Anda di halaman 1dari 6

Pendidikan Kedokteran Spesialis Yang Terintegrasi

Pendidikan kedokteran spesialis yang terintegrasi adalah suatu program pendidikan yang
dirancang untuk memberikan pendidikan kedokteran yang holistik dan terpadu kepada calon
dokter spesialis, baik dari ilmu kedokteran Barat atau modern, maupun pengobatan tradisional
yang sangat besar potensinya itu. Pendidikan ini menekankan pada pengembangan keterampilan
dan pengetahuan medis yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh
dan terintegrasi, termasuk di dalamnya pengetahuan etika biomedis, dan mengenai penelitian
obat moderen maupun tradisional.(1)

Program pendidikan kedokteran spesialis yang terintegrasi dirancang untuk


memungkinkan para dokter spesialis untuk memahami secara komprehensif tentang kondisi
kesehatan yang terkait dengan spesialisasi mereka dan untuk dapat mengintegrasikan pendekatan
medis yang beragam dalam penanganan pasien, termasuk kekayaan dalam alam dan disiplin ilmu
tradisional. Pada pendidikan kedokteran spesialis yang terintegrasi, para dokter akan belajar
tentang bagaimana mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosial dan lingkungan dari
pasien mereka. Peserta didik yang juga seorang dokter diajarkan untuk memahami sistem
kesehatan secara keseluruhan, termasuk aspek ekonomi, hukum, dan regulasi. Para dokter juga
akan diberikan pelatihan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi efek dari berbagai faktor
yang mempengaruhi kesehatan pasien mereka. Pelatihan ini akan membantu para dokter spesialis
untuk merancang perawatan dan penelitian yang lebih terintegrasi dan efektif untuk pasien
mereka. Ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang penyakit dan kondisi
spesifik dari setiap pasien yang diobati oleh dokter-dokter spesialis. Selain itu, diharapkan
pendidikan ini meningkatkan keterampilan dan teknik yang diperlukan untuk merawat pasien
dengan kondisi yang kompleks, dengan semakin banyaknya alternatif dan ilmu baru.(1,2)

Salah satu contoh pendidikan kedokteran spesialis yang terintegrasi adalah program
pendidikan yang dirancang untuk memberikan pelatihan multidisiplin dalam pengobatan kanker.
Program residensi ini mencakup pelatihan dalam keterampilan bedah, radioterapi, onkologi
medis, dan perawatan paliatif, serta pelatihan dalam manajemen pasien dan komunikasi yang
efektif. Program pendidikan yang dirancang untuk memberikan pelatihan multidisiplin dalam
pengobatan kanker adalah program pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan
yang komprehensif dan menyeluruh dalam pengobatan kanker kepada para calon dokter spesialis
onkologi.(3)

Program ini mencakup pelatihan klinis dan teoritis yang meliputi berbagai disiplin ilmu
kedokteran seperti radiologi, radioterapi, bedah onkologi, patologi, hematologi-onkologi, dan
lainnya. Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang berbagai jenis
kanker, faktor risiko, gejala, metode pengujian, diagnosis, dan pengobatan. Selain itu, program
pendidikan multidisiplin dalam pengobatan kanker juga mencakup pelatihan dalam manajemen
pasien dan perawatan holistik. Para peserta didik juga belajar tentang manajemen gejala dan
komplikasi yang sering terjadi pada pasien kanker, seperti nyeri, mual, dan kelelahan.
Pendidikan tersebut juga termasuk pelatihan tentang bagaimana memberikan dukungan
emosional dan psikologis kepada pasien kanker dan keluarga mereka selama perawatan. Dalam
menangani pasien kanker, ada beberapa studi yang menyarakan gabungan mind-body therapy,
atau terapi pikiran-tubuh, yang adalah sekelompok teknik yang meningkatkan interaksi pikiran
dengan fungsi tubuh, untuk menginduksi relaksasi dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan secara keseluruhan. Jenis terapi ini menunjukkan bagaimana kesehatan fisik
terhubung dengan kesejahteraan psikologis dan spiritual. Terapi pikiran-tubuh yang paling
populer dan sering diteliti meliputi meditasi, yoga, tai chi, imaji terpandu, dan hipnosis (Karim,
2021). Aspek kesehatan yang dapat disebut sebagai alternatif, atau tradisional ini, mulai
dikembangkan dan diharapkan akan berperan besar dalam penanganan berbagai jenis kondisi
kesehatan. Upaya integrasi pengobatan tradisional dengan pendidikan kedokteran Baratpun saat
ini mulai dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(WHO).(3,4)

