Pendidikan kedokteran spesialis yang terintegrasi adalah suatu program pendidikan yang
dirancang untuk memberikan pendidikan kedokteran yang holistik dan terpadu kepada calon
dokter spesialis, baik dari ilmu kedokteran Barat atau modern, maupun pengobatan tradisional
yang sangat besar potensinya itu. Pendidikan ini menekankan pada pengembangan keterampilan
dan pengetahuan medis yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh
dan terintegrasi, termasuk di dalamnya pengetahuan etika biomedis, dan mengenai penelitian
obat moderen maupun tradisional.(1)
Salah satu contoh pendidikan kedokteran spesialis yang terintegrasi adalah program
pendidikan yang dirancang untuk memberikan pelatihan multidisiplin dalam pengobatan kanker.
Program residensi ini mencakup pelatihan dalam keterampilan bedah, radioterapi, onkologi
medis, dan perawatan paliatif, serta pelatihan dalam manajemen pasien dan komunikasi yang
efektif. Program pendidikan yang dirancang untuk memberikan pelatihan multidisiplin dalam
pengobatan kanker adalah program pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan
yang komprehensif dan menyeluruh dalam pengobatan kanker kepada para calon dokter spesialis
onkologi.(3)
Program ini mencakup pelatihan klinis dan teoritis yang meliputi berbagai disiplin ilmu
kedokteran seperti radiologi, radioterapi, bedah onkologi, patologi, hematologi-onkologi, dan
lainnya. Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang berbagai jenis
kanker, faktor risiko, gejala, metode pengujian, diagnosis, dan pengobatan. Selain itu, program
pendidikan multidisiplin dalam pengobatan kanker juga mencakup pelatihan dalam manajemen
pasien dan perawatan holistik. Para peserta didik juga belajar tentang manajemen gejala dan
komplikasi yang sering terjadi pada pasien kanker, seperti nyeri, mual, dan kelelahan.
Pendidikan tersebut juga termasuk pelatihan tentang bagaimana memberikan dukungan
emosional dan psikologis kepada pasien kanker dan keluarga mereka selama perawatan. Dalam
menangani pasien kanker, ada beberapa studi yang menyarakan gabungan mind-body therapy,
atau terapi pikiran-tubuh, yang adalah sekelompok teknik yang meningkatkan interaksi pikiran
dengan fungsi tubuh, untuk menginduksi relaksasi dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan secara keseluruhan. Jenis terapi ini menunjukkan bagaimana kesehatan fisik
terhubung dengan kesejahteraan psikologis dan spiritual. Terapi pikiran-tubuh yang paling
populer dan sering diteliti meliputi meditasi, yoga, tai chi, imaji terpandu, dan hipnosis (Karim,
2021). Aspek kesehatan yang dapat disebut sebagai alternatif, atau tradisional ini, mulai
dikembangkan dan diharapkan akan berperan besar dalam penanganan berbagai jenis kondisi
kesehatan. Upaya integrasi pengobatan tradisional dengan pendidikan kedokteran Baratpun saat
ini mulai dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(WHO).(3,4)
Pada sidang ke-67 Majelis Kesehatan Dunia, disepakati untuk mengadopsi strategi obat
tradisional WHO 2014-2023, yang memiliki tiga tujuan dan arah strategis yang relevan, untuk
memandu pengembangan lebih lanjut sektor obat tradisional. Negara anggota diimbau untuk
mengadopsi strategi tersebut dan mengintegrasikan obat tradisional ke dalam sistem layanan
kesehatan nasional dan melaporkan kemajuan mereka kepada WHO. WHO juga diminta untuk
memfasilitasi implementasi strategi, memberikan panduan kebijakan untuk integrasi layanan
obat tradisional ke dalam sistem layanan kesehatan nasional dan melaporkan secara berkala
kepada Majelis Kesehatan Dunia mengenai kemajuan implementasi resolusi ini.(5)
WHO dan Pemerintah India telah menandatangani kesepakatan untuk mendirikan Pusat
Global WHO untuk Pengobatan Tradisional. Pusat pengetahuan global untuk pengobatan
tradisional ini, yang didukung oleh investasi sebesar USD 250 juta dari Pemerintah India,
bertujuan untuk memanfaatkan potensi pengobatan tradisional dari seluruh dunia melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk meningkatkan kesehatan manusia dan planet.(7)
Dalam aplikasi pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi tersebut di Rumah Sakit dan
Puskesmas meliputi beberapa aspek seperti: pendekatan holistik dengan menelaah dimensi fisik,
mental, spiritual, sosial, dan budaya dari pasien, mengutamakan hubungan dan komunikasi
efektif antara tenaga kesehatan dan pasien, diberikan secara rasional, diselenggarakan atas
persetujuan pasien (informed consent), mengutamakan pendekatan alamiah, dan meningkatkan
kemampuan penyembuhan sendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Pengobatan Komplementer-Alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur
dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional.(8)
Pada saat ini, terdapat 11 Sentra P3T tersebar di 11 Provinsi dan beberapa Balai
Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) dan Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat
(LKTM) di Indonesia. Beberapa asosiasi Battra yang ada di Indonesia antara lain, Ikatan
Homoeopathy Indonesia (IHI), Persatuan Akupunktur Seluruh Indonesia (PAKSI), Perhimpunan
Chiroprakasi Indonesia (Perchirindo), Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI), Persatuan Ahli Pijat
Tuna Netra Indonesia (Pertapi), Asosiasi Praktisi pijat Pengobatan Indonesia (AP3I), Asosiasi
Reiki Seluruh Indonesia (ARSI), Persatuan Ahli Kecantikan Tiara Kusuma, dan lain-lain.(9)
Daftar Pustaka