Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MENINGKATNYA KRIMINALITAS DI MASA PANDEMI COVID-19

DALAM PANDANGAN PSIKONEUROIMUNOLOGI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikoneuroimunologi

Oleh:
Agus Syafiie (J71217105)
Kelas : G1.6

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Moh. Sholeh, M.Pd

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Meningkatnya Kriminalitas Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam
Pandangan Psikoneuroimunologi” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi
seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Mata
Kuliah Psikoneuroimunologi dengan judul “Meningkatnya Kriminalitas Di Masa Pandemi
Covid-19 Dalam Pandangan Psikoneuroimunologi”. Penulis juga menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Prof. Dr. H. Moh. Sholeh, M.Pd selaku Dosen mata kuliah yang memberi
arahan dalam menyusun makalah ini, serta kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Surabaya, 24 Maret 2020

Penyusun
Latar belakang

Pada awal tahun 2020 ini dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (Covid-19) yang
menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. WHO Semenjak Januari 2020 telah menyatakan
dunia masuk kedalam darurat global terkait virus ini. Ini merupakan fenomena luar biasa yang
terjadi di bumi pada abad ke 21, yang skalanya mungkin dapat disamakan dengan Perang Dunia
II, karena event-event skala besar (pertandingan-pertandingan olahraga internasional contohnya)
hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan. Kondisi ini pernah terjadi hanya pada saat terjadi
perang dunia saja, tidak pernah ada situasi lainnya yang dapat membatalkan acara-acara tersebut.
Terhitung hingga Senin (4/5/2020), jumlah kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di seluruh
dunia adalah sebanyak 3.561.887. Dari angka tersebut, tercatat 248.084 kasus kematian.
Sedangkan 1.152.993 (1,1 juta) pasien telah dinyatakan sembuh.

Khusus di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan status darurat bencana terhitung
mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 terkait pandemi virus ini dengan jumlah
waktu 91 hari4. Langkah-langkah telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan
kasus luar biasa ini, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan gerakan Social Distancing.
Konsep ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi bahkan memutus mata rantai infeksi
Covid-19 seseorang harus menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, dan
tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan massal.

Dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 ini cukup besar. Berdasarkan cara penyebaran
virus covid tersebut akhirnya pemerintah memberlakukan social distancing yang sampai kini
berkembang menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB adalah cara pemerintah
untuk mengatur warganya agar mengindari kerumunan yang lebih dari lima orang guna
memperkecil hingga memutus rantai penyebaran covid-19. Dampak covid dirasakan oleh seluruh
elemen masyarakan dari masyarakat kecil hingga kalangan pengusaha. Pengusaha banyak yang
melakukan PHK di perushaannya guna meminimalisir pengeluaran di era pandemic ini. Dangan
adanya PHK ini menyebabkan banyak sekali masyarakat yang menjadi pengangguran sedangkan
kebutuhan untuk hidup terus menuntut. Tidak sedikit dari masyarakat yang akhirnya memilih
jalan untuk mencari rezeki dengan melakukan kriminalitas.

Data Polda Bali bisa dirujuk untuk melihat peningkatan kriminalitas selama pandemi.
Laporan harian Biro Operasi Polda Bali pada 10 April mencatatkan 12 kasus kejahatan. Angka
ini meningkat menjadi 15 kasus kejahatan dalam laporan harian tanggal 20 April. Jumlah
tahanan selama rentang 10-15 April di Bali juga meningkat dari 492 orang menjadi 504 orang.
Dalam seminggu terakhir, dari pantauan kami atas pemberitaan kriminalitas, terdapat lima kasus
perampokan dan pencurian di minimarket wilaya Jabodetabek.

Peningkatan kriminalitas yang ditunjukan oleh fenomena diatas memicu peneliti untuk
menganalisa lebih jauh dari pandangan Psikoneuroimunologi mengapa hal tersebut dapat terjadi
di saat kondisi negara sedang dalam keadaan bencana dan bagaimana cara mengatasinya.
PEMBAHASAN

A. Kriminalitas
1. Pengertian Kriminalitas

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan
secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara
Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Dapat diartikan bahwa, tindak kriminalitas
adalah segala sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial,
sehingga masyarakat menentangnya. (Kartono, 1999: 122)

Menurut teori Behaviourisme B.F. Skinner mekanisme belajar utama perilaku sosial
adalah operant conditioning, dimana perilaku dibentuk oleh stimulus yang mengikutinya
atau sebagai konsekuensi dari perilaku yang ada; (b) Pengkondisian secara langsung dan
perilaku imitasi adalah hal penting dalam menentukan pembentukan perilaku; (c) Hadiah,
dorongan positif dan menghindar dari hukuman memperkuat perilaku tersebut; (d) Untuk
menentukan apakah seseorang itu menyimpang atau konformis tergantung pada perbedaan
dorongan yang diberikan pada perilaku tsb; (e) Manusia belajar norma, sikap, nilai, dll.,
melalui orang yang dianggap penting bagi dirinya. Karenanya, assosiasi kita dengan orang
yang dianggap penting bagi diri kita dan menjadi stimuli yang membentuk perilaku kita.

Freud percaya bahwa agresi dan kekerasan adalah merupakan instink. Kekerasan
adalah respon dari hambatan prinsip kesenangan, dan agresi adalah dorongan tetap
perwujudan instink untuk mati. Yablonski dan Haskel menyimpulkan pandangan teori
psikoanalisis penyebab kejahatan dan perilaku nakal, yaitu: (a) Ketidak mampuan
mengontrol dorongan kriminal (id) karena lemahnya perkembangan ego dan superego; (b)
Karakter anti sosial terbentuk sebagai akibat gangguan pada perkembangan ego. (c)
Perkembangan superego yang berlebihan membuat id sulit terpuaskan, dan ini akan
menyebabkan gangguan neurotik.
2. Faktor Penyebab Kriminalitas

Sebagai kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering terdapat


penyimpangan terhadap norma-norma, terutama norma hukum. Di dalam pergaulan manusia
bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai kejahatan atau kriminalitas. Dan
kriminalitas itu sendiri merupakan masalah sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat,
dimana tindak kriminalitas tersebut mempunyai faktor-faktor penyebab yang mempegaruhi
terjadinya kriminalitas tersebut.

Menurut Andi Hamzah (1986:64), faktor penyebab kriminalitas dikelompokan


menjadi faktor dari dalam diri pelaku dan faktor dari luar diri prilaku.

1. Kriminalitas terjadi karena faktor dari dalam diri pelaku sendiri.

maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah


kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor
keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa).

Faktor-faktor dari dalam tersebut antaralain:

a. Faktor Biologik secara Genothype dan Phenotype

Stephen Hurwitz (1986:36) menyatakan perbedaan antara kedua tipe tersebut


bahwa Genotype ialah warisan sesungguhnya, Phenotype ialah pembawaan yang
berkembang. Sekalipun sutu gen tunggal diwariskan dengan cara demikian hingga
nampak keluar, namun masih mungkin adanya gen tersebut tidak dirasakan.
Perkembangan suatu gen tunggal adakalanya tergantung dari lain-lain gen,
teristimewanya bagi sifat-sifat mental. Di samping itu, nampaknya keluar sesuatu gen,
tergantung pula dari pengaruh-pengaruh luar terhadap organism yang telah atau belum
lahir. Apa yang diteruskan seseorang sebagai pewarisan kepada genrasi yang berikutnya
semata-mata tergantung dari genotype. Apa yang tampaknya keluar olehnya, adalah
phenotype yaitu hasil dari pembawaan yang diwaris dari orang tuanya dengan pengaruh-
pengaruh dari luar.
2. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di luar diri
pelaku.

Maksudnya adalah bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah


kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu sendiri.

Faktor-faktor dari luar tersebut antaralain:

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang potensial yaitu mengandung suatu


kemungkinan untuk memberi pengaruh dan terujudnya kemungkinan tindak kriminal
tergantung dari susunan (kombinasi) pembawaan dan lingkungan baik lingkungan
stationnair (tetap) maupun lingkungan temporair (sementara). Menurut Kinberg (dalam
Stephen Hurwitz, 1986:38) menyatakan bahwa pengaruh lingkungan yang dahulu sedikit
banyak ada dalam kepribadian seseorang sekarang. Dalam batas-batas tertentu
kebalikannya juga benar, yaitu lingkungan yang telah mengelilingi seseorang untuk
sesuatu waktu tertentu mengandung pengaruh pribadinya. Faktor-faktor dinamik yang
bekerja dan saling mempengaruhi adalah baik factor pembawaan maupun lingkungan.

b. Kemiskinan

Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab dari tindak kriminalitas karena
pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan maupun kekurangan akan mempersulit
seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari segi kebutuhan sandang (pakaian),
pangan (makanan), papan (tempat tinggal) sehingga untuk memenuhi segala kebutuhan
tersebut seseorang melakukan berbagai cara guna memenuhi kebutuhan hidupnya
termasuk dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu modal sosial seseorang dalam pencapaian


kesejahteraan. Dimana dengan pendidikan, syarat pekerjaan dapat terpenuhi.

Dengan demikian seseorang yang mempunyai penghasilan dapat memenuhi


kebutuhan hidupnya dari segi ekonomis. Sehingga apabila seseorang memiliki
pendidikan yang rendah hal tersebut dapat mendorong seseoang untuk melakukan
tindakan kriminal.
d. Bacaan, Harian-harian, Film

Bacaan jelek merupakan faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan roman- roman
dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografik, buku- buku picisan lain
dan akhirnya cerita-cerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan
kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan demikian ialah
gambaran sesuatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu cara teknis
tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-harian yang mengenai
bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat dikatakan tentang koran-koran. Di
samping bacaan-bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
pertumbuhan kriminalitas. Tentu saja ada keuntungan dan kerugian yang dapat dilihat
disamping kegunaan pokok bacaan, harian, dan film tersebut.

B. Pandangan PNI terhadap peningkatan kriminalitas di masa Pandemi Covid-19

Psikoneuroimunologi merupakan konsep terintegrasi mengenai fungsi regulasi-imun


untuk mempertahankan homeostasis. Untuk mempertahankan homeostasis, sistem imun
berintegrasi dengan proses psikofisiologik otak, dan karena itu mempengaruhi dan
dipengaruhi otak. Melalui pendekatan ini telah mulai dipahami mekanisme interaksi antara
perilaku, sistem saraf, sistem endokrin, dan fungsi imun.

Dari pengertian tersebut diketahu bahwa perilaku yang diperbuat leh seseorang adalah
hasil dari kerja sistem syarah yaitu neurotransmitter yang ada di otak manusia. Seperti
halnya kriminalitas yang semakin meningkat seiring diterapkannya PSBB di Indonesia ini.
Terlebih banyak sekali masyarakat yang terkena dampak dari PHK tempat ia bekerja
semakin memperparah keadaan.
Tindak kejahatan dan kriminal adalah hasil dari pola pikir dan situasi lingkungan
sekitar, lingkungan yang saat ini adalah mengharuskan masyrakat untuk terus mencari
penghasilan, tetapi dilain sisi negara menerapkan PSBB yang menyebabkan seseorang
dibatasi untuk keluar rumah. Bagi sebagian orang dengan situasi dan kondisi yang seperti ini
membuat dirinya hilang akal dan berujung melakukan tindak kriminal seperti mencuri
hingga melakukan pembunuhan. Setiap orang akan dibekali oleh akal sebelum melakukan
sebuah tindakan. Akal dan pikiran ini lah yang memperngaruhi seseorang dalam
pengambilan keputusan.
Selama ini kita kerap berpendapat bahwa rasionalitas dan emosionalitas adalah dua hal
yang bertolak belakang. Begitu juga dalam proses pengambilan keputusan. Anggapan bahwa
pengambilan keputusan yang rasional tidak disertai oleh proses emosi adalah hal yang
kurang tepat. Karena sesungguhnya, pengambilan keputusan kita tidaklah benar-benar 100%
rasional dan hanya mengandalkan logika saja. Emosi adalah hal penting dalam proses
memilih dan mengambil keputusan.
Manusia memiliki lobus frontal yang berperan dalam pengaturan proses berpikir dan
pemecahan masalah. Sedangkan manusia juga memiliki bagian otak yang dinamakan sistem
limbik yang berperan untuk menghasilkan emosi dan motivasi. Pengambilan keputusan yang
efektif tidak akan berhasil dilakukan bila sistem limbik ini tidak bekerja. manusia tidak akan
bisa memilih apabila sama sekali tidak ada emosi dan motivasi.
Pengambilan keputusan oleh otak rasional berlangsung lebih lambat dan
membutuhkan proses yang tidak otomatis. Sedangkan pengambilan keputusan yang
didominasi oleh otak emosional berlangsung cepat. Hal ini sangat menguntungkan ketika
seseorang dalam kondisi mendesak. Contohnya keadaan ketika kita sedang berhadapan
dengan binatang buas. Jika kita serahkan kepada otak rasional yang penuh pertimbangan,
kita akan segera dilahap habis oleh binatang itu.
Tetapi tidak semua cara ini bisa diterapkan untuk setiap masalah. Contohnya adalah
kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil di masa pandemic ini. Beberapa orang memilih
untuk jalan instan dan cepat untuk mendapatkan apa yang diinginkan yaitu uang dengan cara
mencuri. Pelaku pencurian ini hanya mengandalkan sistem libiknya tanpa menimbang
tindakan itu benar atau salah.
Secara sadar ataupun tidak sadar hal ini juga seringkali terjadi pada diri mayoritas
masyarakat. Banyak orang yang merasa tindak kriminal tampaknya tidak perlu dilakukan
atau tidak satu-satunya jalan keluar yang harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ebert, D., K.P. Ebmeier, T. Rechlin, and W.P. Kaschka, "Biological Rhythms and Behavior",
Advances in Biological Psychiatry. ISSN 0378-7354.
https://pijarpsikologi.org/saat-amarah-mengalahkan-logika-apa-yang-terjadi-dalam-otak-kita-2/
Nurdin, Adnil Edwin. 2018, Pendekatan Psikoneuroimunologi, Padang

Anda mungkin juga menyukai