International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (IRCH) adalah jaringan


global dari otoritas regulasi yang bertanggung jawab untuk regulasi obat herbal, yang didirikan
pada tahun 2006. Misi IRCH adalah untuk melindungi dan mempromosikan kesehatan dan
keselamatan publik melalui peningkatan regulasi untuk obat herbal. Keanggotaan terbuka untuk
setiap otoritas regulasi nasional yang bertanggung jawab untuk regulasi obat herbal dan badan
regional/sub-regional yang bertanggung jawab untuk regulasi obat herbal.(5, 6)
Pertemuan kelompok kerja WHO tentang kerja sama regulasi internasional untuk obat
herbal berlangsung dari 28 hingga 30 November 2005 di Ottawa, Kanada, yang diadakan dan
didukung secara finansial oleh Direktorat Produk Kesehatan Alami, Cabang Produk Kesehatan
dan Makanan Kesehatan Kanada. Sebanyak 29 peserta dari 16 negara menghadiri pertemuan
tersebut. Perwakilan dari badan regional dan kelompok tentang obat herbal juga diundang untuk
menghadiri pertemuan. Setelah diskusi intensif, para peserta sepakat secara konsensus untuk
membentuk jaringan Kerja Sama Regulasi Internasional untuk Obat Herbal (IRCH).(5,6)

Pada sidang ke-67 Majelis Kesehatan Dunia, disepakati untuk mengadopsi strategi obat
tradisional WHO 2014-2023, yang memiliki tiga tujuan dan arah strategis yang relevan, untuk
memandu pengembangan lebih lanjut sektor obat tradisional. Negara anggota diimbau untuk
mengadopsi strategi tersebut dan mengintegrasikan obat tradisional ke dalam sistem layanan
kesehatan nasional dan melaporkan kemajuan mereka kepada WHO. WHO juga diminta untuk
memfasilitasi implementasi strategi, memberikan panduan kebijakan untuk integrasi layanan
obat tradisional ke dalam sistem layanan kesehatan nasional dan melaporkan secara berkala
kepada Majelis Kesehatan Dunia mengenai kemajuan implementasi resolusi ini.(5)

WHO dan Pemerintah India telah menandatangani kesepakatan untuk mendirikan Pusat
Global WHO untuk Pengobatan Tradisional. Pusat pengetahuan global untuk pengobatan
tradisional ini, yang didukung oleh investasi sebesar USD 250 juta dari Pemerintah India,
bertujuan untuk memanfaatkan potensi pengobatan tradisional dari seluruh dunia melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk meningkatkan kesehatan manusia dan planet.(7)

Sekitar 80% dari populasi dunia diperkirakan menggunakan pengobatan tradisional.


Hingga saat ini, 170 dari 194 Negara Anggota WHO telah melaporkan penggunaan pengobatan
tradisional, dan pemerintah mereka telah meminta dukungan WHO dalam menciptakan tubuh
bukti dan data yang dapat diandalkan tentang praktik dan produk pengobatan tradisional.(7)

Dalam aplikasi pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi tersebut di Rumah Sakit dan
Puskesmas meliputi beberapa aspek seperti: pendekatan holistik dengan menelaah dimensi fisik,
mental, spiritual, sosial, dan budaya dari pasien, mengutamakan hubungan dan komunikasi
efektif antara tenaga kesehatan dan pasien, diberikan secara rasional, diselenggarakan atas
persetujuan pasien (informed consent), mengutamakan pendekatan alamiah, dan meningkatkan
kemampuan penyembuhan sendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Pengobatan Komplementer-Alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur
dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional.(8)

Perkembangannya hingga saat ini, Menteri Kesehatan telah mengarahkan bahwa RS


Pendidikan Vertikal harus melayani pengobatan komplementer tradisional - alternatif yaitu
ramuan jamu sedangkan herbal yang lain bisa setelah itu (Ditjen BUK Kemenkes RI, 2010),
sebanyak 56 rumah sakit (RS) di 18 provinsi sudah melayani pengobatan nonkonvensional
seperti pengobatan alternatif atau herbal tradisional di samping pengobatan medis konvensional
(PERSI, 2013). Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik telah
ditetapkan 12 (dua belas) Rumah Sakit Pendidikan yang melaksanakan pelayanan pengobatan
komplementer tradisional- alternatif seperti, RS Kanker Dharmais Jakarta, RSUP Persahabatan
Jakarta, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUP Prof. Dr. Kandau Menado, RSUP Sanglah
Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta, RSUD
Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo,
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh (Suharmiati et al., 2020) dengan judul pemanfaatan Pelayanan
kesehatan tradisional integrasi di Rumah Sakit Pemerintah dengan studi 5 Rumah Sakit di
Indonesia, dengan hasil menyatakan yankestrad integrasi sudah dimanfaatkan oleh pasien yang
sebagian besar berusia antara 20–50 tahun.(8)

Pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia


melibatkan tiga pilar yaitu regulasi, pembina kemitraan dengan berbagai lintas sektor terkait dan
organisasi (asosiasi) pengobat tradisional, serta pendayagunaan sentra pengembangan dan
penerapan pengobatan tradisional. Regulasi terhadap pelayanan kesehatan tradisional telah diatur
dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009, SKN tahun 2009, Kepmenkes RI Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003, dan Kepmenkes No 1/2010.(9)
Pembinaan dan pengawasan dilakukan secara berjenjang dari tingkat rumah tangga,
masyarakat, Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi, dan
Kementerian Kesehatan bersama lintas sektor terkait dan asosiasi pengobat tradisional.
Kementerian Kesehatan telah bermitra dengan beberapa jenis asosiasi pengobat tradisional
(Battra) yang terkelompokkan sesuai dengan metodenya masing-masing.(9)

Pada saat ini, terdapat 11 Sentra P3T tersebar di 11 Provinsi dan beberapa Balai
Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) dan Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat
(LKTM) di Indonesia. Beberapa asosiasi Battra yang ada di Indonesia antara lain, Ikatan
Homoeopathy Indonesia (IHI), Persatuan Akupunktur Seluruh Indonesia (PAKSI), Perhimpunan
Chiroprakasi Indonesia (Perchirindo), Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI), Persatuan Ahli Pijat
Tuna Netra Indonesia (Pertapi), Asosiasi Praktisi pijat Pengobatan Indonesia (AP3I), Asosiasi
Reiki Seluruh Indonesia (ARSI), Persatuan Ahli Kecantikan Tiara Kusuma, dan lain-lain.(9)

Diharapkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan tradisional dapat


terus ditingkatkan agar metode pengobatan tradisional dan moderen dapat diaplikasikan secara
aman, efektif, dan dapat diterapkan dengan baik di Indonesia. Dengan demikian, penanganan
penyakit-penyakit spesialistik dan kompleks, yang tentunya membutuhkan perawatan holistik,
dapat lebih dikembangkan ilmunya.

Daftar Pustaka

1. Universitas Andalas. Kuliah terintegrasi PPDS FK Unand periode Januari 2023


[Internet]. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Available from:
https://fk.unand.ac.id/id/berita/item/1112-kuliah-terintegrasi-ppds-fk-unand-periode-
januari-2023.html
2. Building a better approach to healthcare [Internet]. Integrated Specialist Healthcare.
[cited 2023Feb28]. Available from: https://ishc.org.au/about-us/foundation/
3. Karim S, Benn R, Carlson LE, Fouladbakhsh J, Greenlee H, Harris R, et al. Integrative
Oncology Education: An emerging competency for oncology providers. Current
Oncology [Internet]. 2021 Feb 10;28(1):853–62. Available from:
http://dx.doi.org/10.3390/curroncol28010084
4. About mind-body therapies [Internet]. Memorial Sloan Kettering Cancer Center. [cited
2023Feb28]. Available from:
https://www.mskcc.org/cancer-care/diagnosis-treatment/symptom-management/
integrative-medicine/mind-body
5. Sixty seventh world health assembly - Agenda item 15.1 on Traditional Medicine
[Internet]. World Health Organization. World Health Organization; 2014 [cited
2023Feb28]. Available from: https://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/WHA67/A67_R19-
en.pdf
6. International regulatory cooperation for herbal medicines (IRCH) [Internet]. World
Health Organization. World Health Organization; [cited 2023Feb28]. Available from:
https://www.who.int/initiatives/international-regulatory-cooperation-for-herbal-medicines
7. Who establishes the global centre for traditional medicine in India [Internet]. World
Health Organization. World Health Organization; [cited 2023Feb28]. Available from:
https://www.who.int/news/item/25-03-2022-who-establishes-the-global-centre-for-
traditional-medicine-in-india
8. Penyelenggaraan pengobatan tradisional di Indonesia [cited 2023Feb28]. Available from:
https://www.dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/penyelenggaraan-pengobatan-
tradisional-di-indonesia
9. Mengenal pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia - kemkes.go.id [Internet]. [cited
2023Feb28]. Available from: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/110114-
mengenal-pelayanan-kesehatan-tradisional-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai