Anda di halaman 1dari 34

ASESMEN KONSELING

Zaujatul Amna, S.Psi., M.Sc


TUGAS MANDIRI
 Analisislah salah satu kasus yang diperankan oleh teman
anda (peran secara bergantian konselor dan klien)
berdasarkan susunan kasus dari PPDG/DSM
berdasarkan kode pengelompokan gangguan
psikologisnya F00 – F100/ F00-F010.

 Lakukanlah anamnesa dari masing-masing pasangan/


partner konseling anda.

 Dengan melampirkan hasil pemeriksaan berupa:


obersvasi umum & khusus, hasil anamnesa dan diagnosa
klien.
How to begin a Counseling for the
beginner?

 What happens in a counseling session?


 What we have to do as a counselor or Therapist as a
beginner?
 What skill that (basic of counseling‘s techniques) the
counselor (should) have?

Answer: Counseling It is like a story: it has


a beginning, a middle, and an ending.
THREE PHASES OF COUNSELING

3. Phase of the hand 1. Phase of the Heart


(ACTION) (FACILITATION) :

a. Plan for Moving On a. Building Rapport ,


b. Ask What Other Support b. Get Facts and
They Need/ Giving a c. Get Reactions &
Referral List, and Feelings
c. Closing

2. Phase of the mind


(TRANSITION)

a. Identify Coping
b. Generate Insights/ Sense
Making/Finding Meaning

Cormier & Hackney, 1999


Asesmen

 “Proses mengumpulkan informasi yang


biasanya digunakan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan yang
nantinya akan dikomunikasikan kepada
pihak-pihak terkait oleh psikolog/
konselor” (Nietzel dkk,1998).
Asesmen klinis
adalah semua usaha yang dilakukan
klinisi untuk mendapatkan data atau
informasi tentang diri klien dengan
tujuan untuk mengerti kapasitas,
kepribadian dan status mental klien
yang berkaitan untuk menegakkan
diagnosa, prognosa dan intervensi.
Melalui assesment dapat mampu menentukan
kekuatan, kelemahan, keparahan permasalahan
psikologis klien

Langkah untuk mendapatkan informasi/ pengumpulan


informasi dari permasalahan yang sedang dialami;
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki

Informasi yang terkumpul digunakan untuk


menunjang keputusan-keputusan, tindakan-tindakan
Sasaran Asesmen
 Memusatkan perhatian terhadap
disfungsi / psikologis individual
 Memperhatikan abnormalitas /
kekurangan dalam aspek pikiran, emosi,
perilaku
 Memusatkan perhatian untuk
menemukan kekuatan klien
(kemampuan; ketrampilan; kekuatan)
Building rapport, opening dan
attending

Anamnesa, Diagnosa dan


Prognosa

Building rapport, opening dan


attending

Treatment konseling yang


diberikan

Evaluasi, terminasi/kesimpulan,
penutupan, dan tindak lanjut
Konseling process

 Status mental (Opening, Building Rapport


 Anamnesa
 Diagnosa
 Prognosa
 Intervention
 Evaluation and termination
Proses Konseling

1. Analisis
2. Sintesis
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Konseling (Intervention/
treatmen )
6. Follow-up

11
Analisis

 Langkah awal, mengumpulkan informasi tentang diri klien dan


latar kehidupannya.

 Tujuan :
memperoleh pemahaman tentang diri klien sehubungan dengan
syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian
diri, baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang.

 Alat pengumpul data :


catatan kumulatif, wawancara, format distribusi waktu,
otobiografi, catatan anekdot, dan tes psikologis.

12
Sintesis
  Langkah untuk merangkum, mengolong-golongkan serta
menghubung-hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga
tergambarkan keseluruhan pribadi klien.

 Gambaran kelebihan dan kelemahan klien akan dideskripsikan


pada tahapan ini.

13
Diagnosis

 Diagnosis mengidentifikasikan masalah spesifik klien diarahkan pada


usaha untuk mengkomunikasikan informasi tentang individu tertentu
kepada profesional lain.

 Diagnosis adalah ditentukan proses terjadinya gangguan, termasuk jenis


apakah penyakit tersebut.

 Langkah menarik simpulan logis mengenai masalah yang dihadapi


klien atas dasar gambaran pribadi klien hasil analisis dan sintesis.

