Di susun oleh :
Nonik Mutmainah
2173117
SURAKARTA
HEPATITIS
I. DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam
bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi
lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ
hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat
mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning
sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning
disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung
empedu. (M. Sholikul Huda)
a. Cytomegalovirus
b. Virus Epstein-Barr
d. Virus Varicella-zoster
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai
kausa, termasuk infeksi virus atau pajana ke bahan – bahan toksik. Pada hepatitis
virus, Peradangan hati yang berkepanjangan atau berulang, yang biasanya berkaitan
dengan alkoholisme kronik, dapat menyebabkab sirosis, suatu keadaan berupa
penggantian hepatosit yang rusak secara permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati
memiliki kemampuan mengalami regenerasi, dan dalam keadaan normal
mengalami pertukaran sel yang bertahap. Apabila sebagian jaringan hati rusak,
jaringan yang rusak tersebut dapat diganti melalui peningkatan kecepatan
pembelahan sel – sel yang sehat. Tampaknya terdapat suatu faktor dalam darah
yang bertanggung jawab mengatur proliferasi sel hati, walaupun sifat dan
mekanisme factor pengatur ini masih merupakan misteri. Namun, seberapa cepat
hepatosit dapat diganti memiliki batas. Selain hepatosit, di antara lempeng –
lempeng hati juga ditemukan beberapa fibroblast ( sel jaringan ikat ) yang
membentuk jaringan penunjang bagi hati. Bila hati berulang – ulang terpajan ke
bahan – bahan toksik, misalnya alcohol, sedemikian seringnya, sehingga hepatosit
baru tidak dapat beregenerasi cukup cepat untuk mengganti sel – sel yang rusak,
fibroblast yang kuat akan memanfaatkan situasi dan melakukan proliferasi
berlebihan. Tambahan jaringan ikat ini menyebabkan ruang untuk pertumbuhan
kembali hepatosit berkurang.
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal – oral.
Virus ini menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti
yang ditunjukan oleh virus hepatitis darah.
Pada anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan keluhan tidak
parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat berupa kelemahan sampai
dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini baisanya berlangung 1
sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pada
saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan menular pada orang lain.
Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang terkontaminasi, hepatitis
A dapat menjadi potensi epidemic di Negara dengan penanganan yang buruk.
Petugas penyiapan makanan yang terinfeksi mempunyai potensi penularan penyakit
pada orang lain jika kebersihan diri tidak dilakukan dengan baik.
Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji, prevalensi
dari penyakit. Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit.
a. Manifestasi
Manifestasi infeksi Hepatitis B adalah peradangan kronik pada hati. Virus
hepatitis B termasuk yang paling sering ditemui. Distribusinya tersebar di
seluruh dunia, dengan prevalensi karier di USA <1%, sedangkan di Asia 5–
15%. Masa inkubasi berkisar 15–180 hari, (rata-rata 60–90 hari). Viremia
berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut.
Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan mempunyai
kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan.
Sebanyak 1–5% penderita dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan
berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten.
b. Penularan.
Orang tersebut akan terus-menerus membawa virus hepatitis B dan bisa
menjadi sumber penularan. Penularannya melalui :
- Dapat terjadi lewat jarum suntik, pisau, tato, tindik, akupunktur atau
penggunaan sikat gigi bersama yang terkontaminasi, transfusi darah,
penderita hemodialisis yang menerima produk tertentu dari plasma dan
gigitan manusia.
- Menghindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi,
- Hindari penyalahgunaan obat
- Menghindari pemakaian bersama sikat gigi atau alat cukur,
- Menghindari daerah dimana penyakit ini endemik ( Kutub, Afrika,
Cina, Asia Selatan dan Amazon ), bentuk penularan yang sering adalah
secara perinatal dari ibu terinfeksi pada bayinya. Pengguna obat IV
yang sering bertukar jarum dan alat suntik
- Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang
yang terinfeksi
- Pria homoseksual yaang secara seksual aktif
- Pasien rumah sakit jiwa
- Kontak serumah denag karier hepatitis
- Pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak
dengan darah
c. Gejala
Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah, kadang-
kadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu makan,
mata dan kulit kuning yang didahului dengan urin berwarna gelap. Gatal-
gatal di kulit, biasanya ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam.
d. Patofisiologi.
Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung, melalui
mebran mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati, replikasi
perlu inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu mengalami
gejala. Beberapa infeksi tidak terlihat untukmereka yang mengalami gejala,
tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dengan demam yang diikuti ruam,
kekuningan, arthritis, nyari perut, dan mual. Pada kasus yang ekstrem, dapat
terjadi kegagalan hati yang diikuti dengan ensefalopati. Mortalitas dikaitkan
dengan keparahan mendekati 50%. Infeksi primer atau tidak primer tampak
secara klinis, sembuh sendiri dalam 1 sampai 2 minggu untuk kebanyakan
pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat menetap selama beberapa
dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi kronik pada saat
pasien mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi berhubungan
dengan hepatitis kronik dapat menjadi parah, dengan kanker hati, sirosis dan
asites terjadi dalam beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun setelah
infeksi awal.
e. Diagnosis.
Tes serologik untuk hepatitis akan member informasi diagnostik dan
informasi tentang tingkat penularandan kemungkinan tahap penyakit. Tes
dilakukan langsung berhubungan dengan virus dan antibodi yang dihasilkan
penjamu dalam merespons protein tersebut. Virus mempunyai inti dan
bagian luar sebagai pelindung. Protein behubungan dengan bagian antigen
inti dan antigen permukaan. Tes laboratorium untuk antigen inti tidak
tersedia, tetapi antigen permukaan sering menunjukan HBsag, yang dapat
didetekasi, dalam beberapa minggu awal infeksi. Peningkatan titer selama
beberapa minggu dan juga terjadi penurunan pada tingkat yang tidak dapat
dideteksi. Adanya HBsag menadakan infeksi saat itu dan tingkat penularan
relative tinggi. Antigen lain yang merupakan bagian dari virus disebut e
antigen ( HBeag ). HBeag adalah penanda ketajaman yang sangat sensitive
karena dapat dideteksi dalam perkiraan terdekat pada waktu penyakit klinis
dan pada saat di mana tampak risiko menjadi lebih besar untuk menular.
f. Vaksin.
Vaksin hepatiis B dihasilkan dengan menggunakan antigen hepatitis B
untuk menstimulasi produksi antibodi dan untuk memberikan perlindungan
terhadap infeksi, keamanan, dan keefektifannya mendekati 90% dari
vaksinasi. Karena virus hepatitis B mudah ditularkan dengan jarum suntik
di area perawatan kesehatan. Penurunan infeksi perinatal dan risiko
penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan secara rutin
pada bayi setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang sebelumnya tidak
terinfeksi ) akan memiliki serologi hepetitis B yang positif hanya pada
HBsab. Ini menjamin kekebalan yang dihasilkan olah vaksin yang dapat
dibedakan dari produksi alami, saat inti antbodi juga ada.
3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada seseorang
selama puluhan tahun dan perlahan-lahan tapi pasti merusak organ hati. Penyakit
ini sekarang muncul sebagai salah satu masalah pemeliharaan kesehatan utama di
Amerika Serikat, baik dalam segi mortalitas, maupun segi finansial. Biasanya
orang-orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya
mengidap penyakit ini, karena memang tidak ada gejala- gejala khusus. Beberapa
orang berpikir bahwa mereka hanya terserang flu. Gejala yang biasa dirasakan
antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya selera
makan.
a. Patofisiologi.
Hepatitis C sekarang diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 150.000 orang
per tahun di Amerika Serikat. Hal ini dianggap menjadi penyakit yang
ditularkan hampir selalu melalui transfusi darah. Namun, ada bukti bahwa
virus ditularkan melalui cara perenteral lain ( menggunakan bersama jarun
yang terkontaminasi oleh pengguna obat intravena dan tusukan jarum yang
tidak disengaja dan cedera lain pada petugas kesehatan ). Terdapat bukti
lanjut dimana virus ditularkan melalui kontak seksual.
b. Diagnosis.
Tes serologik saat bisa dilakukan untuk mendeteksi virus hepatitis C dengan
antibodi yang diinterpretasi secara terbatas. Banyak pasien yang memiliki
gejala klinik dari virus hepatitis perlu dilakukan tes. Tes fungsi hati
digunakan untuk mendapat status hepatitis. Penyakit ini tidak terlalu
dipahami pada saat ini, tapi peningakatan dan biasanya ditemukan
penurunan berulang enzim hati. Dengan informasi ini dan tanda klinis lain,
dipercaya bahwa sebanyak separuh dari semua pasien mengalami infeksi
hepatitis C yang berkembang menjadi infeksi kronik. Hal ini telah
menunjukan penyebab utama penyakit hati kronik dan sirosis di Amerika
Serikat.
c. Penatalaksanaan.
Saat ini, tidak diketahui terapi, vaksin atau agens profilaktik pasca
pemajananyang diakui untuk hepatitis C. Petugas perawatan kesehatan
harus mengikuti prinsip kewaspadaan umum untuk meminimalkan risiko
penularan karena pekerjaan. Prinsip ini didasarkan pada pemahaman bahwa
populasi yang terinfeksi adalah carrier penyakit ini. Perhatian terhadap
jarum dan kewaspadaan yang tepat harus digunakan pada semua pasien.
4. Hepatitis D
Virus Hepatitis D (HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yakni virus
RNA yang tidak lengkap, memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi
dan patogenisitasnya, tetapi tidak untuk replikasinya. Penularan melalui hubungan
seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi,
dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat progresif.
Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru atau berulang
dan sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai carrier hepatitis B.
Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan untuk virus ini dicapai
sebagai keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B. Perilaku preventif terhadap
virus darah ini ( tidak menggunakan jarum bergantian dan menggunakan kondom
pada saat berhubungan seksual ) harus ditekankan pada orang yang terinfeksi
hepatitis B yang tidak terinfeksi hepatitis D.
5. Hepatitis E
V. GAMBARAN KLINIS
B. Stadium ikterus adalah stadium kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung
2-3 minggu atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh,
seperti diisyaratkan oleh namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain
adalah :
a. Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodormal
b. Pembesaran dan nyeri hati
c. Splenimogali
d. Mungkin gatal (pruritus) di kulit
C. Stadium pemulihan dalah stadium ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul
dalam4 bulan untuk hepatitis B dan C dan dalan 2-3 bulan untuk hepatitis
A. Selama periode ini :
a. Gejala-gejala mereda, termasuk ikterus
b. Nafsu makan pulih
Penatalaksanaan :
IX. PENCEGAHAN
Sebagian besar penyakit hati disebabkan oleh virus maka upaya
pencegahan penyakit hati yang akan dibicarakan adalah hepatitis virus. Penularan
hepatitis A dan E melalui fese-oral sedangkan penularan hepatitis B/D dan C
melalui parenteral, seksual, perinatal dan transfusi darah maka usaha pencegahan
yang harus dilakukan adalah :
A. Pencegahan penyebaran dengan :
1. Perbaikan/peningkatan kebersihan lingkungan dan sanitasi
2. Peningkatan mutu air minum
3. Kebersihan perseorangan dengan selalu mencuci tangan sebelum
makan.
4. Pemberian darah hanya dilakukan pada kondisi yang benar-benar
diperlukan.
5. Pemeriksaan darah, semen, jaringan, organ donor,
6. Peringatan dan pelaksanaan proses penyuntikan yang aman.
7. Penggunaan sarung tangan, masker dan penutup badan pada saat
menangani material yang menular atau terkontaminasi.
8. Sterilasi semua material dan instrumen untuk operasi atau
penganan gigi yang tidak sekali pakai (nondisposable).
9. Penggunaan jarum injeksi yang steril pada pengguna obat-obat
terlarang.
10. Penyuluhan dan konseling untuk masyarakat dan penderita.
B. Imunisasi
1. Imunisasi dengan imunoglobulin (Ig) yang dapat memproteksi
serangan virus secara pasif.
2. Imunisasi dengan vaksin, pencegahan secara aktif terhadap serangan
virus.
Belum ada vaksin atau Ig untuk imunisasi hepatitis C dan E. Vaksin dan Ig
yang sudah ada hanyalah untuk hepatitis A dan B.
a. Vaksinasi hepatitis A
Imunoglobulin untuk pencegahan hepatitis A,: Ig anti HAV
Pemberian Ig padahepatitis A dapat menurunkan insiden sampai 90% ,
tetapi harus sering diulang karena hanya memberi proteksi selama 6
bulan. Pemberian bersama dengan vaksin MMR dan varisela harus
dihindari karena kan melemahkan vaksin, berikan selang waktu 3
bulan untuk MMR dan 5 bulan untuk varisela.
Vaksin virus hepatitis A yang dilemahkan dapat memberika proteksi
panjang (20 tahun).Dapat diberikan bersamaan dengan beberapa vaksin
seperti DPT dan hepatitis B.
b. Vaksinasi hepatitis B
Untuk pencegahan hepatitis B: imunoglobulin hepatitis B (IgHB) yang
mengandung anti HB dengan titer 1:100 000 dan Imunoglobulin (Ig)
yang mengandung anti HB dengan titer 1:100-1:1000. Dosis yang
direkomendasikan untuk IgHB adalah 0,06 ml/kg secara intramuskuler.
Vaksin hepatitis B
Pemberian vaksin hepatitis B dilakukan pada bayi secara rutin dan
pada orang dewasa.Vaksin yang tersedia dibuat secara DNA
rekombinan. Efek samping dari vaksin adalah radang pada tempat
suntikan, sakit kepala, lelah, demam.
Imunisasi yang diwajibkan di indonesia adalah imunisasi hepatitis B
yaitu pada waktu lahir, pada umur 1 bulan, umur 5 bulan dan diulang
pada umur 1 tahun. Sedangkan imunisasi hepatitis A dianjurkan yaitu
pada umur 12-18 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Hayes C. Peter, Mackay, Thomas W., Buku Saku Diagnosis dan Terapi,
cetakan I, EGC, Jakarta, 1997: 165-184.