Anda di halaman 1dari 8

ATTACHMENT STYLE DENGAN PERILAKU SEKSUAL

PADA REMAJA
(Studi Korelasi Pada Siswa SMA Pasundan 1 Bandung)

Novi Adelina
Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia
adelinanovi@gmail.com
Aas Saomah1
Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia
aas_saomah@yahoo.com
Sri Maslihah2
Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia
smaslihah@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran attachment style pada


siswa SMA Pasundan 1 Bandung, gambaran perilaku seksual pada siswa SMA PAsun-
dan 1 Bandung, dan hubungan antara attachment style dengan perilaku seksual pada
siswa SMA Pasundan 1 Bandung. Attachment style ikatan emosional yang terus
menerus ditandai dengan kecenderungan untuk mencari dan memantapkan kedekatan
terhadap tokoh tertentu, khususnya ketika sedang berada dalam kondisi yang menekan.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang disorong oleh hasrat seksual dengan
lawan jenis mulai dari perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan,
bercumbu sampai dengan bersenggama. Subjek dalam penelitian ini diambil secara sim-
ple random sampling, yaitu 200 siswa SMA Pasundan 1 Bandung. Data dikumpulkan
dengan teknik penyebaran kuesioner, serta divalidasi dan scoring menggunakan skala
likert serta di analisis menggunakan correlation Spearman Rho. Hasil penelitian yang
diperoleh menunjukkan bahwa siswa SMA Pasundan 1 Bandung memiliki attachment
style dengan insecure attached avoidant attachment (Type A) sebanyak 4,5%, securely
attached infant (Type B) sebanyak 81%, insecurely attached resinstant infant (Type C)
sebanyak 10,5% dan disorganized / disoriented attached (Type D) sebanyak 4%. Sedan-
gkan untuk gambaran perilaku seksual yaitu 5 orang (2,5%) memiliki perilaku seksual
yang tinggi dan 195 orang (97,5%) memiliki perilaku seksual yang rendah. Sementara
itu hubungan antara attachment style dengan perilaku seksual adalag signifikan namun
lemah, artinya dari setiap tipe attachment style dengan perilaku seksual memiliki

1
Penulis Penanggung Jawab
2
Penulis Penanggung Jawab

1
hubungan yang rendah, hal ini bisa dijelaskan bahwa attachment style bukan salah satu
ha yang paling kuat hubungannya dengan perilaku seksual pada remaja.

This research aims to know the description of attachment style on the high school
students of Pasundan Bandung 1, description of sexual behavior in high school students
of Pasundan 1 Bandung, and the relationship between attachment style and sexual
behavior in high school students of Pasundan 1 Bandung. Attachment style continuous
emotional bond is characterized by a tendency to seek and establish the proximity of
certain figures, particularly when the conditions are pressing. Sexual behaviour is any
behaviour by disorong sexual desire with the opposite sex ranging from feeling
interested up to date, flirt behaviour up to sexual intercourse. The subject in this study is
taken by simple random sampling, namely 200 high school students of Pasundan 1
Bandung . The Data collected with a questionnaire, as well as the spread of the
technique is validated using likert scale scoring and as well as in the analysis using the
Spearman Rho correlation. The results obtained showed that the high school students of
Pasundan Bandung 1 have insecure attachment style with attached avoidant attachment
(Type A) as much as 4.5%, securely attached infant (Type B) as much as 81%,
insecurely attached infant resistant (Type C) as much as 10.5% and
disorganized/disoriented attached (Type D) as much as 4%. As for the depiction of
sexual behavior that is 5 people (2.5%) and have a high sexual behaviour and 195
people (97.5 percent) had low sexual behavior. Meanwhile the relationship between
attachment styles with sexual behaviour is significant but weak, meaning any type of
attachment style with sexual behavior have a relationship that is low, it is inexplicable
that the attachment style is not one of the most powerful ha has to do with sexual
behavior in teens.

2
Istilah remaja dikenal dengan adolescene untuk menepati kemampuan bersikap
yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dan berperilaku secara dewasa.
dalam perkembangan menjadi dewasa.
Hurlock (1999) mengatakan adolescene Adapun tugas-tugas perkembangan masa
ini berasal dari bahasa latin yang mem- remaja, menurut Havighurst dalam
punyai arti lebih luas yaitu mencakup ke- Hurlock (1980:10) diantaranya mencapai
matangan mental, emosional, social dan hubungan baru dan lebih matang dengan
fisik. teman sebaya, mencapai peran social pria
dan wanita, menerima keadaan fisiknya,
Menurut Sarwono (2006: 204), pada mengharapkan dan mencapai perilaku
proses penyesuaian diri menuju kede- sosial yang bertanggung jawab, mencapai
wasaan, ada 3 tahap perkembangan re- kemandirian emosional dari orangtua,
maja yatiu remaja awal (early adoles- mempersiapkan karier ekonomi,
cence) antara usia 12-15 tahun, remaja mempersiapkan perkawinan dan keluarga
madya (middle adolescence) antara usia dan memperoleh perangkat nilai dan
15-18 tahun. Dan remaja akhir (late ado- sistematis sebagai pegangan untuk
lescence) 18-21 tahun. mengembangkan ideologi.

Usia remaja yang menjelang dewasa ini Perkembangan remaja paling menonjol
menuntut remaja untuk meninggalkan adalah perubahan fisik dan organ-organ
kebiasaan yang melekat di usia kanak- seksual yang menyebabkan hasrat seksual
kanak mereka. Menyikapi kondisi ini, pun berubah. Sarwono (2000)
kadangkala untuk menunjukkan bahwa mengatakan dalam (Notoatmojo, 2007)
dirinya sudah dewasa dan siap menjadi bahwa perilaku seksual adalah segala
dewasa mereka bertingkah laku yang tingkah laku yang disorong oleh hasrat
meniru-niru sebagaimana orang dewasa di seksual dengan lawan jenis mulai dari
sekitarnya. Tingkah laku tersebut bisa perasaan tertarik sampai dengan tingkah
berupa hal positif maupun negatif. laku berkencan, bercumbu sampai dengan
bersenggama. Perilaku Seksual terdiri dari
Tugas perkembangan adalah tugas yang berbagai macam perilaku dan ditentukan
muncul pada saat atau sekitar satu periode oleh suatu interaksi faktor-faktor yang
tertentu dari kehidupan individu dan jika kompleks (Harold & Benjamin, 1994).
berhasil akan menimbulkan fase bahagia Perilaku Seksual dipengaruhi oleh
dan membawa keberhasilan dalam hubungan seseorang dengan orang lain,
melaksanakan tugas-tugas berikutnya, baik oleh lingkungan, atau kultur budaya
akan tetapi kalau gagal akan yang dibawa atau diturunkan dari orang
menimbulkan rasa tidak bahagia dan tua dimana seseorang tinggal.
kesulitan dalam menghadapi tugas tugas
berikutnya. Tugas perkembangan masa Di Indonesia perilaku seksual pada remaja
remaja difokuskan pada upaya seringkali terjadi oleh banyak faktor di-
meningkatkan sikap dan perilaku antaranya pergaulan dengan teman se-
kekanak-kanakan serta berusaha untuk baya, pola asuh orangtua, kelekatan den-
mencapai kemampuan bersikap dan gan orangtua, rasa ingin tahu terhadap
berperilaku secara dewasa. perilaku seksual itu sendiri, edukasi yang
kurang tentang perilaku seksual mengaki-
Secara umum tugas perkembangan masa batkan para remaja di Indonesia mencoba
remaja difokuskan pada upaya berbagai pengalaman perilaku seksual.
mengurangi atau bila mungkin
menghilangkan sama sekali sikap dan Pengaruh dari dalam diri individu itu
perilaku kekanak-kanakan serta berusaha berasal dari perubahan hormonal yang
terjadi secara alamiah dan berakibat pada

3
peningkatan hasrat seksual seseorang yang mengerti dan bersimpati oleh karena
(Sarwono, 1991). Hal ini kemudian tidak teman sebaya menghadapi perubahan
dapat tersalurkan karena adanya aturan yang sama. Remaja menghadapi tuntutan
hukum tentang batas usia tertentu untuk untuk membentuk hubungan baru dan
perkawinan. Kondisi remaja yang lebih matang dengan lawan jenisnya.
mengalami masa puber pada hormon- Hubungan interpersonal anak dengan
hormon seksualnya juga akan orangtua juga menjadi salah satu faktor
meningkatkan keinginan individu untuk yang memengaruhi setiap perkembangan
melakukan aktivitas seksual anak pada masa remaja.
(Faturochman, 1992).
METODE
Keluarga adalah tempat yang penting
dimana anak memperoleh dasar dalam Subjek dan Prosedur Penelitian
membentuk kemampuannya agar kelak
menjadi orang berhasil di masyarakat. Penelitian ini melibatkan 200 siswa
Dapat diketahui bahwa keluarga menjadi SMA Pasundan 1 Bandung. Siswa-
tempat yang paling penting bagi remaja siswa tersebut diminta untuk mengisi
untuk pembentukkan sosial dan kuesioner yang melihat bagaimana
emosional remaja khususnya kondisi gambaran Attachment Style dan perilaku
remaja yang sedang memasuki masa seksual siswa-siswa tersebut.
perubahan atau transisi (Gunarsa &
Gunarsa, 2004). Instrumen Penelitian

Kemampuan seorang remaja untuk Attachment Style. Instrumen ini disusun


menjaga keseimbangan antara kebutuhan untuk melihat kecenderungan jenis
untuk memperoleh kemandirian dengan Attachment Style yang dimiliki siswa.
keinginan untuk tetap berhubungan Instrumen yang dibuat sendiri oleh
dengan orang tua merupakan perwujudan peneliti ini dikonstruksikan berdasarkan
dari attachment security (Alan, Moore, teori dari Ainsworth (1999). Setelah
& Kuperminc 2000). melalui proses uji coba instrumen,
diperoleh skor reliabilitas Croncbach’s
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Alpha untuk 54 item Attachment Style
Dewi Intan Puspitadesi dkk di SMAN 11 0,932 dengan 1 item yang dihilangkan
Yogyakarta (2012) mengungkap bahwa menjadi 53 item.
terdapat hubungan yang signifikan antara
figur kelekatan orangtua dengan perilaku Responden diminta untuk menjawab
seksual pada remaja. Figur kelekatan setiap item pernyataan yang
orangtua sebanyak 15,5% berpengaruh menggunakan lima skala Likert, dari
sebagai faktor remaja berperilaku seksual. sangat sesuai (4) sampai sangat tidak
Sedangkan 84,5% merupakan faktor lain sesuai (1), sesuai dengan apa yang
yang mempengaruhi remaja berperilaku dirasakan oleh responden tersebut.
seksual seperti media pornografi dan Contoh item pernyataan Attachment
pergaulan. Style Type A yaitu “Saya merasa cemas
ketika berada dalam ruangan yang sama
Perilaku seksual telah menjadi bagian dengan orangtua saya”. Contoh item
yang umum dalam hubungan diantara pernyataan Attachment Style Type B
remaja. Keterlibatan dengan kelompok yaitu “Saya menilai orangtua saya
teman sebaya dan ketertarikan terhadap sangat sayang pada saya.”. Contoh item
identifikasi kelompok teman sebaya Attachment Style Type C yaitu “Ketika
meningkat. Remaja menemukan teman orangtua mengabaikan saya, saya tidak
sebagai penasehat terhadap segala sesuatu tahu apa yang harus saya lakukan”.