 Tahapan ini bisa dilakukan melalui:


• Mengidentifikasi masalah
• Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah (etiologi)
• Melakukan prognosis (tahap 4 proses konseling).
  
14
a. Identifikasi Masalah

• Pada tahap ini dirumuskan masalah yang dihadapi klien saat


ini

• Penentuan masalah dapat dilakukan atas dasar kategori yang


dikemukakan oleh Bordin atau Pepinsky 

Bordin:
 Dependence (ketergantungan)
 Lack of information (Kekurangan Informasi)
 Self-conflicts (Konflik diri) Pepinsky
 Choice anxiety (Kecemasan membuat  Lack of assurance (kurangpastian/ ragu-ragu)
keputusan/pilihan)  Lack of information (kurang informasi)
 No problems ( “merasa” tidak mempunyai masalah)  Lack of skills (kurang ketrampilan)
 Dependence (ketergantungan)
 Self conflicts (konflik diri)
  15
b. Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah)

• Menentukan sebab-sebab timbulnya masalah, dua sumber :


internal dan/atau eksternal.

• Pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang, dan masa


yang akan datang.

• Dalam menentukan penyebab menggunakan data yang


terungkap pada tahap analisis
  

16
4. Prognosis

 Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan


terjadi berdasarkan data yang ada, (skor
keberfungsian secara psikologis/ GAF) untuk
penentuan intervensi/ treatmen yang akan dilakukan
terhadap klien

17
5.Konseling
 Konseling dapat dipandang sebagai keseluruhan
proses pemberian bantuan, tetapi juga dapat
dipandang sebagai salah satu tahap proses konseling.

 Konseling dipandang sebagai salah satu tahap berarti,


maknanya bahwa tahap-tahap sebelumnya, seperti -–
analisis, sintesis, diagnosis, dan prognosis—dapat
dilakukan konselor sebelum konseling

18
 Pada tahap konseling dilakukan :

1. Pengembangan alternatif pemecahan masalah


2. Pengujian alternatif
3. Pengambilan keputusan.

19
Pengembangan Alternatif Pemecahan Masalah

 Beberapa strategi :
• Forcing Conformity
• Changing Attitude
• Learning The Needed Skills
• Selecting The Appropriate Environment
• Changing Environment

20
 Forcing Conformity
• Strategi membantu klien dalam kondisi, disatu sisi harus melaksanakan tugas-tugas tertentu
dan harus dijalani, namun pada sisi lainnya ia tidak senang untuk melaksanakan

 Changing Attitude
• Strategi mengubah sikap dalam mentelesaikan masalah

 Learning The Needed Skills


• Strategi keterampilan yang dibutuhkan dalam mengatasan suatu masalah

  Selecting The Appropriate Environment


• Strategi menyeleksi lingkungan yang mendukung pemecahan masalah

 Changing Environment,
• Mengembangkan lingkungan yang mendukung pemecahan masalah. Beberapa upaya
pemecahan masalah gagal karena karena lingkungan yang tidak mendukung.
21
6. Follow Up
 Langkah follow-up dapat diartikan sebagai hal-hal yang
perlu direncanakan dari alternatif yang dipilih untuk
dikembangkan dan/atau tindak lanjut dari alternatif yang
telah dilaksanakan di lapangan.

22
PROSES ASSESMENT
DALAM PSIKOLOGI KLINIS

 Empat Komponen dalam Proses


Assesment Psikologi Klinis, (Bernstein
dan Nietzel, ’80) :
1. Perencanaan dalam prosedur pengumpulan
data (Planning data collection procedures)
2. Pengumpulan data untuk assesment
3. Image Intake / pengolahan data dan
pembentukan hipotesis
4. Mengkomunikasikan data assesmen baik
dalam bentuk laporan maupun bentuk lisan
1. Perencanaan Dalam Prosedur Pengumpulan Data

 Apa yang ingin diketahui dan


bagaimana caranya :
 Apakah tujuan assesmen untuk
melakukan klasifikasi; deskripsi;
variabel; prediksi (diharapkan salah satu
tujuan menonjol)
 Dipengaruhi oleh orientasi pemeriksa

 
2. METODE ASESMEN
Ada beberapa metode asesmen yang dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosa, yaitu:
1. Interview/wawancara (Auto anamnesa & Allo anamnesa)
2. Observasi (obs.langsung yg memiliki tingkat validitas tinggi
dlm asesmen)
3. Life record (mll data” klien, spt ijazah, buku harian, surat,
album foto, penghargaan, riwayat kesehatan, dsb)
4. Checklist (biasanya digunakan bersamaan dg observasi)
5. Psikotes (membantu mengurangi bias selama asesmen
berlangsung)
Pengumpulan Data untuk Assesmen,
melalui
 Wawancara
 Pengalaman subyek
 Teknik : Langsung (focus) dan Tidak
langsung (umum)

Untuk melihat gambaran menyeluruh


berdasarkan apa yang diceritakan
Hal yang paling penting dalam proses
wawancara
 Kemampuan mendengarkan secara kreatif dan empatik dan
kemampuan menggali
 Mengamati suara dan pembicaraan (kecepatan bicara; waktu
reaksi; spontanitas; tata bahasa; gaya bicara;
perbendaharaan kata; kelancaran bicara)
 Mengamati perilaku non verbal dan waspada terhadap
perubahan-perubahan yang ada.
 (perilaku yang non verbal yang dapat diamati; perilaku
motorik; postur dan perubahan; ekspresi wajah; kontak mata)
 Mengamati penampilan pribadi
 Mengintegrasi pengamatan antara : Kesesuaian efek; isi;
tema
 Konsistensi antara ekspresi wajah dengan komunikasi
Persamaan dan perbedaan wawancara assesment dan wawancara terapi

WAWANCARA UNTUK ASSESMEN


 Merupakan teknik dasar
 Fokus pada masalah dan kebutuhan klien
 Mencari kejelasan atas problem “X” untuk intervensi
selanjutnya

WAWANCARA UNTUK TERAPI


 Merupakan teknik dasar
 Fokus pada masalah dan kebutuhan klien
 Mendorong untuk memahami dirinya sendiri yang
diharapkan berorientasi pada perilaku
 
JENIS INTERVIEW / WAWANCARA

INTERVIEW DIAGNOSTIK
 Ditujukan pada pasien / klien yang mengalami gangguan
(Psikotik)
 Fokus utama pada simtom “K” untuk melihat parah /
tidaknya durasi; sejarah masa lalunya, dan prediksi ke masa
depan.
 Bersifat kaku  berupa mental status
 (sudah berfokus pada tujuan tertentu)
 Meliputi :
 Intelektual dan proses berpikir gangguan persepsi; perhatian
dan orientasi; ekspresi emosi; pemahaman konsep diri dan
penampilan perilaku.
INTAKE INTERVIEW
Fokus utama :
 Keinginan klien
 Motivasi untuk menyelesaikan masalah
 Dilakukan secara langsung (tatap muka)
SYARAT INTERVIEW

Fase pembukaan (15 menit)

Rapport
 Menciptakan kenyamanan
 Saling mengenal
 Saling percaya
 FASE PERTENGAHAN
 Mendapatkan informasi untuk merumuskan tentang
perubahan – perubahan karakter “S”
 Keluhan dan simptom apa yang dirasakan sekarang;
 Kejadian yang menimbulkan stress yang selama ini
dipendam
 Individu seperti apa, adakah fungsi organik yang
mempengaruhinya
 Melakukan inquiry
 FASE PENUTUPAN

Menenangkan kembali klien, membuat rencana


untuk langkah selanjutnya (Bila informasi
sedikit, pertemuan dilanjutkan ke fase kedua)

Sebaiknya tidak terlalu cepat memberikan saran


dan harapan, bila belum mengerti permasalahan
klien (Seandainya dalam fase pertengahan bila
mendapatkan gambaran yang tuntas)
Contoh asesmen pada gangguan perilaku

 Situasi spesifik apa yang menyebabkan


perasaan cemas ?
 Perilaku macam apa yang muncul ketika
merasa cemas ?
 Apakah kondisi lingkungan tempat
berhubungan dengan perubahan-
perubahan dalam parahnya kecemasan ?
 Bagaimana klien menanggulangi rasa
cemasnya ?

Anda mungkin juga menyukai