Anda di halaman 1dari 10

Tugas Basaha Indonesia

Nama : Yustinus Naluk

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

NIK : 1603060033

1. Burung-burung itu akan segera terbang ke sarang dimana ia meninggalkan anak-


anakanya.
2. Peminjam akan dikenakan denda jika buku yang dipinjam telah dua minggu tidak
dikembalikan.
3. Setelah mempunyai banyak anak, pak Kristo menjual semua hewan peliharaannya karena
tidak mampu memberi makan.
4. Perbedaan antara orang kaya dan orang miskin di kota besar sangat tampak jelas.
5. Di kelasnya dia menduduki peringkat kedua.
6. Saya ingin berlangganan majalah hidup.
7. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman
8. Gubernur menegaskan Walikota untuk menyelesaikan masalah itu.
9. Pembangunan gedung itu belum selesai pada bulan ini karena dana yang diperluhkan
belum mencukupi.
Pembangunan gedung itu belum dapat diselesaikan pada bulan ini karena dana yang
diperluhkan belum mencukupi
10. Semua lapisan masyarakat harapkan ikut berpartisipasi sesuai dengan bidang masing-
masing, agar pembangunan yang sedang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik.
Semua lapisan masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi sesuai dengan bidang masing-
masing, agar pembangunan yang sedang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan
maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan
nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu
ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan
manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena
kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi label secara eksplisit oleh pemakainya
yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu.
Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan.
Di negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu
kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang
dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.

1.2 Perumusan Masalah


a. Apakah Fungsi Bahasa Indonesia Secara Umum dan Secara Khusus?
b. Bagaimana Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional?
c. Bagaimana Eksistensi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi?
d. Bagaimana Tantangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui Fungsi Bahasa Indonesia Secara Umum dan Secara Khusus.
b. Mengetahui Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasion.
c. Mengetahui Tantangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
d. Mengetahui Eksistensi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional


Janganlah sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai
bahasa Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan.
Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. (Untuk meyakinkan
pernyataan ini, silahkan dipahami sekali lagi Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia.)
Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti
prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta
batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia
pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsep aslinya berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia


mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.

Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat (baca: sosiolog)
adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuatu yang luar biasa. Sebab di
negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu
mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita,
kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai
kebulatan tekad yang sama. Kita patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu
dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah
berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat kita sama
sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari
bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku,
sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa
Melayu yang dipakai sebagai lingua francaini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa
daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap
berkembang.Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya
yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa
Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun
kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa
barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat
kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa
bahasa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu
yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesia.

2.1.1 Fungsi Bahasa Indonesia


Fungsi bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara
umum dan secara khusus.
a. Fungsi bahasa secara umum.
Fungsi bahasa secara umum dijelaskan di bawah ini yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita
dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran
kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
a) Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.
b) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
2. Sebagai alat komunikasi.
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan
masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi
diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para
pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan
komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain
sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan
non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahasa (lisan
dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara non verbal dilakukan menggunakan media
berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas/ sirene setelah itu
diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan
tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non
standar pada saat berbicara dengan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada saat
berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa
memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.
4. Sebagai alat kontrol sosial.
Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrolsosial dapat
diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku-buku pelajaran, ceramah
agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan masyarakat. Contoh lain yang
menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan
adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat
efektif untuk meredakan rasa marah kita.
b. Fungsi bahasa secara khusus:
Fungsi bahasa secara umum dijelaskan di bawah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari- hari.
Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk
sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.
2. Mewujudkan seni (sastra).
Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni, seperti syair,
puisi, prosa dll. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau
makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa
mengetahui makna yang ingin disampaikan.
3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno.
Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa
lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa
yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang
dari suatu hal. Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri
melalui naskah kuno atau penemuan prasasti-prasasti.
4. Mengeksploitasi IPTEK.
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan pikiran yang
sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai
hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan
selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan
melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.

2.1.2 Kedudukan Bahasa Indonesia


Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar
Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975
antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
a. Lambang kebanggaan nasional.
Sebagai lambang kebanggaan nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai- nilai
sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan
bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi
kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu,
dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan
mengembangkannya.
b. Lambang identitas nasional.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang
bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat,
tingkah laku, dan watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri
kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak
menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya
dan bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang
sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan,
cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman
dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi dijajah
oleh masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan
bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam
bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak
bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah
bahasa Indonesia.
d. Alat penghubung antarbudaya antar daerah.
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi
pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga.
Apabila arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan
pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.

2.2 Eksistensi Bahasa Indonesia


Eksistensi Bahasa Indonesia Pada era globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa
Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini
diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat komunikasi yang begitu
canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri
bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional,pemakai
bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap
semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan
kondisinya.
Disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk
mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.
Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan
mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.

2.3 Tantangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi


Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menuntut
oara pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan
dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Featherston (dalam Lee, 1996), globalisasi menembus batas-
batas budaya melalui jangkauan luas perjalanan udara, semaki luasnya komunikasi, dan
meningkatnya turis (wisatawan) ke berbagai negara.
Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat,
perkembangan di luar negeripun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan
setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language
Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meingkat setelah terbentuk Badan
Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun
perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan
terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam era
globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran media
massa. Sementara itu, tantangannya dapat dikategorikan atas dua, yaitu tantangan internal dan
tantang eksternal. Tantangan internal berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa
kosakata, pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal datang dari
pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggria) berupa masuknya kosakata tanpa
proses pembenukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa Inggris.
Mencermati berbagai peluang dan tantang tersebut, memunculkan serangkaian
pertanyaan berikut.
1) Mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah arus tarik-menarik dari
dua tantangan tersebut?
2) Apakah peluang-peluang yang mendukung pembinaan bahasa Indonesia dalam
mempertahankan jati diri bahasa Indonesia?
3) Apa saja tantangan-tantangan masa depan terhadap perkembangan bahasa Indonesia dalam
arus tarik-menarik tersebut?
4) Bagaimana upaya penanggulangan terhadap tantangan-tantangan tersebut?
Berbagai fenomena dan kenyataan itu akan semakin mendukung ke arah terjadinya
suatu pertentangan (paradoks) dan arus tarik-menarik antara globalisasi dan lokalisasi.
Persoalan berikutnya adalah mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di
tengah-tengah arus tarik-menarik itu? Untuk menjawab persoalan ini, marilah kita menengok
ke belakang bagaimana bahasa Indonesia yang ketika itu masih disebut bahasa Melayu
mampu bertahan dari berbagai pengaruh bahasa lain baik bahasa asing maupun bahasa daerah
lainnya di nusantara. Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan
dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai kosakata bahasa Melayu/Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai kedudukan dan fungsi yang
sangat penting bagi bangsa Indonesia. Dimana kedudukannya sebagai lambang kebanggan
nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda
latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan alat penghubung antarbudaya antar daerah.
Setelah mengetahui kedudukan dan fungsinya, pertanyaan kita selanjutnya mampukah
bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah arus arus Globalisasi? Untuk
menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke belakang bagaimana bahasa Indonesia
yang ketika itu masih disebut bahasa Melayu mampu bertahan dari berbagai pengaruh bahasa
lain, baik bahasa asing maupun bahasa daerah lainnya di Nusantara. Sejauh ini tanpa terasa
banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap
sebagai kosakata bahasa Melayu/Indonesia.
Semoga apa yang pemakalah sampaikan dapat membangkitkan semangat kita untuk
lebih mencintai, menjadi bangga, dan menjadi motivasi kita untuk menggunakan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Moulina Bella. Makalah fungsi dan kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
(Online) http://gogreenbella.wordpress.com/2012/04/30/tantangan-berbahasa-indonesia-di-
masa-kini/

Zulfadli Mauludi. Makalah Fungsi dan Kedudukan Bahasa.


(Online)http://misterpanjoel.blogspot.com/2012/11/makalah-fungsi-dan-kedudukan-
bahasa.html
Anonim. Bahasa Indonesia: Tantangan dan Peluang pada Era Globalisasi.
(Online)http://simpleon7.wordpress.com/2011/06/11/bahasa-indonesia-tantangan-dan-
peluang-pada-era-globalisasi/
Anonim. Artikel Peranan Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi. (Online) http://all-be-
on.blogspot.com/2012/11/artikel-peranan-bahasa-indonesia-dalam.html
MAKALAH

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SERTA


TANTANGANNYA DI ERA GLOBALISASI

O
L
E
H

Nama : Yustinus Naluk

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

NIK : 1603060033

Anda mungkin juga menyukai