Anda di halaman 1dari 19

Aplikasi Critical

Thinking Dalam
Manajemen Kebidanan
Varney
Dosen Pengampu : Putu Dian Prima Kusuma Dewi
Oleh
Kelompok II

Ni Kadek Dian Oktaviani 20089151002


Kadek Vebby Hendrayani 20089151003
Komang Ayu Sri Utami 20089151004

Prodi S1 Kebidanan
Definisi Critical Thinking

Scriven, M & Paul, R, dalam Anonim (2019) mendefinisikan


berpikir kritis sebagai suatu proses disiplin intelektual yang
secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan / atau
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau Menurut John (2016), berfikir kritis
dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, adalah suatu cara berpikir tentang
penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk subjek, konten, atau masalah yang
keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk keteladanannya ini, dilakukan oleh pemikir secara aktif
didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal yang dan terampil secara konseptual dan
melampaui pembagian materi: kejelasan, akurasi, presisi, memaksakan standar yang tinggi atas
konsistensi, relevansi, bukti yang kuat, alasan yang baik, intelektualitas mereka. Untuk dapat
kedalaman, luas, dan keadilan menerapkan berfikir kritis, diperlukan
kemampuan kemampuan
intelektualitas, pengalaman, dan
sumber referensi/ bukti yang kuat.
Mengapa Critical Thinking itu Penting???

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan menyebabkan
informasi yang diterima mahasiswa semakin banyak ragamnya,
2. Mahasiswa merupakan salah satu kekuatan (people power),
3. Mahasiswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan menjalani kehidupan
semakin kompleks.
4. Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana kreativitas
muncul karena melihat fenomena-fenomena atau permasalahan yang kemudian akan
menuntut kita untuk berpikir kreatif.
5. Banyak lapangan pekerjaan baik langsung maupun tidak, membutuhkan keterampilan
berpikir kritis, misalnya sebagai pengacara atau sebagai guru maka berpikir kritis adalah
kunci keberhasilannya.
6. Setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan, mau ataupun
tidak, sengaja atau tidak, dicari ataupun tidak akan memerlukan keterampilan untuk
berpikir kritis
Tujuan Berpikir Kritis

Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat

Mengumpulkan dan menilai informasi yang


relevan

Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran

Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari


tahu solusi untuk masalah yang kompleks.
Langkah Pemecahan Masalah Dengan
Prinsip Berpikir Kritis

Lakukan Identifikasi
Masalah Uji coba keputusan
klinik

Memilih Ide Terbaik

Eksplorasi Masalah
dan Evaluasi
Mengembangkan Ide
Langkah Berpikir Kritis
Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang
Knowledge sesuai sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan
keputusan dalam berfikir kritis

Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur


sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan
Comprehension.
memahami apa yang dibaca, didengar atau dilihat secara
komprehensif.

Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara


komprehensif, dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah
Aplication
yang telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan.
Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub
masalah dan mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan
Analize dengan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul
dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan
analisis kritis.

Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-


Synthesis. analisis yang telah dibuat ke dalam bentuk teori baru,
dilakukan dengan mengevaluasi pendapat-pendapat yang
tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat.

Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah


dievaluasi (langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa
Take action. hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah
dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah
dipahami. Pada langkah terakhir ini, membangun evaluasi
tentang masalah yang dapat diterapkan.
Asuhan Kebidanan Berdasarkan
Manajemen Varney

Manajemen kebidanan (Varney, 1997) yaitu Proses pemecahan


masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis, dan berfokus pada klien.
Prinsip manajemen asuhan kebidanan.
Manajemen asuhan kebidanan terdiri atas 7
langkah (Varney, 1997), 
IV:
Mengidentifikasi
II: dan Menetapkan VI:
Interpretasi Kebutuhan yang Melaksanakan
Data Dasar Memerlukan Perencanaan
Penanganan Segera

III: V:
I: Mengidentifikasi Merencanaka
Pengumpulan Diagnosa atau n Asuhan VII: Evaluasi
Data Dasar. Masalah yang
Potensial. Menyeluruh
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk


mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif.
Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun
meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif
didapatkan dari pemeriksaan langsung pada pasien. Pada langkah
pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan


sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur
standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai. Dapat juga
dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Masalah dan diagnosis keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti
diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam
sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial


lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh


bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang
wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau
seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus
mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan
kebidanan.
Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh


langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-
ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan

Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar
langkah-langkah tersebut benar-benar  terlaksana). Dalam situasi dimana
bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh 
Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi
dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif
jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam
pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan
yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap
proses asuhan yang telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes
sama dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.
THANK YOU
- S1 KEBIDANAN -

Anda mungkin juga menyukai