Anda di halaman 1dari 3

Pernikahan dini akibat pergaulan bebas

Menurut Wikipedia, arti pergaulan bebas ialah praktik terlibat dalam aktivitas seksual yang sering
dilakukan dengan pasangan yang berbeda atau tidak pandang bulu dalam memilih pasangan seksual.
Pada usia remaja (12 - 21 Tahun) pada umumnya merupakan usia dimana mengalami proses mencari jati
dirinya sendiri. Seringkali pada proses tersebut justru menjadi faktor pemicu terjadinya pergaulan bebas.
Istilah 'Bebas' ini sendiri mengacu pada pergaulan yang melewati batas-batas norma yang berlaku di
masyarakat luas. Masalah mengenai pergaulan bebas ini bahkan sudah sampai tingkat yang sangat
mengkhawatirkan, karena dapat ditinjau langsung dari banyaknya berita baik di lingkungan maupun di
media massa.

Pergaulan bebas yang dimaksud pada artikel ini ialah seks bebas dan pelecehan seksual. Pada proses
mencari jati diri, seorang remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, bahkan tidak menutup
kemungkinan jika seorang remaja seringkali mengambil keputusan atas dasar kehendaknya sendiri
mengenail hal-hal yang belum mereka ketahui, salah satunya mengenai seks bebas. Belum lama ini
marak sekali kasus pelecehan seksual terhadap remaja yang ada di lingkungan sekitar dan membuat
resah orangtua dan masyarakat luas. Di Indonesia sendiri masih sangat minim edukasi bagi remaja
mengenai seks bebas, bahkan di Indonesia sendiri hal tersebut masih terbilang sangat tabu bagi
masyarakat luas. Tidak dipungkiri hal tersebut menjadi faktor pemicu dari terjadinya pernikahan diri.

Mengapa begitu? tanpa adanya edukasi bagi remaja mengenai seks bebas justru dapat meningkatkan
tingginya resiko terjadinya hamil di luar nikah, yang kemudian menuntut remaja tersebut untuk
melakukan pernikahan dini dan menjadi ibu dalam usia yang tidak seharusnya. Penyebab pernikahan
dini tidak hanya dikaitkan dengan kasus hamil di luar nikah, menasil penelitian yang menjadi dokumen
laporan Plan International bertajuk 'Getting the Evidence: Asia Child Marriage Initiative' ini dilakukan
Plan dan lembaga penelitian berbasis di Inggris, Coram International di Indonesia, Banglades dan
Pakistan. Hasil penelitian menyimpulkan, penyebab utama pernikahan anak adalah rendahnya akses
pendidikan, kesempatan di bidang ekonomi, serta kualitas layanan dan pendidikan kesehatan
reproduksi, terutama untuk anak perempuan. Selain itu tingkat kemiskinan juga turut menentukan
situasi pernikahan anak.

Menurut UNICEF, sebuah pernikahan dikategorikan sebagai pernikahan dini (early marriage) atau juga
disebut sebagai pernikahan anak-anak (child marriage) apabila ada salah satu pihak yang masih berumur
di bawah 18 (delapan belas) tahun atau masih remaja.

Pernikahan dini juga memiliki beberapa dampak terhadap kesehatan, menurut E-Journal Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menyebutkan dampak negatif dari pernikahan dini di
Indonesia adalah risiko kematian ibu dan bayi sebesar 30 %, 56% remaja perempuan mengalami
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan hanya 5,6% remaja dengan pernikahan dini yang masih
melanjutkan sekolah setelah kawin. Pernikahan dini tersebut juga berdampak terhadap kesehatan ibu
dan anak, kasus yang marak terjadi ialah kasus pendarahan, kanker serviks, keguguran, kesulitan dalam
melahirkan pada ibu yang hamil di usia muda. Sedangkan, dampak negatif terhadap sang bayi ialah
mulai dari kemungkinan untuk lahir prematur, memiliki berat badan lahir rendah, kekurangan gizi, dan
hingga kematian.

Jika ditinjau melalui dampak-dampak tersebut, pernikahan dini sangat perlu untuk dicegah sebagai
tahap upaya mengurangi angka kesakitan hingga kematian bagi ibu dan anak. Menurut Pengadilan
Agama (PA) Surabaya menyebutkan salah satu filter dalam rangka mencegah pernikahan dini, utamanya
adalah dipihak orang tua, Dalam ilmu sosiologi, dipelajari bahwa ada empat agen perubahan social, yaitu
keluarga, sekolah, pendidikan dan media masa. Dimana orang tua memiliki peranan vital dan utama
dalam pembentukan keluarga yang harmonis.

Oleh karena itu orang tua memiliki peran yang sangat penting terhadap upaya pencegahan terjadinya
pernikahan dini. Dimulai dari membangun komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak dan
memberikan edukasi terutama mengenai seks bebas, dengan cara menepis kata tabu dari edukasi seks
terhadap remaja di Indonesia. Hal tersebut perlu di ajarkan terhadap anak, meninjau saat ini remaja
yang hidup di era globalisasi cenderung dapat dengan mudah mengetahui hal-hal ingin ia ketahui
terutama dalam memahami konsep pacaran cenderung lebih cepat untuk mereka pahami dibanding
dengan zaman dahulu. Bahkan situs-situs pornografi dapat dengan mudah mereka lihat melalui jejaring
sosial tanpa diketahui orang tua, yang dimana seharusnya sebelum mereka hal tersebut orang tua sudah
lebih dulu memberikan edukasi tersebut terhadap anak.

Mari kita wujudkan Indonesia Sehat dengan memberikan edukasi seks terhadap anak, menghindari
remaja dari pergaulan bebas, dan mencegah pernikahan dini.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pernikahan Dini Akibat Pergaulan Bebas", Klik
untuk baca:

https://www.kompasiana.com/1040_clarisaradyanaweswara5210/635f8dc808a8b5752f64e713/
pernikahan-dini-akibat-pergaulan-bebas

Kreator: Clarisa Radya Naweswara


Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai