PENDAHULUAN
A. Skenario
pak tito baru saja diangkat menjadi kepala ruangan instalasi interne di Rumah sakit X
tipe B. Ia merasa senang sekali dengan promosi yang ia dapatkan dan merasa percaya diri
akan dapat memimpin ruangan tersebut untuk dapat berkembang. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai kepala ruangan, pak tito mencoba gaya kepemimpinan Laissez Faire yang
dianggapnya sebagai gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi ruangan pada saat itu. Pak
tito berupaya menjalankan tugasnya sebaik mungkin terutama ia fokuskan pada hal-hal yang
bersifat tugas manajerial dan tugas administratif.
Namun, baru 2 bulan memimpin ia mulai menghadapi permasalahan yang
berdatangan. Mulai dari komplain pasien dan keluarga mengenai layanan perawat yang
kurang memuaskan, perawat jutek dan kurang komunikatif dan sarana sarana yang tidak
memadai.
Setelah 6 bulan memimpin, pak tito belum merasakan peranya sebagai change agent
belum terlaksana dengan baik. Komplain-komplain dari pasien dan keluarga pasien terus
berdatangan menuntut kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas. Komunikasi staf dan
pemimpin juga belum berjalan dengan baik.
Ketika pak tito berusaha mengklarifikasi komplain tersebut pada perawat di ruangan,
ia mendapatkan informasi bahwa beban kerja perawat di ruangan sangat tinggi. Dimana
perbandingan perawat dengan pasien adalah 1:10 orang dengan Bed Occupation Rate sebesar
100%.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi
kepemimpinan:
1. Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
2. Locke & Associates (1997)
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing) orang-orang lain
untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama.
3. Stogdill
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
4. Ordway Ted
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang
tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat
menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya.
5. Georgy R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
6. Paul Hersay, Ken Blanchord
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi
tertentu.
1. Leader Orinetation :
apakah pemimipin pada suatu organisasi berorinetasi pada relationship atau beorintasi
pada task. Leader Orientation diketahui dari Skala semantic differential dari rekan yang
paling tidak disenangi dalam organisasi (Least preffered coworker = LPC)
LPC tinggi jika pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah
menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang
tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada relationship, sebaliknya skor LPC
yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi
bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada
tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang
mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan orang apabila kontrol
situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC
akan lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
2. Situation favorability:
sejauh mana pemimpin tersebut dapat mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3
variabel situasi, yaitu :
Leader-Member Orintation: hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya.
Task Structure: tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh
anggota organisasi.
Position Power: tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi dan PP besar, sebaliknya
Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS rendah dan PP sedikit.
contoh kasusnya, dalam sebuah took kue, pemimpin took akan membicarakan masalah
yang terjadi, misalnya cara menarik minat pembeli agar menjadi pelanggan tetap tokonya.
Pemilik took akan mengumpulkan semua karyawannya dan menanyakan pendapat mereka.
pemilik akan menampung semua gagasan mereka, lalu memilih gagasan yang dianggap
paling menarik dan disetujui oleh semua karyawannya.
Contoh kasus diatas, itu sesuai dengan cirri pengambilan keputusan G-II yang dikemukakan
oleh vroom & yetton. Dan menurut saya, ciri G-II adalah yang paling layak digunakan.
E. Ciri Dan Ketrampilan Yang Harus Dikuasai Pemimpin Yang Efektif
Menurut Kadarman & Udaya Seorang pemimpin yang efektif tidak akan
menggunakan kelebihannya untuk menaklukkan orang lain, namun justru digunakan untuk
mendorong bawahannya dalam mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada.
1. Swanburg (2000) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah sebagai
berikut:
a. Intelegensi (pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara)
b. Kepribadian (mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas pribadi yang baik,
keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada orang lain)
c. Kemapuan (bekerjasama, hubungan antar manusia dan partisipasi sosial).
2. Fiedler (1977), dikutip dari Gillies (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berjalan
efektif bila:
a. Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari satu gaya ke gaya
lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi kerja.
b. Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal situasi kerja dan
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota kelompok kerja lainnya.
3. Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.
b. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
c. Mempunyai kempuan menjalin hubungan antar manusia.
d. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk mengenal orang
lain dengan baik.
4. Merton, menguraikan kepemimpinan yang efekti dapat memenuhi 4 keadaan yaitu :
a. Seseorang akan mengerti apabila menerima auatu komunikasi,
b. Mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan yang diminta oleh komunikasi tadi,
c. Percaya bahwa perilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak perorangan dengan
nilai yang baik,
d. Sesuai dengan tujuan dan nilai organisasi.
b. perbedaan-perbedaan dalam orientasi fungsional dan struktur organisasi yang mekanistik,
e. pemikiran kelompok (group think) dan kendala-kendala individual, seperti ketidaksiapan
yang mengakibatkan rasa ketidakpastian, kekhawatiran, ketidakamanan, persepsi selektif, dan
retensi kebiasaan.
6. Konseptual
toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang, seringkali menekan
solusi kreatif atas masalah
7. Behavioral
toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan
mengupayakan penerimaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh seperti:
1. Cerna masalah
Sejalan dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan
tentang tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil
inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara.
2. Identifikasi alternativ
Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya.
3. Tentukan proritas
Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan.
4. Ambil langkah
Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut
pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.
2. Peran kepemimpinan dalam mengendalikan konflik
Berkaitan dengan dunia organisasi, konflikpun kerap kali terjadi misalnya saja konflik
antara pemimpin dengan yang dipimpinnya atau antara kelompok kerja yang satu dengan
yang lain. Konflik terjadi disebabkan oleh berbedanya kepribadian, kepentingan, latar
belakang sosial, budaya, agama dan sebagainya antara masing-masimg indivdu dalam
organisasi tersebut. Konflik tidak bisa dicegah melainkan hanya bisa dikendalikan, dikelola,
bahkan disinergikan menjadi sesuatu yang sangat dinamis dan harmonis. Dan ini adalah tugas
dari seorang pemimpin.dalam kepemimpinannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa efektifitas
kepemimpinan seorang pemimpin adalah dapat dinilai dari bagaimana ia mampu
mengendalikan dan mengelola konflik begitu juga sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kepemimpinan dapat dirumuskan bahwa kepemimpinan berarti kemampuan dan
kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI,2009,125).
Menurut Sindang P.Siagian (2003)
kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari semua sumber-sumber
bagi suatu organisasi. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya
kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan
seseorang.
Teori kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization
context). Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader Orientation
dan Situation Favorability.
DAFTAR PUSTAKA
havidzulloh.blogspot.com/2010/08/studi-kepemimpinan-michigan.html
http://inet.detik.com/read/2012/04/19/092110/1896016/398/bersih-bersih-yahoo-buang-50-
produk
http://www.shvoong.com/business-management/human-resource-managementdouglas-
theory-management/
http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/teori-path-goal-dalam-kepemimpinan/
http://www.envisionsoftware.com/Management/TheoryX
http://www.accel-team.com/human_relations/mcgregor
Vroom, VH dan Yetton, PW (1973). Kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Pittsburg:
University of Pittsburg
Munandar, Ashar Sunyoto . 2001 , Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta. Universitas
Indonesia
Edgar, H Schein. 1991, Psikologi Organisasi, Jakarta. Pustaka Binaman Pressindo