4
Contoh item Attachment Style Type D Gambaran Attachment Style Pada
yaitu “Seringkali ketika saya bahagia, siswa SMA Pasundan 1 Bandung
orangtua saya tiba-tiba membuat sedih”.
Berdasarkan hasil penelitian yang di-
Perilaku Seksual. Teori ini dibuat lakukan dapat dilihat bahwa seluruh
sendiri oleh peneliti dengan responden siswa SMA Pasundan 1
mengkonstruksi teori dari Steinberg Bandung yang memiliki attachment style
(1993). Skor reliabilitas Croncbach’s dengan insecure attached avoidant
Alpha dengan jumlah item 23 dan tidak attachment (Type A) sebanyak 4,5%,
ada yang dihilangkan. Responden securely attached infant (Type B)
diminta untuk menjawab setiap item sebanyak 81%, insecurely attached
pernyataan yang menggunakan lima resinstant infant (Type C) sebanyak
skala Likert, dari sangat sesuai (4) 10,5% dan disorganized / disoriented
sampai sangat tidak sesuai (1), sesuai attached (Type D) sebanyak 4%.
dengan apa yang dirasakan oleh Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
responden tersebut, untuk mengukur Attachment style yang paling dominan
tingkat perilaku seksual. Contoh item pada siswa di SMA 1 Pasundan Bandung
pernyataan perilaku seksual yaitu, adalah securely attached infant (Type B).
“Saya mencium kening lawan jenis”
dan “Saya membayangkan tubuh/
organ-organ seksual lawan jenis”. Gambaran Perilaku Seksual Pada
siswa SMA Pasundan 1 Bandung
Analisis Data
Berdasarkan hasil penelitian terlihat
Pendekatan yang digunakan dalam bahwa 5 orang (2,5%) memiliki perilaku
penelitian ini adalah pendekatan seksual yang tinggi dan 195 orang
kuantitatif dengan metode korelasional. (97,5%) memiliki perilaku seksual yang
rendah. Dengan demikian dapat dikatakan
Untuk mengetahui gambaran umum bahwa siswa SMA Pasundan 1 lebih
Attachment style pada siswa SMA dominan siswa memiliki perilaku seksual
Pasundan 1 Bandung, peneliti yang rendah daripada siswa yang
mengelompokan Attachment Style memiliki perilaku seksual yang tinggi.
masing-masing responden ke dalam tiga
jenis Attachment Style, Type A, B, C, Hubungan antara Attachment Style
dan D. Sedangkan untuk mengetahui dengan Perilaku Seksual Pada siswa
gambaran Perilaku Seksual pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung
SMA Pasundan 1 Bandung, peneliti
mengelompokan Perilaku Seksual yang Attachment style Type A:
dipersepsikan responden ke dalam dua
kategori, yaitu tinggi dan rendah. Hubungan antara attachment style Type A
dengan subdimensi perilaku seksual yang
Terakhir untuk mengetahui hubungan tertinggi adalah terhadap intercourse yaitu
antara Attachment Style dengan perilaku sebesar 0,218, artinya terdapat hubungan
sekusal pada siswa SMA Pasundan 1 positif (searah) yaitu semakin memiliki
Bandung adalah Spearman Rho karena sifat attachment style Type A maka
data yang diperoleh dalam penelitian ini semakin kuat ke arah intercourse.
berdistribusi tidak normal. Kekuatan hubungan ini rendah (0,2-0,4)
namun signifikan (Sig. < 0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat satu buah korelasi bernilai
negatif yaitu hubungan antara Type A

5
terhadap perilaku seksual berciuman yaitu sifat attachment style Type C akan sedikit
sebesar -0,028 (sangat rendah). Ini berarti menguatkan perilaku seksual masturbasi
terdapat sedikit hubungan negatif, yaitu dan petting. Sedangkan hubungan negatif
semakin kuat memiliki attachment style tertinggi adalah Type C terhadap Meraba
Type A justru cenderung sedikit yaitu sebesar (-0,071), artinya semakin
menurunkan perilaku seksual berciuman kuat memiliki sifat attachment style Type
(karena korelasi negatif). C justru sedikit menurunkan perilaku
seksual meraba.
Hubungan antara attachment style Type A
terhadap perilaku seksual selain Attachment style Type D:
intercourse sangatlah rendah (0,0-0,2) dan
memiliki nilai Sig. > 0,05 (kecuali Hampir setiap hubungan antara
Petting), artinya dapat dikatakan tidak ada attachment style Type D terhadap setiap
hubungan yang signikan antara subdimensi perilaku seksual adalah
attachment style Type A dengan perilaku- signifikan karena hampir semuanya
perilaku seksual tersebut. memiliki nilai Sig. < 0,05. Hanya
masturbasi dan berpegangan tangan dan
Attachment style Type B: berpelukan yang tidak signifikan.

