Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebahagiaan merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap individu
khususnya di dalam keluarga. Richards (dalam Puspitorini, 2012) menjelaskan
salah satu tujuan hidup tertinggi yang diinginkan individu adalah menjadi
bahagia. Seligman (2005) mengatakan bahwa kebahagiaan umumnya mengacu
pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang disukai
oleh individu. Kebahagiaan merupakan salah satu tujuan yang penting, karena
kebahagiaan merupakan salah satu bagian yang signifikan dari pengalaman
kehidupan manusia.
Pada umumnya sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah
memiliki peran sebagai kepala rumah tangga yang menghidupi keluarga dengan
bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perjalanan sebuah
keluarga tidak ada yang mengerti kapan sebuah status tersebut dapat berubah
sehingga mewajibkan seseorang itu harus mengasuh dan membesarkan anaknya
sendiri tanpa adanya dukungan dari pasangan hidup atau suami yang biasa
disebut wanita single parent. Kebahagiaan memiliki ukuran yang relatif
berbeda antar individu. Setiap manusia ingin sekali bahagia dan dapat
berhubungan secara positif terlebih pada wanita single parent yang sangat
membutuhkan dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Wanita single parent merupakan sosok gambaran wanita tangguh.
Segala hal berkenaan dengan rumah tangga ditanggung sendiri, pada posisi ini
seorang wanita berperan ganda menjadi ibu sekaligus menjadi ayah bagi anak-
anaknya. Tugas pun semakin besar yang mengasuh, membesarkan dan
mendidik anak-anak, juga ia harus menjadi tulang punggung keluarga dalam
mencari nafkah. Hal ini tidaklah mudah dilakukan apalagi jika dialami oleh
kaum wanita yang sangat bergantung kepada suaminya dan sama sekali tidak

1
terbiasa menjalani kehidupan berat karena selama ini sudah terpenuhi oleh
suaminya ketika masih bersama.
Banyaknya persoalan yang harus dihadapi oleh seorang wanita single
parent tidak hanya seputar merasa kesepian, namun adanya kesulitan-kesulitan
yang harus dihadapi. Menurut Hurlock (dalam Perdana & Syafiq, 2013)
memaparkan setidaknya ada enam masalah utama yang dihadapi oleh wanita
single parent. Permasalahan itu diantaranya yaitu pertama masalah ekonomi,
menurut Navarne (dalam Afriyanti 2011), bagi seorang janda, kesulitan
ekonomi, dalam hal ini pendapatan dan keuangan yang terbatas, merupakan
permasalahan utama yang mereka hadapi. Masalah ekonomi memang kerap
menjadi masalah terbesar bagi wanita single parent.
Masalah kedua adalah masalah sosial, wanita yang berstatus sebagai wanita
single parent seringkali mendapat permasalahan dari lingkungan mereka.
Banyak sekali stigma negatif yang ditujukan kepada mereka. Selanjutnya
masalah ketiga adalah masalah keluarga, permasalahan keluarga seringkali
berpusat pada hal pengasuhan anak. Seorang wanita single parent harus dapat
berperan ganda sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anak mereka.
Masalah yang keempat yaitu masalah praktis, setelah kematian suami, hal-
hal seperti itu menjadi suatu permasalahan bagi wanita single parent karena
tidak terbiasa melakukan pekerjaan tersebut. Selanjutnya masalah seksual,
karena sudah tidak adanya pasangan hidup, wanita single parent merasakan
keinginan seksual tidak terpenuhi. Terakhir permasalahan tempat tinggal,
seringkali permasalahan ekonomi membuat wanita single parent harus
merelakan rumahnya untuk dijual dan pindah ke rumah yang lebih kecil.
Hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik (2010) terdiri dari 11.168.460
(5,8%) penduduk Indonesia berstatus Single mother, sedangkan (1,4%)
berstatus Single Father. Menurut BPS Provinsi Aceh pada tahun 2010
khususnya di wilayah Aceh Besar terdapat 2.248 kasus perceraian hidup dan

2
15.734 kasus perceraian kematian. Menurut BPS (2017) Indeks kebahagiaan
menurut status perkawinan pada tahun 2013-2017 sebagai berikut:

SPTK Indeks kebahagiaan menurut status perkawinan


Perkawinan 2013 2014 2017
Belum Menikah 64,99 68,77 71,53
Menikah 65,31 68,74 71,09
Cerai Hidup 60,55 65,04 67,83
Cerai Mati 63,49 65,80 68,37

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa status belum menikah


memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi dibandingkan dengan status menikah
dan cerai. Hal ini menunjukkan pasangan yang bercerai baik hidup atau mati
memiliki tingkat kebahagiaan yang rendah dibandingkan dengan orang yang
menikah dan belum menikah.
Sejalan dengan pembahasan di atas, hasil wawancara yang dilakukan pada
15 Juni 2021 dengan salah satu subjek dengan inisial “W” yang berstatus
wanita single parent menyebutkan adanya perasaan sedih dan kecewa karena
telah ditinggal mati oleh suaminya. Ia mengaku sangat kesulitan dalam hal
ekonomi dan tempat tinggal khususnya saat menyekolahkan anak-anaknya dan
membayar uang sewa rumah tiap tahunnya. Rendahnya keadaan ekonomi dan
banyaknya jumlah anak membuat beberapa wanita berstatus single parent
merasa kesulitan dan terpaksa menjadi tulang punggung keluarga.

3
Selain permasalahan ekonomi, wanita berstatus single parent juga merasa
tidak aman dan takut apabila tidak ada suami atau pasangan yang dapat
melindunginya. Contoh kasus seorang janda muda di Sigli nyaris di rudapaksa
dan dianiaya oleh orang yang tidak dikenal. Pelaku masuk ke rumah korban
melalui jendela kamar korban (tribunnews.com). Kasus tersebut menunjukkan
bahwa tidak adanya rasa aman bagi wanita yang berstatus single parent dari
tindak kejahatan. Banyaknya beban dan permasalahan-permasalahan yang
dialami oleh wanita single parent menunjukkan adanya ketidakbahagiaan
secara psikologis yang dirasakan oleh wanita berstatus single parent.
Menurut Seligman salah satu faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
adalah dengan memaafkan (Maharani, 2015). Forgiveness atau Pemaafan
adalah kesediaan individu untuk mereda emosi negatif dan menggantinya
dengan emosi positif pada pelaku (Fatmawati, 2017).
Safaria, Diponegoro dan Bashori (2017) menjelaskan bahwa kebahagiaan
dapat meningkat saat individu menghitung hal-hal positif di dalam hidup serta
memaafkan peristiwa negatif yang terjadi di masa lalu. Penting untuk wanita
single parent membangun kembali ingatan peristiwa di masa lalu dengan cara
pandang yang positif sehingga menyadarkan dirinya tentang banyak hal baik di
dalam hidup yang membuat mereka lebih paham mengapa dirinya perlu
memaafkan.
Pemaafan juga berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan pada remaja
seperti aspek internal, aspek sosial dan kesehatan fisik (Raudatussalamah &
Susanti, 2014). Selain itu, pemaafan secara tidak langsung juga
mengembangkan mental yang sehat pada diri setiap inidvidu (Toussaint &
Webb, 2005). Mental yang sehat dapat dilihat dari individu yang memiliki
kemampuan dalam memahami kelebihan dan kelemahannya untuk
mengembangkan potensi secara optimal yang dimunculkan dengan emosi
positif ditandai dengan perasaan riang, senang dan gembira yang dirasakan
pada diri individu tersebut (Dewi, 2012).

4
Berdasarkan pernyataan di atas, memaafkan dapat menjadi salah satu cara
untuk menanggulangi rasa kecewa dan luka terhadap perilaku orang lain,
kesalahan diri sendiri serta situasi diluar kendali. Oleh karena itu, melalui
penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara pemaafan dengan
kebahagiaan pada wanita single parent di Komplek Perumahan Cinta Kasih
Desa Neuheun, Aceh Besar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Adakah hubungan pemaafan dengan kebahagiaan pada wanita single parent di
Komplek Perumahan Cinta Kasih Desa Neuheun, Aceh Besar?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tentang hubungan pemaafan dengan kebahagiaan pada wanita single parent di
Komplek Perumahan Cinta Kasih Desa Neuheun, Aceh Besar.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan kajian pembelajaran pada bidang psikologi sosial,
psikologi positif, dan psikologi kepribadian tentang perilaku pemaafan dan
kebahagiaan
b. Sebagai bahan kajian pembelajaran pada bidang keagamaan yaitu
bagaimana menumbuhkan sikap maaf-memaafkan atas segala kejadian yang
menimpa.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat terhadap wanita single parent

5
Kepada wanita single parent agar bisa menumnbuhkan sifat saling
memaafkan agar terciptanya kebahagiaan dalam diri.
b. Manfaat bagi para konselor perkawinan
Bagi para konselor perkawinan diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai informasi atau bahan pertimbangan dalam menangani
masalah seputar pemaafan dan kebahagiaan pada wanita single parent.

E. Keaslian Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan berbagai referensi
atau kajian pustaka sebagai acuan dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
Diantaranya sebagai berikut:
Permana (2018) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara
Pemaafan Dengan Kebahagiaan Pada Remaja Yang Orang Tuanya Bercerai:
Kepribadian Tangguh Sebagai Moderator. Adapun variabel X adalah pemaafan
sedangkan variabel Y adalah kebahagiaan. Popuasi yang diambil adalah siswa
SMA yang orang tuanya bercerai dengan rentang umur 15-18 tahun. Sampel
yang diambil berjumlah 225 siswa. Tempat penelitian ini berlangsung di SMA
PGRI Purwoharjo, SMA Bhakti Negara, SMA Negeri Tegaldlimo. Waktu
pelaksanaan penelitian kurang lebih satu bulan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat pemaafan maka semakin tinggi tingkat
kebahagiaan pada remaja yang orang tuanya bercerai dan semakin rendah
tingkat pemaafan maka semakin rendah tingkat kebahagiaan remaja yang orang
tuanya bercerai. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian
dan tempat penelitian.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Afifah (2018) dengan judul penelitian
Hubungan Antara Pemaafan Dengan Kebahagiaan Pada Remaja Yang Tinggal
Di Panti Asuhan. Adapun variabel X adalah pemaafan sedangkan variabel Y
adalah kebahagiaan. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah remaja

6
yang tinggal di panti asuhan yang berlokasi di Pekanbaru berjumlah 106 subjek.
Penelitian ini dilakukan di beberapa panti asuhan yang berlokasi di Pekanbaru.
Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pemaafan dengan
kebahagiaan pada remaja yang tinggal di panti asuhan. semakin tinggi
pemaafan, maka semakin tinggi kebahagiaan yang dialami. Sebaliknya semakin
rendah pemaafan, maka semakin rendah pula kebahagiaan yang dirasakan oleh
subjek. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian dan
tempat penelitian.
Selanjutnya penelitian oleh Purnomo (2017) yang berjudul Hubungan Antara
Pemaafan Dan Kepuasan Hidup Pada Mahasiswa UII. Adapun variabel X
adalah Pemaafan dan variabel Y adalah Kepuasan hidup. Subjek dalam
penelitian ini melibatkan mahasiswa yang berkategorikan remaja akhir, yaitu
rentang usia 18-21 tahun sejumlah 200 responden. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemaafan dengan
kepuasan hidup pada mahasiswa UII. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
pada variabel penelitian dan subjek penelitian.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurhayati (2017) yaitu Hubungan
Komunikasi Interpersonal Dan Pemaafan Dengan Kebahagiaan Suami Istri.
Adapun variabel X dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal dan
pemaafan sedangkan variabel Y adalah kebahagiaan. Subjek penelitian ini
adalah pasangan suami istri dengan masa pernikahan lebih dari 5 tahun
sebanyak 100 pasangan. Subjek dipilih dengan sampling insidental dan
bertempat tinggal di Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebahagiaan suami istri ber-hubungan dengan komunikasi interpersonal dan
pemaafan. Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan komunikasi
interpersonal dengan pemaafan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada
variabel penelitian dan subjek penelitian serta teknik pengambilan sampel
penelitian.

