e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
ABSTRAK
Perkawinan usia muda menjadi salah satu permasalahan yang terus terjadi di Indonesia sampai hari
ini meskipun angka atau tingkat perkawinan usia muda tidak tinggi akan tetapi terus meningkat disetiap
tahunnya. Sehingga, kesiapan dalam menikah masih belum matang, kondisi emosi yang belum stabil bisa
mengakibatkan kepada ketahanan serta kualitas keluarga yang akan dibangun. Tentunya, perkawinan muda
akan berpengaruh terhadap ketahanan keluarga, sebab ketika mereka memutuskan untuk kawin muda sudah
pasti akan berhenti sekolah yang pada akhirnya menyebabkan minimnya pengetahuan yang terbatas. Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk memberikan edukasi mengenai keterkaitan antara perkawinan muda dengan
ketahanan keluarga, menjelaskan seperti apa pengaruh yang akan diberikan. Penulisan ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kepustakaan dan menggunakan sumber data
sekunder.
Kata kunci: pernikahan muda, pernikahan, ketahanan keluarga
ABSTRACT
Early marriage into one of the problems that continue to occur in Indonesia to this day even though
the numbers or the rate of child marriage is not high but continue to increase every year. Thus, readiness in
marriage is still immature, unstable emotional conditions can lead to the resilience and quality of the family to
be built. Of course, young marriages will affect family resilience, because when they decide to marry young,
they will definitely quit school, which in turn will lead to a lack of limited knowledge. The purpose of this paper
is to provide education about the relationship between young marriages and family resilience, explaining what
kind of influence will be given. This writing uses qualitative research methods with the type of literature study
research and uses secondary data sources.
Key words: early marriage, marriage, family resilience
Berdasarkan data child marriage report,
Pendahuluan jika dilihat dari daerah tempat tingal menunjukkan
bahwa prevalensi perkawinan anak perempuan
Perkawinan menjadi salah satu gerbang
lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan,
utama bagi seseorang yang sudah mulai beranjak
baik itu usia sebelum 18 tahun maupun sebelum
dewasa untuk membangun kehidupan baru yang
usia 15 tahun. Pada tahun 2018, prevalensi
lebih mandiri lagi. Menurut Undang-Undang nomor
perempuan 20-24 tahun di perdesaan yang
1 tahun 1974 perkawinan adalah ikatan lahir batin
melakukan perkawinan pertamanya sebelum usia
antara seorang pria dengan seorang wanita
18 tahun masih lebih tinggi perdesaan yaitu
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
sebesar 16,87% dan perkotaan sebesar 7,15%.
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
Sedangkan untuk anak laki-laki, sekitar 1 dari 100
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
laki-laki 20-24 tahun pada tahun 2018 telah
Tentunya perkawinan ini dilakukan secara hukum
melangsungkan perkawinan sebelum usia 18
yang telah dipercayai oleh kedua bela pihak.
tahun. Sama seperti anak perempuan yang telah
Perkawinan diperbolehkan apabila kedua belah
melakukan perkawinan pertama, daerah
pihak atau laki-laki dan perempuan telah berusia
perdesaan juga memiliki prevalensi yang tinggi
19 tahun berdasarkan undang-undang yang telah
untuk anak laki-laki yang telah melakukan
disepakati dalam UU 16 tahun 2009 atas
perkawinan pertamanya yaitu sebesar 1,44% dan
perubahan UU 1 tahun 1974.
90
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
perkotaan adalah 0,77%. (Sahrizal, Handayani, Maka, jika merujuk pada data mengenai KDRT
Chamami, & dkk, 2020) dapat disimpulkan bahwa ketahanan keluarga
belum bisa dicapai sebagai akibat dari minimnya
Beberapa alasan terjadinya perkawinan
pendidikan. Sementara dalam sebuah keluarga
usia muda di Indonesia ini adalah status sosial dan
kemampuan resiliensi diperlukan untuk mengatasi
ekonomi yang rendah, adanya budaya kawin usia
dan menyesuaikan diri pada perubahan yang sulit
muda, perkawinan yang dipaksa dan seks bebas
terjadi dalam hidup atau permasalahan yang berat.
(BKKBN, 2012). Perkawinan usia muda ini juga
difaktori oleh perjodohan, agama, tuntutan Teori yang akan digunakan dalam
keluarga, tekanan sosial, kemauan sendiri dan penelitian ini adalah teori struktural fungsional
pendidikan. Adanya persepsi bahwa menikah muda yang menekankan pada stabilitas kehidupan sosial.
dapat melepaskan beban dan masalah juga dapat Dalam teori ini menjelaskan bahwa aspek penting
menjadi salah satu faktornya. dari struktural fungsionalis adalah terdapat
pembagian peran/fungsi keluarga yang jelas,
Dampak dari segi fisik, psikologis dan
dengan terpola dalam struktur hirarkis yang
sosial tentu akan dirasakan oleh seseorang yang
harmonis berlandaskan komitmen terhadap
melakukan perkawinan diusia muda misalnya
pelaksanaan peran/fungsi tersebut. Teori ini
kebutuhan sehari-harinya tidak terpenuhi, belum
menjelaskan bahwa tiap-tiap anggota keluarga
adanya kesiapan untuk membangun rumah tangga
harus menjalani hidupnya sesuai dengan
sehingga belum adanya pengetahuan untuk
perannya. Teori ini merujuk pada ketahanan
menjadi seorang ayah dan ibu, dan lingkungan
keluarga yang dihasilkan dari perkawinan muda
yang belum tentu bisa menerimanya sebagai
sebagai dasar untuk menganalisis kesesuaian
akibat perkawinan yang tidak diinginkan (married
peran yang dijalani.
by accident).
Data-data diatas mengenai tingkat
Resiko lain dari perkawinan muda adalah
perkawinan muda di Indonesia dan juga tingat
terjadinya KDRT, resiko ketika melahirkan karena
KDRT pada perkawinan muda kiranya sudah cukup
alat reproduksi pada usia muda belum berkembang
menjelaskan bahwa masih ketahanan keluarga dari
dengan baik, yang nantinya akan berdampak pada
perkawinan muda ini belum terciptakan. Belum
kematian ibu atau bayi. Perkawinan usia muda juga
adanya kemampuan resiliensi sebagai akibat dari
akan mengakibatkan ketidaksiapan dalam
minimnya pengetahuan yang dimiliki. Maka, tujuan
membangun rumah tangga, karena mereka belum
dari penulisan ini adalah untuk memberikan
cukup dewasa dalam bersikap maupun dalam
edukasi serta informasi mengenai gambaran dari
pengambilan keputusan.
ketahanan keluarga yang terjadi pada seseorang
Menurut penelitian plan (dalam Djamilah yang melakukan perkawinan muda.
2014), menjelaskan bahwa perkawinan muda
sangat rentan terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Metode Penelitian
Tangga (KDRT). Sebanyak 44% anak perempuan
Metode yang digunakan adalah metode
yang melakukan pernikahan ini mengalami KDRT
penelitian kualitatif dimana metode ini merupakan
dengan tingkat frekuensi tinggi, sisanya 56% anak
metode ini sukar diukur dengan angka, bersifat
perempuan mengalami KDRT frekuensi rendah.
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil dari
Menurut Moleong (2003):
perkawinan muda menjadikan tidak siapnya
pasangan suami istri dalam membangun keluarga. “Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang bermaksud untuk memahami
Sehingga ketahanan keluarga dapat
fenomena tentang apa yang dialami oleh
terganggu. Ketahanan keluarga atau resiliensi
subjek penelitian, misalnya perilaku,
keluarga menurut Peraturan Pemerintah Republik
persepsi, motivasi, tindakan, dll secara
Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 (dalam
holistic, dan dengan cara deskripsi dalam
Cahyaningtyas, Tenrisana dan Triana, 2016)
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
adalah
konteks khusus yang alamiah dan dengan
“Sebagai suatu kondisi dinamik keluarga memanfaatkan berbagai metode alamiah.”
yang memiliki keuletan, ketangguhan dan
Pada penelitian kualitatif ini nantinya
kemampuan fisik, materil dan mental
penulis akan membuat suatu gambaran
untuk hidup secara mandiri”.
kompleks, meneliti sebuah kata, dan
melakukan studi pada situasi yang dialami.
91
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
Jenis penelitian ini merupakan penelitian data dari berbagai website yang dapat mendukung
yang berbasis studi kepustakaan (library research). pembahasan.
Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang
digunakan dalam mengumpulkan indormasi dan Perkawinan Muda
data dengan bantuan berbagai macam materi yang
Fenomena perkawinan muda masih sering
ada di perpustakan seperti dokumen, buku,
dijumpai di beberapa negara berkembang
majalah, kisah-kisah sejarah, dsb. Studi
khususnya Indonesia. Perkawinan disebut sebagai
kepustakaan ini juga dapat mempelajari berbagai
perkawinan muda ketika dilakukan oleh seseorang
referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang
yang masih dibawah umur atau anak-anak.
sejenis yang berguna untuk mendapatkan
Perkawinan muda di Indonesia ini sudah menjadi
landasan teori yang akan diteliti. Dalam studi
fenomena nasional, faktor yang mempengaruhi
kepustakaan ini teknik pengumpulan yang
salah satunya adalah budaya karena memiliki
dihimpun dengan melakukan penelaahan terhadap
pengaruh besar dalam pola kehidupan di
laporan yang berkitan dengan masalah yang ingin
masyarakat, termasuk perkawinan dibawah umur.
dipecahkan.
Perkawinan usia dini adalah pernikahan yang
Dengan penelitian kepustakaan ini, akan dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi yang
melatih seorang peneliti untuk membaca secara dilakukan sebelum usia 18 tahun (UNICEF, 2014).
kritis segala bahan yang didapatkan, kecermatan,
Perkawinan muda atau perkawinan dini
dan ketelitian seorang peneliti. Oleh karena itu,
menjadi salah satu praktik tradisional yang sudah
dalam penelitian ini, data-data yang akan diperoleh
lama dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia.
berasal dari literatur, jurnal, buku, dan hasil
Secara definisi, perkawinan muda sebagai ikatan
penelitian yang sudah dipublikasikan sebelumnya.
lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai
Penelitian yang akan dilakukan, mencari sepasang suami istri pada usia muda/remaja.
data dan juga informasi mengenai perkawinan usia Menurut World Health Organization (dalam
muda yang tidak sesuai dengan undang-undang Hanum&Tukiman, 2015):
atau dibawah 19 tahun terkait dengan bagaimana
“Pernikahan dini atau kawin muda sendiri
pengaruh terhadap ketahanan keluarganya.
adalah pernikahan yang dilakukan oleh
Sumber Data pasangan atau salah satu pasangannya
masih dikategorikan sebagai remaja yang
Sumber data yang digunakan adalah data
berusia dibawah 19 tahun.”
sekunder dimana data yang diperoleh peneliti
bukan berasal dari tangan pertama, melainkan Perkawinan usia muda berarti merupakan
tangan kedua, ketiga, dan seterusnya. Maka, perkawinan remaja yang dilihat dari segi umur
dalam hal ini peneliti tidak terlibat langsung dalam masih belum mencukupi dimana dalam UU Nomor
proses pengamatan atau observasi, akan tetapi 16 tahun 2006 telah ditetapkan umur maksimun
data diperoleh dari media massa, jurnal, artikel, pernikahan muda baik laki-laki maupun perempuan
data hasil penelitian lain, penelitian kepustakaan adalah 19 tahun.
untuk mengetahui berbagai pengetahuan dan
Jika merujuk pada segi kesehatan, BkkbN
data.
(dalam Hanum&Tukiman, 2015) menyebutkan
Dalam penulisan ini, data diperoleh dari bahwa perkawinan muda yang ideal adalah
jurnal yang berkaitan dengan perkawinan muda, perempuan yang telah berusia diatas 20 tahun, hal
tingkat perceraian akibat dari perkawinan usia ini berdasarkan pertimbangan dari kesehatan
muda, konsep ketahanan keluarga, faktor reproduksinya. Perkawinan yang dilakukan
penyebab perceraian dan faktor penyebab dibawah umur 20 tahun akan menyebabkan
perkawinan usia muda. Selain itu, penulis juga terkena kanker leher rahim, sel-sel rahim yang
memperoleh data yang berkaitan dengan angka belum matang, dan beresiko terkena penyakit
perkawinan muda di Indonesia berasal dari jurnal, Human Papiloma Virus (HIV).
child marriage report yang diinisiasikan oleh
Sebuah penelitian menyatakan bahwa
UNICEF, Kementrian Pemberdayaan Perempuan
sebagian besar perempuan di Indonesia yang telah
dan Perlindungan Anak, BPS, dan BKKBN.
melakukan perkawinan dibawah umur menyadari
Sedangkan data mengenai ketahanan keluarga,
bahwa mereka telah melakukan perkawinan terlalu
didapatkan dari jurnal, artikel, buku
dini, akan tetapi mereka melakukan perkawinan ini
pengembangan ketahanan. Selain dari jurnal,
atas dasar keinginan orang tuanya. Tentu ada
buku, artikel dan laporan penulis juga memperoleh
92
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
93
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
94
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
sosial. Lingkup ketahanan keluarga itu sendiri Dalam membangun ketahanan keluarga,
mencakup seluruh aspek mengenai pemenuhan pasti banyak yang menjelaskan tentang ciri-ciri
peran, fungsi, tugas keluarga dan bagaimana ketahanan keluarga, di Indonesia sendiri mengacu
keluarga berinteraksi. pada indikator yang tertera dalam peraturan
menteri PPPA Nomor 6 Tahun 2013 tentang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 52
pelaksanaan pembangunan keluarga terdapat 5
tahun 2009, ketahanan keluarga dapat diukur
dimensi yang menjadi sebuah indikator ketahanan
dengan menggunakan pendekatan sistem yang
keluarga, diantaranya; 1) landasan legalitas dan
didalamnya meliputi sumber daya fisik dan non-
keutuhan keluarga yang terdiri dari 3 variabel
fisik (komponen input), proses manajemen
(landasan legalitas, keutuhan keluarga, kemitraan
keluarga (permasalahan keluarga dan mekanisme
gender); 2) ketahanan fisik yang terdiri dari 3
penanggulangannya) dan terpenuhinya kebutuhan
variabel (kecukupan pangan dan gizi, kesehatan
fisik dan psiko-sosial (Cahyaningtyas, Tenrisana, &
keluarga, ketersediaan lokasi tetap untuk tidur); 3)
Triana, 2016). Dari pendekatan sistem ini, berarti
ketahanan ekonomi, terdiri dari 4 variabel (tempat
bahwa ketahanan keluarga merupakan
tinggal keluarga, pendapatan keluarga,
kemampuan keluarga dalam memecahkan
pembiayaan pendidikan anak, jaminan keuangan
masalahnya dengan menggunakan sumber daya
keluarga); 4) ketahanan sosial-psikologis, terdiri
yang dimiliki.
dari 2 variabel (keharmonisan keluarga, kepatuhan
Keluarga dapat memiliki tingkat ketahanan terhadap hukum); 5) ketahanan sosial-budaya,
keluarga yang baik apabila sudah memenuhi terdiri dari 3 variabel (kepedulian sosial, keeratan
aspek-aspek berikut ini; 1) ketahanan fisik yaitu sosial, ketaatan beragama).
terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang,
Ketahanan keluarga yang dibangun dapat
perumahan, pendidikan dan kesehatan; 2)
dipengaruhi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
ketahanan sosial yaitu berorientasi pada nilai
keluarga, karena dalam membangun sebuah
agama dan komitmen keluarga tinggi; 3)
ketahanan keluarga dibutuhkannya kemampuan
ketahanan psikologis meliputi kemampuan
untuk memecahkan masalah ketika ada ancaman
penanggulangan masalah non fisik, pengendalian
didalam keluarganya, sehingga akan berpengaruh
emosi secara positif, konsep diri positif dan
pada pengambilan keputusan. Jika seseoranng
kepedulian suami terhadap istri.
yang memiliki tingkat pendidikan yang baik maka
Dalam membangun ketahanan keluarga ia bisa menggunakan kemampuannya dengan baik
dan kesejahteraan keluarga terdapat faktor dan mempunyai pola pikir yang bisa memecahkan
pendukung, diantaranya kesiapan untuk masalah dengan sangat baik.
melakukan perkawinan, keberfungsian,
Berdasarkan konsep-konsep mengenai
pemenuhan tugas, pengelolaan sumber daya,
ketahanan keluarga yang sudah dijelaskan, maka
pengelolaan stress, pencegahan dan prediksi
dapat disimpulkan bahwa ketahanan keluarga itu
kerentanan, dan peningkatan kelentingan keluarga
ialah kondisi dimana kebutuhan dasar dapat
(Sunarti, 2018). Faktor-faktor ketahanan keluarga
terpenuhi dan adanya kemampuan untuk bisa
ini juga bisa menjadi sebuah prasyarat dalam
melindungi diri dari berbagai permasalahan yang
membentuk ketahanan keluarga, salah satunya
mengancam keluarganya baik internal maupun
adalah kesiapan untuk melakukan perkawinan.
eksternal, namun tidak hanya kemampuan untuk
Ciri-ciri dari ketahanan keluarga secara melindungi diri saja, tetapi juga bisa memecahkan
garis besar adalah sikap melayani, keakraban masalah yang bisa datang dari mana saja.
pasangan, orang tua yang mengajari anaknya,
Idealnya, untuk membetuk ketahanan
anak-anak yang menghormati orang tuanya, jiwa
keluarga bisa dimulai dari individunya, yaitu
altruism antar anggota keluarga, pemeliharaan
kesiapan menikah. Pada dasarnya kesiapan
hubungan anggota keluarga, lingkungan positif
menikah sama dengan kesiapan untuk
yang tercipta dalam suatu keluarga, dll
berkeluarga, karena kesiapan menikah ialah suatu
(Puspitawati, Herawati, & Sarma, 2018). Orientasi
kondisi fisik maupun non fisik seorang individu
ketahanan keluarga dilihat berdasarkan keyakinan
untuk membangun keluarga dengan segala
bahwa semua keluarga memiliki kekuatan dan
dinamika yang ada agar tujuannya tercapai.
potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi
Kesiapan menikah menjadi sebuah faktor utama
faktor perlindungan dan pemulihan keluarga guna
ketika seseorang memutuskan untuk melakukan
mengamankan sumber daya serta menumbuhkan
perkawinan, karena jika seseorang sudah menikah
ketahanan keluarga (Black & Lobo, 2008).
95
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
maka keberfungsian keluarganya akan semakin Indonesia merupakan salah satu negara
baik. yang menyumbang angka perceraian yang tinggi.
Misalnya kasus yang terjadi di Kabupaten
Ketahanan keluarga tercipta jika kesiapan
Mojokerto, dilansir dari detik.com menjelaskan
menikah semakin matang. Jika merujuk pada
bahwa kasus perkawinan usia muda yang terjadi di
konsep dari ketahanan keluarga yang berarti
Kabupaten Mojokerto cukup memprihatinkan.
kondisi stabil yang dapat diciptakan oleh sebuah
Dalam kurun waktu Januari-Agustus 2019 tercatat
keluarga maka, kesiapan menikah yang harus
ada 90 kasus perkawinan anak dibawah umur yang
dimiliki oleh seseorang sebelum melakukan
dilakukan pada umur 16 tahun untuk perempuan
perkawinan adalah kesiapan yang meliputi
dan dibawah 18 tahun untuk pria. Kemudian,
spiritual, emosi, sosial, financial, fisik, peran,
perkawinan muda dilakukan karena terjadinya
seksual dan usia (Cahyaningtyas, Tenrisana, &
hamil diluar nikah sebanyak 52 kasus. Sementara,
Triana, 2016). Sebab, kesiapan-kesiapan tersebut
kasus perceraian yang terjadi sepanjang Agustus
akan mempengaruhi ketahanan keluarga yang
2019 sebanyak 2.472 kasus dan tahun 2018
akan dibentuk. Jika seseorang sudah memiliki
sebanyak 2.992 kasus. Ribuan kasus itu, paling
kesiapan menikah dengan baik maka ketahanan
banyak dilakukan oleh pasangan muda dengan
keluarga akan mudah tercapai.
rentang usia 20-30 tahun. Selain di Kabupaten
Mojokerto, pengadilan Medan juga sudah
Hasil dan Pembahasan
menangani sekitar 308 kasus perceraian dini
Perkawinan usia muda di Indonesia masih sepanjang tahun 2018.
menjadi sebuah polemik, karena melihat dari data
Kasus-kasus perceraian dari hasil
yang ada disetiap tahunnya angka perkawinan usia
perkawinan muda ini dapat menjelaskan bahwa
muda ini terus meningkat walaupun tidak tinggi.
perkawinan muda di Indonesia sangat
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan
berpengaruh dalam ketahanan keluarga yang
bahwa 1 dari 4 anak perempuan di Indonesia telah
dibangun sehingga berujung pada perceraian
melakukan perkawinan pada umur dibawah 18
muda. Ketahanan keluarga yang dibangun menjadi
tahun pada 2008 sampai 2015. Sudah tercatat
keropos disebabkan oleh berbagai permasalahan
bahwa sekitar 1.348.886 anak perempuan yang
atau faktor-faktor lainnya yang akhirnya berujung
melakukan perkawinan dibawah usia 18 tahun
pada perceraian.
pada 2012. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar
300.000 anak perempuan yang telah kawin Jika merujuk pada konsep ketahanan
dibawah usia 16 tahun (Sunarti, 2018). keluarga yang menjelaskan bahwa didalam suatu
keluarga perlu adanya kemampuan untuk
Data lainnya memiliki perbedaan dengan
menyelesaikan berbagai permasalahan dan
BPS, yaitu data SDKI menunjukkan bahwa 17%
ancaman yang dihadapi baik itu dari dalam
anak perempuan yang berada pada prevalensi usia
maupun dari luar, maka ketahanan keluarga yang
20-24 tahun sudah kawin sebelum usia 18 tahun,
dibangun dari perkawinan muda ini belum
yang berarti hal ini digolongakan sebagai
mencapai konsep dari ketahanan keluarga itu
perkawinan anak. data dari SUSENAS pada tahun
sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka belum
2012, setidaknya ada 25% perempuan pada
memiliki pengetahuan mengenai membangun
prevalensi usia 20-24 tahun yang telah melakukan
sebuah rumah tangga. Apalagi, perkawinan muda
perkawinan pada usia dibawah 18 tahun atau
ini mengharuskan mereka untuk berhenti sekolah
perkawinan anak.
sehingga pengetahuan yang dimiliki pun terbatas.
Adanya permasalahan mengenai
Prasayarat untuk membangun ketahanan
perkawinan usia muda yang masih terjadi di
keluarga sangat tergambarkan pada kasus
Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan
perkawinan muda ini. Kebanyakan perkawinan
bahwa adanya perceraian yang diakibatkan dari
muda yang dilakukan berbagai daerah belum
adanya perkawinan muda ini. Jika kita merujuk
memenuhi prasyarat tersebut salah satunya
kepada salah satu prasyarat ketahanan keluarga
kesiapan menikah. Faktanya, seseorang
yang menyatakan bahwa kesiapan menikah
melakukan perkawinan bukan atas dasar dirinya
menjadi salah satu syarat untuk bisa membangun
telah siap untuk menikah akan tetapi didasari oleh
ketahanan keluarga, maka tidak heran apabila
berbagai faktor perkawinan usia muda yang telah
tingkat perceraian di Indonesia menjadi tinggi
dijelaskan sebelumnya. Dari segi psikologisnya,
karena masih banyaknya perkawinan muda yang
seseorang yang sudah kawin diusia muda pada
terjadi di Indonesia.
dasarnya belum memiliki kesiapan mental. Kondisi
96
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
emosionalnya yang masih mendominasi tentu akan berkesinambungan berarti keluarga tersebut selalu
mempengaruhinya dalam membangun ketahanan memiliki pendapatan dalam jumlah yang
keluarga. Sehingga, menyebabkan perkawinan mencukupi semua kebutuhan hidupnya. Namun,
usia muda tidak berjalan dengan harmonis. jika melihat realitanya pembangunan keluarga dan
ketahanan keluarga yang menjadi masalah dan
Selain itu, pasangan yang melakukan
tantangan khususnya bagi pasangan yang telah
perkawinan dini ini hanya mengutamakan kesiapan
menikah muda.
fisiknya saja, tanpa memperhatikan kesiapan
secara sosial, spiritual, emosional dan ekonomi. Jika ditelaah, ketahanan keluarga yang
Maka, sudah pasti seseorang yang kawin muda dibangun sangat mudah keropos. Salah satunya
belum siap untuk menanggung resiko dan ketahanan ekonomi yang merupakan bagian dari
konsekuensi untuk ke depannya. Sehingga tidak ketahanan keluarga. Pasangan yang telah kawin
adanya visi ataupun tujuan dalam membangun muda banyak yang belum bisa memenuhi
rumah tangganya. Kesiapan fisik berarti juga kebutuhan hidup yang berkesinambungan, dalam
belum siap untuk memikul beban menjadi orang hal ini berarti pendapatan. Seperti yang terjadi
tua. dibeberapa daerah contohnya di Sukabumi.
