Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh; NaCl, urea, as urat
dan ammonia. Sebum yang diproduksi melindungi kulit
juga menahan evaporasi air yang berlbhan sehingga kulit
tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat
di kulit menyebabkan keasaman kulit pd pH 5-6,5
Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis
dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh
badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin
diperankan oleh badan krause yang terletak di dermis.
Badan taktil meissnerr terletak di papila dermis berperan
terhadap rabaan. Terhadap tekanan diperankan oleh badan
vater paccini di epidermis
Fungsi pengaturan suhu tbh
Kulit melakukan peranan ini dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot /
kontraksi pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan
pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit
mendapat nutrisi yang cukup baik.
3. Frekuensi dosis
Topical Antibacterial
Mencegah infeksi pd luka bersih.
Banyak sediaan yg ditambah kortikosteroid
tdk mengurangi efektifitas AB hasil > baik
dibanding pemakaian KS saja untuk terapi
diaper dermatitis, otitis externa, dan
impetiginized eczema.
Sediaan kombinasi dua antibiotik infeksi
campuran, memperluas spektrum kerja dan
memperlambat resistensi.
Macam AB topikal
Bacitracin & Gramicidin
gram-positif:streptococci, pneumococci, &
staphylococci, anaerobic cocci, neisseriae, tetanus
bacilli & diphtheria
Bacitracin dpt tunggal atau kombinasi dg
neomycin, polymyxin B atau keduanya.
Bacitracin menyebabkan anaphylaxis (jarang),
Allergic contact dermatitis (sering).
Bacitracin sulit diabsorbsi kulit toksisitas
sistemik <
Gramicidin tersedia hy utk topikal.
Dikombinasi dengan neomycin, polymyxin,
bacitracin, and nystatin. Toksisitas sistemik
pemakaian topikal terbatas .
Sensitisasi jarang terjadi pd dosis terapi
Mupirocin
Scabisid, antipruritus
Bentuk krim atau lotion (Eurax)
Diberikan seluruh tubuh (dagu ke bawah) selama
24 jam dibilas
Alternatif Lindane
ES: dermatitis kontak alergika, iritasi distop
Jangan pada radang akut kulit, mata, membran
mukosa
SULFUR
54
KLASIFIKASI WHO
Cardinal Sign PB MB
(Paucibacillary) (Multibacillary)
Bercak 1-5 >5
55
RIFAMPISIN
• Kapsul/ tablet 150 mg, 300 mg, 450 mg dan 600 mg
DAPSONE
Diamino Diphenyl Sulfone (DDS)
Mekanisme kerja: menghambat sintesis as. folat
Tablet putih 50 mg & 100 mg
LAMPRENE/ CLOFAZIMINE
• Mekanisme kerja: pengikatan DNA
• Juga sebagai anti reaksi (antiinflamasi)
• Kapsul coklat 50 mg, 100 mg
56
Pausi Basiler (PB): 6 blister 6-9 bulan
Di depan petugas; bulanan:
RMP 600 mg & DDS 100 mg
Di rumah; harian: DDS 100 mg
Multi Basiler (MB): 12 blister 12-18 bulan
Di depan petugas; bulanan:
RMP 600 mg; Lampren 300 mg; DDS 100 mg
Di rumah; harian: Lampren 50 mg; DDS 100 mg
KEADAAN KHUSUS
Bumil: aman
Px TB: RMP sesuai dosis TB
57
EFEK SAMPING
Minor Teruskan
Mayor Hentikan
Efek samping Penyebab Tatalaksana
Alergi, urtikaria, dapsone PB: ganti clofazimine
ENL (Eritema Nodosum MB: tanpa dapsone
Leprosum) Tx: Prednison
58
FAKTOR YANG MEMPERSULIT
PENGOBATAN:
+ AIDS !!! 59
PENYEBAB RESISTENSI
Pemakaian obat tunggal
Panduan obat tidak adekuat (jenis/ lingkungan
sudah resisten)
Pemberian tidak teratur
Penyediaan ke daerah tidak reguler
Pemakaian cukup lama
Pengetahuan pasien kurang
60
Asuhan Keperawatan
Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Integumen
Dermatitis Atopik
Peradangan kulit yang melibatkan
perangsangan berlebihan (alergi)
Melibatkan limfosit dan sel mast
Histamin dari sel mast menyebabkan rasa
gatal dan eritema
Sering dijumpai pada bayi, anak terkadang
menetap sampai dewasa
Dermatitis Atopik
Gambaran klinis
Eritema disertai lesi krusta dan basah pada bayi,
lesi sering muncul diwajah dan bokong pada anak
yang lebih tua
Remaja lebih sering muncul ditangan dan kaki,
dibelakang lutut dan dilipat siku
Pruritus hebat
Dermatitis Atopik
Penatalaksanaan
Hindari dari iritan atau alergan
Pemberian antihistamin untuk mengontrol rasa
gatal
Kompres dingin untuk mengurangi peradangan
Steroid topical dosis rendah
Dermatitis Kontak
Peradangan kulit akut atau kronik akibat
terpapar dengan iritan atau alergen
Lokasi dermatitis sesuai dengan tempat
terpapar/pajanan
Respon hipersensitif tipe IV (bersifat lambat
< 24 jam dari kejadian)
Dermatitis Atopik
Gambaran klinis
Adanya papul, eritema & vesikel basah didaerah
kontak. Vesikel pecah dan membentuk krusta.
Pruritus mungkin sangat hebat
Penatalaksanaan
Identifikasi penyebab dermatitis
Kompres dingin untuk kurangi peradangan
Terapi anti inflamasi topikal jangka pendek
seperti steroid untuk hentikan radang
Selulitis
Infeksi lapisan dermis atau subcutaneus oleh
bakteri
Biasa terjadi setelah luka atau gigitan di kulit
Biasanya disebabkan oleh streptococcus
phyogenes
Komplikasinya bisa menyebabkan gangrene,
abses menyebar dan sepsis
Selulitis
Gambaran klinis
Daerah kemerahan membengkak di kulit serta
terasa hangat dikulit serta terasa hangat dan nyeri
bila dipegang
Penatalaksanaan
Antibiotik sistemik
Herpes Zoster
Disebabkan oleh virus varicella
Terjadi pada pasien dengan penurunan
imunitas seperti leukemia, lymphoma, AIDS
Tzank’s Smear untuk mengetahui
“multinucleated giant cell”
Herpes Zoster
Gambaran klinis
Vesikel berbentuk unilateral sepanjang saraf kranial &
spinal melalui dermatom saraf
Adanya nyeri, gatal, & hepersyhsia
Dapat berkembang menjadi krusta & ulcer disuperficial
membran mukosa
Penatalaksanaan
Acyclovir (Zovirax) anti virus
Kompres dingin untuk mengurangi nyeri
Cegah infeksi tambahan
Herpes Simplex
Disebabkan oleh virus herpes simplex
Vesikel yang terbentuk diikuti oleh perasaan
terbakar dan gatal
Eksudat jernih diikuti krusta
Biasanya di daerah hidung, pipi, leher,
telinga, dan genitalia
Herpes Simplex
Penatalaksanaan
pemberian topikal anastesi dan nyeri
Acylclovir (anti virus)
Hindari dari matahari
Tingkatkan kebersihan diri
HIndari kontak pada daerah luka
Pressure Ulcers
Lesi pada kulit disebabkan oleh tekanan terus
menerus menyebabkan kerusakan jaringan dasar
Terjadi umumnya pada area tubuh yang mendapat
tekanan lebih besar dari BBpada tulang yang
menonjol
Berkembang ketika jaringan lunak (kulit,
jar.subcutaneus, otot) ditekan antara tulang menonjol
dan permukaan keras dalam waktu yang lama
Periode waktu sebelum terjadi kerusakan jaringan
bervariasi antara setiap klien
Pasien yang dilemahkan dapat mengalami kerusakan
jaringan permanen dalam waktu 2 jam
Pressure Ulcers
Malnutrisi merupakan faktor risiko utama
Faktor yang dapat diidentifikasi dengan
pengkajian :
Sensori persepsi
Kelembapan
Aktivitas
Mobilitas
Nutrisi
Friksi
Patofisiologi Pressure Ulcers
Tekanan terus menerus pada jar. Lunak antara tulang meninjol dan permukaan keras
Nekrotik area
Infalamasi
Penatalaksanaan Pressure Ulcers
Managemen nutrisi
Managemen beban jaringan
Spesial low pressure beds
Perawatan luka ulcer
Monitoring Healing
jika tidak sembuh dalam 2 minggu dengan
nutisi adekuat, pengurangan tekanan, daily
cleaning, dressing pertimbangkan untuk
topical antibiotik
Pressure Ulcer Degree
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Sindrom Stevens-Johnson
Definisi
Sindrom yang yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium, dan mata dengan KU
bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan
pada k ulit berupa eritema, vesikal/bula, dapat
disertai purpura
Sindrom Stevens-Johnson
Etiologi
Alergi Obat (penisilin & semisintetiknya,
streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin,
antipiretik/analgesik(e.g. derivate
salisil/pirazolon, metamizol, metapiron,
parasetamol), klorpomasin, karbamazepin, klinin,
antipirin, tegretol dan jamur
Infeksi
Keganasan
Dll.