7
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nisrina (2018) yang berjudul
Hubungan Kesabaran dan Kebahagiaan Pada Wanita Karir Berkeluarga.
Adapun variabel X adalah kesabaran sedangkan variabel Y adalah kebahagiaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita karir yang berkeluarga yang
berdomisili di Pekanbaru. Pengambilan data penelitian dilakukan di Inspektorat
Kota Pekanbaru, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Badan Kepegawaian
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, UPTD Puskesmas Tenayan Raya, Kantor Camat Tenayan Raya, serta
Kantor Lurah Tangkerang Timur. Subjek penelitian berjumlah 170 orang
dengan status pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun tenaga honorer.
Adapun status perkawinan subjek terdiri dari menikah dan janda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kesabaran dan kebahagiaan pada wanita karir berkeluarga. Kesabaran
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan
pada wanita karir berkeluarga. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada
variabel penelitian dan subjek penelitian.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pemaafan
1. Pengertian Pemaafan
Pemaafan merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak
melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku, tidak adanya
keinginan untuk menjauhi pelaku, sebaliknya adanya keinginan untuk
berdamai dan berbuat baik terhadap pelaku, walaupun pelaku telah
melakukan perilaku yang menyakitkan (McCullough, 2003).
Menurut Nashori (2011) Pemaafan (forgiveness) adalah kesediaan
untuk meninggalkan hal-hal yang tidak menyenangkan yang bersumber
dari berbagai hubungan interpersonal. Ketika memaafkan, maka seseorang
meninggalkan kemarahan-kebencian-sakit hati, meninggalkan penilaian
negatif, meninggalkan perilaku atau perkataan yang menyakitkan,
meninggalkan keinginan balas dendam, rneninggalkan perilaku
menghindar, dan meninggalkan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang
lain yang telah menyakitinya secara tidak adil. Di sisi lain, ketika
memaafkan, seseorang juga menumbuhkan perasaan iba dan kasih sayang,
menumbuhkan kemurahan hati, mampu mengontrol emosi terhadap orang

9
yang telah menyakiti hatinya tersebut, meningkatkan upaya rekonsiliasi,
dan bermusyawarah dengan pihak yang pernah menjadi pelaku.
Menurut Wardiati (2018) Pemaafan merupakan kesediaan untuk
menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi
mencari-cari nilai dalam amarah dan kebencian, dan menepis keinginan
untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri. Menurut Gani (2011)
memaafkan adalah proses melepaskan nyeri, kemarahan, dan dendam
yang disebabkan oleh pelaku, perpindahan dari suatu momen ke momen
lain. Menurut Khasan (2017) pengertian pemaafan meliputi beberapa
unsur pokok, yaitu: menghapuskan dan melupakan semua perasaan sakit
dan ketidakadilan yang ditimbulkan akibat perbuatan orang lain karena
adanya motivasi untuk membangun hubungan lebih baik.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian pemaafan adalah proses menghapuskan dan melepaskan segala
emosi negatif yang disebakan oleh orang lain karena adanya dorongan
untuk menjalin kembali hubungan yang baik.
2. Aspek- Aspek Pemaafan
Menurut McCullough (2003) Aspek-aspek Pemaafaan ada 3 yaitu:
a. Avoidance Motivation.
Semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, membuang
keinginan untuk menjaga kerenggangan (jarak) dengan orang yang
telah menyakitinya.
b. Revenge Motivation.
Semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap suatu
hubungan mitra, membuang keinginan untuk membalas dendam
terhadap orang yang telah menyakiti.
c. Beneviolence Motivation
Semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai
dengan pelaku meskipun pelanggaranya termasuk tindakan berbahaya,

10
keinginan unuk berdamai atau melihat well-being orang yang
menyakitinya.
Adapun dalam perspektif Islam, menurut jurnal penelitian Khasan
(2017) aspek-aspek pemaafan dapat mencakup banyak hal, seperti: menahan
amarah, memaafkan kesalahan, berbuat baik terhadap siapapun yang berbuat
kesalahan kepadanya, lapang dada, keluasan hati, menghapus kesalahan,
melupakan masa lalu yang menyakitkan hati, takfir (menutup kesalahan orang
lain), membuka lembaran baru, memperbaiki hubungan menjadi indah
(harmonis), mewujudkan kedamaian dan keselamatan bagi semua pihak,
mendoakan orang yang berbuat jahat, bermusyawarah dengan orang-orang
yang pernah menyakiti (berbuat salah), dan menyerahkan urusan kepada Allah
(tawakkal).
Aspek-aspek pemaafan ini tersebar dalam beberapa ayat al-Qur’an
dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
N ALQUR’AN ASPEK PEMAAFAN
O
1 Ali Imran: 134 Menahan amarah, memaafkan
kesalahan, dan berbuat baik terhadap
siapapun yang berbuat kesalahan

2 Al-Nur: 22 Berlapang dada dan keluasan hati


3 Al-Syura: 40 Menghapus kesalahan orang lain,
melupakan masa lalu yang menyakitkan
hati, dan takfir (menutup kesalahan
orang lain)
4 Al-Hijr: 85 Membuka lembaran baru, dan
memperbaiki hubungan menjadi indah
(harmonis)

5 Al-Zukhruf: 89 Mewujudkan kedamaian dan


Keselamatan bagi semua pihak
6 Ali Imran: 159 Mendoakan orang yang berbuat jahat,
bermusyawarah dengan mereka, dan
menyerahkan urusan kepada Allah
(tawakkal)
7 Al-Baqarah: 219 Menjadi pemaaf
8 Al-Baqarah: 178 Bagi yang dimaafkan, mengikuti

11
keinginan/permintaan korban
(bekerjasama, rekonsiliasi) dan
memberikan ganti rugi (diyat) dengan
baik

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemaafan


Menurut McCullough (2000) ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap forgiveness yakni:
a. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan
atau pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat
kaitanya dengan pengambilalihan peran. Melalui empati terhadap
pihak yang menyakiti, seseorang dapat merasa bersalah dan tertekan
akibat perilakunya yang menyakitkan.
b. Atribusi terhadap Pelaku dan Kesalahannya.
Penilaian dapat mempengaruhi setiap perilaku individu. Artinya
bahwa setiap perilaku itu ada penyebabnya dan penilaian dapat
mengubah perilaku individu.
c. Tingkat Kelukaan.
Beberapa orang menyangka sakit hati yang mereka rasakan untuk
mengakuinya sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan. Mereka
merasa takut mengakui rasa sakit hatinya karena dapat mengakibatkan
mereka membenci orang yang sangat dicintainya, meskipun melukai.
Hal ini sering kali menimbulkan kesedihan yang mendalam maka
pemaafan tidak bisa atau sulit terwujudkan.
d. Karakteristik Kepribadian.
Ciri kepribadian tertentu seperti ekstrovet menggambarkan beberapa
karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan, ekspresi dan asertif.
Karakter yang hangat, kooperatif, tidak mementingkan diri,

12
menyenangkan, jujur dermawan, sopan dan fleksibel juga cenderung
menjadi empati dan bersahabat.
e. Kualitas Hubungan.
Seseorang yang memaafkan kepada pihak lain dapat dilandasi oleh
komitmen yang tinggi pada relasi mereka. Ada empat alasan mengapa
kualitas hubungan berpengaruh terhadap perilaku memaafkan dalam
hubungan interpersonal yaitu: pertama, mempunyai motivasi yang
tinggi untuk menjaga hubungan; kedua, adanya orientasi jangka
panjang dalam menjalin hubungan; ketiga, dalam kualitas hubungan
yang tinggi masing-masing individu adanya kepentingan satu orang
dan kepentingan menyatu; keempat, kualitas hubungan mempunyai
orientasi kolektivitas yang menginginkan pihak-pihak yang terlibat
untuk berperilaku yang memberikan keuntungan di antara mereka.
4. Tahap-tahap Pemaafan
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Khudiyani (2019) terdapat
beberapa tahapan dalam forgiveness ada 4 yaitu:
a. Uncovering Phase
Yaitu suatu keadaan dimana si korban atau orang yang terluka
mengakui bahwa dirinya telah diakui. Misalnya pada saat si korban
merasa marah ia harus mengakui perasaan marahnya dan mengeluarkan
perasaan marahnya.
b. Desicion Phase
Di fase ini korban memahami dampak dari luka yang dialaminya dan
respon apa yang ingin diberikan. Korban mulai berpikir rasional dan
memikirkan kemungkinan untuk memaafkan. Pada tahap ini korban dapat
mempertimbangkan pemaafan sebagai pemilihan respon dan
berkomitmen kepada diri sendiri untuk memaafkan pelaku.
c. Work Phase

13
Pada fase ini sering disebut juga dengan fase tindakan yaitu adanya
tingkat pemikiran baru untuk secara aktif memberikan maaf kepada orang
yang telah melukai hati. Di fase ini sangat memerlukan empati dan niat
baik untuk memaafkan.
d. Deepening phase
Setelah melakukan tiga fase sebelumnya, korban akan mengalami
internalisasi kebermaknaan dari proses memaafkan yaitu korban akan
merasakan bahwa ketika ia memaafkan ia akan menemukan makna baru
dalam peristiwa menyakitkan yang dialaminya, ia juga akan menyadari
bahwa ia juga membutuhkan pemaafan dari orang lain dan bukan dari diri
sendiri saja yang mengalami penderitaan. Mendekati akhir dari proses
memaafkan ini korban akan menyadari adanya penurunan emosi negatif
dan akan terjadi peningkatan perasaan positif terhadap pelaku.

B. Kebahagiaan
1. Pengertian
Kebahagiaan menurut Seligman (2002) adalah keadaan dimana
seseorang menikmati suatu keadaan. Menurut Diener (dalam Afifah,
2018) menyebutkan kebahagiaan adalah suatu keadaan yang
menggambarkan bahwa individu dapat memfungsikan kapasitas-kapasitas
yang ada pada dirinya secara optimal dalam menjalankan kehidupannya.
Seligman (2005) menyebutkan bahwa kebahagiaan umumnya
mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif
yang disukai oleh individu.
Dalam Afifah (2018) Ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa
kebahagiaan terdiri atas dua jenis, yaitu kebahagiaan materi (jism al-
sa’adah) dan kebahagiaan psikologis (nafs al sa’adah). Kebahagiaan
materi pada dasarnya hanya sebatas pada hal-hal material saja dan bersifat

14
menipu, sedangkan konsep kebahagiaan psikologis mirip dengan
kesejahteraan psikologis di mana kebahagiaan jenis ini dapat membawa
manusia ke derajat yang lebih tinggi.
Kebahagiaan dipengaruhi lingkungan eksternal dan internal.
Lingkungan eksternal merupakan pemicu yang berasal dari luar diri kita,
seperti agama, pernikahan dan kehidupan sosial yang memuaskan.
Lingkungan internal merupakan pemicu yang berasal dari dalam diri,
seperti perasaan bahagia yang ditandai dengan adanya keadaan emosi
positif masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Emosi positif masa lalu
meliputi perasaan bangga, puas dan tenang. Emosi positif masa sekarang
meliputi semangat, riang, gembira, ceria pada aktivitas yang disukai.
Sedangkan emosi positif masa depan meliputi optimis, keyakinan,
harapan, kepercayaan (Seligman, 2005).
Berdasarkan pandangan humanistik menurut Maslow (dalam Permana,
2018) menjelaskan bahwa manusia berkembang menuju kearah positif
dengan cara mengembangkan segala potensi yang ada didalam diri,
optimis dalam memandang masa depan dan memiliki kemampuan untuk
merubah sikap dan perilakunya. Pandangan humanistik menjelaskan
individu dapat merasakan kebahagiaan apabila mampu memenuhi
kebutuhannya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengeni definisi kebahagiaan
maka peneliti menyimpulkan bahwa kebahagiaan adalah emosi dan
aktivitas positif yang berkaitan dengan hal yang disenangi oleh individu
yang berasal dari beberapa faktor kebahagiaan.

2. Aspek-aspek kebahagiaan
Menurut Seligman (2002). Terdapat 5 aspek yang menjadi sumber
utama kebahagiaan pada setiap inidvidu yaitu:
a. Relasi positif’

15
Relasi positif dapat terbentuk dari adanya dukungan orang lain
sehingga mampu mengembangkan hal-hal yang positif seperti
meningkatnya harga diri, mampu memecahkan masalah serta individu
sehat secara fisik
b. Keterlibatan penuh
Dengan melibatkan diri secara penuh dengan fisik, perasaan dan
pikiran dalam mengikuti berbagai aktivitas-aktivitas bersama orang lain.
c. Penemuan makna dalam keseharian
Penemuan makna dalam keseharian adalah inidividu dapat berpikir
positif ketika melakukan berbagai aktivitas deengan terlibat secara penuh
sehingga dapat menimbulkan rasa yang menyenangkan
d. Optimis
Optimis adalah sikap berpikir positif yang dapat memberikan hal-hal
yang positif. Individu yang memiliki sikap optimis mengenai masa depan
merasa lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya.
e. Ketahanan diri
Ketahanan diri adalah sikap individu untuk bangkit dari peristiwa yang
tidak menyenangkan yang dialami, mampu bertahan dalam keterpurukan
masalah dan mencari jalan keluar berbagai permasalahan.

Menurut Myers & Diener (1995) terdapat empat aspek kebahagiaan


yaitu:

a. Menghargai diri sendiri


Menghargai diri sendiri adalah kecenderungan individu untuk
menyukai dirinya sendiri.
b. Optimis
Optimis adalah kepercayaan untuk berhasil saat melakukan sesuatu
yang baru, sehingga cenderung lebih sukses, sehat, dan bahagia.
c. Terbuka

16
Individu yang tergolong terbuka cenderung lebih terbuka terhadap
orang lain serta lebih mudah bersosialisasi dibandingkan orang-orang yang
tergolong tertutup sehingga lebih merasa bahagia.
d. Mampu mengendalikan diri
Mengendalikan diri adalah kontrol individu terhadap diri sendiri
sehingga ia lebih mampu memahami kelebihan di dalam diri yang
membuatnya menjadi lebih berdaya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan


Berdasarkan penelitian ekstensif yang dilakukan oleh Seligman,
Peterson dan Lyubomirsky pada tahun 2005, ditemukan bahwa ada tiga factor
utama yang mempengaruhi kebahagiaan. Ketiga faktor tersebut adalah faktor
bawaan (S-Set range), situasi kehidupan (C-Circumstances) dan faktor-faktor
yang terutama bergantung pada pilihan-pilihan dari pribadi yabg
bersangkutan, yaitu faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh masing-
masing individu (V-Voluntary activities) (Arif, 2016).
a. Faktor bawaan (Set range)
Faktor bawaan atau faktor genetic diperkirakan memengaruhi
kebahagiaan dengan bobot 50 persen. Set range adalah batasan-batasan
kebahagiaan yang ditentukan oleh bawaan genetik. Contohnya seperti
kecenderungan diri menjadi sehat atau sakit baik secara fisik maupun mental,
kepribadian introvert atau ekstrovert, dan hal-hal yang diwariskan oleh
genetik.
b. Situasi kehidupan (Circumstances)

17
Kebahagiaan dipengaruhi pula oleh berbagai situasi kehidupan seperti
uang, pernikahan, usia muda, kesehatan, terdidik dengan baik, jenis kelamin,
tingkat religiusitas, dan tingkat inteligensi serta kehidupan sosial lainnya.
c. Voluntary activities
Voluntary activities merupakan salah satu faktor penentu kebahagiaan.
Voluntary activities ini biasa disebut faktor V. Seligman (2011)
mengemukakan bahwa yang tergolong kedalam faktor V adalah emosi positif,
engaged, relasi positif, dan pencapaian yang dihasilkan. Ada banyak sekali
konstruksi psikologi positif yang dapat dimasukkan kedalam factor kelima ini
misalnya, gratitude, forgiveness, mindfulness, flow, optimism, love, dan lain
sebagainya.

C. Single Parent
Menurut Layliyah (2013) Single parent adalah orangtua tunggal yang
mengasuh dan membesarkan anak-anak sendiri, tanpa bantuan pasangan,
single parent memiliki kewajiban yang besar dalam mengatur keluarganya.
Single parent merupakan kesatuan terkecil dalam masyarakat bekerja,
mendidik, melindungi, merawat anak mereka sendiri tanpa bantuan dari
pasangannya, baik tanpa ayah maupun tanpa ibu yang disebabkan oleh suatu
hal baik kehilangan maupun berpisah dengan pasangannya [ CITATION Win20 \l
1033 ].
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Single parent
adalah orangtua tunggal baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan
yang membesarkan, mendidik, merawat anaknya tanpa pasangan bisa
disebabkan oleh perceraian maupun kematian.

D. Hubungan Pemaafan dan Kebahagiaan

18
Pemaafan merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak
melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku, tidak adanya keinginan
untuk menjauhi pelaku, sebaliknya adanya keinginan untuk berdamai dan
berbuat baik terhadap pelaku, walaupun pelaku telah melakukan perilaku yang
menyakitkan (McCullough, 2003).
Kebahagiaan umumnya mengacu pada emosi positif yang dirasakan
individu serta aktivitas positif yang disukai oleh individu. Kebahagiaan
dipengaruhi lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal
merupakan pemicu yang berasal dari luar diri kita, seperti agama, pernikahan
dan kehidupan sosial yang memuaskan. Lingkungan internal merupakan
pemicu yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan bahagia yang ditandai
dengan adanya keadaan emosi positif masa lalu, masa sekarang dan masa
depan. Emosi positif masa lalu meliputi perasaan bangga, puas dan tenang.
Emosi positif masa sekarang meliputi semangat, riang, gembira, ceria pada
aktivitas yang disukai. Sedangkan emosi positif masa depan meliputi optimis,
keyakinan, harapan, kepercayaan (Seligman, 2005).
Forgiveness merupakan salah satu faktor kebahagian. Hal ini senada
dengan pendapat Seligman (2005) mengenai faktor-faktor kebahagiaan
diantaranya adalah kepuasan pada masa lalu. Kepuasan terhadap masa lalu
dapat dicapai melalui tiga cara yaiu melepaskan pandangan masa lalu sebagai
penentu masa depan, bersyukur terhadap apa yang dimiliki dan dilalui dalam
hidup dan memaafkan dan melupakan.
Banyak hal atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat bahagia
salah satu caranya dengan memaafkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fatimah Nur Afifah (2018) menyebutkan bahwa adanya hubungan positif
antara pemaafan dengan kebahagiaan pada remaja yang tinggal di panti
asuhan, perilaku memaafkan membantu individu untuk menjalin hubungan
baik dengan orang lain. Memberikan maaf bisa menjadi salah satu kunci
tercapainya kebahagiaan karena dengan memberikan maaf seseorang dapat

19
menghapus luka-luka yang dirasakan. Karremans, dkk (dalam Afifah, 2018)
menunjukkan bahwa pemaafan dapat menjadikan seseorang lebih bahagia
karena dapat membebaskan emosi negatif dalam dirinya. Brannas, dkk (dalam
Afifah, 2018) mengatakan bahwa individu yang memaafkan dapat melewati
proses adaptif dalam memperbaiki hubungan dengan memulihkan perasaan
positif antara korban dan pelanggar, menawarkan kedamaian batin dari kedua
pihak serta meningkatkan kebahagiaan diri.

F. Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2017) adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan, dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan hanya didasarkan pada teori relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data-data.
Berdasarkan kajian teori dan hipotesis tinjauan pustaka di atas maka
peneliti mengajukan hipotesis penelitian yaitu terdapat Hubungan yang
signifikan antara pemaafan terhadap kebahagiaan pada wanita single parent di
Komplek Perumahan Cinta Kasih Desa Neuheun, Aceh Besar.

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Metode Penelitian kuantitatif adalah metode yang
berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut metode penelitian
kuantitatif karena data penelitian menggunakan angka-angka dan analisis
menggunakan statistik [ CITATION Sug171 \l 1033 ].
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Penelitian
korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan
arah hubungan yang ada di antara variabel-variabel [ CITATION Sai18 \l 1033 ],
pada penelitian ini, peneliti ingin menguji hubungan antara pemaafan dengan

21
kebahagiaan pada wanita single parent di Komplek Perumahan Cinta Kasih
Desa Neuheun, Aceh Besar.

B. Identifikasi variabel penelitian


Identifikasi masalah merupakan suatu pernyataan eksplisit mengenai
variabel-variabel yang terlibat dalam pengujian hipotesis. Terdapat 2 variabel
dalam penelitian ini, dapat dikatakan bahwa variabel bebas atau variabel
independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel terikat
atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas [ CITATION Sug171 \l 1033 ].
1. Variabel bebas (X) : Pemaafan
2. Variabel terikat (Y) : Kebahagiaan

C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu atribut atau sifat dari objek atau
kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [ CITATION Sug171 \l 1033
]. Di dalam penelitian ini terdapat dua definisi operasional yaitu Pemaafan dan
kebahagiaan
1. Pemaafan
Pemaafan menurut McCullough (2003) merupakan sikap seseorang
yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap
pelaku, tidak adanya keinginan untuk menjauhi pelaku, sebaliknya adanya
keinginan untuk berdamai dan berbuat baik terhadap pelaku, walaupun pelaku
telah melakukan perilaku yang menyakitkan. McCullough (2003) berpendapat

22
bahwa terdapat 3 aspek dari pemaafan yaitu: Avoidance Motivation, Revenge
Motivation dan Beneviolence Motivation.
2. Kebahagiaan
Kebahagiaan menurut Seligman (2002) adalah keadaan dimana
seseorang menikmati suatu keadaan. Seligman (2015) berpendapat ada 5
aspek dari teori kebahagiaan yaitu: Relasi positif, Keterlibatan penuh,
Penemuan makna dalam keseharian, Optimis dan Ketahanan diri.

D. Subjek Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2017) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita single parent yang
berjumlah 84 orang terdiri dari 62 berjenis kelamin wanita dan 22 berjenis
kelamin laki-laki berdomisili di komplek perumahan cinta kasih desa
Neuheun, Aceh besar.
2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2017) adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun
kriteria dari sampel yang akan diteliti adalah:
1. Berjenis kelamin perempuan
2. Berstatus Single Parent
3. Berdomisili di Komplek Perumahan Cinta Kasih, Desa Neuheun, Aceh
Besar

23
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Sebelum penelitian, peneliti menyiapkan terlebih dahulu alat ukur
untuk mendapatkan hasil yang diteliti. Dalam penelitian ini skala yang
digunakan adalah skala psikologi. Adapun skala psikologi yang digunakan
adalah skala pemaafan dan skala kebahagiaan
1. Persiapan alat ukur penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 skala dalam mengukur penelitian ini
yaitu skala pemaafan dan skala kebahagiaan, berupa kuesioner yang akan
disebarkan langsung kepada wanita yang berstatus single parent yang
berdomisili di Komplek Perumahan Cinta Kasih, Desa Neuheun, Aceh Besar.
Kedua skala tersebut disusun menggunakan skala Likert atas empat alternatif
jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat
Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor bergerak dari angka 1 sampai dengan 4,
pada pernyataan favourable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat
sesuai (SS), 3 untuk jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS)
dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya untuk pernyataan
unfavourable, nilai 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS), 3 untuk
jawaban tidak sesuai (TS), 2 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk jawaban
sangat sesuai (SS).
a. Skala pemaafan
Skala pemaafan yang akan disusun berdasarkan 3 aspek dari teori
McCullough (2003) yaitu: Avoidance Motivation, Revenge Motivation dan
Beneviolence Motivation. Total keseluruhan dari pengukuran skala pemaafan
adalah 28 aitem yang dibagi menjadi 14 aitem favourable dan 14 aitem
unfavourable. Dengan pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak
Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
b. Skala kebahagiaan
Skala kebahagiaan yang akan disusun berdasarkan 5 aspek dari teori
Seligman (2002) yaitu: Relasi positif, Keterlibatan penuh, Penemuan makna

24
dalam keseharian, Optimis dan Ketahanan diri. Total keseluruhan dari
pengukuran skala kebahagiaan adalah 28 aitem yang dibagi menjadi 14 aitem
favourable dan 14 aitem unfavourable. Dengan pilihan jawaban Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

2. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2017) Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk
melihat persamaan data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
diperoleh langsung yang terjadi pada subyek penelitian. Valid tidaknya suatu
item, diketahui dengan membandingkan indeks koefisien korelasi product
moment (r) dengan nilai hitung kritisnya, dimana r dapat diperoleh dengan
rumus sebagai berikut:

Keterangan:
N = Banyaknya variabel
X = Skor item x
Y = Skor item y
Jika r hitung > dari r table (uji 2 sisi dengan tingkat signifikansi 5%)
maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.
3. Uji Daya Beda Item
Menurut Azwar (2018) Uji daya beda item adalah uji yang dilakukan
untuk melihat sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau
kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki
atribut yang akan diukur.
4. Uji Realibilitas

25
Menurut Sugiyono (2017) Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan
untuk melihat sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Instrument yang reliabel
adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. SPSS memberikan
fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha.
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha> 0,70 [ CITATION Ima16 \l 1057 ].

F. Teknik Analisis Data


a. Uji Asumsi
1. Uji Prasyarat
Uji prasyarat dapat dibedakan beberapa jenis, yaitu uji normalitas dan
uji linearita. Uji prasyarat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk melihat data
berdistribusi normal atau tidak (Periantalo,2016). Jika data yang
dihasilkan tidak berdistribusi normal, maka analisis data secara
parametrik tidak dapat digunakan. Untuk menguji normalitas analisis data
yang digunakan maka diperlukan teknik statistik One Sample
Kolmogorov Smirnov test dari program SPSS. Data yang dinyatakan
berdistribusi normal apabila p> 0,05. Begitupun sebaliknya apabila p<
0,05 maka data tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal
(Santoso,2017).
b. Uji Linearitas

26
Menurut Priyatno (2011) uji linearitas adalah uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah dua variabel secara signifikan mempunyai hubungan
yang linear atau tidak. Dua variabel dinyatakan memliki hubungan yang
dapat ditarik garis lurus apabila nilai signifikansi pada linearitas lebih
dari 0,05. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan test for linearity
yang terdapat pada SPSS.

2. Uji Hipotesis
Sugiyono (2017) berpendapat bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan hanya didasarkan pada teori
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data-data. Adapun langkah-langkah dalam menguji hipotesis ini
dimulai dengan menetapkan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha),
pemilihan tes statistik dan perhitungannya menetapkan tingkat signifikansi,
dan penetapan kriteria pengujian.
Metode statistik yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah metode
statistik korelasi Product Moment Pearson. Tujuannya adalah untuk melihat
korelasi atau hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Rumusan korelasi Product Moment (Sugiyono, 2017) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

r : koefisien korelasi Pearson


N : banyak pasangan nilai X dan Y
∑XY : jumlah dari hasil kali nilai X dan nilai Y

27
∑X : jumlah nilai X
∑Y : jumlah nilai Y
∑X2 : jumlah dari kuadrat nilai X
∑Y2 : jumlah dari kuadrat nilai Y

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, T. (2018). Skripsi Gambaran Tingkat Kebahagiaan Mahasiswa.


Universitas Muhammadiyah Malang, 1- 47.

Afifah, F. N. (2018). Hubungan Antara Pemaafan Dengan Kebahagiaan Pada Remaja


Yang Tinggal Di Panti Asuhan. Jurnal Uii, 1-158.

Afriyadi, A. D. (2018). Tingkat Kebahagiaan Orang Indonesia Turun. Jakarta:


Detikfinance.

Afriyanti, R. (2011). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kesepian Pada Janda Yang
Ditinggal Mati Pasangannya . Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara, 1-96.

Amrilah, T. K., & Widodo, P. B. (2015). Religiusitas Dan Pemaafan Dalam Konflik
Organisasi Pada Aktivis Islam Di Kampus Universitas Diponegoro. Jurnal
Empati, 287-292.

Arif, I. S. (2016). Psikologi Positif . Jakarta: Pt Gramedia.

28
Astuti, W. A. (2020). Skripsi Peranan Orangtua Tunggal (Single Parent) Dalam
Pendidikan Akhlak Anak Di Desa Pempen Kecamatan Gunung Pelindung.
Iain Metro, 23-24.

Azwar, S. (2018). Metode Penelitian Psikologi Edisi Ii. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. (2017). Retrieved From Https://Www.Bps.Go.Id

Bps. (2017). Indeks Kebahagian 2017. Retrieved From Badan Pusat Statistik:
Https://Www.Bps.Go.Id

Brs. (2017, Agustus 15). Indeks Kebahagiaan Prov. Aceh Tahun 2017. Retrieved
From Badan Resmi Statistik Prov. Aceh: Https://Aceh.Bps.Go.Id

Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental. Semarang: Lembaga Pengembangan


dan Penjamin Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro.

Fatmawati, R. (2017). Skripsi Hubungan Agreeableness (Kebaikan Hati) Dan


Forgiveness (Pemaafan) Pada Mahasiswa. Universitas Islam Indonesia, 1-
110.

Gani, A. H. (2011). Forgiveness Therapy. Yogyakarta: Kanisius.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program Ibm Spss 23


(Edisi 8). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan . Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hurlock, E. B. (2006). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Khasan, M. (2017). Perspektif Islam Dan Psikologi Tentang Pemaafan. Jurnal At-
Taqaddum, 69-94.

Maghfirah, M. (2019). Efektivitas Mendengarkan Murattal Al-Quran Terhadap


Atensi Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry. -, -.

29
Maharani, D. (2015). Skripsi Tingkat Kebahagiaan (Happiness) Pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Universitas Negri
Yogyakarta, 1-98.

Maslow, A., Frankl, & Roger. (2017). Psikologi Humanistik. Journal Of American
Psychology, 30-40.

Maulana, H. (2019). Lima Tahun Dendam, Yudha Bunuh Pedagang Elpiji Pakai
Pisau Dapur. Batam: Kompas.Com.

Mccullough, M. E. (2000). Forgiveness As Human Strength: Theory, Measurement,


And Links To Well-Being. Journal Of Social And Clinical Psychology;
Spring , 43-55.

Mccullough, M. E., Fincham, F. D., & Tsang, J. A. (2003). Forgiveness, Forbearance,


And Time: The Temporal Unfolding Of Transgression-Related Interpersonal
Motivations. Journal Of Personality And Social Psychology, 540-557.

Mccullough, M. E., Jr, E. W., & Rachal, K. C. (1997). Interpersonal Forgiving In


Close Relationship. Journal Of Personality And Social Psychology, 321-336.

Murray, R. J. (2002). Forgiveness As A Therapeutic Option. Dalam The Family


Journal: Counseling And Therapy For Couples And Families. .
Journals.Sagepub.Com, 315-321.

Myers, D. G., & Diener, E. (1995). Who Is Happy? Psychological Science, 10-19.
Doi:Doi:10.1111/J.1467-9280.1995.Tb00298.X

Nashori, F. (2011). Meningkatkan Kualitas Hidup Dengan Pemaafan. Jurnal


Fakultas Hukum Uii.

Papalia. (2014). Psikologi Perkembangan. New York: Gramedia.

Perdana, T. P., & Syafiq, M. (2013). Menjalani Hidup Setelah Kematian Suami :
Studi Fenomenologi Perempuan Single Mother. Jurnal Penelitian Psikologi,
1-11

Puspitorini, Y. W. (2012). Tingkah laku prososial dan kebahagiaan. Skripsi:


Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

30
Rahman, A. A. (2017). Metode Penelitian Psikologi Langkah Cerdas Menyelesaikan
Skripsi. Bandung: Pt Remaja Roskadarya.

Raudatussalamah , & Susanti, R. (2014). Pemaafan (Forgiveness) Dan Psychological


Wellbeing Pada Narapidana Wanita. Marwah: Jurnal Perempuan Agama Dan
Gender, 219-234.

Safaria, T., Diponegoro, A. M., & Bashori, K. (2017). The Efficacy of Gratitude and
Forgiveness Training to Increase Happiness. Medwelljournals, 1948 - 1951.

Seligman, M. E. (2005). Authentic Happiness Menciptakan Kebahagiaan Dengan


Psikologi Positif. Bandung: Mizan.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Toussaint, L. L., & Webb, J. (2005). Theoretical and empirical connections between
forgiveness, mental health, and well-being. New York: Routledge.
Ulfiah. (2016). Psikologi Keluarga Pemahaman Hakikat Keluarga Dan Penanganan
Problematika Rumah Tangga . Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Wardhati, L. T., & Faturochman . (2018). Psikologi Pemaafan . Jurnal Ugm, 1-11.

31

Anda mungkin juga menyukai