unsur kedaerahan.
3. Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
4. Memakai bentuk sintesis.
5. Pemakaian partikel secara konsisten.
6. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :
1. Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai
media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
2. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan
masyarakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud,
membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur
emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti
bahasa lisan tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus
disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan
jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang
dianggap cendrung miskin daya pikat dan nilai jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat
diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan
diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah Saya sudah membaca buku itu.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis
(berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
1. Ragam bahasa lisan:
Nia sedang baca surat kabar
Ari mau nulis surat
2. Ragam bahasa tulis:
Nia sedang membaca surat kabar.
Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Mereka bertempat tinggal di Menteng

11
Akan saya tanyakan soal itu.
Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
1. Ragam Lisan
Ariani bilang kalau kita harus belajar
Kita harus bikin karya tulis
Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
2. Ragam Tulis
Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
Kita harus membuat karya tulis.
Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam
bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar
memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi,
kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga
memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta
mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam
kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar
dilakukan berdasarkan:
1. Topik yang sedang dibahas,
2. Hubungan antarpembicara,
3. Medium yang digunakan,
4. Lingkungan, atau
5. Situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan
nonstandard adalah sebagai berikut:
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
Penggunaan kata tertentu,
Penggunaan imbuhan,
Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
Penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda
ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada
orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan

12
menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri
kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku.
Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat
menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam
standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah
dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam
ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan
ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang
dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian.
Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat
dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab
pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana? Pulang. Sering
kali juga kita menjawab Tau. untuk menyatakan tidak tahu.
Sebenarnya, pmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan
di atas adalah Intonasi. Misalnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan
dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis. Beberapa
penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai (1999:18-19)
mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri
pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan
sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya atau
ragam bahasa yang dipakai jika kawan bicara adalah orang yang
dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan bersifat resmi
(mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau
jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak baku adalah
ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang
menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

13
a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa
dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kataraba
dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut
kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin,
bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata
pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan
mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko
tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebutlangganan dan
orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai
pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-
orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan
pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan
formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan
gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis.
Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas
dalam otak pendengar atau pembaca.
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses
pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata
lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk
memakai istilah pramugara danpramugari. Andaikata ada orang
yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward
atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam
baku.

14
Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat
ini tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat
ialahpramugara atau pramugari.
Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam
lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh
sebab itu muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam
baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-
buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah
sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha
itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia,
yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang
Disempurnakan.
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam
baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah
yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan
yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol
pengaruh logat atau dialek daerahnya.
2) Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi
menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam
Resmi, dan Ragam Takresmi.
a) Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai
oleh kelompok banhasawan ditempat tertentu(lihat
Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan
logat.logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal
(lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa
tampak dalam pelafalan /b/pada posisi awal nama-nama kota,
seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai pelafalan kata
seperti pendidian, tabraan, kenaian, geraan. Logat daerah
paling kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia yang

15
dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya,
karena tekanan kata yang amat jelas; logat indonesia orang bali
dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri
khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang
pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
b) Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga
mewarnai penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang
digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas
perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur
yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang
berasal dari bahasa asing, seperti contoh dalam tabel berikut.
Tidak Terpelajar Terpelajar
Pidio Video
Pilem Film
Komplek Kompleks
Pajar Fajar
Pitamin Vitamin
c) Ragam Resmi dan Tak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci
sebagai berikut.
1. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi
resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan,
dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan
konsisten;
2) Menggunakan imbuhan secara lengkap;
3) Menggunakan kata ganti resmi;
4) Menggunakan kata baku;
5) Menggunakan EYD;
6) Menghindari unsur kedaerahan.

16
2. Ragam tak resmi
Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam
situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan
pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi
(lihat Keraf,1991:6). Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi
kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa bahasa
tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi
yang tidak normal.
Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh
tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi
tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas
yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa
yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-13). Contoh:
Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah
bahas resmi sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak
muda adalah ragam bahasa santai/takresmi.
3) Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi menjadi:
ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan, ragam jurnalistik,
dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa
tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Ragam politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam
rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat. dengan
sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa
yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan
bahasa di masyarakat.
2. Ragam hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan
kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas. Diakui bahwa

17
bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan
ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan
karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum
yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam
bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan
kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa
hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang
membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan,
serta situasi yang dimaksud.
3. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang
sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakantan
bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam
masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa
berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan
keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status sosial
orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial ini juga berlaku
pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang
takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan
teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi.
Pembicara dapat menyebut kamu pada lawan bicara yang
merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara
dengan orang dengan status sosial yang lebih tinggi atau kepada
orang tua.
Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam professional
merupakan ragam bahasa yang diakitkan dengan profesi,
lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Sebagai contoh yaitu adanya ragam keagamaan, ragam
kedokteran, ragam teknologi dll. Kesemuaan ragam ini memiliki
fungsi pada dunia mereka sendiri.
4. Ragam jurnalistik

18
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan
oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak).
Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah
bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk
media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multimedia
(internet). Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam
bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang
disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam
bahasa ringkas.
Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.
Bahasanya padat
Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan
Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya
Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan
Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan
emosi
Tujuan utama ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau
mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah jelas dan
seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya.
Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan
tingkat kecerdasan, kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan.
5. Ragam sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif,
lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang
beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan
ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau tak
dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang
dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran,
fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir,
peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena
kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara
penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai

19
bahan kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar
efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada
bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang
pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata,
ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk
mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya
dengan bahasa dalam karangan umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra
banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran
yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi
sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar
tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang
penutur dapat dirinci lagi berdasarkan ciri (1) kedaerahan, (2)
pendidikan, dan (3) Sikap penutur sehingga di samping ragam
yang tertera diatas, terdapat pula ragam menurut daerah, ragam
menurut pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur. Ragam
menurut daerah akan muncul jika para penutur dan mitra
komunikasinya berasal sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam
akan beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana berubah,
misalnya dari takresmi menjadi resmi.
Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi,
kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan antar pelaku.
Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara pandang penutur
untuk menetapkan salah satu ragam yang digunakan (dialeg,
terpelajar, resmi, takresmi).
Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas
diatas sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam hal
pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama
dengan ragam dialek, dan ragam takresmi, sedangkan ragam tulis
(formal) cenderung sama dengan ragam resmi dan ragam

20
terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam
ilmu.
Dibawah ini akan diberikan contuh ragam-ragam tersebut.
Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam nonilmu
demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri.

3. Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah


Seperti yang sudah kita ketahui akan kemapuan manusia yang memiliki
potensi fisik untuk berkarya, dimana separuh dari kemampuan itu adalah
untuk memahami dan menyimpan data, sedangkan kemampuan yang lainnya
adalah kemampuan mengolah dan menghasilkan data. Kemampuan
menghasilkan data ini erat kaitannya dengan berkarya.
Selain berkarya, manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi dapat dilakukan dengan lisan maupun tulisan.
Kegiatan berkomunikasi inilah yang akan menjadi media untuk manusia
berkarya.

A. Pengertian Karya Tulis


Terdapat beberapa pengertian tentang karya tulis, yakni;
1) Salah satu media komunikasi tertulis adalah karangan atau karena
terbentuk tulisan maka dinamakan karya tulis. Setiap gagasan yang
diungkapkan ke dalam bentuk tulisan dinamakan karya tulis.
2) Karya tulis adalah karangan yang mengetengahkan hasil pikiran,
hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun
secara sistematis. Karya tulis juga dapat dikatakan tulisan yang
membahas masalah tertentu berdasarkan pengamatan secara
sistematis dan terarah.

B. Jenis-Jenis Karya Tulis


Jenis-jenis karya tulis terbagi kedalam dua yakni karya tulis ilmiah
dan karya tulis non ilmiah.
1) Karya tulis ilmiah

21
Karya tulis ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah
yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa
ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan keilmuan.
Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah berupa gagasan-
gagasan ilmiah, baik berupa hasil kajian ilmiah maupun hasil-hasil
penelitian yang disajikan dalam karya tulis ilmiah. Gagasan-gagasan
itu merupakan gambaran perkembangan ilmu pengetahuan yang
terekam dalam tulisan ilmiah.
Secara lebih singkat, karya tulis ilmiah merupakan karangan
yang menyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya
secara ilmiah dan ditulis dengan metodologi yang benar.
2) Karya tulis nonilmiah
Karya nonilmiah adalah karangan yang tidak mengikuti
kriteria penyajian fakta dan tidak mengikuti metodologi penulisan
yang benar. Jika fakta yang disajikan dalam karya tulis ilmiah
merupakan fakta yang bersifat umum. Sedangkan fakta yang
disajikan dalam karya tulis nonilmiah ini adalah fakta yang disajikan
berupa fakta pribadi yang bersifat subjektif.
Dari kedua uraian diatas tentang jenis karya tulis,
perbandingan karya tulis ilmiah dan karya tulis non ilmiah dapat
dilihat sebagai berikut;
Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Nonilmiah
Fakta Umum Fakta Pribadi (Khusus)
Metodologi Penulisan Ilmiah Model Penulisan Beragam
Kebenarannya Dapat Dibuktikan Bersifat Subjektif

C. Ciri-Ciri Karya Tulis


1) Ciri-ciri karya tulis secara umum
a. Logis. Karya tulis dikatakan logis apabila data, argumen,
penjelasan yang dikemukakan diterima oleh akal.
b. Sistematis. Karya tulis dikatakan sistematis apabila setiap
permasalahan yang diuraikan disusun secara teratur, runtut, dan
tidak tumpang tindih.

