Oleh :
dr. Veryne Ayu Permata M.
Pembimbing :
dr. Wahyu Widarti
Menurut survei yang diselenggarakan oleh NBC News dan majalah People,
terdapat 27% dari remaja yang berumur antara 13 sampai 16 tahun telah terlibat
dalam aktivitas intim atau seksual, 8% telah memiliki hubungan seksual. Survei
yang dilakukan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat tahun 2011,
mempunyai angka kehamilan remaja yang masih tinggi yaitu remaja hamil usia
15-19 tahun sebesar 95/1000 (Sarwono, 2011). Indonesia menduduki rangking ke-
12 di dunia dalam hal seks bebas setelah Yunani, Brazil, Russia, China, Polandia,
Italia, Malaysia, Spanyol, Switzerland, Mexico, Jepang, dan Belanda (Durex,
2008). Di Indonesia pada tahun 1970-1980, sekitar 5% remaja melakukan seks
bebas diluar nikah, di tahun 1990, naik menjadi 20-25%, dan tahun 2010 nyaris
50% menunjukkan adanya penurunan batas usia hubungan seks pertama kali.
Sebanyak 18% fenomena ini terjadi pada seluruh wilayah yang ada di Indonesia.
Dan remaja melakukuan hubungan seks pertama di usia 18 tahun dan usia
termuda usia 13 tahun (Boyke, 2012). Total kasus HIV/AIDS di Indonesia yang
dilaporkan pada 1 Januari-30 Juni 2012 tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan
2.224 kasus AIDS, dengan 45 persen di antaranya diidap oleh kaum muda
(Purwanti, 2013)
B. Permasalahan di Masyarakat
Rendahnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan akibat
pergaulan bebas meliputi gejala, faktor risiko serta komplikasi akibat seks dini.
D. Pelaksanaan
Proses intervensi dilakukan pada hari Rabu, 19 Juli 2017. Intervensi yang
dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada remaja sekolah berupa anak
kelas 10 di SMK Muhammadiyah Kalitidu. Penyuluhan dihadiri oleh 60 orang.
Pemaparan materi berlangsung selama 40 menit. Materi penyuluhan yang
diberikan melingkupi definisi kesehatan reproduksi remaja, alat reproduksi
remaja, gejala awal kehamilan, bahayanya keguguran, dan infeksi kelamin akibat
seks bebas. Setelah pemaparan materi dilakukan sesi tanya jawab yang
berlangsung sekitar 20 menit. Karena para peserta tidak menanyakan sesuatu
maka pembicara bertanya mengenai gejala penyakit kelamin dan upaya
pencegahan apa yang dapat dilakukan agar tidak terjadi penyakit kelamin, peserta
dapat menjawab dengan baik. Peserta juga ditanya mengenai pentingnya untuk
menghindari berhubungan seks dini mengingat masih usia sekolah dan rawan
terkena infeksi.
F. Kesimpulan
Kasus penyakit kelamin terutama HIV ternyata seperti fenomena gunung es.
Meskipun data yang tercatat di puskesmas tentang prevalensi HIV yaitu sekitar
500 penderita, namun orang-orang yang berhubungan dengan 500 orang tersebut
tidak terdata dengan baik dengan alasan malu melapor dan takut akan pengobatan.
Rendahnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan penyakit
kelamin dapat menjadi salah satu faktor penyebab hal tersebut. Dengan
diberikannya penyuluhan tentang penyakit kelamin dan kesehatan reproduksi
diharapkan pada peserta yang belum berhubungan seksual dapat menghindarinya
sebelum pernikahan dan yang sudah pernah melakukan berhubungan seksual
dapat secara aktif ke puskesmas untuk memeriksakan laboratorium ataupun VCT.
Komentar/Umpan Balik
DOKUMENTASI