Perempuan yang telah melakukan perkawinan usia
Ketahanan keluarga juga tidak dapat
muda menyatakan bahwa ekonomi keluarganya
dicapai apabila pasangan suami istri tidak paham
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
atau tidak mengerti apa perannya dalam
dasarnya. Hal ini dikarenakan usia mereka yang
membangun ketahanan keluarga. Sebagaimana
masih sangat muda menyebabkan pendapatan
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah
yang mereka terima tidak selalu memenuhi
satu faktor pendukung ketahanan keluarga adalah
kebutuhan hidupnya.
pemenuhan tugas dalam rumah tangga. Merujuk
pada teori struktural-fungsional, berarti bahwa Ketahanan ekonomi yang tidak dapat
seseorang yang melakukan perkawinan muda dipenuhi sebagai akibat dari terbatasnya
berarti belum berhasil dalam membangun sebuah pendidikan yang dimiliki oleh pasangan suami dan
keluarga. Karena, mereka belum paham apa peran istrinya. Sehingga menyebabkan belum adanya
serta fungsi mereka dalam keluarganya. Hal ini pekerjaan yang menjamin dapat memenuhi
dibuktikan dengan pernyataan dari seorang istri kebutuhan dasarnya. Dengan ketidakmampuan
yang kawin muda menyatakan bahwa dirinya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya,
belum paham mengenai tugas yang akan ia emban tentu akan memunculkan konflik didalam rumah
dan tidak sanggup untuk mengerjakannya. tangga sehingga akan membuat konsep dari
ketahanan keluarga itu akan runtuh lagi, yaitu
Perkawinan muda tentu saja akan
ketahanan sosial-psikologis. Pasangan yang
berpengaruh pada ketahanan keluarga, karena
menikah diusia muda tentu belum memiliki emosi
mereka perlu mempunyai kemmampuan resiliensi
yang stabil apalagi dalam memecahkan masalah.
agar bisa memenuhi kebutuhan dasarnya seperti
Maka, apabila hal ini terjadi maka ketahanan
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Akan
keluarga yang dibangun belum kuat.
tetapi, yang terjadi adalah pasangan yang telah
memutuskan untuk melakukan perkawinan muda Ketahanan ekonomi ini menjadi sebuah
tentunya masih banyak yang belum mampu dalam faktor utama yang menyebabkan ketahanan
memenuhi kebutuhan dasarnya. Jika merujuk pada keluarga dari perkawinan usia muda menjadi
Peraturan Menteri PPPA Nomor 6 Tahun 2013 roboh. Jika ada salah satu konsep ketahanan
tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga, keluarga yang tidak dapat dipenuhi, tentunya tidak
yang menyebutkan bahwa konsep ketahanan akan terciptanya berpengaruh ke konsep
keluarga salah satunya adalah ketahanan ekonomi. ketahanan keluarga yang lain hingga
Salah satu konsep ini dapat kita analisis untuk menyebabkan tidak harmonisnya hubungan
melihat kondisi keluarga dari pasangan yang kawin sebuah keluarga. Perkawinan muda berpengaruh
muda. terhadap ketahanan keluarga agar meningkatkan
taraf kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan
Ketahanan ekonomi dapat digambarkan
hidupnya. Namun, apabila kenyataannya adalah
ketika kemampuan keluarga dalam memenuhi
kondisi yang tercipta tidak membuat nyaman,
kebutuhannya demi bisa melangsungkan
aman, tentram dan tidak terpenuhi ketahanan
kehidupannya dengan nyaman dan
fisik-ekonomi, sosial dan psikologis maka
berkesinambungan. Kehidupan yang nyaman
ketahanan keluarga yang dibangun belum
berarti memiliki rumah yang layak dan
mencapai kondisi yang stabil.
97
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
98
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 90 - 99 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat
99