22
c. Obyektif. Karya tulis dikatakan obyektif apabila alasan ,
keterangan, penjelasan dan uraian-uraian yang dikemukakan
sesuai apa adanya.
2) Ciri karya tulis ilmiah
Berdasarkan kajian terhadap cara penyajian karya tulis ilmiah
dapat diungkapkan bebrapa karakteristik karangan ilmiah
sebagaimana dinyatakan dalam Weisman (1961:44-61),
Brotowidjojo (1993:58-63), Keraf (1983:57), dan Suherli (1996:183-
200).
a) Menyajikan fakta, yaitu berupa fakta umum yang dapat
dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti
metodologi penulisan yang benar.
b) Di dalam karya ilmiah disajikan definisi. Metode penyajian
definisi sebagai karakteristik karangan ilmiah meliputi metode
eksplikasi, analisis, deskripsi, ilustrasi, perbandingan, analogi ,
eliminasi dan etimologi.
c) Karangan ilmiah menguraikan permasalahan dengan abstrak,
jelas/lengkap, objektif, bernalar dan konseptual.
d) Karya ilmiah menerapkan teori-teori yang dapat dilakukan
secara logis, spesifik atau faktual.
e) Dalam karangan ilmiah disajikan pemecahan masalah yang
dilakukan dengan cara deduksi, induksi atau berproses.
Sedangkan ciri-ciri karya tulis ilmiah (menurut W. Paul Jones):
a) Menyajikan fakta
b) Cermat dan jujur ( accurate and truthful )
c) Tidak memihak ( disinterested )
d) Sistematis
e) Tidak bersifat haru ( not emotive )
f) Mengesampingkan pendapat yang tak berdasar ( unsupported
opinion )
g) Sungguh-sungguh ( sincere )
h) Tak bercorak debat ( not argumentative )
i) Tak bernada membujuk ( not directly persuasive )
j) Tidak berlebih-lebihan
b) Ciri-ciri karya non-ilmiah :
a. Ditulis berdasarkan fakta pribadi
b. Fakta yang disimpulkan subyektif

23
c. Gaya bahasa konotatif dan populer
d. Tidak memuat hipotesis
e. Penyajian dibarengi dengan sejarah
f. Bersifat imajinatif
g. Situasi didramatisir
h. Bersifat persuasive
i. Tanpa dukungan bukti.
D. Contoh Karya Tulis
Contoh karya tulis ilmiah :
1) Laporan penelitian
2) Skripsi
3) Tesis
4) Disertasi
Contoh karya tulis nonilmiah :
1) Dongeng
2) Novel
3) Cerpen
4) Drama

4. Macam-macam Karya Tulis Ilmiah


Ada berbagai macam karya ilmiah yang oleh Jacob (bahan kuliah Ilmu
Menulis, Strata-2, Ilmu Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, 1991, tidak dipublikasikan) dikategorikan menjadi 11 macam:
Laporan penelitian Macam-Macam Karya Ilmiah
1) Skripsi
2) Tesis
3) Disertasi
4) Surat pembaca
5) Laporan kasus
6) Laporan tinjauan
7) Resensi
8) Monograf
9) Referat
10) Kabilitasi
Berikut ini jabaran dari masing-masing kategori karya ilmiah.

24
1) Laporan penelitian adalah laporan yang ditulis berdasarkan penelitian.
Misalnya laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas dan Universitas,
laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan,
dsb.
2) Skripsiadalah tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana
strata satu (Si).
3) Tesis adalah tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik strata dua
(S2), yaitu Master.
4) Disertasi adalah tulisan ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga
(S3), yaitu Doktor.
5) Surat pembacaadalah surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi
suatu tulisan ilmiah.
6) Laporan kasus adalah tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang
dilandasi dengan teori.
7) Laporan tinjauan adalah tulisan yang berisi tinjauan karya ilmiah dalam
kurun waktu tertentu. Misalnya Biologi-calAnthropohgy in the Americas:
900-2000.
8) Resensi adalah tanggapan terhadap suatu karangan atau buku yang
memaparkan manfaat karangan atau buku tersebut bagi pembaca.
9) Monograf adalah karya asli menyeluruh dari suatu masalah. Monograf ini
dapat berupa tesis ataupun disertasi.
10) Referat adalah tinjauan mengenai karangan sendiri dan karangan orang
lain.
11) Kabilitasi adalah karangan-karangan penting yang dikerjakan sarjana
Departemen Pendidikan Nasional untuk bahan kuliah.
12) Selain kesebelas macam karya ilmiah tersebut di atas, belakangan ini
banyak diterbitkan buku ajar yang bermanfaat sebagai penuntun
perkuliahan dan diterbitkan oleh perguruan tinggi. Pada prinsipnya, buku
ajar sama dengan kabilitasi. Selain itu, jenis tulisan ilmiah yang lain
adalah proposal penelitian, dan modul. Proposal penelitian biasanya dibuat
untuk aplikasi atau permohonan bantuan dana penelitian dan untuk
rancangan skripsi, tesis, dan disertasi. Modul digunakan sebagai panduan
perkuliahan dan biasanya hanya digunakan secara internal, tidak harus
diterbitkan oleh penerbit.

25
5. Makalah
A. Pengertian makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang membahas pokok masalah
tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup tertentu. Makalah juga dapat
diartikan sebagai karya akademis yang biasanya diterbitkan atau
dipublikasikan pada jurnal yang bersifat ilmiah namun menurut
pengertian dari beberapa ahli diantaranya menurut Tanjung dan Ardial
mengartikan makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang
suatu masalah topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan disertai
analisis yang logis dan objektif sedangkan menurut Surakhmad makalah
adalah segala jenis tugas kuliah yang harus diselesaikan secara tertulis
baik sebagai hasil pembahasan buku maupun sebagai hasil karangan
tentang suatu pokok permasalahan.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makalah
adalah suatu karya tulis yang membahas permasalahan tertentu dengan
analisis yang logis dan objektif dan ditulis dengan sistematis. sebelum
lanjut ke pembahasan jenis - jenis makalah, mungkin bagi anda yang
membutuhkan cover untuk makalah yang anda buat silahkan lihat pada
artikel kumpulan cover makalah

B. Jenis-Jenis Makalah
Dari sifatnya makalah dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu
1) Makalah Deduktif yaitu makalah yang didasarkan pada kajian
teoritis yang relevan dengan permasalahan yang dibahas
2) Makalah Induktif adalah makalah yang ditulis berdasarkan data
empiris yang bersifat objektif berdasarkan apa yang diperoleh dari
lapangan namun tetap relevan dengan pembahasan
3) Makalah Campuran yaitu makalah yang disusun atau ditulis
berdasarkan kajian toritis dan data empiris. artinya makalah
campuran ini adalah penggabungan antara makalah deduktif dan
makalah induktif.
Makalah campuran terbagi lagi menjadi 6 jenis yaitu

26
1) Makalah ilmiah - makalah ini biasanya membahas permasalahan
yang ditulis dari hasil studi ilmiah dan jenis makalah ini tidak
berdasarkan pendapat atau opini dari penulis yang bersifat subyektif
2) Makalah kerja - biasanya makalah ini diperoleh dari hasil sebuah
penelitian dan memungkinkan seorang penulis makalah tersebut
berargumentasi dari permasalahan yang dibahas yang didapatkan
dari sebuah proses penelitian dan itu artinya opini yang bersifat
subyektif dari penulis lebih memungkinkan pada makalah jenis ini
3) Makalah kajian - isi dari makalah ini biasanya sebagai sarana
pemecahan suatu masalah yang bersifat kontroversial
4) Makalah posisi - istilah ini digunakan untuk karya tulis yang disusun
atas permintaan suatu pihak yang fungsinya sebagai alternatif
pemecahan masalah yang kontroversial. Prosedur pembahasan dan
penulisannya dilakukan secara ilmiah
5) Makalah analisis - sifat dari makalah ini adalah obyektif-empiris
6) Makalah tanggapan - biasanya makalah ini sering dijadikan sebagai
tugas mata kuliah bagi mahasiswa yang isinya merupakan reaksi
terhadap suatu bacaan

6. Penggunaan Kaidah Ejaan (EYD)


A. Pengertian Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Yang dimaksud dengan ejaan adalah kaidah cara menggambarkan/
melambangkan bunyi-bunyi ujaran (kata, kalimat dan sebagainya) dan
bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa).

B. Pemakaian Huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan


1) Pemakaian Huruf
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan
bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar
hubungan antara lambanglambang baik pemisahan maupun
penggabungan1. Bunyi ejaan huruf dari masa kemasa terus
mengalami perubahan yang mulanya pada tahun 1901 menggunakan

27
ejaan Van Ophuisjen yang memiliki penulisan beberapa huruf yang
khas, yaitu:
a. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata kamoe, iboe, restoe, dan
lain-lain.
b. Huruf digunakan dalam menuliskan kata-kata tazim akal, ta,
mamur,
b) rayat, dan lain-lain.
a. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, sajang, bajangan, saja
(aku),
c) dan lain-lain.2
Periode salanjutnya ialah ejaan Soewandi yang diresmikan
pada tanggal 19 Maret 1947 memiliki beberapa penulisan huruf yang
khas, yaitu:
a. Huruf u digunakan untuk menggantikan huruf oe dalamm ejaan
van Ophuisjen. Huruf u digunakan dalam kata-kata sayu, rayu,
kayu, kamu, dan lain-lain.
(1) Arifin, Zainal dan Tasai, Amran, Cermat Berbahasa Indonesia
Untuk Perguruan
(2) Tinggi, Jakarta, Akademika Pressindo, 2003, hlm .170.
(3) Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia,
Semarang, Rasail, 2006, hlm. 77
b. Huruf k dipergunakan untuk menggantikan huruf dalam ejaan
van Ophuisjen. Huruf k digunakan dalam menulis kata-kata
rakyat, tak, takzim, dan lain-lain.
c. Perangkaian penulisan awalan di dengan kata benda yang
mengikutinya, seperti dikampus, dimasjid, dan dikelas.
Disamping itu, ejaan soewandi juga mempergunakan huruf-
huruf berikut:
a. dj untuk menuliskan kata djalan, djadwal, djaja, dan sebagainya.
b. tj untuk menuliskan kata-kata tjahaya, tjara, tjermin, dan
sebagainya.
c. nj untuk menuliskan kata-kata njonja, kenjang, dan njata.
Dengan berlakunaya Ejaan yang Disempurnakan, terjadi
beberapa perubahan penulisan huruf. Perubahan tersebut antara lain:

28
a. Penulisan awalan di yang sebelumnya dirangkai dengan kata yang
mengikutinya, kemudian dipisahkan, contoh: di rumah, di
perpustakaan, dan di kebun.
b. Perubahan lambang-lambang bunyi (huruf), yaitu :
dj berubah menjadi j, contoh jalan, jasa, dan jual.
tj berubah menjadi c, contoh cerita, cara, dan cacat.
nj berubah menjadi ny, contoh nyata, menyesal, dan tanya.
Penulisan huruf dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan mendapatkan penjelasan yang rinci untuk
menciptakan keseragaman dalam penulisannya. Ejaan yang
Disempurnakan meletakkan kaidah-kaidah yang jelas mengenai
begaimana huruf-huruf herus di tulis dalam suatu kalimat. 3
2) Penulisan Huruf Kapital
Dalam pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang
disempurnakan,(2007) terdapat lima belas penulisan huruf kapital.
Huruf kapital (huruf besar) adalah huruf-huruf A,B,C,D,E, dst.
Kaidah kaidah EYD yang berkaitan dengan penulisan huruf kapital
adalah :
a. Huruf kapital ditulis pada awal kalimat dan awal kalimat yang
merupakan petikan langsung, contoh:
Keadilan adalah sebuah konsep yang abstrak.
Rasulullah berkata Perbuatan manusia bergantung pada
niatnya
b. Huruf kapital digunakan untuk awal nama orang, gelar
kehormatan yang diikuti nama orang dan kata sebutan yang
diikuti dengan nama orang, contoh: Sayyid Qutb adalah seorang
ahli tafsir kenamaan. Sebutan yang menggantikan nama orang
atau untuk menyebut orang secara langsung mempergunakan
huruf kapital, contoh: Kami harap Saudara bisa menerima tugas
itu dengan baik. Akan tetapi, gelar dokter tetap ditulis dengan
huruf kecil, contoh: Setelah menempuh pendidikan S3, putra
pak Ari menyandang gelar Doktor raharjo, sedangkan putrinya

29
c. Huruf kapital digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan
urusan agama, seperti kitab suci, hari raya dan Tuhan, contoh:
Pada Fakultas Ushuluddin diajarkan perbandingan agama
sehingga mengenal agama Hindu, Kristen, Bhuda, maupun
Yahudi.
d. Huruf kapital digunakan untuk menulis nama negara, bangsa,
dan suku contoh: Ahmad berasal dari negara Thailand. Tetapi:
Pisang, khususnya pisang ambon sangat baik untuk
pencernaan.
Salah satu bahan untuk membuat dawet adalah gula jawa.
e. Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama hari, bulan
tahun dan peristiwa bersejarah contoh: Setiap tanggal 17
Agustus, rakyat Indonesia memperingati Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.
f. Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama khas letak
geografis, contoh: Pernahkah kalian mendengan Air Terjun
Niagara?
g. Huruf kapital digunakan dalam lambang pemerintahan dan
dokumentasi resmi, contoh: Dewan Perwakilan Rakyat
mengadakan dengar pendapat dengan mentri kehutanan.
h. Huruf kapital digunakan dalam judul buku, skripsi, tesis,
disertasi, artikel, berita koran dan berita majalah, contoh: Novel
Anak Semua Bangsa adalah karya satrawan besar Indonesia,
Pramudya Ananta Toer.
Catatan:
Kata-kata di, ke, dari, yang, dan untuk yang terdapat dalam judul,
kecuali yang berada di awal kalimat, ditulis dengan huruf kecil.
3) Huruf Miring (Italic)
Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut:
a. Penulisan judul karya ilmiah, novel, artikel, dan berita, contoh:
Buku Islam karya Fazlur Rahma menyajikan analisis yang
mendalam mengenai berbagai bidang agama Islam melalui
pendekatan sejarah.

30
b. Penegasan dan pengkhususan huruf, kata, atau kelompok kata,
contoh: Ejaan Soewardi menggunakan huruf tj untuk kata-kata
tjatat dan tjatjat, sedangkan EYD menggunakan huruf c untuk
kata-kata diatas.
c. Penulisan istilah ilmiah atau istilah-istilah asing yang belum
diadopsi atau diadaptasi oleh Bahasa Indonesia, contoh: Para
ulama menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri dengan hisab
dan rukyah.
4) Pemenggalan Kata Dasar menurut EYD
a. Pemenggalan kata merupakan pemisahan huruf/kelompok huruf
dari kata. Sebelum melakukan pemenggalan kata, yang harus
dipahami terlebih dahulu adalah membedakan huruf vokal dengan
huruf konsonan. Huruf vokal terdiri dari a, i, u, e, o. Sedangkan
huruf konsonan adalah huruf selain vokal contoh k, j, l, m, n, j dan
lain lain.
Setelah memahami huruf vokal dan huruf konsonan,
selanjutnya adalah memahami suku kata. Suku kata merupakan
bagian kata, cara mudah menentukan suku kata yaitu dengan
memperhatikan pengucapan. Pemenggalan kata dasar baik kata
Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan prinsip
otografis.
1. Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan
dilakukan sebelum huruf konsonan tersebut. Contoh:
kabar > ka-bar
sopan > so-pan
makan > ma-kan
tikam > ti-kam
2. Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vocal yang
berurutanditengahnya dilakukan diantara kedua huruf vocal
tersebut. Contoh:
buah > bu-ah
ideal > i-de-al

31
kuota > ku-o-ta
taat > ta-at
3. Suku kata yang mengandung gugus vocal au, ai, oi, ae, ei, eu,
dan ui baik dalam kata-kata Indonesia maupun dalam kata-kata
serapan, diperlakukan sebagai satu suku. Contoh:
aula > au-la
santai > san-tai
survei > sur-vei
amboi > am-boi
4. Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan
berurutan yang tidak me-wakili satu fonem dilakukan diantara
kedua huruf konsonan itu. Contoh:
arsip > ar-sip
kapten > kap-ten
kurban > kur-ban
caplak > cap-lak
5. Pemenggalan kata yang ditengahnya terdapat gabungan huruf
konsonan yang mewakili fonem tunggal (digraf) dilakukan
dengan tetap mempertahankan kesatuan digraf itu. Contoh:
akhlak > akh-lak
bangku > bang-ku
sunyi > su-nyi
6. Pemenggalan kata yang mengandung tiga atau empat huruf
konsonan berurutan ditengahnya dilakukan diantara huruf
konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. Contoh:
instrumen > in-stru-men
implikasi > im-pli-ka-si
kontraktor > kon-trak-tor
7. Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans dilakukan
sebagai berikut:

32
Jika trans diikuti bentuk bebas, maka Pemenggalan
dilakukan memisahkan trans sebagai bentuk utuh. Contoh:
transmigrasi > trans-mig-ra-si
transaksi > trans-ak-si
transfusi > trans-fu-si
transplantasi > trans-plan-ta-si
Jika trans diikuti bentuk terikat, Pemenggalan seluruh data
dilakukan dengan mengikuti pola Pemenggalan kata dasar.
Contoh:
transit > tran-sit
transparansi > tran-spa-ran-si
transkripsi > tran-skrip-si
8. Pemenggalan kata yang mengandung eks dilakukan seperti
dibawah ini:
Jika unsur eks ada dalam kata yang mempunyai bentuk
sepadan dengan kata yang mengandung unsur in dan im,
Pemenggalan dilakukan diantara unsur eks dan unsur
berikutnya. Contoh:
ekstra > eks-tra
eksternal > eks-ter-nal
eksplisit > eks-pli-sit
ekspor > eks-por
Bentuk lain yang mengandung unsur eks, dipenggal sebagai
kata utuh. Contoh:
ekses > ek-ses
eksodus > ek-so-dus
eksistensi > ek-sis-ten-si
eksperimen > ek-spe-ri-men
9. Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur dan
salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain,
Pemenggalan dilakukan diantara unsur-unsurnya. Contoh :

33
Fotografi > foto-grafi > fo-to-gra-fi
Biografi > bio-grafi > bi-o-gra-fi
Kilogram > kilo-gram > ki-lo-gram
Pascapanen > pasca-panen >pas-ca-pa-nen
Introspeksi > intro-speksi > in-tro-spek-si
Kecuali :
endoskopis > en-dos-ko-pis
telegrafis > te-le-gra-fis
atmosferis > at-mo-sfe-ris
10. Pemenggalan unsur asing yang berakhiran isme dilakukan
sebagai berikut.
Yang didahului satu vocal, dipenggal setelah huruf vocal.
Contoh:
egoisme > e-go-is-me
heroisme > he-ro-is-me
sukuisme > su-ku-is-me
Hinduisme > hin-du-is-me
Yang didahului konsonan, dipenggal sebelum huruf
konsonan. Contoh:
absolutisme > ab-so-lu-tis-me
humanisme > hu-ma-nis-me
patriotisme > pa-tri-o-tis-me
sadisme > sa-dis-me

C. Penggunaan dan Tata Tulis dalam Ejaan yang Disempurnakan


1. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau
cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering
kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan
keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna
bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi

34
karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang
melambangkan huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah
bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu
bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/,
dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada
bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa
Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia
cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus
dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam
bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. Contoh:
a. teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i
k]
b. tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]
c. energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar:
energi [e n e r g i]
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah
mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa
memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan
dalam ejaan. Contoh:
a. TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve]
b. MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar:
[em te ki]
Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian
dan pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di
dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama
diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai,
gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang
berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang
dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau
kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan

35
Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi,
pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang
tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama
minuman, atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang
berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja
melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal
tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang
bersangkutan. Contoh:
a. coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]
b. HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]
c. CO2 Lafal yang benar: [Se O2]
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan
bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia.
Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama harus
dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher,
sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda
dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada
kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya
dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit.
Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata
pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti kata mahir,
lahir, kohir, kohesi.
2. Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal.
Huruf vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan.
Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada
penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris
tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata
berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris
pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan
pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan

36
suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti
berikut ini:
a. Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan
dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh: Main ma-in, taat ta-
at
b. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan,
pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tersebut.
Contoh: ambil am-bil undang un-dang.
c. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal
pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh: bapak ba-
pak sulit su-lit.
d. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan,
pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan
konsonan kedua. Contoh: bangkrut bang-krut instumen in-stru-
men.
e. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah.
f. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf
yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.
Contoh:Salah ikut j- uga masalah i- tu Benarikut ju-gaitu.
g. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan
di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf,
tetapi diletakkan di samping kanan huruf. Contoh: Salah Benar
pengam

7. Menulis Kalimat yang Jelas dan Efektif


A. Pengertian dan Contoh Kalimat Efektif Lengkap
Pengertian dan Contoh Kalimat Efektif Lengkap | Salah satu
problem penulis pemula adalah abai terhadap efektifitas kalimat. Mereka
terkadang tidak hirau terhadap hal itu karena obsesi menulis sebanyak

37
mungkin kata. Tak jadi soal jika kalimat-kalimat yang dihasilkannya
tidak efektif, bahkan salah secara tata bahasa.
Sah-sah saja sebenarnya jika hanya diniatkan untuk melancarkan
gerak tangan dalam menulis. AS Laksana menyarankan hal demikian.
Kecakapan dalam menulis bisa dimulai dengan mengetikkan apa yang
ada di dalam kepala tanpa perlu mengoreksinya. Namun, pada teknik
menulis AS Laksana, ada tahapan selanjutnya yang tidak boleh
diabaikan, yaitu tahap editing.
Jadi, membuat kalimat-kalimat efektif dalam tulisan itu tetap
penting. Lalu, apa sebenarnya kalimat efektif itu?
Dalam buku Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai menyebutkan bahwa,
kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.
Ketidakefektifan kalimat dapat membuat pesan yang disampaikan
pembicara atau penulis tereduksi, sehingga akan beda maknanya saat
ditangkap oleh pendengar atau pembicara.

B. Unsur-Unsur kalimat Efektif


Sebuah kalimat dinyatakan efektif bila mengandung beberapa ciri
khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna,
kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan
bahasa.

1. Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Ciri-ciri kesepadanan ini meliputi:
a. Kalimat tersebut memiliki subjek dan predikat dengan jelas.
Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan

38
menghindarkan penggunaan kata di, dalam, bagi, untuk, pada,
sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya.
Contoh:
Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah (salah).
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah (benar).
b. Tidak terdapat subjek ganda.
Contoh:
Soal itu saya kurang jelas (salah).
Soal itu bagi saya kurang jelas (benar).
c. Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai pada kalimat
tunggal.
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga tidak dapat mengikuti
acara pertama (salah).
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama (benar).
Atau,
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama (benar).
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu (salah).
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu (benar).
Baca Juga: Cara Mendapatkan Buku Gratis
2. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan
nomina, maka bentuk kedua dan selanjutnya juga menggunakan
nomina. Begitu pun dengan verba.

39
Contoh:
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes (salah).
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes (benar).
3. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakukan menonjol
pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Ada beberapa cara untuk membentuk penekanan dalam
kalimat, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat.
Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
Penekanannya: harapan Presiden.
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar (salah).
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar (benar).
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan
mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan mujur.
e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan

40
Kehematan adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Ada beberapa kriteria penghematan, yaitu:
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek.
Contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu (tidak
hemat).
Karena tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu (hemat).
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh:
Ia memakai baju warna merah (tidak hemat).
Ia memakai baju merah (hemat).
c. Penghematan kata dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
Sejak dari pagi dia bermenung (tidak hemat).
Sejak pagi dia bermenung (hemat).
d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menjamakkan kata-
kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Para tamu-tamu datang dari Jakarta kemarin (tidak hemat).
Para tamu datang dari Jakarta kemarin (hemat).

5. Kecermatan
Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsir ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:

41
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
(salah).
Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah (benar).
6. Kepaduan
Yang dimaksud kepaduan di sini ialah kepaduan pernyataan
dalam suatu kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan
cara berpikir yang tidak simetris. Karena itu, hindari kalimat
yang panjang dan bertele-tele.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal
secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah
kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan
objek penderita.
Contoh:
Makalah ini membahas tentang desain interior pada rumah adat
(tidak padu).
Makalah ini membahas desain interior pada rumah adat (padu).

8. Menulis Paragraf (Alinea)


Syarat Syarat Paragraf yang baik - Sobat pasti sudah pernah bahkan
sering menulis paragraf, tetapi apakah paragraf yang Sobat susun adalah
paragraf yang baik ? Nah, artikel kali ini akan membahasa cara cara
menulis paragraf yang baik dan benar untuk membantu Sobat dalam menulis
paragraf menjadi lebih baik. Baiklah, langsung saja kita mulai
pembahasannya!
Sebelum masuk ke materi cara menulis paragraf yang baik, ada
baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian paragraf. Paragraf adalah
kumpulan kalimat yang saling terkait dan mendukung yang memiliki suatu
gagasan pokok di dalamnya.

42
Sedangkan paragraf yang baik adalah paragraf yang ditulis dengan baik
dan bisa menyampaikan gagasan utamanya dengan tepat kepada para
pembacanya. Namun, bagaimanakah cara menulis paragraf yang baik
tersebut? Paragraf yang baik ditulis dengan memperhatikan syarat - syarat
paragraf baik. Nah, berikut ini adalah penjelasannya!
A. Syarat Syarat Paragraf yang Baik
Sebuah paragraf dapat dikatakan menjadi sebuah paragraf yang
baik apabila memiliki bebepa syarat sayarat sebagai berikut ini!
Completeness
Completeness berarti lengkap. Suatu pararaf dapat dikatan baik
apabila memiliki bagian bagian yang lengkap. Bagian bagain suatu
paragraf antara lain:
Kalimat utama :
Kalimat utama adalah kalimat yang mengandung gagasan pokok
dan biasanya diletakkan pada bagian awal, akhir maupun keduannya
dalam sebuah paragraf.
Kalimat penjelas :
Kalimat penjelas adalah kalimat kalimat khusus hasil dari
pengembangan kalimat utama yang berfungsi untuk medukung kalimat
utama tersebut.
Apabila suatu paragraf tidak memiliki salah satu bagaian di atas
maka, paragraf tersebut bukan paragraf yang baik. Namun, meskipun
memiliki kedua bagian ini, paragraf juga belum bisa dipastikan paragraf
yang baik karena masih ada beberapa indikator lainnya.
Unity
Unity adalah syarat paragraf baik yang berarti kesatuan. Maksud
dari kesatuan di dalam paragraf adalah bagian bagian paragraf seperti
kalimat utama, dan kalimat kalimat penjelas memiliki satu kesatuan.
Dengan kata lain, paragraf paragraf tersebut saling terjalin dan
berhubungan.
Kalimat kalimat penjelas adalah pengembangan dari kalimat
utama sehingga isinya haruslah berkaitan atau memiliki topik yang
sama tetapi lebih sempit daripada kalimat utamanya. Oleh karena itu,
jika di dalam paragraf tidak ada kesatuan antara kalimat utama dan

43
kalimat penjelas (tidak saling mendukung), maka kalimat tersebut
bukanlah kalimat yang baik.
Coherence
Coherence berarti padu, jadi paragraf dapat dikatakan baik apabila
tersusun secara padu. Paragraf paragraf yang tersusun secara padu
adalah paragraf yang tersusun secara sistematis dan logis. Untuk
mewujudkan hal itu, maka penggunaan konjungsi sangat diperlukan.
Agar paragraf menjadi padu, gunakanlah konjungsi konjungsi
yang sesuai, baik konjungsi antar kalimat maupun intra kalimat.
Apabila paragraf sudah memiliki 3 syarat di atas, maka bisa
dipastikan paragraf tersebut pasti paragraf yang baik dan bisa
menyampaikan gagasan utamanya kepada para pembacanya.
Contoh Paragraf yang Baik
Pembakaran hutan yang dilakukan oleh orang orang yang tidak
bertanggung jawab menimbulkan beberapa kerugian di dalam
masyarakat. Hasil dari pembakaran hutan yang berupa kabut asap
memenuhi udara udara sehingga terhirup oleh masyarakat. Akibatnya,
banyak masyarakat yang terkena gangguan pernafasaan akibat
menghirup racun racun kabut asap. Selain itu, partikel partikel asap
yang sangat kecil itu akan terbawa oleh angin dan masuk ke dalam
sungai, sumur, dan danau sehingga mencemari sumber sumber air.
Akibatnya, tidak ada lagi sumber air bersih yang bisa digunakan oleh
warga untuk dikonsumsi. Tidak hanya itu, kabut asap yang sangat tebal
menutupi jarak pandang sehingga sangat berbahaya untuk lalu lintas.
Akibatnya, banyak warga yang memilih untuk berdiam diri di dalam
rumah sehingga menyebabkan macetnya roda perekonomian.
Paragraf di atas adalah paragraf yang padu mengenai dampak
kabut asap. Jika kita perhatikan paragraf tersebut memiliki:
Kelengkapan
Kalimat utama : Pembakaran hutan menimbulkan kerugian
Kalimat penjelas : 1. Menimbulkan penyakit, 2. Mencemari
lingkungan, 3. Mengganggu perekonomian
Kesatuan
Kalimat utama dan kalimat kalimat penjelas pada paragraf
tersebut saling mendukung satu sama lain.

44
Padu
Paraagraf di atas menggunakan konjungsi konjungsi yang tepat,
sepeti selain itu, akibatnya, tidak hanya itu, dan lain lain.

9. Menentukan Topik, Tema, Judul


Topik, tema, dan judul pada dasarnya hampir sama maknanya, yaitu
pokok pembicaraan dalam diskusi atau dialog, pokok pikiran suatu karangan,
dan nama yang digunakan untuk makalah atau buku atau gubahan sajak.
Untuk jelasnya, marilah kita kutip apa yang dikemukakan oleh Pusat Bahasa
lewat Kamus Besar Bahasa Indonesia, sbb.

A. Topik
1. Pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dsb; bahan
diskusi.
2. Hal yang menarik perhatian umum waktu akhir-akhir ini; bahan
pembicaraan.

B. Tema
Pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar
mengarang, emnggubah sajak, dsb)
C. Judul
1. Nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat
menyiratkan secara pendek isi buku atau bab itu.
2. Kepala karangan (cerita, drama; tajuk). Berjudul berarti berkepala
karangan; bertajuk.
Jelas terlihat bahwa apa yang dikemukakan Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyiratkan bahwa arti ketiga kata yang kita bicarakan ini
sama adanya. Jika kita berdialog dengan seseorang, biasanya kita
memperbincangkan satu masalah tertentu, umpamanya tentang banjir,
tentang narkoba, tentang sepak bola, dsb. Kalau yang kita bicarakan
hanya satu masalah saja, maka hal semacam itu topik tunggal.
Akan tetapi, kadangkala kita mula-mula membicarakan satu
masalah saja, kemudian berkembang kepada masalah lain, maka topiknya
menjadi banyak. Topik semacam itu kita sebut multitopik atau topik
ganda.

45
Dalam wacana yang berupa dialog antara dua tau tiga orang, topik
itu muncul begitu saja, kecuali dialog tersebut memang direncanakan
sejak lama.
Sebuah topik tunggal bisa tidak searah. Umpamanya, jika kita
menceritakan kepada lawan bicara bahwa kita mengalami sakit perut,
tentulah kita berharap lawan bicara tersebut akan merespon dengan
memberikan nasihat atau menyarankan mencoba obat tertentu.

D. Topik
Pengertian topik adalah berasal dari bahasa Yunani topoi yang
berarti tempat, dalam tulis menulis bebarti pokok pembicaraan atau
sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.
1. Cara Membatasi Topik
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan
mempergunakan cara sebagai berikut:
a. 1.Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan
sentral.
b. 2.Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam
kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila
dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama
tadi.
2. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
3. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih
lanjut atau tidak.

E. TEMA
Tema berasal dari bahasa Yunani thithenai, berarti sesuatu yang
telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan
amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya.
Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari
karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok
bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan
menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu.
Syarat Tema yang Baik
1. Tema menarik perhatian penulis.

46
Tema yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis
berusaha terus- menerus mencari data untuk memecahakan masalah-
masalah yang dihadapi, penulis akan didorong terus-menerus agar dapat
menyelesaikan karya tulis itu sebaik-baiknya.
2. Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya bahwa sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiah
diketahui oleh penulis. Berdasarkan prinsip ilmiah yang diketahuinya,
penulis akan berusaha sekuat tenaga mencari data melalui penelitian,
observasi, wawancara, dan sebagainya sehingga pengetahuannya
mengenai masalah itu bertambah dalam. Dalam keadaan demikian,
disertai pengetahuan teknis ilmiah dan teori ilmiah yang dikuasainya
sebagai latar belakang masalah tadi, maka ia sanggup menguraikan tema
itu sebaik-baiknya.
3. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya
cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini
memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian
mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
4. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup
kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi
ruang lingkupnya.

F. JUDUL
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku,
kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya
tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan
adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering
disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul adalah
lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul
hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel
diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi
bahasan.
Syarat-syarat pembuatan judul :

47
1. Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya,
atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema
tersebut.
2. Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa
sehingga menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi
buku atau karangan.
3. Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau
frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata
yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.
Judul terbagi menjadi dua,yaitu :
1. Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga
hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
2. Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita
tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.

10. Membuat Kerangka Karangan


Cara membuat kerangka Karangan dan contohnya Kerangka karangan
adalah suatu metode yang digunakan untuk menyusun bagian-bagian dari
topik yang akan dijadikan suatu karangan, sehingga terlihat hubungan yang
jelas antara bagian satu dengan yang lain. Atau secara singkat pengertian
kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis dari
suatu karangan yang akan digarap.
Selain cara membuat kerangka karangan dan contohnya, akan
dijelaskan manfaat menggunakan kerangka karangan dalam membuat
karangan. Ada empat manfaat membuat kerangka karangan dalam membuat
sebuah karangan, yaitu:
1. Untuk menyusun karanan secara teratur.
2. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
3. Menghindari penggarapan sebuah topik hingga dua kali (pengulangan
topik)
4. Memudahkan penulis untuk mencari topik pembantu dan pengembang.
Cara Membuat Kerangka Karangan dan Contohnya Terbaik
Untuk memudahkan kita menulis cara membuat kerangka karangan dan
contohnya, perlu juga diketahui langkah penyusunan kerangka karangan. Ada
lima langkah penyusunan kerangka karangan yaitu,

48
1. Rumuskan tema sesuai dengan topik dan tujuan yang akan dicapai.
2. Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap sebagai
perincian dari tema.
3. Penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah dicatat
pada langkah kedua.
4. Mengerjakan langkah kedua dan ketiga secara berulang-ulang, hingga
mendapatkan topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
5. Menentukan pola penyusunan atau mengurutkan semua perincian yang
telah didapat.
Setelah mengetahui langkah-langkah penyusunan kerangka karangan
kita juga harus mengetahui pola apa yang akan digunakan dalam
mengembangkan kerangka karangan. Pada dasarnya pola kerangka karangan
ada 2 jenis yaitu, pola alamiah dan pola logis.
1. Pola alamiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang
nyata di alam. Sebab itu, pola alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (kronologis), urutan berdasarkan
ruang (spasial), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada.
2. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang
inheren dalam materinya, tetapi erat hubungannya dengan tanggapan
penulis. Pola logis dibagi menjadi enam, yaitu urutan klimaks dan anti
klimaks, urutan kausal, urutan pemecahan masalah, urutan umum
khusus, urutan familiar, dan urutan akseptabilitas.
Ada dua macam kerangka karangan, yaitu berdasarkan sifat
perinciannya dan berdasarkan perumusan teksnya. Berikut penjelasannya.
1. Berdasarkan perinciannya
Berdasarkan perincian yang dilakukan dalam membuat kerangka
karangan dibedakan menjadi dua yaitu, kerangka karangan sementara dan
kerangka karangan formal.

2. Berdasarkan perumusan teksnya


Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit dalam sebuah
kerangka karangan, dibedakan menjadi kerangka karangan kalimat dan
kerangka karangan topik.
Contoh kerangka karangan formal yang dirumuskan dengan kata dan frasa.
Tesis :

49
Karena kerusakan lingkungan hidup dapat membawa malapetaka bagi
umat manusia, maka kebijaksanaan pembangunan terutama pada negara
berkembang. Pembangunannya harus diarahkan kepada pengembangan
lingkungan hidup untuk dapat mengurangi kemiskinan dan faktor penyebab
kerusakan lingkungan hidup itu sendiri.
PENDAHULUAN
1. Pengertian lingkungan hidup.
2. Pembatasan pokok.
3. Metode/ kerangka ilmiah.
4. Susunan karangan.
I. Kerusakan lingkungan dalam sejarah
A. Mesopotamia enam ribu tahun lalu.
1. Mengenal irigasi
2. Kerusakan tanah akibat irigasi
3. Kejatuhan Mesopotamia
B. Inggris sesudah revolusi industri
1. Pemusatan tenaa buruh
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran air
4. Pencemaran tanah

II. Pencemaran lingkungan di negara maju.


A. Pencemaran bersifat lokal
B. Pencemaran yang melibatkan sejumlah negara
1. Melalui sungai
2. Melalui udara
a. Kendaraan bermotor
b. Asap pabrik
c. Pesawat supersonik
3. Melalui laut
a. Sisa pabrik
b. Angkutan laut
c. Kapal-kapal tangker

III. Kesadaran pemulihan lingkungan hidp pada negara berkembang


A. Sebab kerusakan lingkungan hidup pada negara berkembang.
1. Kemiskinan
a. Penebangan liar
(1) Kayu api
(2) Tempat tinggal
(3) Perabot rumah tangga
(4) Pembangunan
b. Pengurasan sumber alam
(1) Penggalian kapur di gunung

50
(2) Penggalian batu karang di laut
(3) Penambangan
2. Kurang disiplin dalam membuang kotoran.
B. Pemikiran dasar untuk pemulihan lingkungan
1. Kecurigaan terhadap usul negara maju
a. Menaikkan harga alat produksi
b. Menaikkan biaya pembangunan negara berkembang
2. Cara-cara yang tepat
a. Pembangunan yang menjamin lingkungan hidup
b. Penilaian kembali pengalaman negara maju

IV. Dasar-dasar kebijaksanaan


A. Perbaikan lingkungan secara alamiah
1. Pemulihan oleh alam sendiri
2. Pencegahan kerusakan oleh manusia
B. Menganekaragamkan lingkungan hidup
1. Kestabilan melalui keanekaragaman lingkungan hidup
a. Saling mengadakan kompensasi
b. Manfaat keanekaragaman lingkungan
(1) Meningkatkan daya dukung
(2) Meningkatkan daya tahan
2. Menganekaragamkan kegiatan ekonomi
a. Pertanian
(1) Corak pertanian
(2) Peternakan
(3) Reboisasi
b. Industri
c. Pertambangan
d. Jasa
C. Penggunaan teknologi yang tepat guna
1. Menyerap tenaga kerja
2. Memenuhi kebutuhan pokok
a. Pangan
b. Sandang
c. Pemukiman
d. Kesehatan
e. Pendidikan

11. Macam-macam Karya Tulis Ilmiah Populer


Karya ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan
menggunakan bahasa yang populer sehingga mudah dipahami oleh
masyarakat dan menarik untuk dibaca. Untuk dapat mengerti pengertian
karya tulis ilmiah populer, ada baiknya kita mengkajinya dari kata-kata

51
pembentuknya yaitu tulisan, ilmiah, dan populer. Tulisan adalah istilah yang
digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan
tulisan, karangan, dan pernyataan gagasan orang lain. Orang yang menyusun
kembali hal-hal yang sudah dikemukakan orang lain itu disebut penulis.
Dalam KBBI (2002:370-371) disebutkan bahwa kata ilmiah diartikan
sebagai bersifat ilmu atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan,
sedangkan ilmiah populer diartikan sebagai mengunakan bahasa umum
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Sedangkan istilah populer sendiri artinya dalam Kamus Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa populer berarti dikenal dan disukai orang banyak
(umum). Bisa juga berarti sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada
umumnya, atau mudah dipahami orang banyak. Istilah populer merujuk
kepada penggunaan bahasa yang relatif lebih santai, padat, serta mudah
dicerna oleh masyarakat pembacanya yang begitu beragam.
Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi,
dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam
bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa
karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur
tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan
pernyataannya sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang
berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang
sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.

Tiga Masalah Pokok Dalam Menulis Karya Ilmiah


1. Masalah Empirisme. Masalah empirisme yang dimaksudkan dalam
persoalan menulis yang disebabkan oleh pengalaman di lapangan. Ada
tiga pokok yang menyebabkan orang sulit membuat tulisan, yaitu
keterbatasan penulis mengembangkan ide, pola tulisan kurang standar,
dan kurang berbobot substansi tulisan.
2. Masalah Retorika. Retorika maksudnya adalah cara mengungkapan ide.
Retorika melalui tulisan tertuang dalam bentuk kelancaran ide, linier
tidaknya administrasi, pola penyajian data pendukung, dan pola membuat
kesimpulan dari suatu argumentasi. Dalam karya ilmiah, retorika yang

52
dianggap memiliki bobot ilmiah ialah tulisan dengan retorika linear.
Dalam bentuk tulisan, retorika ini mengacu pada jenis wacana. Setiap
jenis wacana mempengaruhi secara jelas bentuk retorika, pilihan kata
(diksi), dan tata bahasa yang digunakan penulis. Dalam aspek ini dikenal
dengan jenis wacana yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan
persuasi.Perbedaan mendasar antara masing-masing jenis wacana
tersebut meliputi empat hal yaitu teknik penyajian alasan (reasoning),
teknik memilih urutan penyajian, teknik penggunaan diksi, dan teknik
menerapkan gaya tulisan.
3. Masalah Linguistik. Masalah linguistik berarti masalah penguasaan
bahasa. Dalam aspek ini ada empat hal yang dijadikan acuan yaitu
sintaksis, gramatika, diksi dan kosa kata dan mekanik.Aspek sintaksis
ialah kemampuan penulis dalam menyajikan ide dalam bentuk kalmat
sederhana, kalimat majemuk, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk-
kompleks. Penulis harus menunjukkan penguasaan gramatika secara
baik, benar dan standar. Kekeliruan menggunakan gramatika ini sangat
mengganggu dan menghilangkan ide. Dari aspek pilihan kata, kekeliruan
terjadi misalnya dalam penggunaan kata asing.

Perbedaan antara ilmiah populer dengan ilmiah murni


Perbedaan antara ilmiah populer dengan ilmiah murni (skripsi, tesis,
desertasi, dan lain-lain) terletak pada bahasa penyampaian yang digunakan.
Karya tulis ilmiah murni ditampilkan dalam bahasa baku dan sangat terikat
dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Sementara ilmiah populer ditampilkan
dengan bahasa yang lebih luwes, serta dapat dipahami masyarakat umum.
Dari segi topik bahasan, tulisan ilmiah populer cenderung membahas
permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat di sekitarnya. Berbeda
dengan karya tulis ilmiah murni yang lebih sering berkutat dalam bidang
ilmiah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam.
Sarana untuk mempublikasikan karya ini hampir tidak ada yang berdiri
sendiri secara utuh. Biasanya dalam suatu media massa, karya ini dipadukan
dengan karya tulis nonilmiah. Karya ilmiah populer dapat kita jumpai pada
majalah, koran atau tabloid.

53
Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah Populer
Karya ilmiah (Dalman, 2012:113-114) memiliki ciri-ciri yang dapat
dikaji minimal dari empat aspek, yaitu:
1. Struktur
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian
awal, bagian inti dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar
ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang
ingin disampaikan.
2. Komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua
karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar
pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan
adanya abstrak.
3. Sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan
dengan menggunakan kata atau gaya bahasa impersonal .
4. Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku
yang tercermin dari pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang
efektif dengan struktur yang baku.
Sementara itu menurut Wardani (2006 : 1.6) ciri-ciri karya Ilmiah yaitu:
Dari segi isi, karya ilmiah menyajikan pengetahuan yang dapat
berupa gagasan, deskripsi tentang sesuatu atau pemecahan suatu masalah.
Pengetahuan yang disajikan tersebaut didasarkan pada fakta atau data
(kajian empirik) atau pada teori-teori yang telah diketahui kebenaranya.
Sebuah karya ilmiah mengandung kebenaran yang objektif serta
kejujuran dalam penulisan.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan banyak
menggunakan istilah teknis, di samping istilah yang bersifat denotatif.
5. Sistematika penulisan mengikuti cara tertentu.
Sedangkan ciri-ciri karya ilmiah populer menurut Hakim (2004 :
57) diurutkan sebagai berikut:
6. Bahan berupa fakta yang objektif
Penyajian menggunakan bahasa yang cermat, tidak terlalu formal
tapi tetap taat asas, disusun secara sistematis; tidak memuat hipotesis.

54
Sikap penulis tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang meragukan.
Penyimpulan dilakukan dengan memberikan fakta.
7. Sementara itu karakteristik karangan ilmiah populer yaitu:
Apabila pembaca artikel jurnal adalah profesional atau spesialis
dalam suatu disiplin ilmu, maka pembaca karangan ilmiah populer adalah
masyarakat umum, awam atau profesional dalam bidang lain.
Apabila penulis artikel jurnal selain memberikan nama, lembaga
akademik tempat ia bekerja serta kualifikasi akademiknya, maka penulis
karangan ilmiah populer menuliskan nama tanpa informasi lain, kecuali
ia adalah repoter.
Apabila artikel jurnal ditulis dengan gaya tulis faktual dan dingin
(tak-emosional) demi objektifitas, maka karangan ilmiah populer ditulis
dengan gaya informal, anekdot, personal, serta menghibur.
Apabila artikel jurnal ditulis dengan kalimat yang lebih kompleks
dan relatif panjang serta penuh dengan istilah teknis, maka karangan
ilmiah populer ditulis dengan kalimat-kalimat singkat dan sederhana
serta mudah dibaca.
Apabila artikel jurnal menyertakan kutipan, catatan kaki (footnotes)
dan daftar pustaka agar materi yang ditulis dapat divalidasi, maka
karangan ilmiah populer umumnya tidak meyertakan informasi-informasi
tersebut.
Apabila artikel jurnal lebih dipenuhi tulisan verbal dan sedikit
tabel, maka karangan ilmiah populer seringkali dilengkapi dengan
berbagai ilustrasi, gambar, foto, dll.
Apabila kebenaran isi artikel jurnal dievaluasi melalui reviu oleh
sejawat atau dewan pakar sebagai referee, maka pertanggungjawaban
isi karangan ilmiah populer cukup diberikan oleh editor majalah.

12. Teknik Membaca


Efisiensi membaca akan lebih baik jika informasi yang dibutuhkan
sudah ditentukan terlebih dahulu. Konsentrasi perhatian dan pikiran dapat
diarahkan pada informasi itu. informasi yang dibutuhkan disebut informasi
fokus. Pada umumnya, untuk menemukan informasi fokus dengan efisien ada
beberapa teknik membaca yang digunakan, yaitu baca-pilih (selecting), baca-
lompat (skipping), baca-layap (skimming). Dan (4) baca-tatap (scanning)

55
(Tampubolon, dalam Rahim, 2007:52).Baca-pilih (selecting) dilakukan
dengan cara memilih bahan/bagian bacaan yang dianggap relevan dengan
kebutuhan pembacanya.
Baca-lompat (skipping) dipakai untuk menemukan bagian bacaan
relevan dengan kebutuhan pembacanya, dilakukan dengan cara melompati
bagian-bagian yang tidak diperlukan.
Baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat untuk
mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan (Rahim, 2007:52). Soedarso
(2006:88) mendefinisikan teknik membaca ini sebagai tindakan untuk
mengambil intisari atau saripati, bagian yang mengandung banyak gizi.
Lebih lanjut, ia juga menyebutkan bahwa skimming bacaan adalah mencari
hal-hal penting dari sebuah bacaan, yaittu ide pokok dan detail yang penting
yang dalam hal ini tidak selalu di permukaan (awal), tetapi terkadang di
tengah atau di dasar (bagian akhir). Jenis teknik membaca ini termasuk jenis
teknik membaca yang sangat cepat. Ketika seseorang membaca memindai,
dia akan melampaui banyak kata.

Membaca layap memiliki beberapa tujuan, yaitu:


untuk mengenali topik bacaan;
untuk mengetahui pendapat orang (opini);
untuk mendapatkan bagian penting yang diperlukan tanpa membaca
seluruhnya;
untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, dan cara semua
itu disusun dengan kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian
bacaan itu.
untuk penyegaran apa yang pernah dibaca (review).

Baca-tatap (scanning) disebut juga membaca tatap (scanning). Jenis


membaca ini adalah jenis membaca yang sangat cepat. Ketika seseorang
membaca tatap, ia akan melampaui banyak kata. Soedarso (2006:89)
menyebutkan bahwa scanning adalah sebuah teknik membaca untuk
mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain. jadi, langsung
ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu. Scanning
digunakan antara lain untuk membaca daftar isi buku atau majalah, indeks

56
dalam buku teks, jadwal, advertensi dalam surat kabar, buku petunjuk
telepon, dan kamus. Sebaliknya, cerita memindai tidak digunakan untuk
membaca cerita misteri, buku teks untuk suatu buku kursus yang penting,
surat-surat penting dari ahli hukum, denah (peta) untuk menemukan jalan
pulang, pertanyaan tes, dan puisi (Mikuley & Jeffries, dalam Rahim,
2007:52).
Selain skimming dan scanning, ada teknik membaca buttom up dan
top down. Teknik membaca buttom up merupakan suatu teknik mengolah
informasi yang terdapat dalam teks dengan memahami kalimat per kalimat.
Jelasnya, seorang pembaca dapat memahami informasi yang terdapat dalam
teks dengan jalan memahami kalimat per kalimat. Sebagai contoh, seorang
mahasiswa jurusan bahasa yang tak mempunyai pengetahuan kimia akan sulit
memahami informasi dalam teks tersebut. Ia memang dapat memahami teks
tersebut bila ia menelusuri makna kalimat per kalimat. Teknik membaca yang
demikian disebut dengan bottom up.
Teknik membaca top down merupakan suatu teknik membaca dengan
cara menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengolah
informasi yang ada dalam teks. Di sini pembaca tak lagi membaca kalimat per
kalimat. Dengan pengetahuan yang telah dimilikinya itu, ia dapat meluncur
terus tanpa memperhatikan secara cermat kalimat-kalimat dalam teks. Karena
pengetahuannya sudah cukup, ia cukup melihat atau membaca bagian-bagian
yang baru saja. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang membaca buku-
buku anak SD. Karena ia sudah mempunyai pengetahuan tentang buku itu, ia
cukup membaca dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Biasanya teknik
ini hanya digunakan untuk mencocokkan kembali pengetahuan yang telah
dimiliki dengan informasi yang terkandung dalam teks.
Pada umumnya membaca menggunakan kedua teknik itu secara
bersamaan. Penggunaan salah satu teknik hanya terjadi dalam suatu situasi
yang ekstrem, misalnya teks sangat asing dan sulit atau sangat mudah. Situasi
yang demikian itu jarang terjadi dalam peristiwa membaca sehari-hari.

13. Menulis Resensi

57
Cara Membuat Resensi Buku Yang Baik dan Benar Pada artikel kali
ini kita akan membahas mengenai resensi buku. Apa itu resensi buku?
Resensi berasal dari bahasa latin, revidere atau recensere yang berarti
melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal
dengan recensie sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
review. Resensi adalah suatu tulisan yang bertujuan untuk memberikan
pertimbangan atau penilaian tentang suatu buku yang baru diterbitkan kepada
pembaca. Melalui resensi tersebut, para pembaca bisa mendapatkan suatu
informasi, penting atau tidaknya suatu buku dan layak atau tidaknya untuk
dibaca.
Tujuan Resensi
Seorang penulis resensi atau biasa disebut resentator akan memberi
pertimbangan kepada pembaca secara seimbang, baik kelebihan maupun
kekurangan suatu buku yang diresensinya. Selain itu penulisan resensi
bertujuan untuk :
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari
sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
3. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari
penulis yang sama atau penulis lainnya.
4. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap
cara penulisan, isi, dan substansi buku

Unsur Unsur Dalam Resensi


Setiap orang bisa membuat resensi dari suatu buku. Namun tetap
dibutuhkan poin poin tertentu agar resensi yang kita buat bisa diterima orang
lain. Berikut hal-hal yang harus ada dalam sebuah resensi buku :
1. Identitas buku
Jika buku yang akan anda resensi adalah buku terjemahan, akan lebih
baik jika kamu menuliskan judul asli buku tersebut. Demikian juga
dengan pengarang buku tersebut. Jika buku yang diresensi adalah buku
terjemahan, kamu harus menyebutkan penulis buku asli dan penerjemah.
2. Judul resensi
Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat.
Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi.
Data buku

58
Data buku berisi :
a. Judul buku
b. Pengarang
c. Penerbit
d. Tahun terbit beserta cetakannya
e. Dimensi buku
f. Harga buku
3. Ikhtisar Isi resensi buku
Ikhtisar adalah bentuk singkat dari suatu karangan atau rangkuman.
Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan yang tidak mempertahankan
urutan karangan atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai dengan
urutan karangan atau buku aslinya.
4. Kelebihan dan kekurangan buku
Penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai kelebihan dan
kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara objektif.
5. Penutup resensi buku
Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis
dan kepada siapa buku tersebut ditujukan, serta kritik dan saran kepada
penulis.
6. Cara membuat resensi buku yang baik dan benar
Setelah mengetahui unsur-unsur yang harus terkandung dalam sebuah
resensi buku, sekarang kita mulai untuk membuatnya. Berikut langkah-
langkah cara membuat resensi buku :
a. Menentukan buku yang akan diresensi
Tentukan buku yang akan anda resensi baik itu roman, novel,
biografi, atau yang lain. Selain itu seorang resentator menyebutkan
juga buku termasuk buku fiksi atau nonfiksi.
b. Mencatat anatomi buku
Dalam resensi juga tercantum identitas dari buku. Catatlah identitas
buku yang akan kita resensi, seperti jenis buku, judul buku, nama
pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah halaman,
jenis kertas, dimensi dan harga buku. Catat pula mengenai bentuk
atau format dari buku itu. Apakah bentuknya, kertas, ilustrasi cover,
jenis huruf yang dipakai, dan sebagainya.

c. Membaca buku dengan teliti

59
Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Sebelum
membuat resensi, bacalah terlebih dahulu buku yang akan diresensi
hingga tuntas lalu mencatat kutipan dan kata-kata penting, dan poin
poin utama di dalamnya.
d. Membuat Ikhtisar buku
Menulis kembali gagasan yang dianggap penting ke dalam karangan
singkat yang mempunyai satu kesatuan yang padu
e. Membuat isi resensi
Selanjutnya, Pada tahap ini kita memberikan komentar dan
pandangan kita terhadap buku yang kita resensi. Berikut langkah-
langkahnya :
Membuat informasi umum tentang buku yang diresensi
Menentukan judul resensi
Membuat ringkasan secara garis besar
Memberikan penilaian buku
Menonjolkan sisi lain dari buku yang diresensi
Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca
Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi
7. Kesimpulan
Kemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang diresensi dan
imbauan kepada pembaca. Jangan lupa cantumkan nama kamu selaku
peresensi.

Tips Menulis Resensi buku


Berikut Tips Menulis resensi buku
1. Cari dan tentukan buku baru nonfiksi yang akan kita resensi.
2. Catatlah identitas buku yang akan kita resensi, seperti jenis buku, judul
buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah
halaman, jenis kertas dan harga buku.
3. Catat dan pahami tujuan dan latar belakang penulisan buku, dengan cara
membaca kata pengantar atau pendahuluan buku.
4. Apa tema atau inti isi buku? Apa yang ingin disampaikan pengarang
melalui bukunya? Pada bagian ini, kita dapat menyampaikannya menjadi
ikhtisar buku.
5. Buatlah daftar pokok-pokok isi buku secara keseluruhan.
6. Tentukan kelebihan dan kekurangan isi buku, dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
a) Apakah ide-ide pokok yang diuraikan sesuai dengan tujuan
penulisan buku?

60
b) Apakah pengungkapan ide-ide pokok dalam buku tersebut tersusun
secara sistematik? Apakah antara bagian satu dengan bagian lainnya
tersusun secara harmonis?
c) Apakah bahasa yang digunakan penulis mudah dipahami? (pilihan
kata, struktur kalimatnya, gaya bahasanya, dan lain-lain)
Reproduksi hasil catatan kita dalam bentuk tulisan resensi dengan
menggunakan bahasa kita sendiri secara runtut dan jelas, dengan
memperhatikan penulisan tanda baca yang benar.
Pada akhir resensi berilah saran dan kesimpulan, apakah buku yang kita
resensi tersebut layak dibaca atau tidak

14. Surat Lamaran Kerja


Contoh surat lamaran kerja ini dibuat tentu saja untuk menjadi referensi
bagi anda yang sedang mencari panduan untuk membuat surat lamaran kerja.
Mungkin terdapat jutaan artikel di internet yang menyediakan panduan
bagaimana cara membuat surat lamaran pekerjaan yang disertai contoh surat
lamaran pekerjaan baik itu surat lamaran kerja untuk melamar ke perusahaan
maupun surat lamaran pekerjaan untuk melamar sebagai CPNS.
Surat lamaran kerja pada artikel ini sudah saya buat sesuai dengan
format dan struktur penulisan lamaran kerja dan sebelum lanjut ke contoh
surat lamaran kerja ada baiknya saya lengkapi juga tips dan kriteria untuk
membuat surat lamaran kerja yang baik dan benar karena bagaimanapun juga
surat lamaran yang kita kirim adalah proses awal yang menentukan dan
terbukanya peluang apakah anda layak atau tidak menjadi karyawan dari
sebuah perusahaan tertentu, sehingga sebelum membuat surat lamaran
pekerjaan ada baiknya anda mempelajari terlebih dahulu cara membuat surat
lamaran kerja.

A. Cara membuat surat lamaran kerja


Berikut adalah struktur atau format penulisan surat lamaran kerja
1. Tempat dan tanggal penulisan
2. Perusahaan yang ditujukan
3. Salam hormat
4. Kata pengantar

61
5. Biodata pribadi
6. Pengalaman kerja dan skill
7. Harapan
8. Penutup

B. Tips dalam membuat surat lamaran pekerjaan


1. Menggunakan bahasa yang baik dan benar
2. Format penulisan tersusun rapi dengan bahasa yang tidak bertele-tele
3. Surat lamaran kerja hendaknya ditulis secara manual dan memang
anda yang membuatnya
4. Lengkapi dengan data-data yang dibutuhkan oleh perusahaan tempat
anda melamar kerja
5. Lampirkan surat pendukung lainnya seperti sertifikat pengalaman
kerja

Contoh surat lamaran kerja


Bali, 20 Maret 2014
Kepada Yth :
HRD PT NUSANTARA
Jl. Ahmad Yani No. 10 Singaraja Bali

Perihal : Lamaran kerja

Dengan Hormat

Berdasarkan informasi dari media cetak, koran Terpadu perihal lowongan


pekerjaan di perusahaan tempat Bapak/Ibu pimpin. Melalui surat lamaran ini saya
ingin mengajukan diri untuk melamar pekerjaan di perusahaan yang Bapak/Ibu
pimpin guna mengisi posisi yang dibutuhkan saat ini. Saya yang bertanda tangan
di bawah ini :

Nama : Fahrur Rozi


Tempat/Tanggal Lahir : Singaraja, 11 Agustus 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMK Perhotelan Bina Lestari Bali
Alamat : Jl. Dewi Sartika No. 8 RT/RW 09/006
Telepon : 085252446757

62
Untuk melengkapi beberapa data yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan
Bapak/Ibu pimpinan diwaktu yang akan datang, saya lampirkan juga kelengkapan
data diri sebagai berikut :
1.Pas Photo.
2.Foto copy KTP
3.Daftar Riwayat Hidup
4.Foto copy Ijazah Terakhir
5.Foto copy Sertifikat Competensi
6.Foto copy Sertifikat PKL

Demikian surat lamaran ini saya buat dengan sebenarnya dan atas perhatian serta
kebijaksanaan Bapak/Ibu pimpinan saya mengucapkan terimakasih.

Hormat saya

Fahrur Rozi

63
15. Bibliografi
A. Pengertian Bibliografi
Bibliografi adalah daftar buku-buku dalam bidang atau subyek
tertentu, di mana hakekat keberadaan (lokasi) buku-buku tersebut tidak
dibatasi pada satu perpustakaan tertentu. Bibliografi biasanya disusun
menurud abjad pengarang atau kronologis atau subyek. Kadang-kadang
bibliografi disertai dengan anotasi dan disebut dengan bibliografi
beranotasi.
Tujuan bibliografi adalah membantu pemakai mengetahui
eksistensi sebuah dokumen atau mengidentifikasi sebuah dokumen atau
bahan pustaka lain sesuai dengan keperluannya.

B. Unsur-Unsur Bibliografi dan Contoh Penulisannya


a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap
b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke
berapa, nomor jilid buku

C. Penyusunan Bibliografi
a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.
b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang
dimasukkan dalam urutan abjad.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi,
untuk refrensi kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak
diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7
ketikan.
c. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi.
Namun, jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
d. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya
dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau
empat ketikan.
D. Jenis-Jenis Bibliografi
Jenis bibliografi yang dihasilkan dalam pembuatan publikasi
sekunder akan tergantung pada jenis pustaka yang akan didaftar.
Misalnya akan dibuat daftar yang berasal dari deskripsi katalog buku
yang dimiliki perpustakaan, maka daftar tersebut dapat dinamakan daftar

64
katalog. Sementara jika daftar yang disusun berdasarkan judul artikel
suatu majalah, maka daftar tersebut dapat disebut daftar isi.
Dari segi cara penyajian dan uraian deskripsinya, bibliografi dibagi
menjadi:
1. Bibliogrfi deskriptif:
Yaitu bibliografi yang dilengakapi deskripsi singkat yang didapat
dari gambaran fisik yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka.
Seperti judul buku atau majalah, judul artikel, nama pengarang, data
terbitan (impresium), kolasi serta kata kunci dan abstrak yang
tertulis.
2. Bibliografi evaluatif:
Yaitu bibliografi yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu
bahan pustaka. Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap
isi suatu bahan pustaka atau artikel.

E. Cakupan Bibliografi
Dari segi cakupanya, bibliografi dapat dibagi menjadi:
1. Bibliografi retrospektif
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah
diterbitkan pada jaman yang lampau.
Misalnya Bibliografi sejarah perang Dipenogoro
2. Bibliografi terkini/current
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau
masih terbit saat ini.
Contohnya Ulrichs International Periodicals Directory.

3. Bibliografi selektif
yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan
tertentu.
Misalnya Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah.
4. Bibliografi subjek
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada
bidang ilmu dan subjek tertentu. Misalnya Bibliografi khusus ternak
kelinci.
5. Bibliografi nasional
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau
daerah regional tertentu. Contohnya Bibliografi Nasional
Indonesia.

65
Penentuan cakupan/topik suatu bibliografi ditentukan berdasarkan
berbagai pertimbangan antara lain :
Permintaan pengguna
Topik yang sedang berkembang atau yang banyak diperlukan saat itu
Dokumentasi koleksi yang dimiliki
Mandat instansi
Oleh karena itu penyusunan suatu daftar bibliografi mempunyai
fungsi utama untuk membantu pemakai mencari dan menelusuri
informasi tertentu. Fungsi lain dari bibliografi adalah sebagai bagian dari
jasa pelayanan perpustakaan kepada pemakai. Dengan menerbitkan suatu
bibliografi, pustakawan dapat menawarkan koleksinya kepada pemakai
tanpa harus mengeluarkan seluruh koleksi yang dimilikinya, serta dapat
menjangkau pengguna yang tinggal jauh dari perpustakaan.
Dengan demikian maka, bibliografi dapat digunakan sebagai:
Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan
Daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan
Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu,
dan sebagainya.

Ini adalah panduan umum memformat sebuah bibliografi :


1. Untuk buku
Penulis (nama belakang pertama) Judul buku. Kota: Penerbit, Tanggal
publikasi.Contoh : Dahl, Roald BFG. New York: Farrar, Straus dan
Giroux, 1982.
2. Untuk ensiklopedia
Ensiklopedia Judul, Tanggal Edition. Nomor Volume, Judul Artikel,
nomor halaman. Contoh:The Encyclopedia Britannica, 1997. Volume 7,
Gorila, hlm 50-51
3. Untuk majalah
Penulis (nama belakang pertama), Judul Artikel. Nama majalah.
Volume nomor, (Tanggal): nomor halaman.
Contoh : Jordan, Jennifer, Pembuatan film di Top of the World.
Museum of Science Magazine. Volume 47, Nomor 1, (Musim Dingin
1998): p. 11.
4. Untuk surat kabar
Penulis (nama belakang pertama), Judul Artikel. Nama surat kabar,
kota, negara bagian publikasi. (Tanggal): Edisi jika tersedia, bagian,
nomor halaman (s).

66
Contoh : Powers, Ann, Tune baru untuk Material Girl. The New York
Times, New York, NY. (3/1/98): Atlantic Daerah, Bagian 2, hal. 34.
5. Untuk seseorang
Nama lengkap (nama belakang pertama). Pekerjaan. Tanggal
wawancara.Contoh : Smeckleburg, Sweets. Sopir bus. April 1, 1996.
6. Untuk sebuah film
Judul, Direktur, Distributor, Tahun.Contoh : Braveheart, Dir. Mel Gibson,
Icon Productions, 1995.
7. CD-ROM
Disc Judul: Versi, Tanggal. Judul artikel, halaman jika diberikan.
Penerbit.Contoh : Compton Multimedia Encyclopedia: Macintosh versi,
1995. Hak-hak sipil gerakan, p.3. Compton Newsmedia.
8. Majalah Artikel
Penulis (nama belakang pertama). Pasal judul. Nama majalah (jenis
media). Volume nomor, (Tanggal): nomor halaman. Jika tersedia:
penerbit media, versi, tanggal penerbitan.
Contoh : Rollins, Fred. Snowboard Madness. Olahraga Stuff (CD-
ROM). Nomor 15, (Februari 1997): hlm 15-19. SIRS, versi Mac, Musim
Dingin 1997.
9. Artikel surat kabar
Penulis (nama belakang pertama). Pasal judul. Nama surat kabar (Jenis
media), kota dan negara publikasi. (Tanggal): Jika tersedia: Edition,
bagian dan nomor halaman (s). Jika tersedia: penerbit media, versi,
tanggal penerbitan.
Contoh : Stevenson, Rhoda. Menjual saraf. Komunitas Berita (CD-
ROM), Nassau, NY. (Feb 1996): hlm A4-5. SIRS, Mac. versi, Spring
1996.
10. Online Resources Internet
Penulis pesan, (Tanggal). Subyek pesan konferensi Elektronik. Atau
papan buletin (online). Tersedia e-mail: LISTSERV @ e-mailContoh :
Ellen Block, (15 September, 1995). Baru Winners. Remaja Booklist
(online). HelenSmith@wellington.com
11. World Wide Web:
URL (Uniform Resource Locator atau alamat WWW). Penulis (atau
nama item, jika disebutkan), tanggal.Contoh : (alamat www Boston
Globe)

67
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa : Kedudukan dan fungsi bahasa
indonesia dalam pembangunan bangsa yakni sebagai perisai pemersatu yang
belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya
yang berasal dari berbagai ragam suku daerah
Bahasa Indonesia berperan penting dalam pembagunan bangsa karena
bahasa indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang berperan penting
dalam memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan
yang akhirnya mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam
pembangunan bangsa.

B. Saran
Marilah kita bersama-sama menjaga bahasa Indonesia agar menjadi
bahasa yang dapat mempersatukan berbagai kelompok masyarakat dengan
melakukan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia agar tercapai
pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien.

68
DAFTAR PUSTAKA

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Soedarso. 2006. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan efektif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Parmin, Jack. dkk. 2011. Menulis Ilmiah: Buku Ajar MPK BahasaIndonesia.
Surabaya: Unesa University Press.

Arifin, Zainal dan Tasai, Amran, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo, 2003, hlm.170.

Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: Rasail,2006,


hlm.77

69
Oleh :

NAMA
ANDRI WAHYUDI

NPM
160410719

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
2017

70
HALAMAN PENGESAHAN

Tenggarong, 9 Januari 2017

Dekan Dosen
Fakultar Pertanian Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Mohamad Fadli, S.P,.M.P Erwin Arief Rochyat, S.P,.MP


NIDN. 1131077401 NIDN. 1104058901

71
KATA PENGANTAR

Kami Panjatkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT, karena dengan
Ridho-Nya lah Kami bisa menyelesaikan makalah ini, dalam kesempatan kali ini
kami akan membahas tentang Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga
termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki . Oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Semoga makalah materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan. Khususnya bagi penulis sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin .

Tenggarong, 9 Januari 2017

ii

Penyusun

72
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...................................................................................................
...................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
...................................................................................................
................................................................................................... iii
2
C. Tujuan Penulisan
...................................................................................................
...................................................................................................
3

BAB II PEMBAHASAN
1. Fungsi Bahasa Indonesia
...................................................................................................
...................................................................................................
4
2. Ragam Bahasa Karya Tulis Ilmiah
...................................................................................................
...................................................................................................
7
3. Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah
...................................................................................................
...................................................................................................
22
4. Macam-Macam Karya Tulis Ilmiah
...................................................................................................
...................................................................................................
26
5. Makalah
...................................................................................................
...................................................................................................
27
6. Penggunaan Kaidah Ejaan (EYD)

73
...................................................................................................
...................................................................................................
29
7. Menulis Kalimat yang Jelas dan Efektif
...................................................................................................
...................................................................................................
40
...................................................................................................
8. Menulis Paragraf (Alinea)
...................................................................................................
...................................................................................................
44
...................................................................................................
9. Menentukan Topik, Tema, Judul
...................................................................................................
...................................................................................................
47
...................................................................................................
10. Membuat Kerangka Karangan
...................................................................................................
...................................................................................................
51
...................................................................................................
11. Macam-macam Karya Tulis Ilmiah populer
...................................................................................................
...................................................................................................
55
...................................................................................................
12. Taknik Membaca
...................................................................................................
...................................................................................................
60
...................................................................................................
13. Menulis Resensi
...................................................................................................
...................................................................................................
62
...................................................................................................
14. Surat Lamaran Kerja
...................................................................................................
...................................................................................................
66
...................................................................................................
15. Bibliografi

74
...................................................................................................
...................................................................................................
69
...................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
...................................................................................................
...................................................................................................
74
B. Saran
...................................................................................................
...................................................................................................
74

DAFTAR PUSTAKA

iv

75

Anda mungkin juga menyukai