Patogenesis
Dasar patogenesis, hipersensitivitas tipe III dan IV
Reaksi tipe III
Terbentuknya kompleks antigen-antibody mikro presipitasi
3. Palpasi
Pemeriksaan
Anamnesa
Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan fisik
peralatan:
1. Penggaris/meteran untuk mengukur luas luka
2. flashlight/ lampu senter untuk menerangi luka
3. kaca pembesar untuk membantu dalam
pemeriksaan luka
4. sarung tangan disposibel untuk melindungi
pemeriksa ketika malakukan pemeriksaan luka
91
RIWAYAT KESEHATAN
Pertanyaan dimulai dengan masalah atau keluhan
yg dirasakan.
Misal :
gatal-gatal ?
benjolan di kulit ?
Pengkajian pola sehat sakit
Pola pemeliharaan kesehatan
Pola peran kekerabatan
PENGKAJIAN POLA SEHAT-SAKIT
Untuk Mengkaji POLA SEHAT-SAKIT
Pertanyaan Yang Diajukan Meliputi:
Riwayat kesehatan sekarang
Status perkembangan
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Untuk menanyakan riwayat kesehatan sekarang dan
keluhan pasien ?
Tanyakan akan adanya , demam, lesi, kemerahan,
memar dll.
Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk informasi masalah kesehatan dahulu, dapat
diajukan pertanyaan-pertanyaan tentang :
Pekerjaan ?
aktivitas sehari-hari?
Apakah gangguan kulit mempengaruhi peran
dalam kehidupannya ?
Karakteristik Kulit Normal
Warna : Warna Kulit bervariasi antara orang yang
satu dengan yang lain tergantung ras (Merah
muda - Hitam)
Tekstur Kulit Lembut Kering, normal juga
Elastis.
Suhu : Suhu Normal Hangat pada konsisi
tertentu bisa berubah
Kelembaban Akan teraba kering dpt
meningkat jika aktivitas meningkat
Bau : Normal Tidak Berbau
KULIT
Inspeksi
1. Warna Kulit
2. Vaskularisasi
3. Keringat
4. Edema
5. Injuri
6. Perlukaan/Lesi Pada Kulit
99
PALPASI
Catat :
1. Perubahan dalam Suhu / Temperatur
2. Kelembaban. Kering pada dehidrasi
3. Periksa Adanya Nyeri Tekan
4. Tekstur. Mengacu pada Halus atau kasar.
Kasar dan kering pada hipotyroid. Lembut dan
halus pada hiperthyroid
5. Turgor Mengacu pada elastisitas kulit.
6. Adanya Lesi Distribusi, tipe, warna
100
Elastisitas kulit atau turgor menggambarkan keadaan
keseimbangan cairan tubuh . secara sederhana dengan
melakukan pemeriksaan turgor kulit . dapat diketahui
derajat kekurangan cairan tubuh ( dehidrasi ).
cara pemeriksaan
1. Pastikan bagian ( lengan / perut ) yang akan diperiksa
terbuka
2. Pemeriksa menjepitkan ibu jari dan telunjuk pada kulit,
3. Lepaskan jepitan dan perhatikan waktu yang diperlukan
kulit untuk kembali seperti semula ( dalam detik )
PERUBAHAN WARNA
Cyanosis, Warna kebiruan-biruan, mungkin terlihat
di bawah kuku, bibir, dan mukosa mulut. Terjadi
karena penurunanan ikatan oksihemoglobin, atau
penurunan oksigenasi darah. Dapat disebabkan
oleh penyakit paru, penyakit jantung,
abnormalitas hemoglobin, atau karena udara
dingin.
102
Pallor (Pucat), Penurunan warna kulit. Terjadi karena
penurunan aliran darah ke pembuluh darah superfisial
atau penurunan jumlah hemoglobin dalam darah.
Pucat mungkin terjadi di muka, palpebra konjunctiva,
mulut dan di bawah kuku
Nodula Tonjolan padat berbatas tegas, lebih besar daripada papula 0,5-2
cm.
Tumor Tonjolan padat seperti nodula, lebih besar ukurannya.
Vesikula Papula dengan cairan serosa di dalamnya.
(kutil)
(Lepuh)
/ bisul
112
MAKULA………..
VESIKULA PUSTULA
CONDILOMA (JENGGER AYAM)
JENIS LESI: VESIKULA
PAPULA……
JARANG CUCI MUKA SIAPA YANG BISA
SICH…… MENGHITUNG?????
JERAWATANKAN…. ?
TIPE-TIPE LESI CONT’
2. LESI SEKUNDER
LESI KETERANGAN
EROSI Kehilangan epidermis superfisial, menyisakan area
yang lembab yang tidak mengeluarkan darah. Misalnya:
permukaan kulit setelah pecahnya vesikel
ULKUS Kehilangan permukaan yang lebih dalam yang dapat
berdarah atau meninggalkan jaringan parut. Misalnya
kankre sifilitis, ulkus karena insufisiensi venosa
FISURA Pecahnya kulit membentuk garis lurus.
EROSI FISURA
ULKUS
BENDA-BENDA PADA PERMUKAAN KULIT
JENIS KETERANGAN
SCABIES
Klasifikasi luka akibat tirah baring
(Pressure Ulcers) menurut EPUAP
Tingkat Gambaran
Tingkat 1 Eritema yang warnanya tidak berubah menjadi pucat
bila ditekan dengan jari pada kulit yang masih utuh
122
Kuantitas
texture: kasar, halus, lurus, keriting, sangat kusut,
kuat, berkilauan, mudah rontok.
Warna. Bervariasi mulai dari putih bercahaya
sampai hitam. Perubahan warna dipengaruhi oleh
usia, nutrisi, penyakit, dll
123
KUKU
INSPEKSI dan PALPASI
Bentuk. Anonyhia : tidak mempunyai kuku sama sekali
Ketebalan
124
BERBAGAI KONDISI KUKU
KONDISI KETERANGAN
KUKU
Kuku normal Sudut normal 1600
Clubbing finger Falang dorsal membulat & menggembung, kecembungan dari lempeng
kuku meningkat. Sudut kuku meningkat 180 0. misal pda penyakit
jantung, paru
Paronikia Inflamasi dari lipatan kuku proksimal dan lateral, dapat akut atau
kronis. Lipatan berwarna merah, bengkak, mungkin nyeri tekan
Onikolisis Pelepasan lempeng kuku yang tidak terasa sakit dari bantalan kuku,
dimulai dari distal. Banyak penyebabnya.
Kuku terry’s Keputihan dengan pita distal kemerahan atau coklat. Terlihat pada
penuaan dan beberapa penyakit kronis
interstisiel
Gangguan perfusi (syok seluler)
hipoksemia
3. Gangguan gastrointestinal
Pelepasan
mioglibin & Kerusakan jar. Otot & eritrosit Cedera dermal
hemoglobin Kelompok 10 148
Syok hipovolemik
Gagal ginjal akut
Masalah pernapasan akut, injury inhalasi, aspirasi gastric,
pneumonia bakteri, edema.
Paru dan emboli
Sepsis pada luka
Ileus paralitik
Kelompok 10 149
Luas luka bakar : Rules of nines (dewasa),
surface of patient’s palm = 1% BSA (anak)
Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (Body Surface Area)
Usia Area
A = Separuh kepala B = Separuh dari C = Separuh dari
sebelah paha sebelah kaki
0 9½ 2¾ 2½
1 8½ 3¼ 2½
5 6½ 4 2¾
10 5½ 4½ 3
15 4½ 4½ 3¼
Dewasa 3½ 4¾
Kelompok 10
3½ 151
KATEGORI PASIEN DAN INDIKASI
RAWAT
1. Berat :
Derajat II – III > 20% (usia < 10 thn atau > 50 thn)
Derajat II – III > 25 % selain kelompok usia di atas
Mengenai muka, telinga, tangan, kaki, perineum
Cedera inhalasi
Luka bakar listrik
Disertai cedera lain
Pasien resiko tinggi
KATEGORI PASIEN DAN INDIKASI
RAWAT
2. Sedang
Luas 15 – 25% dengan derajat III < 10% pada
dewasa
Luas 10 – 20% (usia < 10 tahun atau > 50
tahun
dengan derajat III < 10 %
Derajat III < 10% tidak mengenai muka,
tangan, kaki dan perineum pada anak dan
dewasa
KATEGORI PASIEN DAN INDIKASI
RAWAT
3. Ringan
Luas < 15% pada dewasa
Luas < 10% pada anak dan usia lanjut
Derajat III < 2% pada segala usia, tidak
mengenai muka, tangan, kaki dan perineum
DIAGNOSA KEP.
Ggn pertukaran gas b.d keracunan gas CO, inhalasi
asap, dan obstruksi jln nfs atas
Tdk efektif bersihan jln nfs b.d edema dan efek
inhalasi asap
Defisit vol cairan b.d peningktn permeabilitas kapiler
Hypotermia b.d kehilangan mikrosirkulasi kulit dan
luka terbuka
Nyeri b.d injuri jaringan dan syaraf
Kecemasan b.d dampak emotional dr injury
Prinsip2 Penatalaksanaan
Pernafasan
Menilai kemungkinan keracunan CO
Melakukan eskarotomi bila terdapat eskar melingkar
di dinding dada.
Memberikan oksigen dan ventilasi
Prinsip2 Penatalaksanaan
Sirkulasi
Akses vena yang adekuat
Monitoring tanda2 vital
Monitor produksi urin tiap jam
• Dewasa : 30-50 mL/jam
• Anak2 : 1.0 ML/kg/jam
neurogenik syok
Nyeri yang hebat dapat menyebabkan
neurogenik syok yang terjadi pada jam-jam
pertama setelah trauma. Morphin diberikan
dalam dosis 0,05 mg/Kg (iv).
Pemberian cairan
Rumus Baxter
4 ml warmed Ringer’s lactate
solution/kg/% BSA in 1st 24 hours
• ½ in first 8 hours
• ½ in next 16 hours
Berdasar waktu mulai saat terjadi trauma.
EVANS FORMULA
KOLOID: 1 ML X KG BB X %BSA
Elektrolit / saline : 1 ml x BBx % BSA
GLUKOSA 5%: 2000ml
Hr 1 : ½ diberikan dl 8 jam; dipertahankn ½ lg
sampai 16 jam
Hr 2 : koloid dan elektrolit
BROOKE ARMY FORMULA
Koloid : 0,5 ml x kg BB x % BSA
Elektrolit (RL): 1,5 ml x kg BB x % BSA
GLUKOSA 5 % : 2000 ML
HR 1 : ½ DL 8 JAM; DILANJUT s.d 16 jam
Hr 2 : ½ koloid, ½ elektrolit
Rumus formula Parland
Cairan ringer lactat ( RL ) 4 ml / kg BB / % luka bakar pada 24 jam pertama.
Keterangan :
Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan.
Pada 8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan.
Pada 8 jam III diberikan sisanya.
Contoh :
BB pasien 50 kg, luas luka bakar : 40 % maka kebutuhan cairan pasien adalah 4
X 50 X 40 = 8.000 ml diberikan dengan pembagian :
8 jam I diberikan 4.000 ml
8 jam II diberikan 2.000 ml.
8 jam III diberikan 2.000 ml
Penatalaksanaan Lanjutan
Identifikasi adanya cedera ikutan
Data dasar analisa gas darah dan foto
thorax
Dokumentasi data yang kontinyu (flow
sheet).
Monitoring
Tanda-tanda vital
Jalan nafas/pernafasan
AGD, kadar CO ,foto thorax
Sirkulasi
Produksi urin (1/2 – 1 cc/kg BB/jam)
CVP
Balans cairan (insensible water loss/IWL ±
800cc)
Pemasangan NGT
Myoglobinuria
• Diuresis ↑: 100 ml urine / hour
• Mannitol : 25 g IV
Asidosis metabolik
• Menjaga perfusi adekuat
• Sodium bikarbonat
Jangan terjadi lagi !!!.....
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGANPENYAKIT
CAMPAK
.
CAMPAK,
MORBILLI, MEASLES,
GABAKEN, JABAK-
JABAK, KERUMUT
SIMANIH, SARAMPA
(Simanis – Padang
Kampung)
Definisi CAMPAK
Campak (Morbili) adalah : Penyakit anak menular yang
lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama
ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam,
scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Nelson, 2000)
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium
erupsi, dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara
droplet dan kontak langsung dengan pasien(Mansjoer,
2002).
Etiologi Penyakit CAMPAK
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus
Virus campak
Cara Penularan Penyakit
Campak
. Penularan terjadi melalui udara, kontak langsung dengan
sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh
kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan
sekresi hidung dan tenggorokan. Penularan dapat terjadi
antara 1 – 2 hari sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai 4
hari setelah timbul ruam.
Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan
kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melelui
plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayi berusia
4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk
antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima Vaksinasi
campak. (Widoyono, 2011).
Manifestasi Klinis pada Penyakit
CAMPAK
1 Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat
ruam keluar :
Coryza
Conjunctivitis
Cough
Munculnya Koplik’s spot
Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan
Bercak Koplik’s
Konjungtivitis
Penyakit ini dibagi dalam 3
stadium, yaitu (Hassan, et al, 1985,
&atauAndriyanto,
1. Stadium Kataral
Prodromal : 1996).
2. Stadium
Erupsi :
3. Stadium
berlangsung 4-5 Konvalensi atau
Batuk pilek
hari, ditandai penyembuhan :
bertambah, suhu
dengan panas, lesu, Erupsi (bercak-
badan meningkat
batuk-batuk dan bercak) berkurang,
oleh karena panas
mata merah. Pada meninggalkan bekas
tinggi, kadan-
akhir stadium, kecoklatan yang
kadang anak
kadang-kadang disebut
kejang-kejang,
timbul bercak hiperpigmentation,
disusul timbulnya
Koplik`s. (Koplik tetapi lama-lama
rash (bercak
spot ini akan hilang sendiri.
merah yang
menentukan suatu panas badan
spesifik), timbul
diagnose pasti menurun sampai
setelah 3 – 7 hari
terhadap penyakit normal bila tidak
demam. Koriza
campak.) terjadi komplikasi.
dan batuk-batuk
bertambah.
Timbul enantema.
.
.
Konjungtivitis
Bronchopneumo
Ensefalitis
nia Komplikasi
Penyakit
CAMPAK
Otitis Media
Akut Enteritis
Patofosiologi CAMPAK
•Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitelnasofaring.
•Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut kedalam kelenjar
limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada
semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari
dari infeksi awal.
•Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata
merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin
tinggi.
•Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak
awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan
saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis.
WOC CAMPAK
WOC Klick Here (^-^) (*-^)_.docx
Pencegahan Campak
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan
primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang
tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak,
Edukasi kepada orang tua anak. Tindakan yang perlu dilakukan seperti
penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi
untuk terkena penyakit Campak.. (penyuluhan dan Imunisasi).
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini Campak serta penanganan segera dan efektif.
(pengobatanpenyakit Campak).
Lanjutan Pencegahan
CAMPAK :
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
dalam 1x24 jam diare pasien teratasi,
Dengan kriteria hasil :
Tidak ada diare
Pola BAB normal
Hidrasi baik (membrane mukosa, vital sign dalam rentang normal).
Intervensi Diagnosa 4 !!!
1. Pantau berat badan, suhu, kelembaban pada rongga oral, volume
konsentrasi urin
2. Ukur berat jenis urine (Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan terjadinya
gagal ginjal akut pada respon terhadap hipovolemia).
3. Observasi kulit /membrane mukosa untuk kekeringan, dan turgor
kulit sebagai indicator dehidrasi.
4. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering
dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.
5. Berikan : Bentuk-bentuk cairan yang menarik ( sari buah, sirup
tanpa es, susu ), motivasi anak untuk banyak minum air putih.
6. Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat. Untuk membantu
menentukan dan memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
ASPEK LEGAL
ETIK
KEPERAWATAN
Identifikasi Issu
KLASIFIKASI LUKA
LOKASI LUKA
MEASURE
M(MEASURE) MENGUKUR PANJANG, LEBAR,
KEDALAMAN
E(EKSUDAT) JUMLAH DAN KUALITAS
EKSUDAT DAN BAU
A(APPEARANCE) PERMUKAAN LUKA, JENIS
JARINGAN
S(SUFFERING) ADANYA NYERI DAN
TINGKAT NYERI
U(UNDERMINING) ADA ATAU
TIDAKNYA GOA
R(REEVALUASI) MENGETAHUI
ADANYA KOMPLIKASI DAN
PERKEMBANGAN LUKA
E(EDGE) KONDISI TEPI LUKA DAN
KULIT SEKITAR
MEASURE
PENGUKURAN LUKA
PANJANG (VERTIKAL AXIS HEAD TO
TOE, JAM 12-06)
LEBAR (HORISONTAL JAM 03-09)
KEDALAMAN (DARI EPIDERMIS YANG
UTUH DAMPAI BAGIAN TERDALAM
DARI LUKA)
EXUDAT
KARAKTERISTIK EXUDAT:
SEROUS,HEMOSEROUS,PURULENT
JUMLAH EXUDAT
BAU : TIDAK ADA SEDANG
MENYENGAT
APPEARANCE
(WARNA DASAR LUKA)
Stadium IV: rusaknya lapisan sub kutan hingga tulang dan otot Sistem
RYB (Red Yellow Black)
UNDERMINING (GOA)
ADA ATAU TIDAKNYA GOA
DIUKUR PANJANGNYA, LOKASI PADA
JAM BERAPA (SEARAH JARUM JAM)
a Goa
2 FAKTOR EKSTRINSIK
meliputi : pengobatan, radiasi trauma, dll
INFEKSI
Kejadian infeksi dapat diidentifikasi
dengan adanya tanda-tanda infeksi
secara klinis, spt peningkatan suhu
tubuh, jumlah leukosit yang meningkat
Luka terinfeksi ditandai dengan erithema
yang makin meluas, edema, cairan
purulent, nyeri, peningkatan suhu tubuh,
peningkatan jumlah sel darah putih dan
timbul bau yang khas
CARA PENGAMBILAN KULTUR LUKA
1. Siapkan alat
2. Cuci tangan
3. Buka balutan lama
4. Cuci luka dgn cairan nontoksik JANGAN
DENGAN ANTISEPTIK
5. Keringkan dengan kasa steril
6. Diamkan luka sampai mengeluarkan eksudat
7. Lakukan teknik sampling secara zig-zag sebanyak
10 x usapan yang mewakili seluruh area luka
8. Segera kirim sampel ke lab
PRINSIP PENCUCIAN LUKA
TUJUAN
1. Memfasilitasi fase fagositosis
ALGINATE
MENGANDUNG CALCIUM/SODIUM
ALGINATE, ASAL RUMPUT LAUT
NONADHESIF, NONOKLUSIF, ABSORB
TIDAK MENINGGALKAN
RESIDU,ABSORBEN DENGAN DAYA
SERAP YANG LEBIH TINGGI, NYAMAN
DIGUNAKAN, KONTROL
HYPERGRANULASI
ANTI MIKROBIAL
EFEKTIF PADA KASUS INFEKSI
2. BENGKOK
4. TEMPAT SAMPAH
5. TRANSPARANT DRESSING
6. VERBAN
7. GUNTING VERBAN
8. HYPAFIX
C. OBAT
1. ANTISEPTIK
2. ANALGETIK
3. CAIRAN ISOTONIK
III.PERSIAPAN PENDERITA
1. PERKENALKAN DIRI
4. GUNAKAN SKORT