Tidak ada satupun hubungan yang Setiap hubungan antara attachment style
signifikan antara attachment style Type B Type D terhadap setiap subdimensi
terhadap setiap subdimensi perilaku perilaku seksual adalah positif, artinya
seksual karena semuanya memiliki nilai semakin kuat memiliki attachment style
Sig. > 0,05. Type D maka akan semakin kuat menuju
ke arah setiap perilaku seksual.
Hubungan positif tertinggi adalah Type B
terhadap perilaku seksual Petting yaitu Hubungan positif tertinggi adalah Type D
sebesar 0,072 (sangatlah rendah), artinya terhadap perilaku seksual Intercourse
semakin kuat memiliki sifat attachment yaitu sebesar 0,248, kekuatan hubungan
style Type B akan sedikit menguatkan ini masih rendah. Sedangkan kekuatan
perilaku seksual Petting. Sedangkan hubungan antara attachment style Type D
hubungan negatif tertinggi adalah Type B terhadap perilaku seksual lainnya sangat
terhadap Meraba yaitu sebesar (-0,077), rendah.
artinya semakin kuat memiliki sifat
attachment style Type B justru sedikit Dari setiap hubungan di atas, attachment
menurunkan perilaku seksual meraba style Type D merupakan yang memiliki
(karena korelasi negatif). kecenderungan kuat ke arah setiap
perilaku seksual. Perilaku seksual
Attachment style Type C: intercourse memiliki hubungan paling
kuat dengan attachment style Type D.
Tidak ada satupun hubungan yang
signifikan antara attachment style Type C KESIMPULAN
terhadap setiap subdimensi perilaku
seksual karena semuanya memiliki nilai Berdasarkan hasil penelitian me-ngenai
Sig. > 0,05. Attachment Style dengan perilaku sek-
sual dapat ditarik kesimpulan
Terdapat dua hubungan positif tertinggi Attachment Style yang paling dominan
(berbeda tipis) yaitu Type C terhadap di SMA Pasundan 1 yaitu Type B
perilaku seksual Masturbasi dan Petting securely attached infant yaitu kelekatan
sebesar 0,134 dan 0,131 (sangatlah aman sebanyak 81%. Hal ini
rendah), artinya semakin kuat memiliki menunjukkan bahwa siswa/I SMA

6
Pasundan 1 Bandung mayoritas
memiliki hubungan yang lekat dengan
orangtuanya.Perilaku Seksual yang
dimiliki siswa/i SMA Pasundan 1
Bandung adalah rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa para siswa/i SMA
Pasundan 1 Bandung sebagian besar
tidak melakukan perilaku seksual.

Hubungan antara tiap kategori


attachment style dengan perilaku
seksual adalah sebagai berikut:

Terdapat hubungan yang positif dan


lemah antara attachment style Type A
dengan salah satu sub dimensi perilaku
seksual pada siswa/i di SMA Pasundan
1 Bandung yaitu intercourse.

Terdapat hubungan yang positif dan


lemah antara attachment style Type B
dengan sub dimensi perilaku seksual
yaitu petting pada siswa/i di SMA
Pasundan Bandung.

Terdapat dua hubungan positif tertinggi


namun masih dalam kategoi rendah
antara Type C terhadap perilaku seksual
yaitu Masturbasi dan Petting.

Hampir setiap hubungan antara


attachment style Type D terhadap setiap
subdimensi perilaku seksual adalah
signifikan karena hampir semuanya
memiliki nilai Sig. < 0,05. Hanya
masturbasi dan berpegangan tangan dan
berpelukan yang tidak signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, M.D.S. (1978). Patterns of


Attachment: A Psychological Study of The
Strange Situation. New York: Halsted
Press.

Ainsworth, M. D. S., Blehar, M. C.,


Waters, E., & Wall, S. (1978). Patterns of
attachments : a psychological
study of the strange situation. Hillsdale,
N. J, :Erlbaum

7
Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala dan remaja. Jakarta : PT BPK Gunung
Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mulia.

Cicchetti, D. & Linch, M. (1995). Intan, Dewi dkk. (2012). Hubungan


Failure in expectable environment and Antara Figur Kelekatan Orangtua dan
their impact on individual Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual
development : The case of child Pada Remaja SMA 11 Yogyakarta.
maltreatment psychopatology. Risk Skripsi. Yogyakarta: Program Studi
disorder and adaptation. Volume 2. Psikologi Fakultas Kedokteran
John Willey and Sons Inc. Universitas Sebelas Maret.
Steinberg, Laurence. (1996). Adolescene
Collin, V. L. (1996). Human attachment. (4th ed). New York: McGraw Hill.
USA : McGraw Hill.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Davies, D. (1999). Child development : A Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
practitioner’s guide. New York : The Alfabeta.
Guildford Press.
Yusuf, S. (2006). Psikologi
Gunarsa, S. D, & Gunarsa, Y. S. D. Perkembangan Anak & Remaja.
(2006). Psikologi perkembangan anak Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai