ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keharmonisan
keluarga dengan sikap terhadap seks pranikah pada remaja. Hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara keharmonisan keluarga
dengan sikap terhadp seks pranikah. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Psikologi sebanyak 70 orang, laki-laki 36 orang dan perempuan 34 orang.
Alat ukur yang digunakan adalah skala keharmonisan keluarga dan skala sikap
terhadap seks prnikah. Analisa penelitian ini menggunakan teknik korelasi product
moment dari Pearson. Hasil analisis menunjukkan nilai rxy sebesar -0,354 (p<0,01).
Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat siginifikan antara keharmonisan
keluarga dengan sikap terhadp seks pranikah. Dengan demikian, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima. Variabel keharmonisan keluarga memberikan
sumbangan sebesar 12,5%, terhadap sikap terhadap seks pranikah, sedangkan 87,5%
dipengaruhi oleh faktor lainya. Yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 1
Kategorisasi Variabel Keharmonisan Keluarga
Deviasi Standar Skor Klasifikasi Frekuensi %
X<(µ-1ơ) X<80 Rendah 0 0
(µ-1ơ)≤X≤ (µ+1ơ) 80≤X≤120 Sedang 21 30
(µ+1ơ)<X 120<X Tinggi 49 70
Ket:
µ = mean hipotetik
ơ = standar deviasi
X = skor subjek
Berdasarkan hasil kategorisasi tampak bahwa umum dapat disimpulkan bahwa subjek
sebanyak 49 subjek (70%) memiliki penelitian ini memiliki tingkat keharmonisan
keharmonisan keluarga yang tinggi, dan keluarga yang sedang cenderung tinggi.
sebanyak 21 subjek (30%) memiliki tingkat Didukung pula dengan hasil perbandingan
keharmonisan keluarga yang sedang dan tidak antara mean empirik dengan mean hipotetik.
ada subjek yang memiliki tingkat Mean empirik yang diperoleh sebesar 120,39,
keharmonisan keluarga yang rendah. Secara lebih besar daripada mean hipotetik (100).
Tabel 2
Kategorisasi Variabel Sikap terhadap Seks Pranikah
Deviasi Standar Skor Klasifikasi Frekuensi %
X<(µ-1ơ) X<76 Negatif 50 71
(µ-1ơ)≤X≤ (µ+1ơ) 76≤X≤114 Netral 20 29
(µ+1ơ)<X 114<X Positif 0 0
Ket:
µ = mean hipotetik
ơ = standar deviasi
X = skor subjek
Berdasarkan hasil kategorisasi tampak bahwa (2003) yang menunjukkan dengan jelas bahwa
sebanyak 0 subjek (0%) memiliki sikap semakin tidak harmonis hubungan antara
terhadap seks pranikah yang positif, dan orangtua dan anak, maka akan semakin buruk
sebanyak 20 subjek (29%) memiliki sikap juga perilaku seksual yang dilakukan anak.
terhadap seks pranikah yang cenderung netral Hal ini terjadi karena orangtua tidak pernah
serta sebanyak 50 subjnegatif. Secara umum memberikan pemahaman yang benar
dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian ini mengenai seksualitas, khususnya seks
memiliki sikap terhadap seks pranikah yang pranikah pada anak. Akibatnya anak anak
netral cenderung negatif. Didukung pula mencari tahu mengenai seksualitas dari
dengan hasil perbandingan antara mean sumber-sumber yang tidak dapat
empirik dengan mean hipotetik. Mean empirik dipertanggung jawabkan kebenarannya.
yang diperoleh sebesar 72,41, lebih kecil Informasi tersebut kemudian akan
daripada mean hipotetik (95). mempengaruhi perilaku anak. Pada akhirnya
Terbuktinya hipotesis yang diajukan anak akan membentuk sikap yang lebih positif
dalam penelitian ini, didukung oleh hasil terhadap seks pranikah . sebaliknya, anak yang
penelitian yang dilakukan oleh Sarwono dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan
sehat, akan tumbuh dan berkembang menjadi televisi. Perubahan dalam nilai kultural dan
anak yang memiliki kepribadian yang matang. keluarga ini telah membuat banyak remaja
Karena dalam keluarga yang harmonis merasa kesepian, bingung dan penuh tekanan
kebutuhan dasar anak (seperti kasih sayang, sehingga seringkali melakukan tindakan yang
perhatian dan rasa aman) dapat terpenuhi. tidak benar, termasuk seks pranikah (Sa’ad,
Dalam keluarga yang harmonis juga terbentuk 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang
suatu bentuk komunikasi yang baik antara dilakukan Rusel (dalam Nurhayati, 2003)
ayah-ibu, ayah-anak dan ibu-anak serta antara tentang pengaruh keadaan keluarga dengan
anak-anak. Komunikasi yang terjalin tidak sikap terhadap seks pranikah pada remaja,
bersifat satu arah melainkan komunikasi yang menunjukkan bahwa keluarga dengan
timbal balik. Hal tersebut menyebabkan anak orangtua yang sering bertengkar dan akhirnya
menjadi ebih bebas dalam mengemukakan bercerai (bahkan tidak memperhatikan
pendapatnya. Pada akhirnya anak akan pendidikan anak) akan membuat anak
menjadi lebih terbuka kepada memiliki sikap permisif terhadap seks
orangtuanya/keluarga. pranikah. Lebih lanjut diuraikan bahwa remaja
Keterbukaan komunikasi yang terjalin yang dibesarkan oleh orangtua tunggal juga
dalam suatu keluarga mencakup berbagai cenderung memiliki sikap permisif terhadap
aspek kehidupan, termasuk dalam masalah seks pranikah. Keadaan tersebut terjadi karena
seksualitas. Keterbukaan komunikasi jika orangtua kemudian berkencan dan
berwujud pada adanya sikap terbukan dan memiliki pacar baru maka, remaja akan
jujur, saling memperhatikan dan mencintai, melihat bahwa hubungan kencan boleh
serta adanya sikap orangtua yang melindungi dilakukan meskipun tidak terikat dalam
anaknya. Apabila suatu keluarga sering perkawinan.
membicarakan seksualitas, khususnya seks Small dan Kern (dalam Nurhayati, 2003)
pranikah maka anak memiliki sikap negatif mengemukakan bahwa tingkat kebebasan yang
terhadap seks pranikah tersebut. Hal tersebut diberikan orangtua berhubugan dengan sikap
karena terbentuknya pengetahuan, permisif remaja terhadap seks pranikah.
pemahaman, keyakinan dn pengalaman yang Orangtua yang terlalu banyak memberikan
benar mengenai seks pranikah berikut kebebasan pada remaja akan menimbulkan
mengenai konsekuensi yang muncul dari sikap yang cenderung permisif terhadap seks
perilaku itu dan pada akhirnya akan pranikah.
membentuk sikap yang negatif terhadap seks Untuk memperkaya hasil penelitian ini,
pranikah (Wahyurini & Ma’shum, 2001). dilakukan analisis tambahan berupa uji
Kualitas hubungan antara anak dengan perbedaan sikap terhadap seks pranikah
orangtua sangat menentukan sikap dan antaralaki-laki dan perempuan. Namun
perilaku anak, terutama remaja yang sudah sebelumnya dilakukan uji asumsi terlebih
memiliki kepekaan emosional yang tinggi. dahulu yaitu uji homogenitas. Hasil uji
Oleh karena itu, hubungan dengan orangtua homogenitas menunjukkan bahwa tidak ada
akan mempengaruhi bagaimana individu perbedaan varian data sikap terhadap seks
melihat diri sendiri, yang memunculkan sikap pranikah dengan nilai koefisien homogenitas
puas atau tidak puas (Walgito, 1991). Remaja sebesar 2,150 (p>0,05). Setelah itu dilakukan
yang merasa tidak dihargai kemampuannya uji perbedaan dengan menggunakan teknik t-
dan tidak dipahami keinginannya serta tidak test. Dari hasil uji beda tersebut diperoleh hasil
diterima oleh lingkungan sekitar (terutama (t) sebesar 4,116 (p<0,01) dengan rerata pada
oleh keluarga) akan cenderung lari dari rumah perempuan sebesar 68,53 dan pada laki-laki
dan mencari teman untuk mendapatkan sebesar 76,08. Dari perbedaan tersebut
perhatian. Padahal, dalam banyak hal remaja menunjukkan bahwa perempuan memiliki
belum mampu untuk menanggulangi imej- sikap yang lebih negatif terhadap seks
imej dan ide-ide yang ada dalam benak pranikah dibandingkan laki-laki. Hasil ini
remaja, dari film, majalah, musik maupun menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap
terhadap seks pranikah antara laki-laki dan sikap terhadap seks pranikah pada remaja
perempuan. Adanya perbedaan lebih cenderung negatif dan sebaliknya semakin
disebabkan karena adanya standar ganda rendah tingkat keharmonisan keluarga maka
norma seksual yang berlaku dalam masyarakat sikap terhadap seks pranikah pada remaja
Indonesia. Kontrol sosial terhadap perilaku cenderung positif. Hasil analisis tambahan
seksual remaja putri cenderung lebih ketat juga menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap
daripada laki-laki. Perempuan dituntut untuk terhadap seks pranikah antara laki-laki dan
lebih hati-hati, dan berperilaku sesuai dengan perempuan, dimana perempuan memiliki sikap
norma, etika yang ada. Sedangkan laki-laki terhadap seks pranikah yang cenderung lebih
lebih bebas dalam berperilaku (Faturochman, negatif daripada laki-laki.
1990). Lebih lanjut, menurut Faturochman, Melalui penelitian ini dapat disarankan
dkk (1992), laki-laki lebih permisif dalam pada remaja dan orangtua untuk tetap
melakukan hubungan seksual sebelum mempertahankan keharmonisan keluarga yang
menikah karena laki-laki tidak langsung sudah ada. Bagi peneliti selanjutnya,
menanggung akibat dari perilaku tersebut yang disarankan untuk meneliti faktor-faktor
berupa kehamilan. Ditambahkan oleh lainnya. Selain itu perlu diperhatikan pula
Rahmawati (2004) bahwa rendahnya sikap standar instruksi dan pengisian skala agar data
terhadap seks pranikah pada perempuan yang diperoleh dapat objektif dan terhindar
karena perempuan tidak mau dipandang dari jawaban faking good.
rendah oleh masyarakat jika mereka
melakukan perilaku seksual pranikah. Daftar Pustaka
Sehingga perempuan merasa perlu untuk
berhati-hati dalam berperilaku dan Azwar, S. 1998. Sikap Manusia dan
menunjukkan sikap yang cenderung negatif Pengukurannya. Yogyakarta :
terhadap seks pranikah. Pustaka Pelajar Offset.
Sumbangan efektif variabel Bruees, C.E. & Greenberg, J.S. 1981. Sex
keharmonisan keluarga pada sikap terhadap Education: Theory and Practice.
seks pranikah sebesar 12,5%. Artinya Third Editions. California :
keharmonisan keluarga memiliki peranan Wadsworth Publishing Company.
dalam pembentukkan sikap terhadap seks Daradjat, Z. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta :
pranikah sebesar 12,5% dan sisanya (87,5%) Bulan Bintang.
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak Dhedhe. 2002. Latar Belakang Perilaku Seks
diteliti dalam penelitian ini. Faktor lain Pada Remaja. http//www.e-
tersebut dapat berupa faktor internal (biologis, psikologi.com. Diakses tanggal 12
psikologis, moral, meningkatnya libido Juni 2006.
seksual, emosional, serta fisik) dan faktor Faturochman. 1990. Sikap dan Perilaku
eksternal (kebudayaan, media massa, pengaruh Seksual Remaja Bali. Laporan
orang lain yang dianggap penting, penundaan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas
usia perkawinan, kurangnya informasi Psikologi Universitas Gadjah Mada.
mengenai seks, tabu dan larangan serta Faturochman, Santoso, H. & Haryanto. 1992.
lingkungan sosial). Beberapa Prediktor Sikap Permisif
Hubungan Seks Sebelum Menikah.
Laporan Penelitian. Yogyakarta :
Kesimpulan dan Saran Fakultas Psikologi Universitas
Berdasarkan hasil analisis data dan Gadjah Mada.
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial.
adanya hubungan negatif yang sangat Bandung : Reflika Aditama.
signifikan antara keharmonisan keluarga Gunarsa, Y.D.S & Gunarsa, S.D. 2001.
dengan sikap terhadap seks pranikah. Semakin Psikologi Perkembangan Anak dan
tinggi tingkat keharmonisan keluarga maka
Remaja. Jakarta : BPH Gunung Sa’ad, H.M. 2003. Perkelahian Pelajar :
Mulia. Potret Siswa SMU di Jakarta.
Hadi, S. 2000. Metodologi Reseacrh I. Yogyakarta : Galang Press.
Yogyakarta : Andi Offset. Sarwono, S.W. 2003. Psikologi Remaja.
Haryati. 2004. Seks Bebas, Ah…… Jakarta : PT Raja Grafindo.
Mengerikan. Shalov, J., Sollinger, I., Spotts, J.,
http://www.pikiranrakyat.com. Steinbrecher, P.S., & Thorpe, D.W.
Diakses tanggal 21 Februari 2004. 2004. You Can Say No to Your
Hawari, D. 2004. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Teenager. Penerjemah : Nova Erna.
Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Pinkbooks.
Yogyakarta : Dan Bhakti Prima Yasa. Wagner, L. & Irawan. 1997. Seksualitas di
Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Development. Pulau Batam. Yogyakarta : Andi
Fourth Edition. Tokyo: McGraw-Hill Offset.
Kagakuskha. Wahyurini & Ma’shum. 2001. Perilaku Seks
Hurlock, E.B. 1992. Psikologi Perkembangan. Remaja. http://www.kompas.com.
Penerjemah : Istiwidayanti & Diakses tanggal 9 Januari 2004.
Soedjarwo. Jakarta : Erlangga. Walgito, B. 1991. Psikologi Sosial : Suatu
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Pengantar. Yogyakarta : Andi Offset.
Surabaya : Usaha Nasional. Widjanarko. 2003. Konsep Informasi
Mayasari, F & Hadjam, M.N. 2000. Perilaku Reproduksi.
Seksual Remaja dalam Berpacaran http://www.suaramerdeka.com.
Ditinjau dari Harga Diri Berdasarkan Diakses tanggal 31 Agustus 2004.
Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi. Vol
5 (2); 120-127.
Nugraha, B.D. 2000. Waspadai Seks Bebas
Kalangan Remaja.
http://www.solusisehat.com. Diakses
tanggal 5 Agustus 2004.
Nurhayati, D.S. 2003. Hubungan Konsep Diri
dengan Sikap terhadap Hubungan
Seks Pranikah pada Remaja Putri.
Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Wangsa Manggala.
PKBI. 1999. Seputar Seksualitas Remaja.
Yogyakarta : PKBI.
Rahmat, J. 1992. Psikologi Komunikasi.
Bandung : Remaja Rosda Karya.